KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN PADA NEONATAL
"Hipotermia pada Bayi Baru Lahir"
Dosen Pembimbing : Didien Ika Setyarini, S.Si.T., M.Keb.
Oleh
Juli Rustanti (1202100073)
Kelas IIB
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2014
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Hipotermi didefinisikan sebagai suhu inti tubuh di bawah 360C (Rutter 1999). Menurut Sarwono (2002), suhu normal bayi baru lahir 36.50C – 37.50C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Bayi mengalami hipotermia sedang jika suhu bayi 320C – 360C dan seluruh tubuh bayi teraba dingin. Bayi mengalami hipotermia berat jika suhu tubuh bayi < 320C. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan thermometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 250C.
Etiologi
BBL dapat mengalami hipotermi melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas:
Penurunan produksi panas
Hal ini dapat disebabkan kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh, sehingga timbul proses penurunan produksi panas, misalnya pada keadaan disfungsi kelenjar tiroid, adrenal ataupun pituitaria. (Kosim dkk. 2008)
Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar, dan tubuh kehilangan panas. (Kosim dkk. 2008)
Adapun mekanisme tubuh kehilangan panas dapat terjadi secara:
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselirnuti. (Wiknjosastro, 2008)
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah daritubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut. (Wiknjosastro, 2008)
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. (Wiknjosastro, 2008)
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dan suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). (Wiknjosastro, 2008)
Kegagalan termoregulasi
Kegagalan termoregulasi secara umum disebabkan kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai penyebab. Keadaan hipoksia intrauterin/ saat persalinan/post partum, defek neurologik dan paparan obat prenatal (analgesik/ anestesi) dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya. Bayi sepsis akan mengalami masalah dalam pengaturan suhu dapat rnenjadi hipotermi atau hipertermi. (Kosim dkk. 2008)
Patofisiologi
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 370 C ( 36,50C – 37.50C) yang diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus. Perubahan suhu akan mempengaruhi sel-sel yang sangat sensitif di hipotalamus(chemosensitive cells).Pengeluaran panas dapat melalui keringat, dimana kelenjar – kelenjar keringat dipengaruhi serat-serat kolinergik dibawah kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit yang meningkat akibat adanya vasodilatasi pembeluh darah dan ini dikontrol oleh saraf simpatik. Adanya ransangan dingin yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul peningkatan produksi panas melalui mekanime yaitu nonshivering thermogenesis dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan merangsang serabut – serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin. Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis.
Termogenesis tanpa menggigil mengacu pada satu dari dua cara berikut ini: peningkatan kecepatan metabolisme atau penggunaan lemak cokelat (brown fat) untuk memproduksi panas. Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar dengan meningkatkan kecepatan metabolisme mereka. Pada reaksi ini, norepinefrin mencetuskan pemecahan asam lemak, yang dioksidasi dan dilepas kedalam sirkulasi. Ini menyebabkan peningkatan penggunaan oksigen yang terlihat dengan jelas dan bahkan dapat membuat neonatus cukup bulan yang sehat menjadi lelah. (Varney dkk. 2007)
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal. Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa :
Shivering thermoregulation/ST
Merupakan mekanisme tubuh berupa rnenggigil atau gemetar secara involunter akibat dari kontraksi otot untuk menghasilkan panas.
Non-shivering thermoregulation/NST
Merupakan mekanisrne yang dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk menstimulasi proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak coklat. Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan produksi panas dan dalam tubuh.
Vasokonstriksi perifer
Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi.Keadaan ini efektif untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya panas yang tidak berguna. (kosim dkk. 2008)
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST ( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin. Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun. (kosim dkk. 2008)
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari kandungan trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari protein tak berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka apabila lemak dioksidasikan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan, sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas. (Kosim dkk. 2008)
lemak cokelat dimobilisasi untuk menghasilkan panas. Lapisan lemak cokelat berada pada dan disekitar tulang belakang bagian atas, klavikula dan sternum, dan ginjal serta pembuluh darah besar. Banyaknya lemak cokelat bergantung pada usia gestasi dan berkurang pada bayi baru lahir. Penghasilan panas melalui penggunaan cadangan lemak cokelat dimulai pada saat bayi lahir akibat lonjakan katekolamin dan penghentian supresor prostaglandin dan adenosin yang dihasilkan plasenta. Stimulus dingin ketika kehilangan kehangatan tubuh ibu mencetuskan aktivitas dalam hipotalamus. Pesan-pesan kimia dikirim ke sel-sel lemak cokelat. Melalui mediasi glukosa dan glikogen, sel-sel lemak cokelat menghasilkan energy yang mengubah banyak vakuola lemak intraseluler kecil menjadi energy panas. Pada bayi baru lahir yang mengalami hipoglikemia atau disfungsi tiroid, penggunaan cadangan lemak cokelat tidak berlangsung dengan efisien. (Varney dkk. 2007)
Faktor Risiko
Menurut Moffat dkk. (2011), faktor risiko neonatus yang mengalami hipotermi yakni:
Premature
Sedikit/tidakada lemak coklat/subkutan
Pusat termoregulasi belum matang
Cadangan glikogen rendah
Bayi kecil masa kehamilan
Sedikit/tidak ada lemak coklat/subkutan
Cadangan glikogen rendah
Asfiksia lahir
Hipoglikemi
Penurunan energy untuk metabolisme
Distress pernafasan
Perubahan metabolisme/kontrol suhu tubuh
Sepsis
Perubahan metabolisme/kontrol suhu tubuh
Perdarahan serebri (intrakranial)
Perubahan metabolisme/kontrol suhu tubuh
Komplikasi
kehilangan panas pada neonatus segera berdampak pada hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis metabolik. Dampak tersebut merupakan akibat peningkatan kebutuhan metabolisme yang disebabakan oleh usaha bayi baru lahir untuk membuat zona suhu yang netral. (Varney dkk. 2007)
Tanda Dan Gejala
Gejala hipotermia bayi baru lahir
Bayi tidak mau minum/menetek
Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
Tubuh bayi teraba dingin
Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema)
Tanda-tanda hipotermia sedang (stress dingin)
Aktivitas berkurang, letargis
Tangisan lemah
Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
Kemampuan menghisap lemah
Kaki teraba dingin
Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
Sama dengan hipotermia sedang
Bibir dan kuku kebiruan
Pernafasan lambat
Pernafasan tidak teratur
Bunyi jantung lambat
Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic
Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi
Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
Bagian tubuh lainnya pucat
Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
(Sarwono, 2002)
Penatalaksanaan
Mandiri
Lepaskan baju yang dingin atau basah
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode Kanguru).
Bila ibu tidak ada:
Hangatkan bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perlu
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Mintalah ibu/pengganti ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/ jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
Bila suhu sudah dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang dari 0,5°C/jam, maka segera lakukan rujukan ke rumah sakit dengan pelayanan NICU.
Kolaborasi
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen Gangguan napas.
Pasang jalur IV (infus) dan beri cairan dekstrose 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari (sesuai instruksi dokter), dan infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45 mg/dL (2,6 mmol/L),tangani hipoglikemia.
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5o C/ jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
Bila suhu bayi tidak naik atau naik kurang dari 0.50C/jam, maka waspadai untuk terjadinya sepsis
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi sudah dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN HIPOTERMIA
Pengkajian
Tanggal :...... Jam :......
Tempat :...... Oleh :......
Data Subyektif
Biodata
Umur : semua bayi berisiko mengalami hipotermia, akan tetapi bayi prematur (lahir usia < 37 minggu) lebih rentan terhadap hipotermia karena kemampuan mereka untuk menghasilkan panas terganggu oleh area permukaan tubuh mereka yang besar terhadap berat badan, jumlah lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya organ yang berperan sebagai pusat termoregulasi, dan cadangan glikogen yang rendah
Alasan datang
Bayi mengalami kesulitan menetek atau disusui, gerakan berkurang (letargi), lesu dan sering mengantuk, serta tubuh bayi terasa dingin
Riwayat obstetrik
Riwayat prenatal
Bayi yang masa prenatalnya dalam keadaan hipoksia intrauterin, dan terpapar obat prenatal (analgesik/anestesi) rentan terhadap hipotermia, karena hal tersebut dapat menekan respons neurologik bayi dalam mempertahankan suhu tubuhnya.
Riwayat natal
Bayi yang lahir prematur rentan terhadap hipotermia karena kemampuan mereka untuk menghasilkan panas terganggu oleh area permukaan tubuh mereka yang besar terhadap berat badan, jumlah lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya organ yang bereperan sebagai pusat termoregulasi,dan cadangan glikogen yang rendah .
Bayi yang lahir dengan Kecil Masa Kehamilan (KMK) rentan terhadap hipotermia karena rasio kepala terhadap tubuh yang besar dan luasnya area permukaan terjadi berlebihan, jumlah lemak subkutan yang sedikit, dan cadangan glikogen yang rendah.
Bayi yang lahir dengan Hipoglikemia berisiko mengalami hipotermia karena ketika seorang bayi suhu tubuhnya turun, maka ia akan meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energi dan panas. Sedangkan bayi dengan hipoglikemia berarti konsentrasi glukosa darahnya rendah, maka ia tidak akan berhasil untuk menstabilkan suhu tubuhnya.
Bayi yang lahir dengan masalah pemenuhan oksigen (distress pernapasan, asfiksia) berisiko mengalami hipotermia karena mereka cenderung kekurangan oksigen dalam tubuhnya, sedangkan untuk meningkatkan laju metabolisme basalnya, dibutuhkan konsumsi oksigen jaringan untuk membakar glukosa agar dapat menghasilkan energi dan juga panas.
Bayi yang lahir dengan sepsis berisiko mengalami hipotermia karena sepsis akan memengaruhi perubahan metabolisme tubuh sehingga kontrol suhu tubuh bermasalah.
Bayi yang lahir dengan perdarahan intracranial berisiko mengalami hipotermia karena bayi yang mengalami perdarahan intracranial cenderung mengalami gangguan sistem saraf pusat.
Riwayat post-natal
Bayi yang terlambat dikeringkan setelah lahir, segera dimandikan sebelum 6 jam setelah kelahiran, tidak ditempatkan di ruangan yang hangat dan jauh dari ventilasi serta bahan logam yang dingin, tidak segera diganti popoknya ketika basah, semua itu merupakan kesalahan perawatan setelah kelahiran bayi yang dapat menyebabkan hipotermia, karena bayi akan mudah kehilangan panas melalui konduksi, konveksi, radiasi, maupun evaporasi pada situasi tersebut.
Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah dan letargis (aktivitas berkurang)
Temperatur : <320C (hipotermia berat) 320C-360C (hipotermia sedang) (normalnya 36.50C - 37.50C)
Nadi : <100x/menit (bradikardi) (normalnya 120-160 x/menit)
Pernapasan : lambat dan dalam serta tidak teratur (normalnya 40-60 x/menit)
Pemeriksaan fisik
Kulit : berwarna tidak merata (cutis marmorata) dan pada stadium lanjut kulit akan mengeras dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)
Muka : bayi tampak lesu atau mengantuk saja, bibir kebiruan, danpada stadium lanjut muka akan tampak berwarna merah terang sedangkan bagian tubuh lainnya pucat
Dada : dalam keadaan berat terdapat retraksi dada dan bunyi jantung melambat
Ekstremitas : kaki teraba dingin, kuku kebiruan, dan pada stadium lanjut ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
Pemeriksaan neurologis
Reflek rooting : bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus tapi lemah
Reflek sucking : bayi tidak ada respons/respons lemah untuk membuka mulut dan menghisap jari saat sudut mulut bayidisentuh dengan jari
Pemeriksaan penunjang
Pengambilan sampel darah untuk diperiksa kadar gula darah sebagai antisipasi terjadinya hipoglikemi dan gas darah arteri sebagai antisipasi terjadinya asidosis metabolik
Analisa
Diagnosa Aktual : Bayi baru lahir dengan Hipotermia
Diagnosa potensial : Hipoglikemia, hipoksia, asidosis metabolik
Kebutuhan segera : Menghangatkan bayi
Penatalaksanaan
Mandiri
Lepaskan baju yang dingin atau basah
R/ baju dingin dapat menyebabkan kehilangan panas bayi melalui konduksi dan baju yang basah akan menyebabkan kehilangan panas bayi melalui evaporasi
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
R/ pakaian dan selimut yang hangat akan mencegah kehilangan panas bayi. Bayi harus dipakaikan topi karena kepala merupakan area permukaan tubuh bayi yang relatif luas, jika kepala tidak dipakaikan topi maka bayi dapat kehilangan panas secara dramatik
Bila ada ibu/ pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit atau perawatan bayi lekat (PMK: Perawatan Metode Kanguru).
R/ kontak kulit ke kulit dari ibu/pengganti ibu ke bayi akan menurunkan kehilangan panas bayi baru lahir, karena panas dari ibu/pengganti ibu akan disalurkan ke bayi
Bila ibu tidak ada:
Hangatkan bayi dengan rnenggunakan alat pemancar panas, gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perlu
R/ penggunaan alat pemancar panas dan inkubator merupakan salah satu metode penghangatan tubuh bayi, dengan alat ini suhu lingkungan bayi dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan bayi
Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
R/ efek samping dari hipotermia jangka panjang yakni peningkatan konsumsi glukosa akibat terjadinya peningkatan laju metabolik basal tubuh. Oleh sebab itu, nutrisi bayi perlu dijaga agar tidk terjadi hipoglikemi
Mintalah ibu/pengganti ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya gangguan napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut.
R/ tanda kegawatan pada bayi yang ditemukan sedini mungkin akan meminimalkan resiko komplikasi lebih lanjut
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5°C/ jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam.
R/ bayi dengan hipotermi memerlukan observasi ketat pada suhu tubuhnya, indikator keberhasilan penghangatan dapat dilihat dengan kenaikan suhu bayi (0.50C/jam)
Bila suhu sudah dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah.
R/ setelah bayi dalam keadaan stabil maka mekanisme termoregulasinya dalam keadaan baik. Bayi sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, cara perawatan terhadap bayi harus diperhatikan oleh keluarga agar bayi tidak mengalami hipotermi kembali.
Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang dari 0,5°C/jam, maka segera lakukan rujukan ke rumah sakit dengan pelayanan NICU.
R/ rumah sakit dengan pelayanan NICU memungkinkan observasi yang lebih ketat dan berkala sehingga masalah bayi dapat terdeteksi dan ditangani secara tepat
Kolaborasi
Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang 30 kali/menit,tarikan dinding dada, merintih saat eksipirasi), lakukan manajemen Gangguan napas.
R/ gangguan napas yang terjadi pada bayi hipotermia dapat memperburuk kondisi bayi jika tidak segera ditangani
Pasang jalur IV (infus) dan beri cairan dekstrose 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari (sesuai instruksi dokter), dan infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
R/ pemenuhan nutrisi dilakukan dengan rehidrasi cairan melalui infus jika bayi tidak mau minum sama sekali. Nutrisi yang tidak adekuat dapat memperburuk kondisi bayi.
Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmol/L),tangani hipoglikemia. Selain itu pantau juga gas darah arteri bayi.
R/ pemeriksaan kadar glukosa darah yang kurang dari nilai normal dapat dijadikan diagnosa bahwa bayi terkena hipoglikemia. Maka sebagai antisipasi dilakukan pengecekan. Jika telah terdeteksi adanya hipoglikemia, maka harus cepat ditangani sesuai dengan penatalaksanaannya agar tidak memperburuk kondisi bayi. Sedangkan pemantauan gas darah arteri ditujukan sebagai tanda adanya kegawatan pernapasan
Nilai tanda kegawatan pada bayi (misalnya gangguan napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
R/ tanda kegawatan pada bayi yang ditemukan sedini mungkin akan meminimalkan resiko komplikasi lebih lanjut
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5o C/ jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
R/ bayi dengan hipotermi memerlukan observasi ketat pada suhu tubuhnya, indikator keberhasilan penghangatan dapat dilihat dengan kenaikan suhu bayi (0.50C/jam)
Bila suhu bayi tidak naik atau naik kurang dari 0.50C/jam, maka waspadai untuk terjadinya sepsis
R/ salah satu tanda gejala sepsis adalah hipotermi yang menetap. Sehingga, penanganan hipotermi dilakukan dengan mengobati sepsis pada bayi.
Ambil sample darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
R/ pengecekan antibiotika yang cocok untuk bayi, antibiotika diberikan untuk mengobati infeksi yang terjadi dalam tubuh bayi
Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi sudah dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatar di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
R/ pemberian antibiotika harus diobservasi terus akan adanya alergi pada bayi. setelah bayi dalam keadaan stabil maka mekanisme termoregulasinya dalam keadaan baik. Bayi sudah dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, cara perawatan terhadap bayi harus diperhatikan oleh keluarga agar bayi tidak mengalami hipotermi kembali.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Hipotermia didefinisikan sebagai suhu inti tubuh dibawah 360C (Rutter 1999). Bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia melalui beberapa mekanisme, yang berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas diantaranya adalah penurunan produksi panas, peningkatan panas yang hilang dan kegagalan termoregulasi. Hipotermia dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis metabolic.
Saran
Hipotermia pada bayi baru lahir dapat lebih mudah di tangani bahkan dicegah apabila ada kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan anggota keluarga.
Bidan sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah, dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari resiko hipotermia. Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk melengkapi kebutuhan (misalnya: topi, pakaian, selimut bayi) untuk digunakan bayi setelah lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Kosim,Sholeh,dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Saifuddin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney,Hellen,dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidana. Jakarta:EGC
Fraser,Diane,dkk. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:EGC
Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR