PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dikembangbiakkan karena
memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan makanan
yang tersedia. Selain itu juga memiliki potensi yang baik untuk
dikembangkan karena mudah untuk dipijahkan.
Masalah terbesar yang sering dianggap menjadi penghambat pembudidaya
ikan adalah munculnya serangan penyakit. Serangan penyakit yang disertai
gangguan hama dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi sangat lambat,
padat tebar sangat rendah, konversi ikan menjadi sangat tinggi, periode
pemeliharaan menjadi sangat lama, dan ini berarti meningkatnya biaya
produksi. Pada tahap lanjut serangan penyakit dan gangguan hama tidak
hanya mengakibatkan kegagalan panen, berarti mengakibatkan kerugian
ekonomi yang besar.
Penyakit ikan biasanya timbul karena adanya ketidak seimbangan
interaksi antara lingkungan, inang (ikan) dan organisme penyebab penyakit.
Organisme penyebab penyakit salah satunya adalah parasit. Parasit adalah
hewan atau tumbuhan yang hidup di dalam atau di luar tubuh organisme lain,
yang memperoleh makanan dari inangnya tanpa ada kompensasi apapun
(Ghufran, 2004).Parasit yang menyerang ikan dibedakan dalam dua kelompok
yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit adalah parasit yang hidupnya
di dalam organ tubuh ikan seperti saluran pencernaan, hati, otot, dan
darah, sedangkan ektoparasit adalah parasit yang hidupnya di bagian luar
tubuh ikan seperti kulit, sirip, insang, mulut, mata dan anus (Aryani et
al., 2004)
Menurut Daelami ( 2001 b) adanya infeksi ektoparasit pada bagian
tubuh ikan dapat menyebabkan beberapa gangguan pada organ, jaringan tubuh
maupun perilaku ikan secara umum. Tubuh ikan akan memberi reaksi terhadap
serangan parasit tersebut, sehingga terjadi pembengkakan dan terganggunya
sistem pertahanan tubuh. Lukistyowati (2005) menyatakan bahwa infeksi
ektoparasit antara lain dapat menyebabkan perubahan tingkah laku, perubahan
warna tubuh ikan, penurunan nafsu makan, pertumbuhan lambat, kerusakan
fisik, daya adaptasi menurun dan penurunan kualitas produksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan praktek magang tentang identifikasi ektoparasit pada ikan mas
(Cyprinus carpio L) di Balai Budi daya Air Tawar (BBAT) Jambi
2 Tujuan
Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
parasit yang menyerang dan mengetahui tingkat prevalensi kejadian dan
intensitas parasit tertinggi yang menginfeksi ikan mas (Cyprinus carpio L)
yang dibudidayakan di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi.
3 Manfaat
Manfaat praktek magang adalah dapat memberikan informasi tentang jenis-
jenis parasit yang menyerang ikan mas (Cyprinus carpio L) yang
dibudidayakan di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan infeksi parasit terhadap ikan mas (Cyprinus
carpio L).
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
Menurut Khairuman (2008) klasifikasi ikan mas adalah Phylum Chordata,
Subphyllum Vertebrata, Superclass Pisces, Class Osteichthyes, Subclass
Actinopterygii, Ordo Cypriniformes, Subordo Cyprinoidea, Family Cyprinidae,
Subfamily Cyprininae, Genus Cyprinus, Species Cyprinus carpio L.
Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio L)
Tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulut
terletak diujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).
Bagian anterior mulut terdapat 2 pasang sungut. Secara umum, hampir seluruh
tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Hanya sebagian kecil saja bagian
tubuhnya yang tidak tertutup oleh sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif
besar dan digolongkan dalam sisik tipe sikloid. Selain itu, tubuh ukin mas
juga dilengkapi dengan sirip. Sirip punggung (dorsal) berukuran relatif
panjang dengan bagian belakang berjari-jari keras dan sirip terakhir, yaitu
sirip ketiga dan keempat, bergerigi. Letak permukaan sirip punggung
bersebrangan dengan permukaan sirip perut (vebtral). Sirip dubur (anal)
yang terakhir bergerigi. Linea lateralis (gurat sisi) terletak di
pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang
pangkal ekor, gurat sisi pada ikan mas tergolong lengkap. Pharynreal teeth
(gigi kerongkongan) terdiri dari 3 baris yang berbentuk gigi geraham
(Suseno, 2004).
Ektoparasit Yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
Ektoparasit banyak ditemukan pada organ insang dan kulit tubuh ikan.
Biasanya ektoparasit ditemukan pada ikan-ikan yang dibudidayakan pada
kondisi perairan yang kurang baik atau kotor dengan kepadatan ikan yang
tinggi (Ghufran, 2004).
Ghufran (2004) menyatakan ikan yang terserang penyakit pada kulitnya
akan terlihat lebih pucat (tampak jelas pada ikan berwarna gelap) dan
berlendir. Serangan parasit pada insang menyebabkan ikan sulit bernapas,
tutup insang menjadi pucat. Pada lembaran insang sering terlihat bintik-
bintik merah karena pendarahan kecil (peradangan). Jenis-jenis parasit yang
sering menyerang ikan mas antara lain :
1 Dactylogyrus sp.
Kabata (1985) menyebutkan bahwa klasifikasi Dactylogyrus sp.
digolongkan kelas Monogenea, subkelas Polyonchoinea, ordo Dactylogyridea,
famili Dactylogyridae, genus Dactylogyrus dan spesies Dactylogyrus sp.
Daelami (2001 a) menyatakan Dactylogyrus sp. merupakan jenis cacing
yang biasanya menyerang pada insang. Cacing ini berbentuk pipih, pada ujung
badan dilengkapi alat yang berfungsi sebagai pengait dan penghisap darah.
Ikan yang terserang menjadi kurus dan kulit tidak terlihat cerah lagi.
Sirip ekor rontok dan tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna.
Ikan yang dijangkiti parasit ini akan menggosok-gosokan badan ke dasar
kolam.
Parasit ini selalu terdapat bersama-sama pada satu inang dan selama
hidupnya berada pada tubuh ikan. Parasit ini akan meninggalkan tubuh ikan
bila ikannya mati, kemudian larva yang baru menetas dari Dactylogyrus sp.
siap mencari ikan baru. Ikan yang menjadi inang yang baru ditemukan adalah
ikan yang telah terjangkiti oleh parasit lain. Bila selama sepuluh jam
setelah lepas ke perairan belum menemukan ikan, parasit ini akan mati
(Daelami, 2001 a).
2 Gyrodactylus sp.
Menurut Kabata (1985) Gyrodactylus sp. digolongkan ke dalam phylum
Vermes, subphylum Platyhelmintes, kelas Trematoda, ordo Monogenea, famili
Gyrodactylidae, genus Gyrodactylus, spesies Gyrodactylus sp. Hewan parasit
ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Ciri-ciri dari parasit ini
adalah berbentuk pipih, berukuran kurang dari 1 mm, bagian anterior
bercabang dua dan pada tiap lobus terdapat alat kepala, bagian posterior
terdapat haptor dengan pengait berukuran besar sebanyak 2 buah dan ditepi
haptor terdapat 16 duri kecil, bagian kepala tidak terdapat titik mata,
hanya ada kelenjar, usus bercabang dua, ovarium berbentuk V dan terletak di
bagian ventral atau posterior dari testis.
3 Ichthyophthirius multifilis
Handajani (2005) menyatakan bahwa klasifikasi dari jenis parasit
Ichthyophthirius multifiliis digolongkan ke dalam phylum protozoa, subpylum
Ciliophora, kelas Ciliata, subkelas Asperigira, ordo Holotrichia, genus
Icthyopthirius, spesies Ichthyophthirius multifiliis.
Parasit Ichthyophthirius multifilis biasanya menyerang lapisan
epidermis dari tubuh, sirip dan insang. Jadi parasit ini digolongkan ke
dalam ektoparasit (Aryani et al., 2011). Ciri morfologi "Ich" dijelaskan
dalam Kabata (1985). Tubuh berbentuk bulat sampai oval, diameter 50-100 µm,
serta ditutupi silia yang teratur kecuali bagian interior yang berbentuk
lingkaran disebut sitostoma. Makronukleus besar dan berbentuk seperti tapal
kuda. Mikronukleus tidak terlihat tanpa pewarnaan.
Gejala yang ditimbulkan pada ikan yang terinfeksi adalah : terjadinya
iritasi, ikan menggosok-gosokan tubuh ke pinggir kolam atau akuarium. Pada
infeksi lebih lanjut ikan terlihat meloncat-meloncat ke permukaan air dan
megap-megap di permukaan untuk mengambil udara, nafsu makan berkurang,
terjadi perubahan warna, gerakan menjadi lambat, dan tidak respon terhadap
rangsangan, tubuh ditutupi oleh lendir yang tebal (Aryani et al., 2011).
4 Tricodina sp.
Klasifikasi dari parasit Trichodina sp. menurut Kabata (1985) adalah
sebagai berikut : Filum protozoa, Sub filum Ciliophora, Klas Ciliata, Ordo
Petrichida, Sub ordo Mobilina, Famili Trichodinidae, Sub famili
Trichodininae, dan Genus Trichodina.
Parasit ini di Indonesia ditemukan pada ikan Cyprinus carpio,
Helostoma temminckii, Hypopthalminchtys molitrix, Osphronemus gouramy,
Osteochilus hasellti, Puntius javanicus, Tilapia mossambica, Trichogaster
pectoralis (Kabata, 1985).
Trichodina sp. dapat menyebabkan penyakit gatal pada ikan. Bagian
tubuh yang diserang yaitu kulit, sirip, dan insang. Ikan yang telah
terserang memiliki bintik-bintik putih terutama pada kepala dan punggung.
Nafsu makan ikan turun sehingga ikan kurus dan pergerakannya lemah,
produksi lendir bertambah sehingga ikan tampak mengkilap dan sering pula
ditemukan pendarahan. Trichodina sp. termasuk parasit obligat yaitu selama
hidupnya berfungsi sebagai parasit dan tidak melepaskan diri dari inangnya
(ikan). Penularannya terjadi melalui kontak langsung antara ikan yang sehat
dengan ikan yang telah terjangkiti parasit (Daelami, 2001 a).
5 Chilodonella
Chilodonella sp. Berkembang biak pada suhu 0,5-20 °C. Dalam kondisi
yang tidak baik, akan membentuk kista. Chilodonella sp. tidak dapat hidup
tanpa adanya inang dalam jangka waktu lebih dari 12-24 jam (Purbomartono et
al., 2010). Chilodonella sp. berbentuk seperti serpihan daun, berukuran 30-
70 x 20-40 µm.
6 Lernea sp.
Jenis Lernea yang banyak ditemukan menyerang ikan air tawar adalah
Lernea cyprinacea, yaitu sejenis udangan renik yang berbentuk bulat panjang
seperti cacing . Pada bagian kepalanya terdapat organ yang mnyerupai
jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar
(anchor worm). Dengan perantaraan organ ini cacing jangkar menempelkan
dirinya ketubuh ikan (Ghufran, 2004).
Menurut Ghufran (2004) selama hidupnya cacing jangkar mengalami tiga
kali perubahan tubuhnya, yaitu nauplius, copepodid dan benutuk dewasa.
Lamanya satu siklus hidup tergantung dari temperatur lingkungan, di
Indonesia umumnya mencapai 21-25 hari.
Hampir semua jenis ikan air tawar terserang parasit Lernea sp.
terutama pada pembenihan dan pendederan. Bagi benih ikan yang terinfeksi
dalam stadium awal dapat diobati dengan merendamnya dalam larutan formalin
25 cc/m3 selama 15 menit, atau perendaman dengan dylox sebanyak 20 ppm
selama 15 menit, dan dapat juga dipakai dengan cara menambahkan pada
makanan sebesar 0,25% (Ghufran, 2004).
7 Myxobolus sp.
Menurut Gufran (2004) siklus hidup Myxobolus sp. belum diketahui
dengan pasti. Jika biintil pecah, spora yang ada didalamnya menyebar
seperti plankton. Spora mempunyai ukuran 10-20 mikron (0,01-0,02 mm),
sehingga sering tertelan oleh ikan dalam usus ikan spora ini akan
melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan semacam benang halus ke
polar kapsulnya. Jika spora ini dapat mencapai dinding usus, spora akan
bergantungan pada dinding usus. Selanjutnya dinding spora akan akan larut
dan keluarlah binatang yang dapat bergerak seperti amuba. Binatang ini akan
masuk ke saluran darah dan meyebar keseluruh tubuh untuk membentuk bintil
baru yang siap menyebarkan spora. Penyebaran spora ini dapat terjadi jika
ikan mati atau melalui luka pada tubuh ikan.
Ikan yang terserang myxobolus menunjukkan gejala-gejala berupa
timbulnya bintil berwarna kemerah-merahan, yang sebenarnya bintil ini
adalah kumpulan dari spora. Bintil ini sering menyebabkan tutup insang ikan
selalu terbuka. Pada insang ikan yang terserang terdapat benjolan
menyerupai tumor, sehingga terjadi gangguan pada sirkulasi pernapasan,
nekrosis, serta penurunan fungsi organ pernapasan (Gufran, 2004).
Pencegahan dan Penanganan Terhadap Ektoparasit
Menurut Munajat dan Budiana (2003) pencegahan parasit dapat
dilakukan peternak ikan antara lain, secara mekanik, kimia, atau biologis.
Agar hasil memuaskan, pemilihan teknik harus sesuai dengan kondisi
lingkungan.
Penanggulangan untuk mencegah terjadinya serangan parasit dalam kolam
atau tambak dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan-
bahan kimia yang sering dijadikan obat antara lain yaitu formalin, hidrogen
peroksida, antibiotik (prefuran), methylen blue, malacyte green, dan
lainnya serta untuk mencegah terjadinya penyakit pada kegiatan budidaya,
saat ini sudah dikembangkan beberapa metode, diantaranya pemberian
probiotik atau persaingan antara faktor-faktor biologis. Alternatif yang
sering dilakukan adalah vaksinasi atau indikasi kekebalan. Selain vaksin
juga dilakukan tindakan pemberian imunostimulan berupa vitamin C (Ilmiah,
2007).
Vitamin C merupakan bahan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
benih yang dapat berfungsi sebagai stimulan untuk sistem pertahanan tubuh
non spesifik sehingga merupakan suatu komponen penting untuk meningkatkan
kekebalan non spesifik (Secombes, 1994).
Kualitas Air
Menurut Cahyono (2000) kebersihan air sangat berpengaruh terhadap
kesehatan ikan. Sumber air yang bersih adalah sumber air yang bukan
digunakan untuk pembuangan limbah industri, sumber air yang belum
terpolusi oleh bahan berbahaya. Kriteria beberapa parameter kualitas air
yang layak untuk budidaya ikan mas (Cyprinus carpio L) dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Kualitas Air untuk Budidaya Ikan mas (Cyprinus carpio L)
"Parameter Kualitas Air "Kisaran Optimum "
"Suhu Air "24 – 28 °C "
"DO " "
" "4-6 mg/L "
"pH " "
" "6,5 – 8,5 "
"Amoniak "2,4 ppm "
Sumber : Cahyono, 2000
METODE PRAKTEK
1. Waktu dan Tempat
Praktek magang ini dilaksanakan pada 23 Januari sampai 21 Februari
2014 bertempat di Laboratorium Penguji Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT)
Jambi yang terletak di Jl. Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam, Kab. Muaro Jambi,
Provinsi Jambi.
2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam mengidentifikasi adalah ikan mas (Cyprinus
carpio L) sebanyak 30 ekor yang sakit dan akuades. Kriteria ikan sakit
nafsu makan turun atau hilang, berenang pasif, perubahan warna ikan
menjadi lebih gelap atau pucat, pertumbuhan lambat, adanya luka dan
pendarahan di tubuh terutama pada bagian sekitar mulut, sirip dan ekor,
Alat yang digunakan dalam mengidentifikasi parasit pada ikan mas
(Cyprinus carpio L) ini yaitu dissecting, mikroskop, kamera digital,
monitor, gunting bedah, ember, tangguk, baskom plastik, pipet tetes,
kertas tisu, pengagaris, kaca objek dan cover glass serta alat untuk
mengukur kualitas air seperti thermometer, pH meter, dan DO meter.
3. Metode Praktek
Metode yang akan digunakan adalah metode praktek secara langsung,
serta melakukan pengamatan di lapangan dan di laboratorium untuk memperoleh
data-data atau keterangan yang aktual. Metode pemeriksaan pada sampel ikan
dilakukan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan parasit. Selain itu,
untuk mendapatkan data primer dilakukan tanya jawab antara pegawai dan
pembimbing lapangan. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari instansi
terkait yang berhubungan dengan data yang diperlukan, serta ditambahkan
melalui studi pustaka dari buku – buku, jurnal dan literatur lainnya.
1. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan berasal dari kolam Balai Budi Daya Air Tawar
(BBAT) Jambi. Sampel ikan yang diambil menunjukkan gejala klinis terserang
parasit, sampel harus dalam keadaan hidup karena sifat parasit yang
hidupnya menempel pada inang yang masih hidup. Pengukuran parameter
kualitas air pada kolam pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio L) yang
diukur adalah suhu, pH, DO, dan NH3.
2. Pemeriksaan Ektoparasit
Pemeriksaan parasit yang dilakukan selama praktek Magang di BBAT Jambi
mengacu pada pedoman teknik diagnosa penyakit ikan BBAT Jambi dan Japan
International Corporation Agency (JICA), 2002. Langkah pertama yang harus
dilakukan dalam pemeriksaan ektoparasit adalah dengan membuat preparat dari
permukaan tubuh, sirip dan lamella insang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pemeriksaan keberadaan
ektoparasit pada permukaan tubuh ikan adalah mengerok (scrapping) permukaan
tubuh ikan menggunakan scapel, hasil scrapping diletakkan ke objek glass
yang telah diberi akuades kemudian tutup dengan cover glass.
Langkah-langkah pemeriksaan ektoparasit pada insang antara lain
memotong beberapa lamella insang, hasil pemotongan diletakkan ke objek
glass yang telah diteteskan akuades kemudian tutup dengan cover glass.
Langkah-langkah pemeriksaan ektoparasit pada sirip antara lain memotong
bagian sirip , hasil pemotongan diletakkan ke objek glass yang telah
diteteskan akuades kemudian tutup dengan cover glass. Preparat yang telah
dibuat selanjutnya diperiksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400-
1000 x.
" " "
"Gambar 2: Preparat "Gambar 3: Pengamatan parasit "
" " "
3. Perhitungan Data Praktek Magang di BBAT Jambi
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui nilai intensitas dan
prevalensi parasit yang terdapat pada ikan sampel. Perhitungan data
intensitas dan prevalensi parasit pada ikan mas (Cyprinus carpo L) di Balai
Budi Daya Air Tawar Jambi.
a. Intensitas
Menurut Dogiel et al., (1970), intensitas adalah nilai keseringan suatu
parasit yang menginfeksi ikan sampel dibagi dengan jumlah total ikan sampel
yang terinfeksi. Data diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Intensitas = Jumlah total parasit yang menginfeksi
Jumlah ikan sampel yang terinfeksi parasit
b. Prevalensi
Menurut Dogiel et al., (1970), prevalensi adalah proporsi ikan sampel
yang terinfeksi tiap-tiap spesies. Data dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Prevalensi = Jumlah ikan sampel yang terinfeksi parasit x 100%
Jumlah total ikan sampel yang diperiksa
4. Analisis Data
Data yang akan dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dengan melakukan pengamatan secara lansung dan wawancara
lansung berdasarkan quisioner dengan semua pihak yang terlibat di Balai
Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi selama mengikuti magang. Data sekunder
merupakan data yang berasal dari instansi-instansi yang berkaitan dan
mendukung hasil Praktek Magang di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi. Data
yang diperoleh dari di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi dikumpulkan dan
ditabulasikan dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif untuk
memberikan gambaran tentang jenis-jenis parasit pada ikan mas.
Data parasit yang dijumpai dikumpulkan dan ditabulasikan dalam bentuk
tabel serta di anallisis secara statistik deskriptif untuk memberikan
gambaran tentang identifikasi ektoparasit (prevalensi dan intensitas) yang
menyerang ikan mas (Cyprinus carpio L).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Umum Balai Budidaya Air Tawar Jambi
Balai Budi Daya air tawar (BBAT) Jambi berlokasi di Desa Sungai Gelam
Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, 30 km di sebelah Timur dari
Kota Jambi dengan koordinat 01° 044' 34,4' LS,103° 0 45'00,9" BT dan 35 m
diatas permukaan laut (DPL).
Adapun batas desa ini adalah sebelah timur berbatasan dengan Desa
Petaling, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Margalama, Sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Tangkit dan sebelah Selatan berbatasan dengan
kawasan transmigrasi. Luas areal 20 ha terdiri atas 4,8 ha perkolaman, 3,35
ha waduk, dan 11,85 daratan yang digunakan untuk perkantoran, asrama, mess
operator serta saran penunjang lainnya. Sumber air berasal dari resapan
lahan di sekitar Balai Budidaya Air Tawar yang ditampung dalam tiga
waduk/reservoir.
1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
Untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan dan peningkatan
produksi perikanan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam surat keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 346/kpst/OT.210/5/94 Tanggal 6 Mei 1994, maka
dibentuklah Loka Budidaya Air Tawar Jambi yang berstatus Eselon IV, dengan
wilayah kerja meliputi Indonesia barat. Berdasarkan surat keputusan Menteri
Eksploitasi Laut dan Perikanan Nomor : 66 tahun 2000 tanggal 31 Juli 2000
terjadi perubahan struktur organisasi Loka Budidaya Air Tawar Jambi. sesuai
perkembangannya, pada tanggal 1 Mei 2000 Loka Budidaya Air Tawar Jambi
berubah menjadi Balai Budidaya air Tawar Jambi yang berstatus eselon III,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26-
E/MEN/2001.
Balai Budi Daya Air Tawar jambi merupakan Unit Pelaksana Teknis
Departemen Kelautan dan Perikanan dibidang budidaya Air Tawar yang berada
di bawah tanggung jawab Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, dengan
wilayah kerja meliputi pulau Sumatera dan Kalimantan.
2. Fungsi dan Tugas Pokok
Adapun fungsi dari Balai Budi Daya Air Tawar Jambi adalah sebagai
berikut :
Fungsi BBAT Jambi berdasarkan surat Keputusan Menteri kelautan dan
Perikanan Nomor : KEP.26-E/MEN/2001 Tanggal 1 Mei 2001, adalah :
1. Pengkajian, pengujian dan bimbingan penerapan standar pembenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar.
2. Pengkajian standar dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu dan
sertifikasi personil pembenihan serta pembudidayaan ikan air tawar.
3. Pengkajian sistem dan tata laksana produksi dan pengelolaan induk dasar
ikan air tawar.
4. Pelaksanaan pengujian teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan air
tawar.
5. Pengkajian standar pengawasan benih, pembudidayaan serta pengendalian
hama dan penyakit ikan air tawar.
6. Pengkajian standar pengendalian lingkungan dan sumberdaya induk/benih
ikan air tawar.
7. Pelaksanaan sistem jaringan laboratorium pengujian, pengawasan benih dan
pembudidayaan air tawar.
8. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi pembenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Tugas pokok dari Balai Budi Daya Air Tawar Jambi itu sendiri yaitu
melaksanakan penerapan teknik pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar
serta pelestarian sumberdaya induk/benih ikan air tawar.
3. Visi dan Misi Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
Visi : Balai Budi Daya Air Tawar Jambi sebagai penghasil induk unggul dan
teknologi terapan budidaya air tawar terbesar.
Misi : Untuk mendukung visi yang telah ditetapkan, maka misi yang di emban
oleh BBAT jambi adalah
1. Mengembangkan rekayasa teknologi budi daya ikan air tawar
2. Meningkatkan produksi induk dan benih unggul
3. Meningkatkan sisteminformasi IPTEK dan standarisasi perikanan air tawar
4. Meningkatkan jasa pelayanan teknologi dan produksi
5. Melaksanakan supaya pelestarian sumberdaya ikan (plasma Nutfah) dan
lingkungan.
4. Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan PERMEN Kelautan dan Perikanan Nomor : PER
09/MEN/2006 tanggal 12 Januari 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Budi Daya Air Tawar, struktur organisasi BBAT Jambi terdiri atas:
a. Kepala Balai
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Pelayanan Teknik
d. Seksi Standardisasi Dan Informasi
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam menjalankan tugasnya Balai Budi Daya Air Tawar Jambi dipimpin
oleh seorang kepala dan dibantu oleh Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan
Fungsional. Berikut adalah uraian tugas dari masing-masing seksi dalam
struktur organisasi mengacu pada PERMEN Kelautan dan Perikanan No :
09/MEN/2006 :
1. Sub Bagian Tata Usaha :
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program, dan anggaran,
pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, jabatan fungsional,
persuratan, barang kekayaan milik negara dan rumah tangga, serta evaluasi
dan pelaporan
2. Seksi Pelayanan Teknik :
Mempunyai tugas melakukan pelayanan teknik kegiatan pengembangan,
penerapan, serta pengawasan teknik perbenihan dan pembudidayaan ikan air
tawar.
3. Seksi Standardisasi dan Informasi :
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan standar teknik dan pengawasan
perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar, dan pengendalian hama dan
penyakit ikan, lingkungan, sumber daya induk dan benih ikan air tawar,
serta pengelolaan jaringan informasi dan perpustakaan
4. Kelompok Jabatan Fungsional :
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perekayasaan, pengujian,
penerapan bimbingan penerapan standar/sertifikasi perbenihan dan
pembudidayaan ikan air tawar, pengendalian hama dan penyakit ikan,
pengawasan benih/budidaya dan penyuluhan serta kegiatan lain yang sesuai
dengan tugas masing-masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada kelompok jabatan fungsional ini dibagi dalam tiga kelompok besar
yaitu:
1. Kelompok Ikan Spesifik Lokal dan Ikan Hias
2. Kelompok Ikan siklid
3. Kelompok Ikan Catfish
4. Kelompok Nutrisi, Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Bagan struktur organisasi balai budi daya air tawar jambi
Gambar 4: Struktur Organisasi di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
5. Sumber Daya Manusia
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di Balai Budi Daya Air Tawar
Jambi
"No "Tingkat Pendidikan "Jumlah "
"1 "Magister "7 "
"2 "Sarjana "31 "
"3 "Sarjana Muda "14 "
"4 "SLTA "31 "
"5 "SLTP "6 "
"6 "SD "9 "
Sumber : Data Sekunder Balai Budi Daya Air Tawar Jambi (2014)
Tabel 3 : Status kepegawaian
"No "Status "Jumlah "
"1 "PNS "70 "
"2 "Kontrak "29 "
Sumber : Data Sekunder Balai Budi Daya Air Tawar Jambi (2014)
6. Sarana dan Prasarana
Dalam mendukung semua kegiatan di BBAT Jambi, maka Balai
dilengkapi dengan sarana dan prasarana diantaranya:
A. Hatchery
Hatchery yang dimiliki oleh BBAT Jambi terdiri atas: hatchery 1 (
patin siam, lele, baung), hatchery 2 (nila), hatchery 3 (jelawat) dan
hatchery ikan hias (gurami, arwana, botia)
B. Perkolaman
Perkolaman ini digunakan untuk kegiatan pendederan, pembesaran,
pemeliharaan induk serta untuk kegiatan perekayasaan. Kolam yang ada di
BBAT Jambi terdiri dari : kolam Induk 600 m (10 buah), kolam pendederan 500
m2 (15 buah) dan ukuran 250 m2 (28 buah), kolam pembesaran 1500
m2 (11 buah) dan ukuran 500 m2 (18 buah), kolam induk ikan hias 50 m2 (4
buah), bak nila 56 buah, bak pakan alami 5 ton (12 unit) 30 ton (7
unit),dan keramba jaring apung sebanyak 60 unit.
C. Laboratorium
Laboratorium di BBAT Jambi terdiri dari : Laboratorium Nutrisi,
kualitas air, kesehatan ikan dan Laboratorium pakan alami, semua ini
dugunakan untuk kegiatan analisa kualitas air, pakan dan penyakit ikan.
Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBAT Jambi merupakan
salah satu laboratorium yang telah menerapkan Good Laboratory Practice
serta dokumen sistem manajemen mutu berdasarkan ISO/ICE 17025:2005.
Laboratorium ini telah TERAKREDITASI oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN)
sejak Juni 2011 dengan nama Laboratorium Penguji BBAT Jambi dengan Nomor :
LP-519-IDN. Keberadaan Laboratorium Pengujian BBAT Jambi Merupakan salah
satu komitmen dari BBAT Jambi, DJPB-KKP dan memberikan pelayanan kepada
masyarakat luas dalam pengujian sampel ikan, air dan pakan
Kegiatan pengujian yang dapat dilakukan di laboratorium
Pengujian BBAT Jambi antara lain :
1. Pengujian Virus
Pengujian Virologi, diagnosis KHV secara PCR
Peengujian Genetik, deteksi gen/alel anti KHV secara PCR
2. Pengujian Parasit
Jenis parasit yang dapat diidentifikasi antara lain: Argulus
sp., Chillodonella sp., Centrocescus sp., Dactylogyrus sp, Epistylis sp.,
Ichthyophthirius multifiliis, Lernea sp., Glochidium sp., Gyrodactylus
sp., Heneguya sp., Myxobolus sp., Oodinium sp., Trichordina sp.
3. Pengujian Bakteri
a. Identifikasi bakteri pathogen antara lain: Edwardsiella ictaluri,
Aeromonas hydrophila, Pseudomonas sp., Streptococcus sp.,
Flavobacterium sp., Vibrio sp., dll
b. Penghitungan Angka Lempeng Total Bakteri (ALT) dan Angka Lempeng Total
Bakteri Vibrio sp. (TBV)
4. Analisa Proksimat
Meliputi kadar lemak, kadar air, kadar abu, kadar protein dan serat
kasar.
5. Pengujian Kualitas Air
Meliputi suhu, pH, Oksigen terlarut, Salinitas, Alkalinitas,
Kesadahan, Amoniak, Nitrat, Nitrit, Fosfat, Total Nitrogen, TOM, COD,
Turbiditas, dll
6. Pengujian Logam Berat dan Residu Antibiotik
a. Pengujian Logam Berat
Meliputi Kalium (ca), Cadmiun (cd), Copper (Cu), Magnesium (Mg),
Mangan (Mn), Fe, Timbal/Lead (Pb), Natrium/Sodium (Na),
Kalium/pottasium (K) Zinc (Zn), Total Mercury (Hg).
b. Pengujian Residu Antibiotik
Meliputi; Chloramphenicol, Oxytetracycline, Nitrofuran (AOZ) dan
Nittrofuran (AMOZ).
D. Jaringan Listrik
Kapasitas terpasang jaringan listrik yang ada di BBAT Jambi
sebesar 60 KVA berasal dari PLN Rayon Kota Baru Jambi. Untuk menanggulangi
terjadinya ganguan pemadaman listrik dari PLN maka disiapkan juga Generator
Set (Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing-masing 60 KVA (1
unit) , 150 KVA (1 unit), 20 KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit)
E. Gedung
Gedung yang dimiliki BBAT Jambi terdiri atas: gedung
perkantoran 240 m2, aula 170 m2, gedung pejabat fungsional 120 m2,
perpustakaan 100 m2, asrama 4 kopel (3 kopel @ 90 m2, ), 1 kopel
100 m2, mess operator tipe 21 (7 unit), tipe 45 (18 unit), tipe 70 ( 5
unit), tipe 36 (10 unit) bangunan gudang (5 unit), dan bengkel ( workshop).
F. Sarana Transportasi
BBAT Jambi ditunjang oleh beberapa kendaraan operasional antara lain:
kendaraan roda enam /truk (2). Kijang minibus (6), kijang pick up ( 1),
isuzu ELF minibus (1), mitsubushi L-300 (1), KIA Travello (1), kendaraan
roda 3 (1), Kendaran roda2 (4), dan kendaraan roda 4 ( 1 buah tidak layak
pakai). Motor Revo 5 unit.
2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
Hasil pengamatan identifikasi ektoparasit yang dilakukan selama
praktek magang ditemukan jenis-jenis parasit yang menyerang ikan mas di
kolam semi permanen B 11 dan B 12 dengan memperhatikan tingkat prevalensi
dan juga intensitas parasit yang terjadi.
1. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Kolam B 11
Pengamatan parasit ikan mas kolam B 11 dengan menghitung tingkat
prevalensi dan intensitas parasit dapat dilihat pada Tabel 4 pengamatan
dilakukan 2 kali. Tingkat prevalensi kejadian parasit yang tertinggi
Dactylogyrus sp. dan Lernea sp., yakni 29 %. Sedangkan Trichodina
sp., 14 % serta Chilodonella sp., Gyrodactylus sp., Glochidium sp.,
Myxobolus sp. 7 %. Tingkat intensitas parasit yang tertinggi yaitu 15,5
pada parasit Dactylogyrus sp. Sedangkan intensitas terendah pada parasit
Lernea sp. dan Chilodonella sp. yakni masing-masing nilai intensitasnya
2.
Tabel 4. Prevalensi dan intensitas masing - masing parasit yang ditemukan
pada ikan mas sampel dari kolam B 11
"Nama parasit "Total "Jumlah "Total " "Prev "Intensi"
" "ikan "ikan "parasit " "(%) "tas "
" "sampel "terinfeksi"yang " " " "
" "(ekor) " "menginfeksi" " " "
" " "(ekor) "(indv atau " " " "
" " " "sel) " " " "
"Dactylogyrus "10 "4 "62 " "29 "15.5 "
"sp. " " " " " " "
"Lernea sp. "10 "4 "8 " "29 "2 "
"Chilodonella "10 "1 "2 " "7 "2 "
"sp. " " " " " " "
"Gyrodactylus "10 "1 "4 " "7 "4 "
"sp. " " " " " " "
"Glochidium "10 "1 "3 " "7 "3 "
"sp. " " " " " " "
"Tricodina "10 "2 "15 " "14 "7.5 "
"sp. " " " " " " "
"Myxobolus "10 "1 "1 " "7 "1 "
Ket = Indv : Individu, Prev (% ): Prevalensi
Pada pengamatan ikan mas dari kolam B 11 , kondisi ikan yang
terjangkit parasit dan penyakit dapat dilihat dengan lendir yang banyak
dan insang telihat membiru. Ikan dalam keadaan stress mengakibatkan
penularan parasit dapat berjalan cepat terutama pada parasit Dactylogyrus
sp. dan Lernea sp. yang memiliki nilai prevalensi tertinggi yakni 29 %.
Tingginya nilai prevalensi satu faktor bahwa siklus hidup parasit yang
berlangsung dengan cepat dalam kondisi siklus budidaya, karena parasit ini
tidak memerlukan inang perantara dalam siklus hidupnnya (Aryani et al.,
2011).
Intensitas parasit Dactylogyrus sp. juga tinggi yakni bernilai 15,5
dari sepuluh sampel ikan empat ikan sampel terinfeksi parasit Dactylogyrus
sp. Kedaan ikan yang banyak stress memicu parasit mudah menyerang tubuh
ikan, terutama pada pagi hari dimana kondisi perairan yang sedikit
mengandung oksigen terlarut mengakibatkan ikan lemas kekurangan oksigen
memberikan kesempatan pada parasit untuk menyerang ikan. Diagram prevalensi
kejadian dan intensitas parasit tertinggi dan terendah pada ikan mas di
kolam B 11 (Gambar 5).
Gambar 5. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Kolam B11
2. Identifikasi ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Kolam B 12
Pengamatan parasit pada ikan mas kolam B 12 dengan menghitung tingkat
prevalensi dan intensitas parasit dapat dilihat pada Tabel 5 pengamatan
dilakukan sebanyak 4 kali pemeriksaan pada tanggal 5, 7, 14 dan 19 Februari
2014. Tingkat prevalensi kejadian parasit yang tertinggi 35 % pada parasit
Dactylogyrus sp sedangkat tingkat prevalensi terendah 5 % Myxobolus.
Tingkat intensitas parasit yang tertinggi yaitu 18,7 pada parasit
Tricodina sp. Sedangkan intensitas terendah pada parasit Myxobolus sp.
yakni bernilai 2.
Tabel 5. Prevalensi dan intensitas masing -masing parasit yang ditemukan
pada ikan mas sampel dari kolam B 12.
"Nama parasit "Total "Jumlah "Total " "Prev "Intensi"
" "ikan "ikan "parasit " "(%) "tas "
" "sampel "terinfeksi"yang " " " "
" "(ekor) " "menginfeksi" " " "
" " "(ekor) "(indv atau " " " "
" " " "sel) " " " "
"Dactylogyrus "20 "7 "86 " "35 "12.3 "
"sp. " " " " " " "
"Lernea sp. "20 "2 "6 " "10 "3.0 "
"Chilodonella "20 "2 "12 " "10 "6.0 "
"sp. " " " " " " "
"Gyrodactylus "20 "2 "8 " " 10 "4.0 "
"sp. " " " " " " "
"Glochidium "20 "3 "13 " "15 "4.3 "
"sp. " " " " " " "
"Tricodina "20 "3 "56 " "15 "18.7 "
"sp. " " " " " " "
"Myxobolus "20 "1 "2 " "5 "2.0 "
Ket = Indv : Individu, Prev (% ): Prevalensi
Pada ikan mas di loma B 12 presentase ikan yang terserang ikan
yang terinfeksi seluruh ikan (prevalensi) tertinggi yaitu pada parasit
Dactylogyrus sp. 35 % dan 15 % pada parasit Tricodina sp. Intensitas
parasit Tricodina sp. juga tinggi yakni mencapai 18.7. Intensitas dan
prevalensi Tricodina sp. tinggi diduga karena parasit Tricodina sp. hidup
dengan cepat pada kondisi kolam yang tergenang dan biasanya menyerang
pada ikan stadia ikan ukuran benih atau pendederan.
" " "
Gambar 6. Diagram prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Kolam B12
3. Dactylogyrus sp.
Penyerangan Dactylogyrus sp. banyak ditemukan pada insang ikan mas.
Dactylogyrus sp. sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau
dan laut. Dactylogyrus sp. menginfeksi insang semua jenis ikan air tawar,
terutama ukuran benih.
Ikan mas yang terinfeksi Dactylogyrus sp. memproduksi lendir yang
berlebihan. Menurut Irianto (2005) menyatakan Dactylogyrus sp. cenderung
melekat pada insang dengan haptor, menginfeksi hampir semua ikan air tawar
terutama cyprinid. Infestasi Dactylogyrus sp. akan merangsang sekresi mucus
berlebihan dan dapat menyebabkan tepi lamella insang tercabik atau luka.
Gambar 7. Insang terinfeksi Dactylogyrus sp. (Pembesaran 1000x)
Dari pengamatan selama praktek kandungan oksigen terlarut pada pagi
hari cenderung rendah. Keadaan insang pada saat pengamatan cenderung
berlendir dan lamella insang menyatu satu sama lain serta memucat seperti
pada Gambar 7.
Menurut Ghufran (2004) penanggulangan penyakit Dactylogiriasis
dilakukan dengan pemberian pakan yang cukup terutama ikan-ikan yang
berukuran benih (1,5-5 cm), segera pindahkan kelurkan dari kolam atau
matikan jika ikan menunjukkan infeksi berat, kolam dikeringkan bila mungkin
setelah kering 2-3 hari, dasar kolam diberi kapur (CaO)25 kg/ha. Sedangkan
pengobatan dengan methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam atau PK 0,01 %
selam 30 menit.
4. Lernea sp.
Lernea sp menjangkit ikan sampel yang berasal dari kolam B 11 dari 10
ekor ikan sampel 4 ekor ikan terinfeksi parasit jenis Lernea sp dengan
intensitas 2 prevalensi 29 %. Sedangkan ikan sampel dari kolam B 12
terdapat 2 ekor ikan terinfeksi parasit Lernea sp dari total sampel 20 ekor
ikan dengan intensitas 3 dan prevalensi 10%.
Gambar 8. Lernea sp (Pembesaran 1000 x)
Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan pengeringan kolam,
menyaring air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia
untuk membasminya, khususnyab stadium nauplius dan copepodid. Untuk
menghindari terjadinya serangan sekunder, ikan direndam kedalam larutan
Tetracyline 250 mg per 500 liter air selama 2-3 jam. Proses perendaman
dapat diulangi selama 3 hari (Ghufran, 2004).
5. Chilodonella sp.
Chilodonella sp. menginfeksi 1 ekor dari total ikan sampel 10 ekor
yang berasal kolam B 11 dengan intensitas parasit yang menyerang adalah 2
dan prevalensi 7 %. Sedangkan dari kolam B 12 dijumapai 2 ekor ikan
terinfeksi dari toatal ikan sampel 20 ekor. Intensitas penyerangan parasit
ini terhadap ikan mas adalah 6 dengan prevalensi 10 %.
Gambar 9. Chilodonella sp (Pembesaran 1000x)
6. Gyrodactylus sp.
Ikan mas yang terinfeksi Gyrodactylus sp. dengan tanda-tanda klinis
ikan tersebut sering berenang dekat permukaan air, bersembunyi di salah
satu sudut kolam atau akuarium dan berenang lambat (lethargik). Irianto
(2005) menyatakan tanda-tanda klinis ikan yang terinfeksi Gyrodactylus sp.
yaitu ikan menjadi letargik, berenang dekat permukaan air, bersembunyi pada
salah satu sudut kolam pemeliharaan dan kehilangan nafsu makan serta ikan
seringkali menggosok - gosokkan tubuh ke dinding.
Gyrodactylus sp. biasanya menyerang kulit dan sirip ikan. Ikan yang
terserang gejalanya dapat dikenali dari insang pucat dan bengkak sehingga
operkulum terbuka, ikan terlihat berkumpul pada pintu air masuk, produksi
lendir berlebihan, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan ikan berkurang,
kandungan sel darah putih berlebihan, serta tingkah laku dan berenang ikan
tidak normal (Yuasa, 2003).
Gambar 10. Gyrodactylus sp.
7. Glochidium sp.
Parasit Glochidium sp. merupakan larva dari kerang air tawar parasit
ini banyak ditemui menyerang bagian insang namun juga ditemui pada sirip.
Dari 10 ekor ikan sampel kolam B 11 terdapat 1 ekor ikan terinfeksi parasit
Glochidium sp. dengan intensitas 3 dan prevalensi 7 % , sedangkan dari 20
ekor ikan sampel yang berasal dari kolam B 12 terdapat 3 ekor ikan yang
terinfeksi parasit Glochidium sp. Intensitas Glochidium sp. pada kolam B 12
4.3 dan prevalensi 15 %.
a) (b)
Gambar 11. Glochdium sp. (a) sirip (b) insang (pembesaran 1000 x)
8. Tricodina sp.
Parasit Trichodina sp. yang ditemukan berbentuk seperti cawan,
mempunyai silia yang menempel pada tubuhnya, dentikel berbentuk memanjang
seperti jarum dan mempunyai blade dan torch berbentuk seperti kait. Menurut
Irianto (2005), Trichodina sp. mempunyai bentuk tubuh seperti cawan,
berdiameter 5 µm, dengan bulu getar terangkai pada pada kedua sisi sel.
Rukyani (1990) juga menyatakan ciri khas Trichodina sp. mempunyai dentikel
atau gigi kait didalam permukaan tubuhnya, bergerak memutar tubuhnya dan
mempunyai cilia.
Gambar 12 : Tricodina sp. (Pembesaran 1000 x)
Penyerangan Trichodina sp. banyak ditemukan pada lendir ataupun
permukaan tubuh dibandingkan pada bagian insang ikan mas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lom (1962), pada ikan-ikan air tawar parasit Trichodina
sp. umumnya ditemukan di kulit , sedangkan pada ikan-ikan air laut di
insang. Ikan gurami yang terserang Trichodina sp. produksi lendir
berlebihan dan berenang lamban. Irianto (2005) menyatakan ikan yang
terserang Trichodina sp. akan menunjukkan gejala-gejala klinis yaitu ikan
yang sakit akan letargik (malas), produksi mukus meningkat, borok biasa
terjadi di kulit, sirip rusak (tercabik), dan jika infeksi terjadi pada
insang maka akan terjadi gangguan pernapasan, pada kasus berat dapat
terjadi hiperplasia sekunder dan hipertrofi epitel insang.
Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel di lapisan epitel ikan
dengan bantuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit segera
berputar-putar sehingga merusak sel-sel di sekitar tempat penempelannya,
memakan sel-sel epitel yang hancur dan mengakibatkan iritasi yang serius.
Pada lingkungan dengan populasi parasit yang cukup tinggi, umumnya apabila
kadar bahan organik cukup tinggi, kondisi ini menjadi lebih berbahaya
(Anonimus, 2008).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina sp.
mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh
ikan dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya infeksi
sekunder. Kematian umumnya terjadi karena ikan memproduksi lendir secara
berlebihan dan akhirnya kelelahan atau bisa juga terjadi akibat
terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang
dipenuhi oleh lendir (Moeler, 2010).
Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan
ikan yang terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas
air pada wadah tempat ikan dipelihara (Anonimus, 2011).
9. Myxobolus sp.
Parasit Myxobolus sp. termasuk kedalam prevalensi dan intensitas
terendah dimana prevalensi 5 % sedangkan intensitas 2 hal ini diduga
karena parasit ini memiliki inang defenitif dan kehidupan parasit ini
membutuhkan inang perantara, sehingga penularan tidak cepat terjadi. Dari
20 ekor ikan sampel hanya satu ekor ikan terserang parasit Myxobolus sp.
Gambar 13. Myxobolus sp. (Pembesaran 400 x)
Ikan yang terserang Myxobolus sp. menunjukkan gejala–gejala berupa
timbulnnya benjolan menyerupai tumor pada insang ikan yang terserang
Myxobolus sp (Gambar 14). Sehingga terjadi gangguan sirkulasi pernapasan,
nekrosis, serta penurunan fungsi organ pernapasan.
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
"A " "
Gambar 14. Insang terinfeksi Myxobolus sp. A) Benjolan yang menyerupai
tumor berisisi spora
3. Pencegahan Infeksi Parasit
Ikan terjangkit penyakit jika tidak seimbangnya keadaan lingkungan
dengan kondisi fisik ikan yang berada pada lingkungan tersebut sehingga
menyebabkan parasit dapat dengan mudah menyerang ikan pada saat ikan
imunnya lemah, bukan hanya parasit melainkan infeksi sekunder oleh bakteri
penyakit yang disebabkan oleh bakteri lebih berakibat fatal dibandingkan
dengan dengan parasit dimana bakteri dapat menyerang dan langsung mematikan
terhadap ikan yang terjangkit bakteri yang berbahaya. Cara mengatasi ikan
mas yang terserang parasit perendaman ikan dengan kalium permanganat 3-5
ppm .
Pencegahan infeksi parasit pada ikan mas dikolam pendederan yakni
dengan pengolahan dasar kolam sebelum digunakan untuk memelihara ikan.
pengolahan dasar kolam dengan pemberian pupuk dan pengapuran. Memberi
aerasi pada kolam merupakan cara efisien untuk meningkatakan kadar oksigen
terlarut pada kolam terutama pada pagi hari dimana cenderung rendahnya
oksigen pemberian aerasi ini sangat membantu untuk meningkatkan oksigen
terlarut dalam air.
Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air 290C.
Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan
frekwensi pergantian air. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat
prevalensi dan intensitas yang rendah.
4. Pengukuran Kualitas air
Air atau media tempat pemeliharaan merupakan faktor utama untuk proses
pendederan ikan mas. Beberapa parameter kualitas air yang perlu
diperhatikan didalam pemeliharaan benih ikan mas adalah, suhu, pH, DO,
amoniak, nitrat, nitrit dan kecerahan. Pengukuran parameter kualitas air
pada pagi hari di kolam pendederan ikan mas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kualitas Air Di Kolam Pendederan Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi
"Minggu "
"Ketua Jurusan Budidaya Perairan " "
" "Dosen Pembimbing "
" " "
" " "
" " "
" " "
" " "
"Ir. Mulyadi, M.Phil " "
"NIP:196105061986032002 "Dr. Dra. Iesje Lukistyowati, "
" "MS. "
" "NIP :195711241988032001 "
Tanggal Lulus Ujian 22 Mei 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada hentinya memberikan
limpahan karunia serta rahmat-Nya kepada penulis sehingga laporan magang
yang berjudul "Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio L)
di Balai Budi Daya Air Tawar Jambi" dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Dra.
Iesje Lukistyowati, MS. yang telah membimbing dalam menyusun laporan
praktek magang ini dan juga kepada Bapak Edy Barkat Kholidin S.Pi M.Sc yang
telah membantu melakukan praktek magang di lapangan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan serta semua pihak yang selalu
membantu dalam menyelesaikan penyusunan laporan praktek magang ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan praktek magang ini masih
ada terdapat kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan magang ini.
Pekanbaru, Maret 2014
Agustina Bertha
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Manfaat 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 3
1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L) 3
2. Ektoparasit yang Menyerang Ikan Mas (Cyprinus carpio L) 4
1. Dactylogyrus sp 4
2. Gyrodactylus sp 5
3. Ichthiopthirius multifilis 5
4. Tricodina sp 6
5. Chilodonella 7
6. Lernea sp 7
7. Myxobolus sp 8
1. Pencegahan dan Penanganan Terhadap Ektoparasit 9
2. Kualitas Air 9
III. METODE PRAKTIKUM 11
1. Waktu dan Tempat 11
2. Bahan dan Alat 11
3. Metode Praktek 11
1. Pengambilan Sampel 12
2. Pemeriksaan Ektoparasit 12
3. Perhitungan Data Praktek Magang di BBAT Jambi 13
4. Analisis Data 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15
1. Keadaan Umum Balai Budi Daya Air Tawar Jambi 15
1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Budi
Daya Air Tawar Jambi 15
2. Fungsi dan Tugas Pokok 16
3. Visi dan Misi Balai Budi Daya Air Tawar Jambi 17
4. Organisasi dan Tata Kerja 17
5. Sumber Daya Manusia 20
6. Sarana dan Prasarana 20
2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) 23
1. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) Kolam B 11 23
2. Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) Kolam B 12 25
3. Dactylogyrus sp. 27
4. Lernea sp. 28
5. Chilodonella sp. 29
6. Gyrodactylus sp 29
7. Glochidium sp. 30
8. Tricodina sp. 31
9. Myxobolus sp. 32
3. Pencegahan Infeksi Parasit 33
4. Pengukuran Kualitas Air 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN 37
1. Kesimpulan 37
2. Saran 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kriteria Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) 10
2. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di Balai Budi Daya Air Tawar
Jambi 20
3. Status Kepegawaian 20
4. Prevalensi Dan Intensitas Masing-Masing Parasit yang Ditemukan pada Ikan
Mas Sampel Dari Kolam B 11 24
5. Prevalensi Dan Inteistas Masing -Masing Parasit yang Ditemukan pada
Ikan Mas Sampel Dari Kolam B 12. 26
6. Parameter Kualitas Air Di Kolam Pendederan Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
di Balai Budidaya Air Tawar Jambi 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio L) 3
2. Preparat 13
3. Pengamatan Parasit 13
4. Struktur Organisasi di Balai Budidaya Air Tawar Jambi 19
5. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Kolam B11 25
6. Diagram Prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Kolam B12 26
7. Insang terinfeksi Dactylogyrus sp. 27
8. Lernea sp 28
9. Chilodonella sp 29
10. Gyrodactylus sp. 30
11. Glochdium sp. 30
12. Tricodina sp. 31
13. Myxobolus sp. 33
14. Insang terinfeksi Myxobolus sp. 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lay Out BBAT Jambi 41
2. Data Ukuran Ikan Sampel Selama Praktek Magang 42
3. Prevalensi dan Intensitas Parasit Ikan Mas 44
4. Alat yang Digunakan Untuk Pemeriksaan Parasit 46
5. Dokumentasi Selama Praktek Magang di BBAT Jambi................. ... 48
6. Peta Lokasi Magang 50
7. Fasilitas di BBAT Jambi 51
8. Wilayah Kerja BBAT Jambi 52
9. Sertifikat Magang 53
RINGKASAN
AGUSTINA BERTHA (1104114819), Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Mas
(Cyprinus carpio L) DI Balai Budi Daya Air Tawar Jambi Dibawah Bimbingan
Ibu Dr. Dra. Iesje Lukistyowati
Praktek magang ini dilaksanakan pada 23 Januari sampai 21 Februari
2014 bertempat di Laboratorium Penguji Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Jambi yang terletak di Jl. Sungai Gelam, Kec. Sei Gelam, Kab. Muaro Jambi,
Provinsi Jambi. Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui
jenis -jenis ektoparasit yang menyerang ikan Mas (Cyprinus carpio L) dan
faktor-faktor yang mempengaruhi ikan mas (Cyprinus carpio L) terserang
parasit di Balai Budi Daya Air Tawar (BBAT) Jambi.
Metode yang digunakan adalah metode survey melalui pengambilan sampel
pada kolam pendederan secara langsung untuk mengindentifikasi parasit pada
ikan mas. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh langsung dari hasil pemeriksaan parasit yang
dilakukan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang berhubungan
dengan data yang diperlukan serta ditambahkan dengan literatur yang
mendukung kelengkapan dan kejelasan mengenai data yang didapatkan tersebut.
Parasit yang ditemukan dari 30 ekor ikan mas (Cyprinus carpio L) ada
tujuh jenis yang terdiri dari golongan cacing monogenea ada 2 jenis parasit
yaitu Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Jenis protozoa ada Tricodina
sp., Myxobolus sp., dan Chilodonella sp. Jenis crustacea ada parasit
Lernea sp., dan Glochidium sp. Dari tujuh jenis parasit tersebut parasit
yang paling banyak menyerang pada ikan mas adalah jenis Dactylogyrus sp.
dan Lerena sp. dengan nilai prevalensi masing-masing 29 % dari kolam B11,
sedangkan dari ikan yang berasal dari kolam B 12 jenis Dactylogyrus sp.
35,5 %.
Intensitas parasit tertinggi dari ikan kolam B11 adalah parasit
Dactylogyrus sp. yakni bernilai 15,5 dan dari kolam B12 Tricodina sp. 18,7.
Kualitas air pada kolam pemeliharaan benih ikan mas (Cyprinus carpio
L) di BBAT Jambi termasuk baik akan tetapi pada pagi hari oksigen terlarut
berubah sangat rendah yakni dibawah 4 ppm hal ini dipengaruhi oleh
intensitas fitoplankton.yang sedikit Oleh sebab itu dibutuhkan suplai
oksigen kedalam perairan dengan pemberian aerasi di kolam terutama pada
saat kandungan oksigen turun. Menghindari serangan penyakit masuk kedalam
tubuh ikan pemberian vitamin juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh ikan (imun).
-----------------------
Kelompok
Ikan siklid
Kelompok
Ikan Catfish
Kelompok
Nutrisi,
Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Kepala Seksi Standarisasi
Dan Informasi
Yudho Adhitomo, A.Pi
Kepala Seksi
Pelayanan Teknis
Mashudi, Spi
Koordinator
Kelompok
Fungsional
Kelompok Ikan Spesifik Lokal dan Ikan Hias
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Mubinun Spi, M.Si
KEPALA BALAI
"'79=@q ?˜ š¼½ÐÒöø+ , . @ A M O X Y ` a
b Ir. H. Mimid Abdul Hamid Msc.