1
BAB I PENDAHULUAN A. LAT LATAR BELAKANG lndonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan epidemi HIV tercepat didunia dalam 5 tahun terakhir. terakhir. Kementrian Kesehatan mengindikasikan antara Desember 2003 dan 2010, umlah kumulati! kasus "ID# di lndone lndonesia sia mening meningkat kat menad menadii 21.$$0 21.$$0 kasus. kasus. #ampai #ampai dengan dengan %uni %uni 2010 2010 umlah umlah pengid pengidap ap HiVI"ID HiVI"ID# # di #umatera #umatera &arat tercatat sebagai sebagai umlah 'ang terban'ak terban'ak di lndonesia lndonesia 'aitu 553( kasus )kasus HIVpositi! HIVpositi! dan 33** kasus "ID#+. #emakin #emakin mening meningkat katn'a n'a umlah umlah kasus kasus HIV"I HIV"ID# D# di lndone lndonesia sia khusus khususn'a n'a di #umate #umatera ra &arat &arat akan akan meningkatka meningkatkan n risiko penularan penularan pada populasi tertentu termasuk termasuk petugas petugas kesehatan kesehatan 'ang menangani menangani pasien terin!eksi HIV. -etugas kesehatan terpaan dengan darah dan cairan tubuh lainn'a dalam rangkaian tugasn'a. "kibatn'a mereka berisiko terin!eksi irus/irus 'ang menular melalui darah )bloodborne in!ection+ termasuk HIV, Hepatitis & dan Hepatitis . isiko in!eksi pada petugas kesehatan tergantung pada prealensi pen'akit tersebut di populasi dan !rekuensi paanan 'ang teradi. Kecelakaan kera terhadap darah dapat melalui paanan perkutaneus )tertusuk arum atau benda taam lainn'a+, paanan mukokutaneus )percikan darah atau cairan tubuh lainn'a ke kemata, hidung atau mulut+ atau darah 'ang terkontak kekulit 'ang t idak utuh. isiko transmisi bloodborne in!ection pada petugas kesehatan setelah kecelakaan tertusuk arum dari sumber 'ang terin!eksi berbeda/beda besarn'a tergantung pada enis pen'akit. isiko transimisi HIV adalah sebesar 0.3, sedangkan Hepatitis 3, dan Hepatitis & ( 30 . &entuk kecelakaan kera dengan sumber paanan darah 'ang paling sering teradi dan paling sering men'ebabkan in!eksi adalah tusukan arum. -en'ebab tersering tusukan arum adalah menutup arum dengan kedua tangan dan pengumpulan dan pembuangan limbah li mbah medis 'ang tidak aman. -etugas kesehatan dari unit kera seperti ruang operasi, operasi, unit ga4at darurat darurat dan laboratorium laboratorium mempun'ai mempun'ai resiko paanan paanan lebih tinggi. -etugas kebersihan, kebersihan, cleaning seris dan petugas lain'a 'ang bertugas menangani limbah medis 'ang terkontaminasi uga mempun'ai risiko terin!eksi. #trategi untuk melindungi petugas kesehatan adalah melalui pelaksanaan Ke4aspadaan niersal, imunisasi terhadap Hepatitis &, penggunaan alat pelindung diri dan tata laksana paanan. saha pengurangan suntikan 'ang tidak diperlukan uga dapat meminimalkan potensi paanan. -elaksanaan 'ang berhasil dari strategi/strategi tersebut tersebut membutuhkan membutuhkan komite komite pengendali pengendali in!eksi 'ang e!ekti! e!ekti! dan support support dari tim managemen managemen di tempat pela'anan. -etugas -etugas kesehatan baik dokter, dokter, pera4at, pera4at, bidan, maupun maupun petugas petugas cleaning serice sangat sangat rentan terhadap penularan, terutama bila tidak menerapkan ke4aspadaaan niersal sesuai ketentuan. -aanan dapat saa dihindari dengan menerapkan Ke4aspadaan niersal dalam setiap tindakan medis terhadap pasien dengan tidak memandang status pasien. #tigma terhadap pasien masih tinggi karena ketakutan petugas terhadap penularan. -enerapan Ke4aspadaan niersal dengan konsisten tidak men'ebabkan stigma dan diskriminasi terhadap pasien. 6amun ken'ataan di lapangan Ke4aspadaan niersal belum ditetapkan sepenuhn'a. #- D.7.Dami D.7.Damill -adang merupakan merupakan rumah sakit pusat ruukan ruukan di #umatera #umatera &arat 'ang mela'ani pasien 'ang datang atau diruuk baik karena berisiko tertular atau sudah HIV positi! maupun HIV stadium lanut. -asien 'ang dila'ani di #- D.7.Damil tentu tidak han'a 'ang pasti positi! tapi uga pasien/pasien 'ang datang tanpa geiala sehingga tidak dapat dideteksi. 7encermati tinggin'a prealensi pengidap HIV"ID# di #umatera &arat dan -adang khususn'a dikha4atirkan prealensi pengidap HIV 'ang berobat ke #- D.7.Damil uga tinggi baik pasien 'ang 'ang berobat dengan geala maupun tanpa geala. Dari surei dan K3 pada tahun 2010 'ang dilakukan pada 800 petugas kesehatan kesehatan di #- D.7.Damil tern'ata 80 pernah mengalami kecelakaan kera berupa tertusuk arum selama minimal satu kali dalam 4aktu satu tahun. Dari data panitia K3# #7D -adang sampai dengan bulan %uli 2018 2018 sudah 18 kasus 'ang terlapor tertusuk arum . Desember Desember 2011 2011 seban'ak seban'ak 2( petugas petugas 'ang melapor terpaan. terpaan. &ila tidak segera segera diberikan diberikan pro!ilaksis pro!ilaksis pasca paanan maka kemungkinan penularan HIV, HIV, Hepatitis &, dan Hepatitis akan menadi lebih besar. %umlah petugas kesehatan 'ang melapor pasca paanan semakin meningkat, terutama setelah tahun 2010 terlihat seakan umlah paanan sedikit, namun hal tersebut belum menggambarkan keadaan sesungguhn'a, karena seak tahun 2011 seiring dengan gencarn'a pen'uluhan terhadap semua pera4at 'ang akan magang di #- D.7.Damil padang, dokter residen )--D# 1+ dan mahasis4a kedokteran )-3D+terlihat peningkatan umlah petugas 'ang melapor. -etugas kesehatan 'ang paling ban'ak mengalami paanan adalah mahasis4a kedokteran )co/ass+ 'aitu seban'ak 33. Hal ini diduga disebabkan karena kurang terampiln'a co/ass dalam melakukan tindakan medis 1
2
disebabkan masih dalam masa pendidikan, 4alaupun sosialisasi mengenai Ke4aspadaan niersal selalu diberikan pada setiap a4al pra/-3D. -ro!esi pera4at mengalami paanan lebih tinggi dibandingkan mahasis4a kepera4atan , hal ini diasumsikan disebabkan sosialisasi 'ang dilakukan pada pera4at baru sebatas pera4at pen'elia dan koordinator pera4at, belum pada semua petugas pera4at pelaksana. 9empat paling ban'ak teradin'a paanan adalah ruang ra4at inap dan I:D serta I dikarena ditempat ini paling ban'ak dilakukan tindakan medis terhadap pasien. B.
TUJUAN
". 9uuan umum -anduan -aanan ini bertuuan sebagai acuan dalam melaksanakan pela'anan apabila teradi keadian tidak diinginakan akibat tertusuk alat alat medis guna mencegah penularan 'ang men'ebabkan in!eksi irus HIV . &. 9uuan khusus 1. #ebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan apabila terpaan alat alat medis seperti arum suntuk , arum in!us dll. 2. #ebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan apabila terpaan oleh alat alat medis untuk pertolongan pertama .
2
3
BAB II TATA LAKSANA PELAYANAN
-etugas kesehatan adalah aset 'ang penting dalam memberikan pera4atan, dukungan, dan pengobatan bagi ;DH". ;leh karena itu keselamatan petugas adalah hal 'ang sangat penting dan kecelakaan kera seperti perlukaan harus dicegah. "pabila kecelakaan teradi harus dilakukan dokumentasi oleh atasan dan dilaporkan kepada unit kesehatan keria dan pada panitia K3# secepatn'a, sehingga dapat dilakukan t indakan selanutn'a. Imunisasi Hepatitis & dilakukan apabila tersedia. imunisasi itu diberikan kepada semua sta! 'ang dalam tugasn'a mempun'ai risiko teradin'a perlukaan oleh alat taam.
A. Kecelakaan dan pajanan “alat tajam #etiap kecetakaan oleh karena alat taiam atau paanan memberikan risiko terkena in!eksi HIV kepada petugas kesehatan. >ang dimaksudkan adalah setiap perlukaan 'ang. menembus kulit seperti misaln'a, tusukan arum, luka iris, kontak dengan lapisan mukosa atau kulit 'ang tidak utuh, )pada saat teradi paanan kulit dalam kondisi luka, pecah, lecet atarr sedang terserang dermatitis+, atau paanan darah atau cairan tubuh 'ang lain pada kulit 'ang utuh dengan lama kontak 'ang panang )beberapa menit atau lebih+.
#etiap sarana pela'anan kesehatan harus memiliki prosedur tetap penanganan kecelakaan kera dimana teradi perlukaan. &an'ak sarana kesehatan 'ang mengabaikan hal tersebut. #eauh ini tidak tersedia data 'ang akurat tentang paanan 'ang teradi pada petugas kesehatan. #ebagai akibatn'a, maka tindak lanut berupa konseling, tes HlV, pengobatan, dan pera4atan selanutn'a kurang mendapat perhatian bahkarr sering tidak diberikan sama sekali. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari pimpinan dan seluruh petugas kesehatan di sarana pela'anan kesehatan. B. Tata lak!ana pajanan da"a# d$ tempat ke"ja
?angkah tindakan untuk setiap paanan darahcairan tubuh dan alat taam tercemarsegera setelah paanan = luka tusukan arum suntik atau luka iris segera dicuci dengan sabun dan air mengalir percikan pada mukosa hidung, mulut, atau kulit segera dibilas dengan gu'uran air mata diirigasi dengan air bersih, larutan garam !isiologis, atau air steril ari 'ang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut seperti keban'akan tindakan re!leks untuk menghisap darah. %. Lap&"an pajanan #etiap paanan harus dicatat dan dilaporkan kepada 'ang ber4enang dan diperlakukan sebagai keadaan darurat. Dalam hal ini biasan'a -anitia Keselamatan dan Kesehatan Kera )K3+dan -anitia -encegahan dan -engendalian In!eksi umah #akit )--I#+ . ?aporan sangat diperlukan oleh karena pemberian pro!ilaksis pasca paanan harus segera dimulai secepat mungkin dalam 4aktu 28 am. 'em(la$ pen)&*atan !etela# +, jam t$dak d$anj("kan ka"ena !emak$n lama te"t(nda !emak$n kec$l a"t$ P"&-$lak!$! Pa!ca Pajanan PPP/. "lur pelaporan @paanan mengacu pada peraturanprosedur 'ang berlaku di masing/masing sarana kesehatan. -rosedur 'ang dihnurkan adalah segera melaporkan paanan kepada penanggung a4ab ruangan dan sebaikn'a segera mengisi !ormulir pelaporan untuk diserahkan kepada pimpinan sarana kesehatan secara langsung atau melalui panitia 'ang ditunuk )biasan'a panitia pengendalian in!eksi nosokomial/ bila paanann'a di rumah sakit+ Di #7D petugas 'ang terpaan di4aibkan segera melapor kepada koordinator ruangan untuk kemudian langsung ke panitia K3# pada am kera dan klinik V9 . Diluar am kera dapat melapor langsung kepada H;9?I6A dr "rmen "hmad #p-D telepon 0*12((02538 atau Katherina Belong 0*12((2$5($8 .
3
4
D. TATA LAKSANA PENILAIAN PAJANAN Keputusan untuk memberikan pro!ilaksis pasca paanan didasarkan atas deraat dari paanan terhadap HIV) diberi kode K-+ dan status HIV dari sumber paanan)diberi kode K#+,namun tidak kalah penting adalah ketersediaan obat ketersediaan obat anti retroiral. ntuk melakukan analisa paanan mengacu pada langkah/langkah diba4ah 'ang terdiri dari 8 tahap sebagai berikut =
1. ?angkah 1 = 7enentukan Kode -aanan )K-+ 2. ?angkah 2 = 7enentukan Kode #tatus HIV )K#+ 3. ?angkah 3 = 7enentukan pengobatan -ro!ilaksis -asca -aanan sesuai kategori paanan dan kose status HIV dari sumber 8. ?angkah 8= 7elakukan tes HIV pada petugas 'ang terpaan segera setelah terpaan, 3 bulan dan ( bulan pasca paanan untuk mengetahui apakah tertular in!eksi HIV. Keterangan= 1. ;-I7 );ther -otentiall' In!ectious 7aterial C #ecret agina, cairan serebrospinal, sinoial, pelural, perikardinal, amnion, aringan+ 2. -aanan terhadap ;-6I7 harus ditelaah kasus per kasus. -ada umumn'a substansi tubuh tersebut dianggap berisiko rendah untuk menularkan in!eksi di sarana kesehatan. #etiap kontak tersebut terhadap bahan mengandung HIV tinggi di laboritorium penelitian atau sarana produksi dimasukkan dalam kelompok kecelakaan kera 'ang memerlukan telaah klinis tentang keperluan -A-. 3. Kulit disebut kompromis bila didapati pecah, adan'a dematitis, lecet atau luka terbuka. Kontak dengan kulit 'ang utuh umumn'a tidak dianggap berisiko terhadap transmisi HIV. 6amun apabila paanan tersebut berasal dari darah 'ang ban'ak )misal, kulit 'ang cukup luas atau dalam 4aktu 'ang cukup lama kontak dengan darah+, maka harus dianggap berisiko teradi penularan HIV.
4
5
Al(" PPP pada pajanan HI01 2. 'enent(kan Kate)&"$ Pajanan KP/
Al(" PPP pada pajanan HI01 ,. 'enent(kan Kate)&"$3 !tat(! HI0 !(m*e" pajanan KS4HI0/
Keterangan = 1. #umber paanan din'atakan tidak terin!eksi HIV )HIV negati!+ apabila telah dikon!irmasi dengan pemeriksaan laboratorium 'ang memberikan hasil negati! dari antibodi HIV, pemeriksaan - untuk HIV, atau antigen p28 atas spesimen 'ang diambil pada saat atau dalam 4aktu 'ang dekat dengan paanan dan tidak ada tanda/tanda pen'akit seperti in!eksi HIV. #umber tersebut terin!eksi HIV )HlV positi! + apabila ada hasil pemeriksaan laboratorium 'ang men'atakan positi! adan'a a,ntibodi HIV, - HIV atau antigen HIV p28 atau didiagnosis "ID# oleh dokter. 2. ontoh diatas dipakai untuk memperkirakan titer HIV dari sumber paanan untuk tuuan menentukan regimen --- dan tidak menggambarkan kondisi klinis 'ang mungkin teramati. 7eskipun titer HIV 'ang 5
6
tinggi )K#2+ dari seorang sumber paanan sering berhubungan dengan meningkatn'a risiko transmisi HIV, namun tidak boleh mengabaikan kemungkinan transmisi dari sumber 'ang memiliki titer HIV rendah. 3. --- merupakan pilihan tidak mutlak dan harus diputuskan secara indiidual tergantung dari orang 'ang terpaan dan keahlian doktern'a. 6amun bila ditemukan !aktor risiko pada sumber paanan, atau bila teradi di daerah dengan risiko tinggi HlV, pertimbangkanlah pengobatan dasar dengan 2/obat ---, dan bila sumber paanan kemudian diketahu HIV negati!, maka --- harus dihentikan. "nuran pengobatan = selama 8 minggu dengan dosis = "9 = 3kali sehari E 200 mg oral, atau 2 kali sehari E 300 mg 39= 2 kali sehari E 150 mg oral lndinair= 3 kali sehari E *00 mg oral, 1 am sebelum makan atau 2 am setelah makan disertai ban'ak minum )1,5 ?hari+, diet rendah lemak 6elina!ir= 3 kali sehari E $20 mg oral, bersama makan atau kudapan Dalam menentukan perlu tidakn'a seorang 'ang terpaian diberikan pro!ilaksis tidaklah mudah karena sangat sulit untuk men'ampaikan kepada sumber paanan )dalam hal ini pasien+ agar bersedia untuk dilakukan tes HIV. Kita han'a bisa memberikan pro!itaksis apabila sumber paanan adalah positi! pengidap HIV dengan salah satu pembuktian dengan adan'a tes antibodi HIV. "pabila status pasien tidak dapat dipastikan maka penentuan status HIV )K#+ diberi kode F9ID"K DIKA9"HIF, dan tidak perlu memberikan obat pro!ilaksis.
BAB III PENUTUP
7asih ban'akn'a paanan akibat menutup kembali arum suntik bekas pakai menunukkan kebiasaan menutup kembali arum suntik secara tidak benar atau petugas masih melakukan recapping pada arum suntik bekas pakai 'ang seharusn'a langsung dibuang tanpa perlu ditutup kembali. 6
7
#umber paanan terban'ak adalah darah )*8+, cairan tubuh )11+, lainlain )5+. Hal diatas menggambarkan bah4a risiko petugas kesehatan untuk mengalami transmisi blood borne in!ection sangat tinggi. Diantara petugas kesehatan 'ang mengalami paanan han'a 10 orang )8(+ memakai alat pelindung 'ang seharusn'a. 6amun seban'ak 1* orang )*(+ telah melakukan tindakan pertolongan pertama sesuai pedoman Ke4aspadaan niersal. &an'akn'a petugas 'ang tahu bagaimana tindakan pertolongan pertama setelah paanan menunukkan cukup baikn'a pengetahuan mereka terhadap Ke4aspadaan niersal, namun kepatuhan petugas untuk memakai alat pelindung diri masih sangat rendah. 7asih adan'a petugas 'ang terlambat melaporkan keadian paanan men'ebabkan semakin sulit untuk menganalisa tindakan pro!ilaksis 'ang diberikan karena obat pro!ilaksis han'a e!ekti! apabila diberikan G $2 am pasca paanan. Diharapkan petugas dipela'anan untuk tetap menerapkan Ke4aspadaan niersal dengan baik serta melaporkan dengan cepat keadian terpaan.
7