DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH MALANG RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA
PANDUAN STERILISASI
RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga tersusunnya Panduan Sterilisasi ini. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada senantiasa meningkatkan penyelenggaraan peningkatan sarana dan prasarana yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Panduan sterilisasi ini, merupakan bagian dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terutama pada pasien yang menderita penyakit menular maupun yang tidak menular. Tersusunnya panduan ini merupakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan kepada petugas, keluarga pasien maupun lingkungan rumah sakit. Panduan ini masih akan selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jember, Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Surat keterangan Karumkit Tk. III Baladhika Husada nomor SK/146/I/2015 tanggal 7 januari 2015 tentang Panduan Sterilisasi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................i DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... ii BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1 A.
Definisi .................................................................................................................................................. 1
B.
Tujuan ................................................................................................................................................... 1
BAB IIRUANG LINGKUP ..................................................................................................................................... 2 A.
Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi ............................................................................................................ 2
B.
Pembagian dan Persyaratan Ruang Sterilisasi ...................................................................................... 2
BAB IIITATA LAKSANA ....................................................................................................................................... 4 A.
Penerimaan ........................................................................................................................................... 4
B.
Tahap – Tahap Sterilisasi Alat Atau Bahan Medik................................................................................. 4
C.
Distribusi ............................................................................................................................................... 9
D.
Penyimpanan ........................................................................................................................................ 9
BAB IVDOKUMENTASI ..................................................................................................................................... 12 BAB VPENUTUP ............................................................................................................................................... 13
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Definisi
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi di
rumah sakit.
2.
Tujuan Khusus a. Membantu unit kerja lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi. b. Menurunkan angka kejadian dan membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial. c. Efisien tenaga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan terhadap pasien. d. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi. e. Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi.
1
BAB II RUANG LINGKUP
Sarana fisik dan peralatan di pusat sterilisasi sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit.Dalam merencanakan sarana fisik dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf pusat sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi adalah menerima bahan/bahan medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk kemudian diproses menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu diperhatikan.
A.
Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril
terbesar di rumah sakit.Penetapan/pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada efisien kerja dan meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril.Untuk rumah sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat/diwilayah kamar operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya dekat dengan kamar operasi.
B.
Pembagian dan Persyaratan Ruang Sterilisasi Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang dibuat
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih.Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat sterilisasi dibagi atas 5 ruang, yaitu: 1.
Ruang Dekontaminasi Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Lokasi ruang dekontaminasi harus: a. Terletak di luar lalu lintas utama rumah sakit. b. Dirancang sebagai area tertutup, secara fungsional terpisah dari area sebelahnya dengan ijin masuk terbatas. c. Dirancang secara fungsional terpisah dari area lainnya sehingga benda-benda kotor langsung datang/masuk ke ruang dekontaminasi. Benda-benda kotor tersebut kemudian dibersihkan/didisinfeksi sebelum dipindahkan ke area yang bersih atau ke area proses sterilisasi. d. Disediakan peralatan yang memadai dari segi desain, ukuran dan tipenya untuk pemberian/disinfeksi alat-alat kesehatan.
2.
Ruang Pengemasan Alat
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan barang t ertutup.
3.
Ruang “Prosecing” Linen
Diruang ini dilakukan pemeriksaan linen, dilipat dan dikemas untuk persiapan sterilisasi.Pada daerah ini sebaiknya ada tempat untuk penyimpanan barang tertutup.Selain linen, pada ruang ini juga dilakukan pula persiapan untuk bahan seperti kain kasa, kapas dan lain-lain.
4.
Ruang Sterilisasi Diruang ini dilakukan proses sterilisasi alat/bahan. 2
5.
Ruang Penyimpanan barang Steril
Ruang ini sebaiknya berada dekat dengan ruang sterilisasi.Apabila digunakan mesin sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.Diruang ini penerangan harus memadai, suhu 18-22 0C dan kelembaban 35-75%. Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan, item steril disimpan pada jarak 1924 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukkan debu pada kemasan, serta alat steril tidak di simpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke ruang penyimpanan steril, dilakukan oleh petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan steril harus jauh dari lalulintas utama dan jendela serta pintu sesedikit mungkin dan terisolasi (Sealed ). Pelayanan sterilisasi di Rumkit Tk. III Baladhika Husadamelayani semua unit kerja yang ada di Rumkit Tk. III Baladhika Husadayang membutuhkan peralatan atau bahan yang steril.
3
BAB III TATA LAKSANA
A.
Penerimaan Pelayanan sterilisasi Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husadamelayani Instalwatlan, Instalwanap, Ruang ICU, Instal Bedah & Anastesi, Instaldiag, Instalgadar. Penerimanan barang di pelayanan sterilisasi terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Instalwatlan, Instalwanap, Ruang ICU, Instal Bedah & Anastesi, Instaldiag, Instalgadar mulai pukul 07.00 – 10.00 dengan membawa buku expedisi, penyerahan alat dan ditulis dalam buku penerimaan alat 2. Untuk instrumen milik kamar operasi Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husadadisesuaikan dengan kebutuhan 3. Dalam tahapan penerimaan barang/bahan yang akan disterilkan dilakukan kegiatan dokumentasi, yaitu pencatatan pemerimaan barang dari unit lain, meliputi jumlah barang, nama barang, bahan barang dan dari unit yang mengirim barang tersebut.
B.
Tahap – Tahap Sterilisasi Alat Atau Bahan Medik 1. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah suatu proses yang dapat memindahkan atau menghancurkan mikroorganisme sehingga suatu obyek aman untuk pemakaian selanjutnya. Kegiatan dalam dekontaminasi adalah a. Menangani dan transportasi benda benda kotor b. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi terhadap pasien, pekerja dan fasilitas lainnya. c. Pembuangan limbah d. Pembersihan
Ada 3 tujuan utama pembersihan: a. Menghilangkan kotoran terlihat b. Menghilangkan kotoran tidak terlihat c. Menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme memperhatikan aspek fundamental pembersihan.
berbahaya
dengan
Dalam proses pembersihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: a. Dibongkar jika dirangkai lebih dari 1 komponen dan dibuka sambungannyauntuk memastikan semua permukaan tercuci bersih b. Disortir berdasarkan metode pembersihan c. Dibersihkan sebelum proses sterilisasi uap Dalam proses pembersihan dilakukan perendaman/membilas dalam air dingin 20-43 0C dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan zat-zat protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu menghilangkan protein Mencuci secara manual dengan cara: a. Dicuci di dalam air untuk mencegah penguapan alat b. Dicuci dengan alat anti gores untuk mencegah kerusakan alat c. Alat-alat dengan lumen atau berlubang kecil harus dibersihkan dengan sikat halus 4
d. Dibilas dengan air yang mengalir dengan suhu 50-65 0C untuk menghilangkan detergen e. Dikeringkan dulu sebelum dilubrikasi, didesinfeksi atau disterilkan 2.
Pengemasan Yang termasuk pengemasan adalah semua material yang tersedia untuk fasilitas kesehatan yang didesain untuk membungkus, mengemas dan menampung alat-alat pakai ulang untuk membungkus, penyimpanan dan pemakaian.Tujuan pengemasan adalah untuk berpengaruh terhadap keamanan dan efektifitas perawatan pasien yang me rupakan tanggung jawab utama CSSD. Prinsip-prinsip dasar pengemasan ada tiga, yaitu : a. Sterilan harus dapat menyerap dengan baik ke seluruh permukaan kemasan dan isinya. b. Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka. c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa penyebab kontaminasi. Persyaratan bahan pengemas yang dipakai untuk pengemasan sterilisasi harus dengan proses sterilisasi yang dipilih: a. Harus tahan terhadap kondisi fisik, seperti suhu tinggi, kelembaban, tekanan dan/atau hisapan pada proses sterilisasi. b. Udara pada kemasan dan isinya harus bisa keluar. c. Sterilan pada proses uap harus dapat menyerap dengan baik pada seluruh permukaan dan serat semua isi dan pemusan. d. Sterilan harus dapat dilepaskan pada akhir siklus sterilisasi. Tipe-tipe Bahan kemasan a. Kertas b. Film plastik c. Kain (linen)
Linen adalah bahan tradisional untuk membungkusnampan-nampan operasi.Kelebihannya adalah bisa dipakai ulang, murah, kuat, pelindung yang cukup, baik, mudah digunakan dan sangat baik untuk dockup.Kelemahannyayaitu : a. Bahan penghalang bakteri yang baik dan mudah menyerap air. b. Suhu panas menyebabkan mudah robek, sebaiknya memakai kain yang baru di laundry. c. Perlu diperiksa jika ada lubang, sobekan dan kerusakan lainnya. d. Kain dapat dipakai untuk sterilisasi uap e. Pembungkus kain harus bahan yang berkualitas tinggi dengan spesifikasi 140 threadcount , dan harus dipakai 2 lembar. Prosedur-prosedur langkah-langkah pengemasan a. Label daftar nama alat-alat yang akan dikemas b. Langkah-langkah yang tepat untuk persiapan dan inspeksi alat-alat, sesuai instruksi prosedur dan spesifikusinya. c. Sesuaikan dengan metode sterilisasi yang dipakai d. Tipe dan ukuran alat-alat yang akan dikemas. e. Penempatan alat-alat yang tepat dalam kemasan. 5
f. Tipe dan penempatan yang tepat indikator kimia eksternal dan internal, sesuai dengan kebijakan pengendalian mutu proses sterilisasi. g. Metode atau teknik mengemas. h. Metode pemberian sangat segel pada setiap kemasan i. Metode dan penempatan kemasan di dalam mesin sterilisasi. j. Peringatan mengenai waktu pengeringan, waktu pendinginan dan penggunaan setelah proses sterilisasi. Informasi mengenai aplikasi pelindung setelah proses sterilisasi terhadap debu, uap, vermin dan sebagainya. k. Petunjuk untuk penempatan pada penyimpanan atau untuk distribusikan ke tempat pemakaian. l. Informasi untuk pemakaian untuk mencegah kemungkinan kontaminasi, misalnya prosedur yang tepat untuk penyimpanan dan penanganan kemasan steril, inspeksi segel dan metode yang tepat unuk membuka alat-alat steril. 3.
Sterilisasi Metoda sterilisasi ada: a. Sterilisasi panas kering b. Sterilisasi uap basah ( autoclave) c. Sterilisasi Formaldehid (formalin)
Metoda sterilisasi yang digunakan di Rumkit Tk. III Baladhika Husadaadalah Sterilisasi Uap Sterilisasi uap adalah metoda sterilisasi yang paling tua, aman dan yang paling dikenal untuk digunakan pada berbagai sarana kesehatan.Sterilisasi jenis ini direkomendasikan penggunaannya untuk alat-alat tahan panas dan tahan uap. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sterilisasi Uap a. Waktu 1) Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat yang bersamaan. Jumlah mikroorganisme yang bertahan hidup dapat diplot terhadap waktu pemaparan dan akan menghasilkan kurva survivor ( survivorcurve). Terminologi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap mikroorganisme akan mempunyai D-value yang berbeda dan tentunya D-value akan bergantung pada suhu. 2) Untuk menguji daya bunuh dari mesin sterilisasi biasanya digunakan mikroorganisme tertentu sebagai penantang. Untuk mesin sterilisasi mikroorganisme yang digunakan sebagai penantang adalah Bacillus Stearothermopbilus karena jenis mikroorganisme ini adalah yang paling resisten atau paling tahan terhadap proses sterilisasi uap/ steam. 3) Ahli mikrobiologi sterilisasi pada umumnya sependapat bahwa 6 nilai D-value untuk Bacillus Stearothermophilus sudah menjamin keamanan proses sterilisasi uap, karena pada D-value pertama jumlah mikroorganisme yang terbunuh adalah 90%, pada nilai D-value ke-2 jumlah mikroorganisme yang terbunuh menjadi 99,9% dan seterusnya sehingga pada nilai D-value ke-6 jumlah mikroorganisme yang terbunuh menjadi 99,9999%. Kesimpulannya adalah kita dapat menyatakan bahwa barang yang mengalami proses sterilisasi 99,9999% kemungkinan steril. b. Suhu 6
Faktor kritis yang kedua adalah suhu dari uap jenuh. Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi secara dramatis sebagai gambaran waktu yang diperlukan untuk membunuh 1 juta Bacillus Stearothermophilus pada 115,60C adalah 42,6 menit, tetapi dengan menaikkan suhu sampai 140,6 0C waktu yang dibutuhkan hanya 8 detik. Namun tentunya hal ini terjadi pada kondisi uap yang jenuh, sementara pada kondisi uap tidak jenuh mikroorganisme mungkin tidak akan terbunuh secara sempurna walaupun kita menaikkan suhu sterilisasi. c.
Kelembaban Pentingnya kelembaban dalam proses sterilisasi dapat diilustrasikan dengan
membandingkan proses sterilisasi uap dengan panas kering pada suhu yang sama. Basillus Stearothermophilus akan terbunuh dalam waktu 15 menit pada sterilisasi panas
kering dibutuhkan waktu sampai 6 jam. Sementara agar diperlukan waktu 15 menit untuk proses sterilisasinya pada sterilisasi panas kering, diperlukan peningkatan suhu sampai 1600C. Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan karena kelembaban akan menurunkan suhu yang diperlukan untuk terjadinya denaturasi dan koagulasi protein. Sementara pada sistem panas kering mikroorganisme akan terdehidrasi terlebih dahulu, baru kemudian suhu akan naik untuk terjadinya denaturasi protein selul er. Adanya cairan dalam uap mengindikasikan istilah kualitas uap. Untuk proses sterilisasi uap kualitas uap yang diharapkan adalah minimum 97%. Apabila kualitas uap berada di bawah 97% maka dianggap uap tidak jenuh sehingga daya bunuh mikroorganisme akan berkurang. Melihat pentingnya peranan kelembaban pada proses sterilisasi, adanya instrumen pengukur kelembaban uap pada mesin sterilisasi akan membantu memprediksi kualitas uap yang terjadi, tetapi sebenarnya hal ini tidak terlalu mutlak diperlukan karena kita dapat mempredeksikan kualitas uap dari korelasi antara suhu dan tekanan yang terbaca pada mesin sterilisasi. Dengan memanfaatkan tabel korelasi suhu tekanan kita dapat memprediksi uap yang dihasilkan dengan rumusan: P (absolut) = P (gauge) + P (atmosfer)
P (absolut) dapat diketahui dari tabel sesuai dengan suhunya
P (gauge) dapat dibaca pada mesin sterilisasi P (atmosfer) diketahui dari pengukur tekanan udara baro meter Apabila penjumlahan dari tekanan udara barometer ditambah tekanan udara gauge menghasilkan angka yang berbeda dengan tekanan absolut maka dapat diprediksi kualitas uap yang dihasilkan menyimpang dari yang diharapkan. Disamping faktor-faktor kritis di atas faktor tambahan lain yang mempengaruhi proses sterilisasi adalah : 7
1) 2) 3)
Faktor kontak dengan obyek Adanya udara dalam chamber Jumlah dan jenis mikroorganisme
Untuk dapat tersterilsasikan secara sempurna maka uap sebagai sterilan harus kontak dengan obyek yang akan disterilkan. Kesempurnaan kontak ini dipen garuhi antara lain oleh keberhasilan pencucian alat, karena adanya lapisan protein atau kotoran dapat melindungi mikroorganisme dari kontak langsung dengan uap. Pengemasan/ packing yang terlalu padat dan diikat terlalu kuat juga akan menyebabkan sulitnya uap tembus dan berpenetrasi ke dalam kemasan bahkan kemasan tadi akan memerangkap udara sehingga terbentuk kantung udara yang tidak dapat bercampur dengan uap sehingga sterilisasi pada daerah kantung uap tidak terjadi. Faktor tambahan lain yang juga mempengaruhi efektifitas sterilisasi adalah dari segi mikroorganismenya itu sendiri baik dari daya tahan alamiahnya, jumlahnya, maupun ada tidaknya pelindung yang meningkatkan daya tahannya. Tipe Mesin Sterilisasi Uap Pada dasarnya mesin sterilisasi uap yang digunakan di rumah sakit dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan mekanisme pengeluaran udara yang dilakukan yaitu: a. Tipe pengeluaran udara berdasarkan gaya gravitasi b. Tipe pengeluaran udara dinamis ( prevacuum atau pulsinggravity ) Fase Siklus Sterilisasi Uap Fase-fase yang terjadi pada satu siklus sterilisasi uap meliputi : a. Fase pemanasan (conditioning) Merupakan fase awal dari siklus sterilisasi uap. Fase awal ini selain terjadi proses pemvakuman chamber (seperti dijelaskan pada mekanisme pengeluaran uap) juga jacker chamber mengalami pemanasan. Pemanasan ini dimaksudkan agar ketika steam masuk maka berbeda suhu antara chamber dan uap tidak terlalu tinggi sehingga dapat meminimalisir terbentuknya kondensat. b. Fase pemaparan uap (exposure) Steam akan terus masuk ke dalam chamber , namun kali ini pada kondisi ruang yang tertutup secara rapat. Tekanan akan naik, demikian pula dengan suhu ruangannya sampai tercapai suhu sterilisasi yang diharapkan. Baru kemudian sistem pengontrolan pemaparan uap bekerja mempertahankan suhu dan tekanan ruangan. Pada fase inilah sebetulnya terjadi proses sterilisasi. Suhu yang biasanya digunakan antara lain 121 0C dan 1340C. c. Fase pembuangan (exhaust ) Setelah waktu pemaparan pada suhu tertentu tercapai, valvedrainaseakan terbuka sehingga terjadi penurunan kembali tekanan dalam chamber. d. Fase pengeringan Udara secara grandual diintroduksi kembali sampai tercapai tekanan atmosfer sehingga terjadi pengeringan dari alat yang disterilkan.
8
C.
Distribusi
1. 2. D.
Transportasi barang steril dengan troly tertutup pisahkan dengan troly untuk barang kotor. Setiap pendistribusikan diikuti dengan tertib administrasi pencatatan.
Penyimpanan Untuk ruangan penyimpanan beberapa hal harus diperhatikan seperti penerangan yang memadai, suhu antara 18 0C – 220C dengan kelembaban antara 35% - 75%, ventilasi menggunakan sistem tekanan positif dengan efisiensi filtrasi partikulat antara 90% - 95% (untuk partikulat
berukuran 0,5 mikron), dinding dan lantai terbuat dari bahan halus kuat sehingga mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 8-10 inci dari lantai dan minimun 18 inchi dari langit-langit serta 2 inci dari dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipanya. Akses keruangan penyimpanan steril dibatasi hanya kepada petugas yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan pakaian yang sesuai persyaratan sementara itu dari segi desain fisik harus berlokasi jauh dari lalu lintas umum dengan jendela dan pintu sedikit mungkin dan terisolasi ( scaled ). Evaluasi sangat diperlukan untuk memberikan jaminan kualitas sterilisasi yang diberikan oleh pelayanan sterilisasi untuk menghindarkan terjadinya infeksi pada pasien yang diakibatkan oleh tidak sterilnya peralatan yang digunakan oleh pasien. 1. Indikator kimia yang dilakukan secara teratur dan terus menerus. 2. Indikator label monitoring yang dipasang pada setiap kemasan yang disterilkan. Pemeriksaan kultur mikroorganisme yang diambil dari sampel kemasan oleh laboratorium.Tetapi dengan cara ini sangat tidak praktis dan juga mahal untuk dilakukan di rumah sakit. Oleh karenanya, sebagai jalan keluar kita perlu melakukan apa yang disebut sebagai monitoring proses sterilisasi, yaitu memonitor proses sterilisasi yang kita lakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah: 1. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan, setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Alasan :Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan. 2. Data mesin sterilisasi, untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus didokumentasikan : a. Nomor lot b. Informasi umum kemasan (misal kemasan linen, atau kemasan instrument) c. Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi) d. Nama operator e. Data respons terhadap indikator kimia 3. Waktu kadaluarsa setiap steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengidentifikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok. Walaupun kadaluarsa tidak bergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut. 4. Ketentuan Sterilisasi Ulang Di Rumkit Tk. III Baladhika Husadabila 3 hari untuk pengemasan linen dan 2 bulan untuk pengemasan packing tidak dipakai maka barang dilakukan sterilisasi kembali. 9
5.
Pengujian Sterilitas Secara berkala dilakukan uji sterilitas untuk bahan-bahan pasca sterilisasi. Bahan-bahan tersebut antara lain: a. Instrumen operasi b. Linen untuk operasi Pengujian dilakukan dengan penanaman sampel pada media perbenihan aerob dan anaerob. Proses sterilisasi dapat dikatakan bagus bila pada pengamatan tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni mikroorganisme. Pemantauan hasil sterilisasi dilakukan minimal 3 bulan sekali. Jenis-Jenis Indikator Sterilisasi : 1. Indikator Mekanik 2. Indikator Kimia Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi (misalnya : uap panas atau gas etilen oksid) pada obyek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia diproduksi dalam berbagai bentuk (strip, tape, kartu, vial) serta sensitif terhadap satu atau lebih parameter sterilisasi. Indikator kimia memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack basis), sehingga selain digunakan di luar, ada juga yang diletakkan di dalam kemasan. Klasifikasi Indikator Kimia Berdasarkan ISO, indikator kimia dibagi menjadi enam belas kelas terpisah.Di Rumkit Tk. III Baladhika Husadamenggunakan indikator eksternal dan indikator internal. Indikator Eksternal Contoh : Autoclave tape (3M) Indikator eksternal berbentuk tape dan digunakan di bagian luar kemasan. Dengan terjadinya perubahan warna, indikator ini memberikan informasi bahwa bagian luar kemasan benda yang disterilkan telah melewati proses sterilisasi. Indikator ini tidak memberikan respon terhadap semua parameter sterilisasi, namun demikian dalam prakteknya sangat bermanfaat karena : a. Memberikan bukti visual dengan segera bahwa benda sudah melewati proses sterilisasi. b. Dapat membedakan antara benda yang sudah dan belum disterilkan. c. Berfungsi sebagai segel/pengaman kemasan. Keterbatasan Indikator Eksternal : Informasi yang diberikan hanya pada kemasan bagian luar, sedangkan tidak membuktikan adanya penetrasi sterilan ke dalam kemsan bagian dalam. Indikator Internal Contoh : Comply (3M) Indikator internal berbentuk strip dan pemakaiannya diletakkan dalam setiap kemasan. Indikator internal memberikan informasi bahwa benda di dalam kemasan telah melewati proses sterilisasi. Informasi benda di dalam kemasan telah melewati proses sterilisasi. Informasi diketahui dengan adanya perubahan warna indikator.Indikator 10
internal memberikan respon terhadap beberapa parameter sterilisasi, sehingga dengan terjadinya perubahan warna dapat diketahui bahwa sterilan telah berpenetrasi ke dalam kemasan. Indikator eksternal dan indikator internal tersedia untuk metode sterilisasi uap panas dan gas etilen oksida. Rekomendasi pemakaian menurut AAMI : a. Indikator eksternal : Pada setiap kemasan, kecuali bila indikator internal dapat terlihat dari luar. b. Indikator internal Dalam setiap kemasan atau pada daerah yang paling sulit dicapai sterilan Kelebihan indikator kimia: a. Dapat memberikan informasi dengan segera bahwa suatu benda sudah melewati proses stilrilisasi dan bahwa parameter-parameter atau kondisi yang diperlukan untuk proses sterilisasi sudah terpenuhi b. Memberikan informasi secara spesifik pada setiap kemasan Keterbatasan indikator kimia: Menurut AORN, indikator kimia belum menjamin tercapainya keadaadn steril, tetapi hanya menunjukkan bahwa suatu benda sudah melewati kondisi-kondisi sterilisasi dalam suatu siklus sterilisasi tertentu.
11
BAB IV DOKUMENTASI
Dokumentasi pelayanan sterilisasi mencakup:
1. 2. 3.
Pencatatan tentang penerimaan barang yang akan disterilkan Pendistribusian barang yang telah disterilkan Diskripsi servis yang dilakukan (kalibrasi mesin) 4. Pelaporan dilakukan apabila ada laporan dari unit yang mengirim barang ke pelayanan sterilisisasi.Pelaporan ditujukan kepada Tim PPI Rumah Sakit. Tk. III Baladhika Husada Daftar SPO yang mencangkup panduan sterilisasi sebagai berikut : 1. Spo sterilisasi dengan sinar ultra violet 2. Spo dekontaminasi meja kerja / operasi 3. Spo penyimpanan alat atau bahan steril 4. Spo desinfeksi 5. Spo sterilisasi 6. Spo sterilisasi auto clave uap 7. Spo sterilisasi auto clave panggang 8. Spo sterilisasi diatermi 9. Spo pelayanan sterilisasi cssd pada jam kerja 10. Spo pemisahan ruang tempat kerja cssd 11. Spo pelayanan sterilisasi cssd di luar jam kerja 12. Spo pelimpahan tugas di cssd 13. Spo dekontaminsai instrumen 14. Spo pembersihan kereta dorong untuk barang-barang steril 15. Spo pembersihan kereta dorong untuk barang-barang kotor 16. Sop sterilisasi instrumen / linen 17. Spo alur lalu lintas barang / instrumen kotor dari tiap-tiap ok ke cssd 18. Spo pemakaian kereta dorong untuk barang-barang steril, bersih dan kotor 19. Spo pemeriksaan sediaan instrumen steril secara fisik di cssd 20. Spo pemeriksaan sediaan instrumen steril secara mikrobiologi di cssd 21. Spo kehilangan dan kerusakan di cssd 22. Spo pemakaian alat pendingin dan exhause fan di cssd 23. Prosedur pengiriman barang dan pendistribusian barang 24. Prosedur penerimaan dan pendistribusian atau bahan yang disterilkan 25. Prosedur penyimpanan 26. Prosedur pencucian dan pengemasan barang yang akan disteril 27. Prosedur cara penyeterilan menggunakan formalin 28. Prosedur pengawasan mutu sterilisasi dengan metode indikator kimia 29. Prosedur sterilisasi instrumen dari stainless 30. Prosedur sterilisasi bahan dari linen 31. Prosedur sterilisasi barang atau bahan dari silikon, kaca dan plastik 32. Prosedur pemeriksaan kalibrasi mesin autoclave 33. Prosedur menyeterilkan ulang untuk instrumen 34. Pengenceran cairan
12
BAB V PENUTUP
Demikian Buku Panduan Sterilisasi ini dibuat untuk memberikan pemahaman kepada petugas Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada dalam mengimplementasikan cara sterilisasi yang tepat dan benar. Melalui Panduan Sterilisasi ini diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam melakukan sterilisasi instrument dan linen. Hal ini perlu diperhatikan karena merupakan salah satu program pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Tk. III Baladhika Husada.
Karumkit Tk. III Baladhika Husada,
dr. A. Rusli Budi Ansyah, Sp. B., MARS Letnan Kolonel Ckm NRP 1920047940367
13