ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPOTERMIA BERAT
DISUSUN OLEH :
AFIFAH SUHAILA
YUMNI HASYIFA A.
ANITA IFOU
WIDYA PRATIWI
RIZKA SRIYOUNI
NESA LIZARA
DITA LESTIANI
SHINTA HOKI
MARZATIA YULIKA
PROGRAM STUDI KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014
LANDASAN TEORI A. Definisi Hipotermi pada neonatus neonatus adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh berbagai keadaan terutama karena tingginya konsumsi oksigen dan penurunan suhu ruangan. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
sangat
penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan bayi baru lahir terutama bagi bayi ba yi prematur. Pengaturan suhu tubuh tergantungpada tergantungpada faktor penghasil penghasil panas dan pengeluarannya, sedang produksi panas sangat tergantung pada oksidasi biologis dan
aktifitas
metabolisme dari sel-sel tubuh waktu istirahat Suhu normal adalah suhu tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi secara individual (dapat terpenuhi dengan dengan suhu bayi stabil dengan dengan suhu aksila antara 36,50 C – 37,50 C ffandi, ffandi, 2007). Hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf yang mengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas Untuk mengukur hipotermi diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur suhu hingga 25 0 C. Hipotermi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dan berlanjut dengan kematian. Menurut diagnosis banding pada suhu tubuh hipotermi ada dua yakni : hipotermi sedang 32,0 C – 36,40C 36,40C dan suhu tubuh kurang dari 32,0 C dis ebut hipotermi berat.
B. Etiologi BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas: 1. Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria. 2. Peningkatan panas yang hilang Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas. Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara: •Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselirnuti. • Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah daritubuh bayi akanmenyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut. •Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. • Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dan suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan caraini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). 3. Kegagalan termoregulasi Kegagalan termoregulasi secaraumum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/ saat persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/ anestesi) dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat rnenjadi hipotermi atau hipertermi.
C. Patofisiologi Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 37 C ( 36,5 C – 37 C) yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus. Perubahan suhu akan mempengaruhi
sel – sel
yang
sangat
sensitif
di
hipotalamus(chemosensitive
cells).Pengeluaran panas dapat melalui keringat, dimana kelenjar – kelenjar keringat dipengaruhi serat – serat kolinergik dibawah kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meingkat akibat adanya vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan dingin yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan produksi panas melalui mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut – serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis. Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa : 1. Shivering thermoregulation/ST Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara involuner akibat darikontraksiotot untuk menghasilkan panas. 2. Non-shivering thermoregulation/NST Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam tubuh. 3. Vasokonstriksi perifer Mekanisme
ini
juga
distimulasi
oleh
sistern
sarafsimpatis,
kemudian
sistem
sarafperiferakan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi.Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna. Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan
lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akanmenurun. Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasiakan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas.
D. Faktor Predisposisi - Bayi berat lahir rendah - Bayi asfiksia - Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya. - Bayi dengan kelainan bawaan khususnya dengan penutupan kulit yang tidak sempurna, seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel. - BBL dengan gangguan saraf sentral, seperti pada perdarahan intrakranial, obat-obatan. - Bayi dengan sepsis - Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama - Bayi IUGR ( Intra Uterine Growth Retardation) atau Janin Tumbuh Lambat - Bayi dengan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm - Bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit keriput
E. klasifikasi 1) Hipotermia ringan, suhu <36,5oC 2) Hipotermia sedang, suhu antara oC-36o C 3) Hipotermia berat, suhu kurang dari 32o C
F. Tanda dan gejala
Hipotermia Sedang - Suhu tubuh pada bayi sekitar36 — 36,4 derajat celcius - Bayi tidak mau minum / menetek - Bayi tampak lesu atau mengantuk Aktifitas berkurang, letargis - Tangisan lemah Kemampuan menghisap lemah - Akral dingin - Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata) - Dapatdisertai adanya gerakan pada bayi yang kurang normal
Hipotermia Berat - suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius - seluruh tubuh teraba dingin - disertai salah satu tanda sebagai berikut seperti mengantuk atauletargis atau terdapat bagian tubuh bayi yang berwarna merah dan mengeras (sklerema). - Aktifitas berkurang - Bibir dan kuku kebiruan - Pernafasan lambat - Pernafasan tidak teratur - Bunyi jantung lambat
G. Diagnosis Ukur temperatur dengan menggunakan termometer, letakkan di aksilla ( rektal hanya dilakukan satu kali untuk menghilangkan adanya kemungkinan anus imperforata) butuh 3 menit. Proses kehilangan panas telah dijabarkan diatas. Ada buku yang menuliskan bahwa apabila kaki bayi hangat dan berwarna pink maka dikatakan normal.Apabila kaki dingin dan abdomen hangat maka dikatakan cold stress, dan apabila kaki dan abdomen dingin maka hipotermi. Diagnosis hipotermi ditegakkan dengan pengukuran suhu baik suhu tubuh atau kulit bayi.Pengukuran suhu ini sangat bermanfaat sebagai salah satu petunjuk penting untuk deteksi awal adanya suatu penyakit, dan pengukurannya dapat dilakukan melalui aksila, rektal atau kulit.
pathway
Obat-obatan Kekurangan Yodium Faktor Lingkungan (Radiasi, Evaporasi, Konveksi, Konduksi)
Disfungsi Hipotalamus Defisit Hormon Tiroid Defisit Hormon Epinefrin
Penurunan BMR
Hipotermia
Metabolisme Lemak Coklat
Bilirubin
Asam Lemak
Jaondice
Neonatal Jaondice
Metabolisme Meningkat Penggunaan Glukosa
Vasokonstriksi
Akral Dingin
Penggunaan O2
Hipoglikemi Risiko Ketidakstabilan Kadar Gula Darah
Pucat Cutis Marmorata
H. Penatalaksanaan
Hipotermia Sedang
Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada.
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode Kanguru).
Bila ibu tidak ada: o
Beri bayi baju hangat dan topi, dan tutupi dengan selimut hangat;
o
Hangatkan kembali bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu;
o
Periksa suhu alat penghangatdan suhu ruangan, beri ASI peras dengan mengunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu;
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
Periksa kadar glukosa darah, bila < 45 mg/dL (2,6 mmol/L), tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan, misalnya gangguan napas, bila ada tangani gangguan napasnya.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/ jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam:
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5°C/jam, cari tanda sepsis.
Setelah suhu tubuh normal:
•
o
Lakukan perawatan lanjutan
o
Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada
masalah
lain
yang
memerlukan
perawatan
di
rumah
dapatdipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
sakit,
bayi
Hipotermia Berat
Segera hangatkanbayi di bawahpemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu.
Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimutidengan selimut hangat.
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen Gangguan napas.
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6 mmol/L),tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap: o
Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatifcara pemberian minum
o
Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mencapai 35°C.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 o C/ jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
Setelah suhu tubuh bayi normal: o
Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
o
Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah. I.
Pencegahan
Ruang melahirkan yang hangat Selain bersih, ruang bersalin tempat ibu melahirkan, harus cukup hangat dengan suhu ruangan antara 25 oC-23oC serta bebas dari aliran arus udara melalui jendela, pintu, ataupun dan kipas angin. Selain itu saran resusitasi lengkap yang diperlukan untuk pertolongan BBL sudah disiapkan, serta harus dihadiri paling tidak 1 orang tenaga terlatih dalam resusitasi BBL sebagai penanggung jawab pada perawatan BBL. Pengeringan segera
Segera setelah lahir, bayi dikeringkan kepala dan tubuhnya, dan segera mengganti kain yang basah dengan kain yang hangat dan kering. Kemudian diletakkan di permukaan yang hangat seperti pada dada atau perut ibunya atau segera dibungkus dengan pakaian hangat. Kesalahan yang sering dilakukan adalah, konsentrasi penolong kelahiran terutama pada oksigenasi dan tindakan pompa jantung pada waktu resusitasi, sehingga rnelupakan kontrol terhadap paparan dingin yang kemungkinan besar terjadi segera setelah bayi dilahirkan. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Kontak kulit dengan kulit Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang sangat efektifuntuk mencegah hilangnya panas pada BBL, baik pada bayi-bayi aterm maupun preterm. Dada atau perut ibu, merupakan tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk rnendapatkan lingkungan suhu yang tepat. Apabila oleh karena sesuatu hal melekatkan BBL ke dada atau ke perut ibunya tidak dimungkinkan, maka bayi yang telah dibungkus dengan kain hangat dapat diletakkan dalam dekapan lengan ibunya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan. Mencegahkehilangan panas dan anjurkan ibu untuk rnenyusui bayinya segera setelah lahir sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalarn waktu satu jam pertama kelahiran.
Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya ibu menggunakanpakaian longgar berkancing depan. Metode perawatan kontak kulit dengan kulit (Skin to skin contact / Kangoroo mother care / KMC / perawatan bayi lekat) dalam perawatan bayi selanjutnya sangat dianjurkan khususnya untuk bayi-bayi kecil, oleh karena dari beberapa penelitian dilaporkan adanya penurunan secara bermakna angka kesakitan dan angka kematian bayi-bayi kecil.
Pemberian ASI Pemberian ASI sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam -jam pertama kehidupanBBL. Pemberian ASI dini dan dalam jumlah yang mencukupi kini sangat menunjangkebutuhan nutrisi, serta akan berperan dalam proses termoregulasi pada BBL.
Tidak segera memandikan/menimbang bayi Memandikan bayi dapat dilakukan beberapa jam kemudian (paling tidak setelah 6 am) yaitu setelah keadaan bayi stabil. Oleh karena tindakan memandikan bayi segera setelah lahir, akan menyebabkan terjadinya penurunan suhu tubuh bayi. Mekoneum, darah, atau sebagian verniks, dapat dibersihkan pada waktu tindakan mengeringkan bayi. Sisa verniks yang masih rnenernpel di tubuh bayi tidak perlu dibuang, selain tindakan tersebut akan menyebabkan iritasi kulit juga verniks tersebut masih bermanfaat sebagai pelindung panas tubuh bayi, dan akan direabsorbsi dalam hari-hari pertama kehidupan bayi. Menimbang bayi dapat ditunda beberapa saat kemudian, oleh karena dengan tindakan menimbang sangat dimungkinkan akan terjadi penurunan suhu tubuh bayi. Sangat dianjurkan pada waktu menimbang bayi, timbangan yang diigunakan diberi alas kain hangat.
Pakaian dan selimut bayi yang adekuat Secara umum, BBLmemerlukan beberapa lapis pakaian dan selirnut lebih banyak daripada orang dewasa. Pakaiandalam halini juga meliputi topi, karena sebagiam besar (kurang lebih 25 %) kehilangan panas dapat terjadi melalui kepala bayi.Pakaian dan selimutseyogyanya cukup longgar, sehingga meimungkinkan adanya lapisan udara diantara pemukaannya sebagai penyangga panas tubuh yang
cukup efektif. Bedong (swaddling) yang biasanya sangat erat sebaiknya dihindarkan, selain menghilangkan lapisan udara sebagai penyangga panas, juga menaikkan risiko terjadinya pneumonia dan penyakit infeksi saluran nafas lainnya, karena tidak memungkinkan paru bayi mengembang sempurna pada waktu bernafas.
Rawat Gabung Bayi-bayi yang dilahirkan di rumah ataupun yanng dilahirkan di rumah sakit, seyogyanya dijadikan satu, dalam tempa tidur yang sama dengan ibunya, selama 24 jam penuh dalam ruangan yang cukup hangat (minimal 25°C). Hal ini akan sangat menunjang pemberian ASI ondemand, serta mengurangi risiko terjadinya infeksi nosokomial pada bayi-bayi yang lahir di rumah sakit.
Transportasi hangat Apabila bayi perlu segera dirujuk ke rumah sakit, atau ke bagian lain di lingkungan rumah sakit seperti di ruang rawat bayi atau di NICU, sangat penting untuk
selalu
menjaga
kehangatan
bayi
selama
dalarn
perjalanan.
Apabila
memungkinkan, adalah merujuk bayi bersarnaan dengan ibunya dalam perawatan bayi lekat, oleh karena hal ini merupakan cara yang sederhana dan aman.
Resusitasi hangat Pada waktu melakukan resusitasi, perlu menjaga agar tubuh bayi tetap hangat. Hal ini sangat penting, oleh karena bayi-bayi yang mengalami asfiksia, tubuhnya tidak dapat menghasilkan panas yang cukup efisien schingga mempunyai risiko tinggi menderita hipotermia. Pada waktu melakukan resusitasi di rumah sakit, memberikan lingkungan yang hangat dan kering, dengan meletakkan bayi di bawah alat pemancar panas, merupakan salah satu dari rangkaian prosedur standar resusi tasi BBL.
Pelatihan dan sosialisasi rantai hangat Semua pihak yang terlibat dalam proses kelahiran serta perawatan bayi (dokter, bidan, perawat, dukun bayi dan lain-lain), perlu dilatih dan diberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip serta prosedur yang benar tentang rantai hangat. Keluarga dan anggota masyarakat yang mempunyai bayi di rumah, perlu diberikan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya menjaga agar bayinya selalu tetap hangat.
Perawatan dengan Pemanas Radian
• Pastikan bahwa suhu ruangan tempat pemanas radian digunakan minimal 22 °C. • Bersihkan kasur dan platform, dan tutupi kasur dengan lembaran sepr ai bersih. • Nyalakan pemanas dan atur suhu sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat (biasanya antara 36 °C dan 37,5 °C). Ketika diketahui sebelumnya bahwa bayi akan masuk ke unit perawatan khusus bayi baru lahir, nyalakan pemanas untuk menghangatkan terlebih dahulu seprai dan kasursehingga awalnya bayi tidak berbaring pada permukaanyang dingin. • Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi bajuatau tertut up kecuali jika bayi perlu telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk pengamatan atau prosedur. • Letakkan hanya satu bayi di bawah tiap pemanas radian. • Ubah posisi bayi dengan sering ketika di bawah pemanas, jika memungkinkan. • Jika bayi mendapatkan cairan IV atau perasan ASI,tingkatkan volume cairan dan/atau susu 10% dan volumeharian total per hari selama bayi dibawah pemanas radian. • Periksa suhu pemanas dan ruangan setiap jam, dan sesuaikan pengaturan suhu berdasarkan hal tersebut. • Berikan bayi kepada ibunya segera setelah bayi tidak lagimembutuhkan prosedur dan terapi yang sering.
Perawatan dalam Inkubator
Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam perawatan ini mampu menggunakan inkubator dengan benar, memantau suhu bayi , dan menyesuaikan suhu inkubator
untuk
mempertahankan
lingkungan
suhu
netral
( NTE ).Inkubator
memerlukan pasokan listrik yang tidak terputus, petugas terlatih untuk pemeliharaan dan perbaikan, serta ketersediaan suku cadang untuk
perbaikan.Perhatikan lokasi
inkubator di ruang bayi. Inkubator harus jauh dari jendela yang tidak bisa ditutup rapat. Suhu ruangan harus tepat dan tiupan angin minimal. Catatan : Jika inkubator terkena sinar matahari langsung atau lampu fototerapi digunakan, pemantauan suhu neonatus dan penyesuaian suhu inkubator perlu sering dilakukan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan.Jika neonatus memerlukan perawatan dalam inkubator, penting untuk menganjurkan orang tua bayi berkunjung dan memeluknya sesering mungkin, dan memanfaatkan kontak kulit dengan kulit agar suhunya stabil.Suhu neonatus harus dipantau secara berkala, setiap 4 jam atau sesuai instruksi dokter untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5 – 37,5°C.Lubang jendela inkubator sedapat
mungkin harus digunakan saat melakukan perawatan neonatus, dan tidak dengan membuka pintu inkubator yang lebih besar. J. komplikasi
Distress respirasi
Gangguan keseimbangan asam basa
Hipoglikemia
Defek koagulasi
Sirkulasi fetal persisten
Gagal ginjal akut
Enterokolitis nekrotikan
Kegawatan Pernapasan
Asidosis respiratoridan metabolic
Ikterik
Manajemen Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Hipotermi
No.register
:2351
Tanggal pengkajian : 1 juli 2008
jam : 24.00
Tempat pengkajian : BPM S
I. Pengkajian data
A.
Data Subyektif 1. Biodata a. Nama bayi
: Bayi Ny ”M”
Tanggal lahir/jam
: 9 Februari 2015/09.00
Umur
: 6 jam
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Anak ke
: pertama
b. Nama Orang Tua Nama Ibu
: Ny. ”M”
Nama Ayah
: Tn ”M”
Umur
: 25 Tahun
Umur
: 28 Tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
:SMA
Pendidikan
: S1 pendidikan
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl.Tarandam III no 6, Padang
2. Keluhan Utama
Ibu merasa cemas karena bayinya rewel dan hisapan saat menyusu lemah
3. Riwayat Kehamilan Sekarang a. pemeriksaan kehamilan
TM1
TM2
TM3
-tempat
:BPM S
:BPM S
:BPM S
-frekuensi
:1x
:1x
:2x
-keluhan
:mual,muntah
-imunisasi
:-
-obat-obatan
:tdk ada
:TT1
:TT2
:tablet Fe
:tablet Fe
:sering BAK,pegal
:tablet Fe
b. Pergerakan janin pertama kali : UK 18 minggu c. Riwayat penyakit yg diderita sebelum hamil/sekarang: ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan, menular, dan infeksi. 4.Riwayat Persalinan Sekarang -Tanggal/jam lahir
:19 Februari 2015/09.00 WIB
-Tempat
: BPM S
-Jenis
: Spontan
-Penolong
: Bidan
-UK
: 38 minggu
-Lama persalinan
:kala 1:12 jam, kala 2: 1,5 jam, kala 3:10 mnt, kala4:2 jam
-Laktasi
: IMD
5. Kebutuhan Dasar Bayi a. Pola Nutrisi Bayi sudah diberi ASI b. Pola eliminasi
BAB
: -
BAK
: 1 kali, berwarna kuning jernih
c. Pola istirahat Bayi tidur saat setelah diberi ASI d. Pola aktivitas Tangisan bayi kurang, gerakan melemah, agak rewel, hisapan saat menyusu lemah.
5. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit menular, menurun, menahun seperti DM, jantung, TBC, asma, hipertensi dan hepatitis. Selain itu, Ibu mengatakan bahwa dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang mempunyai faktor keturunan kembar. 6. Riwayat Psikososial Ibu mengatakan bahwa persalinannya saat ini adalah persalinan yang pertama. Ibu sangat senang dan menerima bayinya. Selama hamil Ibu tidak minum jamu-jamuan. Ibu mendoakan kesehatan bayinya.
B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
RR
: 50 x/ menit
N
: 80 x/ menit
S
: 35o C
AS
: 6/10
2. Pemeriksaan Fisik 6. Inspeksi Kepala
:
simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak ada cepal hematom ataupun luka, rambut tipis
Wajah
:
simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka, warna kulit kemerahan, tidak ada paralisis
Mata
:
simetris, tidak ada kelainan pada mata, skelera tidak kuning, konjungtiva tida pucat, tidak ada perdarahan pada mata
Hidung
:
simetris, hidung berlubang kanan dan kiri, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut
:
bersih, bibir warna merah, reflek menelan dan menghisap agak lemah, tidak ada palato labioskisis
Telnga
:
simetris, tidak ada kelainan
Leher
:
simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
Ketiak
:
tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada
:
simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi dada dan perut
Abdomen
:
simetris, keadaan tali pusat baik (terbungkus kasa), tidak ada perdarahan tali pusat
Genetalia
:
tidak ada kelainan, testis sudah turun
Anus
:
tidak ada kelainan, anus berlubang
Ekstremitas
:
simetris, tidak ada polidaktil ataupun sindikatil
Leher
:
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Dada
:
tidak ada benjolan abnormal
Abdomen
:
tidak ada benjolan, tidak kembung
7. Palpasi
Ekstremitas
:
tidak ada oedem baik kedua tangan atau kaki
Dada
:
tidak ada bunyi rochi, maupun wheezing
Abdomen
:
tidak terdapat bising usus
:
tidak kembung
8. Auskultasi
9. Perkusi Abdomen
3. Pemeriksaan Neurologis a.
Reflek Moro
: Bayi menimbulkan gerakan terkejut, ketika diberik sentuhan mendadak
b.
Reflek Menggenggam
: Jari tangan bayi menggenggam ketika disentuk oleh tangan
c.
Reflek Roating
: Bayi menoleh sewaktu pipinya disentuh dengan jari
d.
Reflek Sucking
: Hisapan bayi pada putting susu agak lemah
4. Pemeriksaan Antropometri a.
BB bayi
:
3100 gr
b. PB bayi
:
50 cm
c.
:
33 cm
:
11 cm
LD
d. Lila
e. Lingkar kepala
-
Diameter sub oksipito bregmatika
: 9,5 cm
-
Diameter sub oksipito Frontalis
: 11 cm
-
Diameter fronto oksipitalis
: 12 cm
-
Diameter mento oksipitalis
: 13,5 cm
-
Diameter sub mento bregmatika
: 9,5 cm
-
Diameter biparreantalis
: 9,5 cm
-
Diameter bitemporalis
: 8 cm
II.INTERPRETASI DATA
Diagnosa:Bayi baru lahir usia 6 jam dengan hipotermi sedang III. MASALAH POTENSIAL
Hipotermi berat
VI. KEBUTUHAN SEGERA
Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan metode kanguru atau inkubator V. PERENCANAAN
Tanggal : 19 Februari
Jam:09.05 WIB
1. Beritahu pada Ibu dan keluarganya tentang hasil pemeriksaan 2. Berikan penjelasan pada Ibu dan keluarganya tentang kondisi bayi 3. Berikan kehangatan pada bayi 4. Beritahu ibu untuk sering menyusukan bayi dan mmengajarkan cara menyusui yang benar. 5. Tunda memandikan bayi 6. Memantau suhu tubuh bayi VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 19 Februari 2015 1.
Jam : 09.10 WIB
Memberitahukan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa N:80x/mnt, S:35 oC, N:50x/mnt.
2.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa saat ini bayi mengalami hipotermi sedang, sehingga bayi harus diberi kehangatan
3.
Berikan kehangatan pada bayi ( Metode Kanguru) a. Menyelimuti bayi dengan selimut hangat b. Menutupi bagian kepala c. Meletakkan bayi di perut ibu/ dalam peluksn ibu
4.
Anjurkan Ibu untuk memenuhi ASI Eksklusif pada bayi a. Keuntungan pada bayi
-
ASI pertama (colostrum) mengandung zat anti body untuk kekebalan pada bayi
-
Dengan menetek dan dipeluk Ibu maka bayi akan merasa hangat
b. Keuntungan pada Ibu
5.
-
Dengan meneteki bayinya akan merangsang kontraksi uterus mencegah perdarahan
-
Mempererat tali kasih sayang Ibu dan anak
Tidak memandikan bayi ± 6 jam setelah lahir
6.
Memantau suhu tubuh bayi setiap 15 menit
VII. EVALUASI
Tanggal : 19 Februari 2015
Jam : 09.20 WIB
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan 2. Ibu dan keluarga mengerti kondisi bayi dan tampak kooperatif dg bidan 3. Bayi sudah diselimuti hangat, pakai topi dan diletakkan di perut ibu 4. Ibu telah menyusui bayinya secara on deman 5. Ibu tidak memandikan bayi ± 6 jam setelah lahir 6. Suhu tubuh bayi telah mencapai 36,7 oC