BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Sterilisasi adalah proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimiawi atau fisika. Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit, untuk mencapai keberhasilan tersebut maka dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit. Kegiatan sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pencegahan infeksi. Kegiatan sterilisasi dapat dilakukan d ilakukan di masing-masing unit rumah sakit ataupun disuatu pusat sterilisasi. Dimanapun kegiatan sterilisasi dilakukan di rumah sakit, yang terpenting adalah kegiatan sterilisasi dilakukan menurut metoda yang telah sesuai standar yang ditetapkan. Dengan hasil sterilisasi yang selalu terkontrol. 1.2.Tujuan Panduan Sterilisasi
1. Tujuan Umum Sebagai pedoman bagi petugas medis Rumah Rumah Sakit Umum Bakti Mulia untuk melakukan Pelayanan Sterilisasi. 2. Tujuan Khusus a. Sebagai pedoman pelaksanaan sterilisasi di Rumah Sakit Umum Bakti Mulia
1
2 b. Agar pelaksanaan Sterilisasi sesuai dengan criteria yang ditetapkan rumah sakit. c. Menghindari terjadinya komplikasi yang disebabkan kesalahan sterilisasi.
1.3.Ruang lingkup
1. Panduan ini diterapkan kepada Pelayanan Sterilisasi di Rumah Sakit Umum Bakti Mulia. 2. Pelaksanaan panduan ini adalah Petugas pelaksana sterilisasi di Rumah Sakit Umum Bakti Mulia. 1.4.Batasan Operasional
Untuk membantu lebih mengarahkan pemahaman tentang isi pedoman ini, maka perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sterilisasi rumah sakit. Batasan operasional ini mengacu kepada Buku pedoman Instalasi Pusat sterilisasi (CSSD) di rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI (2009). 1. Standar Pelayanan Minimal Sterilisasi adalah suatu kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh Unit Sterilisasi Sentral yang meliputi pemrosesan alat atau instrument medi melalui dari dekontaminasi, pembersihan, pengemasan, sterilisasi penyimpanan sampai dengan pendistribusian alat atau instrumen medis yang sudah steril. Adanya perencanaan kebutuhan habis pakai (kasa, kapas, dan lain-lain) kemudia diproduksi, disteril dan didistribusikan ke seluruh unit pelayanan yang membutuhkan. 2. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas etilen oksida pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
3 3. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan untuk permukaan kulit dan membrane mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme. 4. Autoclave adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap bertekanan. 5. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi. 6. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya. Sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi sampai sterilisasi. 7. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui system termal atau zat kimia 8. Dry heat adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan panas listrik. 9. Indikator Biologi adalah sediaan berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukan bahwa sterilisasi telah tercapai. 10. Indikator Kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan daanya perubahan warna. 11. Indikator Mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu, dan lain-lain pada mesik sterilisasi yang yang menunjukan mesin berjalan normal.
4 12. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang diperoleh dirumah sakit dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda atau gejala infeksi atau tidak dalam masa inkubasi. 13. Inkubator adalah alat atau mesin yang digunakan untuk dapat menghasilkan suhu tertentu secara kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri. 14. Instalasi Sterilisasi Sentral adalah suatu bagian dari rumah sakit, dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
proses
pencucian
atau
dekontaminasi,
pengemasan,
sterilisasi dan penyimpanan serta distribusi alat atau instrument medis dari berbagai unit pelayanan di rumah sakit yang salah satunya memberikan kontribusi dalam pencegahan dan pengendalian infeksi. 15. Lumen adalah lubang panjang dan kecil seperti kateter, jarum suntik maupun pembuluh darah. 16. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora. 17. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mokroorganisme termasuk spora melalui cara fisika atau kimia. 18. Sterilisasi adalah zat yang mempunyai mempun yai karakteristik dapat mensterilkan 19. Termokopel adalah sepasang kabel termoelktrik untuk mengukur perbedaan suhu dan digunakan untuk un tuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi. 1.5.Landasan Hukuum. 1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5 3. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004
tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 4. Pedoman Instalasi pusat Sterilisasi Rumah Sakit (CSSD), Departemen Kesehatan
RI Tahun 2009
BAB II STANDAR KETENAGAAN 2.1.Status Kesehatan
Kepada seluruh tenaga/ pegawai yang bekerja di pusat sterilisasi rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC, paling sedikit sekali setahun. Pegawai juga perlu diketahui status imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typoid fever. Di samping itu, pegawai perlu memiliki laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi seperti infeksi saluran napas, infeksi kulit, infeksi gastro intestinal,tertusuk jarum maupun infeksi pada mata, minimal sekali setahun. 2.2.Kualifikasi dan kompetensi Tenaga Kualifikasi
Jumlah
Tenaga
Nama Jabatan
Keterangan Formal
Kepala Unit Sterilisasi
D3
Non-Formal
Kebutuhan
Tersedia
Pelatihan sterilisasi 1
1
Cukup
Pelatihan sterilisasi
1
-
Cukup
SMA
Pelatihan sterilisasi
1
-
Cukup
SMA
Pelatihan sterilisasi
1
-
Cukup
Keperawatan
dan manajemen
Pelaksana
SMK Dekontaminasi
Keperawatan dan Produksi Pelaksana Sterilisasi dan Quality Pelaksana Penyimpanan
6
7 Kualifikasi
Jumlah
Tenaga
Nama Jabatan
Keterangan Formal
Non-Formal
Kebutuhan
Tersedia
dan Distribusi TOTAL
4
1
1. Kepala Unit Sterilisasi
a. Pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan. b. Pernah mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang bersertifikasi c. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas ruang sterilisasi d. Dapat bekerja baik dalam berbagai kondisi. e. Kondisi kesehatan yang baik. f.
Mempunyai keterampilan yang baik
2. Staf Pelaksana
a. Harus mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang bersertifikat. b. Dapat bekerja dengan cepat. c. Mempunyai ketrampilan yang baik. d. Personal Hygiene yang baik. e. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian.
3. Kompetensi Tenaga
Bahwa tenaga yang bertugas di pelayanan sterilisasi pada rumah sakit harus mampu untuk memberikan pelatihan teknis tentang pelayanan sterilisasi di rumah sakit.
BAB III STANDAR FASILITAS 3.1.Bangunan Ruang Pelayanan Sterilisasi
Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di masa datang serta didesain menurut tipe dan atau kapasitas rumah sakit. 3.2.Lokasi Ruang Pelayanan Sterilisasi
Lokasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan efisiensi krja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril. Untuk rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya dekat dengan kamar operasi sesuai fungsinya. 3.3.Denah Ruang Sterilisasi 3.4.Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya, desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu : 1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-
8
9 benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Syaratsyarat ruang dekontaminasi antara lain: a.
b.
Ventilasi i.
Sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter
ii.
Pergantian udara 10 kali/jam
iii.
Tekanan udara negative
iv.
Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin
Suhu dan Kelembaban i.
Suhu 18-22 derajat Celcius
ii.
Kelembaban antara 35-75%
2. Ruang Pengemasan Alat
Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang alat, dan penyimpanan barang bersih. 3. Ruang Prosesing Linen
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang akan disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang. Selain itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan sepe rti kasa, kapas, dan cotton swab. 4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran pembuangan (exhaust).
10 5. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain : a.
Dekat dengan ruang sterilisasi
b.
Suhu 18-22°C
c.
Kelembaban 35-75%
d.
Ventilasi menggunakan tekanan positif
e.
Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)
f.
Jauh dari lalu lintas utama
g.
Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN 4.1. Aktivitas Fungsional Sterilisasi
1. Pembilasan alat-alat yang sudah digunakan tidak dilakukan di ruang perawatan 2. Pembersihan semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum dilakukan proses desinfeksi de sinfeksi dan sterilisasi 3. Pengeringan hasil pembersihan hingga kering 4. Inspeksi
dan
pengemasan
setiap
alat
bongkar
pasang
harus
diperiksa
kelengkapannya, sementara untuk linen diperhatikan densitas maksumumnya. 5. Memberi label pada setiap kemasan harus mempunya label yang menjelaskan isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadarluasa proses sterilisasi 6. Membuat dan mempersiapkan kapas dan kassa balut yang kemudian akan disterilkan. 7. Sterilisasi dilakukan oleh staf yang sudah latihan sterilisasi sebelumnya 8. Penyimpanan. 9. Distribusi. 4.2.Tahapan Sterilisasi Alat atau Bahan Medis 1.
Dekontaminasi
Adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses-proses selanjutnya.
11
12 Proses ini bertujuan untuk melindungi pekerja yang bersentuhan langsung dengan alat-alat kesehatan yang sudah melalui proses dekontaminasi tersebut dari penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme tersebut. a. Menangani, mengumpulkan, dan transportasi benda-benda kotor. 1) Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/buangan di tempat pemakaian oleh pekerja yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut. 2) Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan didalam container yang baik. 3) Kain-kain pakai ulang dititipkan ditempat kotor dan dikembalikan ke laundry. 4) Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi. 5) Peralatan yang terkontaminasi dibungkus di dalam kantong plastik tertutup dan tahan bocor, kantong tertutup, atau container untuk menghindari tumpahan atau penguapan dan dibawa sesegera mungkin setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta tertutup. 6) Semua cairan yang terkontaminasi dimasukkan ke container yang tahan bocor, jika tidak mungkin dibuang ke toilet atau sink sebelum membawa peralatan yang kotor. 7) Peralatan yang sudah dipakai ditutup dan dibawa dengan kereta tertutup
13 8) Alat-alat yang terkontaminasi dipisahkan secra fisik dari alat-alat yang bersih. 9) Alat-alat yang tidak dipakai tdan tidak dibuka dikembalikan ke ruang dekontaminasi
untuk
selanjutnya
disteril
ulang
sebelum
didistribusikan kembali. 10) Jika diperlukan, pekerja yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat0alat harus memakai alat pelindung. b. Pembuangan limbah Limbah atau buangan harus dipisahkan dari alat-alat pakai ulang ditempat pemakaian, diidentifikasi dan dibuang menurut kebijakan rumah sakit. c. Mencuci / cleaning Semua alat-alat pakai ulang harus dicuci hingga benar-benar bersih sebelum didesinfeksi dan disterilkan. disterilkan. d. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di Point Of use. 1) Langsung dibungkus dan dibawa ke ruang dekontaminasi. 2) Dibersihkan dari kotoran yang yang besar-besar ditempat pemakaian sesuai prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari cipratan, tumpahan atau penguapan sampai dibawa keruang dekontaminasi. e. Menangani alat-alat terkontaminasi di ruang dekontaminasi 1) Dibongkar jika dirakit lebih dari satu komponen dan dibuka semua sambungannya untuk memastikan seluruh permukaan tercuci bersih.
14 2) Disortir berdasarkan metoda pembersihan. 3) Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap, karena uap tidak dapat meresap dan membunuh mikroorganisme. Jika alat tidak dibersihkan dengan baik terlebih dahulu, alat-alat ini tidak boleh diproses dalam load yang sama seperti yang akan masuk ke terminal sterilisasi. 2.
Merendam atau Membilas
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan dan menyiapkan permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual ataupun mekanik
ataupun kombinasi keduanya.
Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak merusak alat serta keamanan pekerja, alat-alat harus : a. Dibongkar jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua sambungan harus dibuka. b. selama 20 menit dan atau dalam produk enzim(enzimetik surfaktan 40cc dalam 5 liter air dengan suhu kamar,direndam selama 5 menit) yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein lainnya untuk mencegah koagulasi darah pada alat dan juga membantu menghilangkan protein. c. Dimulai dengan membilas dengan air kran yng mengalir untuk melepaskan partikel-partikel kotor. 1) Mencuci secara Manual
15 Beberapa alat atau instrument perlu dicuci secara manual setelah direndam. Pada proses pencucian penc ucian manual, alat atau instrument harus: a) Dicuci didalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat tenggelam/terendam. b) Dicuci menrut aturan dari produsen jika alt tidak dapat tenggelam/terendam. c) Setelah dicuci dan dibilas,dikeringkan dulu sebelum didesinfeksi atau di sterilkan. 2) Disinfeksi Kimia Memilih zat desinfeksi kimia harus ditentukan berdasarkan pemakaian alat dan level disinfeksi yang diperlukan pemasangan
tersebut.
Untuk
menghancurkan
untuk
mikroorganisme,
didisinfektan dalam konsentrasi tertentu harus kontak langsung dengan permukaan dalam waktu yang cukup lama untuk terjadinya penetrasi kedalam sel mikroba dan mendeaktifasi sel-sel pathogen. Karenanya
sangat
sulit
atau
bahkan
tidak
mungkin
untuk
menghancurkan mikroorganisme pada alat yang belum bersih. 3.
Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud di sini adalah termasuk semua material yang tersedia untuk fasilitas kesehatn yang dirancang untuk membungkus, mengemas, dan menampung alat yang dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian.
16 Tujuan pengemasan adalah untuk berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi. a. Prinsip Pengemasan 1) Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya. 2) Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasn dibuka. 3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi. b. Persyaratan Bahan Kemasan (sesuai metode sterilisasi) adalah: 1) Harus tahan terhadap kondisi fisik seperti suhu tinggi, kelembapan, tekanan dan hisapan pada proses sterilisasi. 2) Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar 3) Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir a khir siklus sterilisasi. c. Syarat bahan kemasan secara umum adalah : 1) Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri 2) Kuat dan tahan lama 3) Mudah digunakan 4) Tidak mengandung racun 5) Segel yang baik 6) Dibuka dengan mudah dan aman 7) Masa kadaluwarsa jelas d. Tipe bahan kemasan adalah :
17 1) Kertas a) Kertas kraf yang medical grade b) Kertas
berlaminasi : terdiri dari tiga lapisan, lapisan lapisan kedua
mencegah penyerapan uap tetapi berpori untuk udara, sehingga harus dilihat sedemikian rupa agar proses sterilisasi berlangsung dengan baik. c) Kertas mentega yang non-glaze bisa dipakai untuk sterilisasi uap tetapi mudah sobek. d) Kertas krep : menggantung dengan baik dan tidak mudah robek. Bisa dipakai untuk membungkus sekaligus sebagai area steril (duk). 2) Kain (linen) Merupakan material paling tradisional yang digunakan sebagai pembungkus steril. Keunggulan dari kain linen adalah : a) Kuat b) Relatif murah c) Nyaman Kelemahan dari linen adalah : a) Tidak memiliki kemampuan menahan bakteri yang baik b) Tidak memiliki konsistensi kualitas yang baik c) Mudah menyerap air d) Banyak terdapat lint
18 3) Kain campuran Campuran
katun
dan
plastik
memperbaiki
kemampuan
menghalangi bakteri dan air. Tetapi karena sering dicuci menjadi kurang baik. Bahan ini sesuai dengan sterilisasi uap. 4.
Metode Sterilsiasi 1. Sterilisasi Panas Kering
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas pana s akan diabsorbsi oleh permuakaan luar dari alat yang akan disterilkan lalu merambat kebagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering bisa digunakan untuk alatalat atau bahan dimana steam tidak dapat berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca. Sterilisasi panas kering memerlukan waktu yang lebih lama dengan suhu yang lebih tingggi dan terjadi pada oven konfeksi yang kering. Pada dasarnya ada dua jenis oven konveksi panas kering, yaitu oven konveksi panas-kering dan oven konveksi mekanis. Pada oven konveksi panas-kering distribusi tidak merata, sementara pada oven mekanis distribusi suhu lebih merata karena adnya bantuan blower. 2. Mesi Sterilisasi Uap
a. Uap Tipe Gravitasi , udara dikeluarkan dari chamber berdasarkan gravitasi. b. Uap Tipe Prevakum, udara dikeluarkan dari chamber oleh suatu pompa vakum.
19 Kualitas uap sangat penting untuk keberhasilan dan keefektifan proses sterilisasi. Apabila uap tyerlalu kering atau basah kemampuan penetrasinya akan terganggu. Kualitas uap yang baik adalah dengan framksi kekeringan 97% ( pasa skala 0-100%. 0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak mengandung air).
20 4.3.Alur Kerja Pelayanan Sterilisasi USER
PENERIMAAN ALAT
Tidak
SELEKSI / PENCATAT Ya
PERENDAMAN
PENCUCIAN
PEMBILASAN
DISTRIBUSI
PENGERINGAN
PENGEMASAN PENYIMPANAN ALAT STERIL LABELING Tidak Ya
STERILISASI
KONTROL INDIKATO
21 Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam memproses alat/baha n.alur kerja dibuat sedemikian rupa sehingga : 1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien. 2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan kotor hendaknya terpisah. 3. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak bolak-balik. 4. Memudahkan dalam pemantauan. 4.4.Pelaksanaan Pelayanan Penyediaan barang Steril
Pusat pelayanan sterilisasi melayani semua unit di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril. Dalam melaksanankan tugas sehari-hari pusat pelayanan sterilisasi selalu berhubungan dengan : 1. Bagian laundry. 2. Bagian pemeliharaan sarana. 3. Bagian Farmasi. 4. Bagian Sanitasi. 5. Ruang rawat inap,rawat jalan,IGD,OK,dll. Penjelasan 1. Penerimaan barang / alat. Linen bersih dari Loundry dan Instrumen yang belum steril dari kamar perasi dan Rawat Inap. 2. Seleksi / pencatatan. Dilakukan seleksi dan pencatatan terhadap barang yang di terima. 3. Perendaman. Dilakukan perendaman dengan cairan detergen, agar kotoran bisa lepas dari alat instrumen
22 4. Pensucian. Setelah dilakukan perendaman 10 – 20 20 menit, dilakukan pencusian instrumen dengan menggunakan sikat yang halus. 5. Pembilasan. Pembilasan setelah pencucian agar lebih bersih. 6. Pengeringan.Dilakukan pengeringan biar sisa sisa air tidak ada. 7. Pengemasan. Setting kembali instrumen, dan dimasukkan dalam bak / tromol insrumen 8. Labeling. Beri label dan indikator steril 9. Sterilisasi.Lakukan Sterilisasi.Lakukan sterilisasi sesuai SOP 10. Kontrol indikator.Evaluasi hasil hasil indikator, bila tidak belrubah lakukan sterilisasi ulang. 11. Penyimpanan alat steril.Lakukan penyimpanan alat yang telah di sterilkan pada tempat penyimpanan. 12. Distribusi. Lakukan pendistribusian sesuai kebutuhan kepada user
BAB VI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
6.1.Pencegahan Kecelakaan pada Petugas
Dalam melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan pusat pelayanan sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat pelayanan sterilisasi setelah dilakukan pembekalan terhadap petugas terhadap bahaya yang mumgkin terjadi di lingkungan pusat pelayanan sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang ditimbulkannya.Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknikteknik bekerja secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan. 6.2.Pencegahan Kecelakaan pada Pasien
Petugas Pusat pelayanan sterilan mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-alat / instrumen yang di gunakan. Melakukan
proses
dekontaminasi,desinfeksi,pengemasan,sterilisasi,dan
penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai dengan SPO (Standard Prosedur Operasional) yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah terjadinya kecelakaan / luka pada pasien.
23
24 6.3.Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dalam melaksanakan proses sterilisasi petugas disarankan untuk selalu menggunakan Alat Pelindung Diri.Dengan harapan meminimaliris kontak langsung dengan bahan bahan yang berbahaya. Beberapa alat ala t pelindung diri : 1. Gogle ( Kaca mata khusus ) 2. Apprond 3. Sarung tangan 4. Sepatu boot 5. Topi 6. Masker 6.4.Penanganan Zat Kimia di Pusat Pelayanan Sterilsiasi
Penanganan zat-zat Kimia di Pusat pelayanan sterilisasi sangat diperlukan dan diperhatikan mengingat banyak zat kimia yang digunakan di pusat pelayanan sterilisasi bersifat toksik.Apabila penangannya tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas pusat pelayanan pe layanan sterilisasi itu sendiri maupun pasien. Beberapa zat-zat yang sering ditemui di pusat pelayanan sterilisasi: a. Alkohol b. Formaldehid c. Etilon Oksida d. Lisol e. Natrium hipoklorit f. Cairan disinfektan (stabimed, gigasef)
BAB VII PENGENDALIAN MUTU
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk bahan/alat medik yang steril namun bukan berarti sekedar menghasilkan barang-barang yang steril.sterilan harus ada jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan benar-benar steril. 7.1.Monitoring
1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan 2. Data mesin sterilisasi 3. Mencantumkan waktu keluar alat setelah disteril 4. Mencantumkan waktu kadarluasa kada rluasa alat setelah disteril 5. Memastikan kelengkapan instrument 6. Mendistribusikan instrument tepat waktu 7. Mencatat kerusakan dana tau kehilagan alat 7.2.Evaluasi
1. Indikator mekanik Indikator mekanik adalah bagian instrumen mesin sterilisasi seperti gauge,tabel dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. 2. Indikator kimia Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi ( misalnya : uap panas atau gas etilon oksida ) pada obyek yang di sterilkan, dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia di produksikan dalam
25
26 berbagai bentuk ( strip,tape,kartu,vial),serta sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada tiap kemasan ( pack by pack basis ), sehingga selain digunakan diluar ,ada juga yang diletakkan didalam kemasan. Klasifikasi Indikator kimia : a. Indikator eksternal : indikator eksternal berbentuk tape dn digunakan dibagian luar kemasan. b. Indikator internal : indikator internal berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan didalam kemasan. 7.3. Dokumentasi
1. Lembar Form Pantau sterilisasi alat-alat di kamar steril. 2. Saat melakukan proses time out,perawat sirkulair melakukan pendokumentasian di lembar keselamatan pasien operasi. 3. Saat serah terima alat yang akan disterilkan dari ruangan ke ruang sterilisasi alat.Perawat sterilan mendokumentasikan dalam lembar form pantau sterilisasi.
BAB VIII PENUTUP
Pelayanan sterilisasi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologidi bidang kesehatan. Sterilisasi merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit khususnya di bidang pensterilan alat atau instrumen,oleh sebab itu perlu pendokumentasian dalam form pantau sterilisasi alat-alat bedah.Sehingga pelayanan kesehatan secara o ptimal bisa kita capai. Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang dari hari ke hari semakin maju,maka pelayanan sterilisasi harus juga mengikuti perkembangan tersebut,pendokumentasian setiap pelayanan yang dilakukan pada alat/instrumen harus tersusun dengan baik untuk mengoptimalkan pelayanan selanjutnya. Panduan ini di buat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan dan pelayanan di kamar operasi,terutama dalam pelayanan sterilisasi alat/instrumen. alat/instrumen.
27