Pathway Appendicitis
LAPORAN PENDAHULUAN APPENDISITIS
1. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
a) Appendiks adalah : Organ tambahan kecil yang menyerupai jari,
melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth,
2002 hal 1097 ).
b) Appendicitis adalah : suatu peradangan pada appendiks yang
berbentuk cacing, yang berlokasi dekat katup ileocecal (long, Barbara
C, 1996 hal 228)
c) Appendicitis adalah : Peradangan dari appendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk
2000 hal 307 ).
d) Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-
kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat di bawah katup
ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).
2. Etiologi
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada
factor prediposisi Yaitu :
a. Factor yang tersering adalah obtruksi lumen. Pada umumnya
obstruksi ini terjadi karena :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak
2. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3. Adanya benda asing seperti biji – bijian
4. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
streptococcus
c. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15
– 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan
jaringan limpoid pada masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk appendiks
1. Appendik yang terlalu panjang
2. Messo appendiks yang pendek
3. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4. Kelainan katup di pangkal appendiks
3. Patofisiologi
Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat , kemungkinan oleh faecalit ( massa keras dari faeces ), tumor ,
benda asing , bacterial dan virus. Proses inflamasi meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara
prodresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari
abdomen, akhirnya appendiks yanag terinflamasi berisi pus.
Sebagian kecil dari appendiks dapat menjadi membengkak atau nekrosis.
Tekanan didalam appendiks meningkat dengan cepat , menimbulkan nekrosis
yang cepat dari dinding appendiks dengan diikuti oleh perforasi.
4. Manisfestasi klinis
Adapun manifestasi klinis dari appendicitis yaitu :
1. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual, dan sering kali muntah.
2. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus
dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan.
3. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan
sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare
4. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kiri
bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kanan bawah)
5. Jika terjadi ruptur appendiks, maka nyeri akan menjadi lebih
menyebar, terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi
memburuk.
5. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa pada appendicitis didasarkan atas anamnesa
ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya.
a. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa, ada 4 hal yang
penting adalah :
Nyeri mula – mula di epeigastrium (nyeri visceral) yang beberapa
waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah.
Muntah oleh karena nyeri visceral
Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus)
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
nampak sakit, menghindarkan pergerakan di perut terasa nyeri.
b. Pemeriksaan yang lain
1. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh
perut,tetapi paling terasa nyeri pada titik Mc Burney. Jika sudah
infiltrat, insfeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan
kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney
2. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
3 Psoas sign
Pasien terlentang, tungkai kanan lurus dan ditahan oleh
pemeriksa.Pasien disuruh aktif memfleksikan articulation coxae kanan,
akanterasa nyeri di perut kanan bawah ( cara aktif ) pasien miring
kekiri, paha kanan dihiperekstensi oleh pemeriksa, akan terasa
nyeridi perut kanan bawah ( cara pasif ).
c. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi
tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang pada appendicitis akut dan
perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi.
b. Hb (hemoglobin) nampak normal
c. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan appendicitis
infiltrat
d. Urine penting untuk melihat apa ada insfeksi pada ginjal.
d. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosaappendicitis
akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan
gambaran sebagai berikut :
Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara
dan cairan
Kadang ada fekolit (sumbatan)
Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diafragma
6. Komplikasi
Apabila tindakan operasi terlambat, timbul komplikasi sebagai berikut
Peritonitis generalisata karena ruptur appendiks
Abses hati
Septi kemia
7. Penatalaksanaan
a) Perawatan prabedah perhatikan tanda – tanda khas dari nyeri:
Kuadran kanan bawah abdomen dengan rebound tenderness (nyeri tekan
lepas), peninggian laju endap darah, tanda psoas yang positif, nyeri tekan
rectal pada sisi kanan. Pasien disuruh istirahat di tempat tidur, tidak
diberikan apapun juga per orang. Cairan intravena mulai diberikan, obat –
obatan seperti laksatif dan antibiotik harus dihindari jika mungkin.
b) Terapi bedah :
Appendicitis tanpa komplikasi, appendiktomi segera dilakukan setelah
keseimbangan cairan dan gangguan sistemik penting.
c) Terapi antibiotik,
Terapi antibiotic ini diberikan tetapi anti intravena harus diberikan
selama 5 – 7 hari jika appendicitis telah mengalami perforasi.
2. KONSEP KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise
2 Sirkulasi
Tanda : Takikardi
Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awal awitan
Diare
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas,
kekakuan.
4 Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia , mual, muntah
5 Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik McBurney (setengah jarak
antara umbilicus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan,
bersin, batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga
perforasi atau infark pada apendiks
Keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas (sehubungan dengan
lokasi apendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau telentang
dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan / posisi duduk tegak.
Nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal.
Keamanan : Demam (biasanya rendah)
Pernapasan : Takipnea, pernapasan dangkal.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan
nyeri abdomen, contoh pielitis akut, batu ureter, salpingitis akut,
ileitis regional. Dapat terjadi pada berbagai usia .
b) Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan ujung-ujung saraf, pelepasan
mediator kimia (histamine, bradikinin, prostaglandin), distensi jaringan
usus oleh inflamasi
2. Risiko terhadap perubahan volume cairan / kekurangan volume
cairan berhubungan dengan muntah, mual, pembatasan makanan dan cairan,
kadang-kadang diare
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi atau ruptur
appendiks, peritonitis, pembentukan abses
4. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, nyeri
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya
mual,muntah dan pembatasan makanan .
6. Pembatasan aktivitas berhubungan dengan relokasi nyeri .
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, atau
kurangnya insformasi
c) Intervensi dan rasional Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan ujung-ujung saraf, pelepasan
mediator kimia (histamine, bradikinin, prostaglandin), distensi jaringan
usus oleh inflamasi.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji karakteristik nyeri : catat lokasi, durasi, intensitas
nyeri (skala 0-10).
Rasional : untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan
jenis tindakannya.
b. Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat.
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari penyakit klien.
c. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini mengurangi ketegangan pada organ – organ abdomen.
d. Berikan aktivitas hiburan
Rasional : Mengalihkan pasien dari rasa nyeri.
e. Anjurkan teknik relaksasi dengan napas dalam.
Rasional : Mengurangi ketegangan dapat mengurangi nyeri.
f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional : sebagai mitra kita perlu berkolaborasi dengan dokter, apabila
nyeri pasien tidak dapat hilang dengan posisi dan tehnik relaksasi.
2. Risiko terhadap perubahan volume cairan / kekurangan volume cairan
berhubungan dengan muntah, mual, pembatasan makanan dan cairan, kadang-
kadang diare.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tanda – tanda vital klien; awasi tekanan darah dan nadi
Rasional : Tanda – tanda vital sangat membantu mengidentifikasi fluktuasi
volume intravaskuler
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler.
Rasional : Turgor kulit dan membran mukosa merupakan indikasi status
hidrasi serta keadekuatan sirkulasi perifer
c. Kaji dan catat intake dan output cairan secara teliti, termasuk
urine output,catat warna urine/konsentrasi dan jenis
Rasional : Penurunan output urine pekat dan peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/ kebutuhan peningkatan cairan.
d. Berikan cairan peroral atau parenteral sesuai anjuran dan
lanjutkan dengan diet sesuai toleransi
Rasional : Dapat menurunkan iritasi gaster dan muntah serta meminimalkan
kehilangan cairan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan perforasi atau ruptur appendiks,
peritonitis, pembentukan abses.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Awasi dan catat tanda – tanda vital, perhatikan bila ada demam
berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen
Rasional : Segera timbulnya dugaan infeksi atau terjadinya sepsis, abses
peritonitis memudahkan perawat merencanakan dan melakukan tindakan
keperawatan secara dini.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka septic
sesuai prosedur kerja
Rasional : Dapat menurukan atau mencegah terjadinya infeksi
c. Pantau insisi luka dan balutan, catatan karakteristik drainase
luka/ adanya eritema
Rasional : Memberikan deteksi dini terjadinya situasi proses infeksi atau
pengawasan penyembuhan
d. Berikan informasi yang tepat dan jujur pada klien atau orang
terdekatnya tentang kondisi klien
Rasional : Suatu informasi yang akurat memberikan pengetahuan tentang
adanya kemajuan situasi sehingga memberikan dukungan emosi, membantu
menurunkan kecemasan
e. Kolaborasi dalam pemberian abat – obat antibiotic
Rasional : Memungkinkan penurunan jumlah organisme terutama pada infeksi
yang telah ada sebelumnya
4. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan, nyeri
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tingkat cemas.
Rasional : untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkat ansietas klien dan
memudahkan tindakan selanjutnya.
b. Beri penyuluhan tentang penyakit klien.
Rasional : dengan penyuluhan maka klien akan lebih paham dengan penyakitnya
serta mengurangi kecemasan klien.
c. Beri penyuluhan tentang tindakan pembedahan yang akan
dilakukan.
Rasional : penyuluhan awal sebelum pembedahan akan menurunkan tingkat
kecemasan klien.
d. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu berada disamping klien.
Rasional : keluarga sangat dibutuhkan sebagai penyemangat klien dalam
menghadapi pembedahan.
e. Beri aktivitas hiburan atau bahan bacaan yang menyenangkan.
Rasional : untuk mengalihkan pasien dari kecemasan.
f. Ingatkan klien untuk selalu berdoa pada Tuhan sesuai dengan
agamanya.
Rasional : dengan berdoa maka klien lebih kuat dalam menghadapi pembedahan.
g. Jika dibutuhkan, kolaborasi untuk pemberian obat penenang.
Rasional : untuk membantu klien dalam tidur dan istirahat.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya
mual,muntah dan pembatasan makanan.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tingkat kebutuhan nutrisi klien
Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Beri makanan kesukaan klien.
Rasional : memberikan makanan yang disukai klien akan mengundang selera
makan klien.
c. Beri makan porsi kecil tapi sering secara bertahap.
Rasional : membantu klien untuk makan secara perlahan – lahan sehingga
klien tidak mengalami muntah
d. Jangan beri makan yang merangsang asam lambung.
Rasional : makanan yang merangsang asam lambung akan mengakibatkan mual dan
muntah pada klien.
e. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi.
Rasional : agar klien lebih meningkatkan asupan nutrisinya
f. Kolaborasi tim kesehatan lain tentang pemenuhan kebutuhan gizi
klien
Rasional : agar kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan baik.
6. Pembatasan aktivitas berhubungan dengan relokasi nyeri.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana kemampuan klien dalammelakukan
aktivitas dan memudahkan dalam pemberian tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan kepada klien untuk menentukan sendiri posisi yang
menyenangkan baginya.
Rasional : memberikan kenyamanan bagi klien
c. Anjurkan pada keluarga untuk selalu berada disamping klien dan
membantu dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Rasional : agar klien tidak kesulitan dalam melakukan aktivitas karena
selalu dibantu oleh keluarga.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa
nyaman.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Tentukan kebiasaan tidur yang biasanya dan perubahan yang terjadi.
Rasional : mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi,
misalnya : bantal dan guling.
Rasional : meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan
fisiologis/psikologis.
c. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan
lingkungan baru.
Rasional : bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama,
stress dan ansietas dapat berkurang.
d. Cocokkan dengan teman sekamar yang mempunyai pola tidur yang serupa
dan kebutuhan malam hari.
Rasional : menurunkan kemungkinan bahwa teman sekamar yang " burung hantu "
dapat menunda pasien untuk terlelap atau menyebabkan terbangun.
e. Dorong beberapa aktivitas fisik pada siang hari, jamin pasien
berhenti beraktivitas beberapa jam sebelum tidur.
Rasional : aktivitas siang hari dapat membantu pasien menggunakan energy
dan siap untuk tidur malam hari.
f. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : membantu menginduksi tidur.
g. Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : memberikan situasi kondusif untuk tidur
h. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi, rendahkan tempat tidur
bila mungkin
Rasional : pagar tempat tidur memberikan keamanan dan dapat digunakan untuk
membantu merubah posisi
i. Kolaborasi dalam pemberian obat sedate, hipnotik sesuai indikasi
Rasional : mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat
selama periode transisi dari rumah ke lingkungan baru.
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat, atau
kurangnya informasi.
Intervensi keperawatan dan rasionalisasi :
a. Kaji pembatasan aktivitas pasien
Rasional : Memberi informasi pada klien untuk merencanakan kembali
rutinitas tanpa menimbulkan masalah.
b. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
Rasional : Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan mepermudah
aktifitas normal
c. Diskusikan mengenai perawatan dengan pasien dan keluarga.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama dalam program terapi,
meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan
d) Evaluasi
1. Mengalami peredaan nyeri
Melaporkan berkurangnya nyeri
Tidak mengalami nyeri tekan ditempat terjadinya infeksi
Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Defisit volume cairan tidak terjadi
turgor kulit baik,
kelembaban membran mukosa baik,
tanda – tanda vital stabil dan keluaran urine adekuat.
3. Tidak terjadi infeksi
tidak dijumpainya tanda – tanda infeksi
inflamasi,
drainase purulenta,
eritema
suhu badan normal
angka leukosit dan laju endap darah kembali normal.
4. Ansietas berkurang
Ekspresi wajah relaks
Cemas dan rasa takut hilang atau berkurang.
5. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
6. Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Menurunnya keluhan terhadap kelemahan
Tidak terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas
Berkurangnya nyeri
7. Pola tidur kembali normal
Jumlah jam tidur tidak terganggu
Insomnia berkurang
Adanya kepuasan tidur
Pasien menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologi
8. Pengetahuan pasien tentang proses penyakitnya bertambah.
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnese
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk
rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur
pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang
disebabkan insisi abdomen.
3) Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi,
operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-
abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi
apa yang pernah diderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang
dilakukan dan bagaimana genogramnya.
5) Pola Fungsi Kesehatan
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga
kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu
lamanya setelah pembedahan.
Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran
baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat, penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap
orang tua, waktu dan tempat.
Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
2.1.2 Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit
ada tidaknya kelemahan.
2) Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen
sebelah kanan bawah.
3) Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna
pucat.
4) Thoraks dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan
cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal
(16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
5) Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus
ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa
kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah
produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika
dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta
terfiksasi dengan baik.
6) Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat,
juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
2.1.3 Pemeriksaan Penunjang.
1) Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2) Pemeriksaan Radiologi
BOF, tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
2.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
"No "Diagnosa "Tujuan/Kriteria "Intervensi "
" "Keperawatan " " "
" " " " "
"1. "Nyeri abdomen "Nyeri berkurang. " Kaji tanda vital "
" "berhu-bungan dengan"Kriteria : " Kaji keluhan "
" "obstruksi dan "Klien mengungkapkan"nyeri, tentukan lokasi, "
" "peradangan "rasa sakit "jenis dan intensitas "
" "apen-diks. "berkurang. "nyeri. Ukur dengan skala "
" "Subyektif : "Wajah dan posisi "1-10. "
" " Nyeri daerah"tubuh tampak rileks" Jelaskan penyebab "
" "pusar menjalar ke " "rasa sakit, cara "
" "daerah perut kanan " "mengurangi. "
" "bawah. " " Beri posisi ½ "
" " Tungkai " "duduk untuk mengurangi "
" "kanan tidak dapat " "penyebaran in-feksi pada "
" "diluruskan. " "abdomen. "
" " " " Ajarkan tehnik "
" "Obyektif : " "relaksasi. "
" " Nyeri tekan " " Kompres es pada "
" "di titik Mc Burney." "daerah sakit untuk "
" " " "mengurangi nyeri. "
" " " " Anjurkan klien "
" " " "untuk tidur pada posisi "
" " " "nyaman (miring dengan "
" " " "menekuk lutut kanan). "
" " " " Puasa makan minum "
" " " "apabila akan dilakukan "
" " " "tindakan. "
" " " " Ciptakan "
" " " "lingkungan yang tenang. "
" " " " Laksanakan program"
" " " "medik. "
" " " " Pantau efek "
" " " "terapeutik dan non "
" " " "terapeutik dari "
" " " "pembe-rian analgetik. "
" " " " "
"2. "Resiko kekurangan "Cairan dan " Observasi tanda "
" "vo lume cairan "elektrolit da-lam "vital suhu, nadi, tekanan"
" "berhubung an dengan"keadaan seimbang. "darah, perna-pasan tiap 4"
" "mual, mun- tah, "Kriteria : "jam. "
" "anoreksia dan "Turgor kulit baik. " Observsi cairan "
" "diare. "Cairan yang keluar "yang keluar dan yang "
" " "dan masuk seimbang."masuk. "
" " " " Jauhkan "
" " " "makanan/bau-bauan yang "
" " " "merangsang mual atau "
" " " "muntah. "
" " " " Kolaborasi "
" " " "pemberian infus dan pipa "
" " " "lambung "
" " " " "
"3. "Kurang pengetahuan "Setelah diberikan " Jelaskan prosedur "
" "tentang prosedur "penje-lasan klien "persiapan operasi. "
" "per-siapan dan "memahami tentang " pemasangan infus. "
" "sesudah operasi. "prosedur per-siapan" puasa makan & minum "
" "Subyektif "dan sesudah operasi"sebelumnya 6 - 8 jam. "
" "Klien / keluarga " " cukur daerah operasi. "
" "ber-tanya tentang "Kriteria " Jelaskan situasi "
" "prosedur persiapan "Klien kooperatif "dikamar bedah. "
" "dan sesudah operasi"dengan tindakan " Jelaskan aktivitas"
" "Obyektif "persiapan operasi "yang perlu dilakukan "
" "Klien tidak "maupun sesudah "setelah operasi. "
" "kooperatif terhadap"operasi. " Latihan batuk efektif."
" "tindakan per-siapan"Klien " mobilisasi dini secara"
" "operasi. "mendemonstrasikan "pasif dan "
" " "latihan yang "aktif bertahap. "
" " "diberikan. " "
" " " " "
"4. "Kerusakan "Luka insisi sembuh " Pantau luka "
" "integritas ku-lit "tanpa ada tanda "pembedahan dari "
" "berhubungan dengan "infeksi. "tanda-tanda peradangan: "
" "luka pembedahan. " "demam, kemerahan, bengkak"
" " " "dan cairan yang keluar, "
" " " "warna jumlah dan "
" " " "karak-teristik. "
" " " " Rawat luka secara "
" " " "steril. "
" " " " Beri makanan "
" " " "berkualitas atau dukungan"
" " " "klien untuk makan. "
" " " "Makanan mencukupi untuk "
" " " "mempercepat proses "
" " " "penyembuhan. "
" " " " Beri antibiotika "
" " " "sesuai program medik. "
DAFTAR PUSTAKA :
Carpenito, L.J. (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doengoes, M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC,
Jakarta.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi,
EGC, Jakarta.
-----------------------
Hiperthermy
Jumlah lekosit
Hati
Diafragma
Pelvis
Abses sekunder
Obs. usus
Konstipasi
~Ô€Ô ÔˆÔŠÔÕ
ÕdÕfÕ Ö ssdddddQö #6ÖÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÖÿÿÿBakteri flora usus
Nyeri
Rangsang syaraf reseptor
Apendik
(bawah kanan rongga abdomen)
Infeksi
Edema
(Berisi Pus)
Infeksi akibat bakteri, virus, jamur, feses yang membatu, pola hidup, benda
asing.
Apendiksitis
Inflamasi