PANDUAN PASCA PAJANAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
JALAN GUNUNG SARI NO 10 KEL PASIRAN P ASIRAN KEC SINGKAWANG BARAT TELP. (0562) 4644000 EMAIL:
[email protected] Kode Pos: 79123
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE W EMPE SINGKAWANG NOMOR : 117/RSIAW/PER/DIR/III/ 2018 TENTAN G PANDUAN PASCA PAJANAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE W EMPE SINGKAWANG
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK W EMPE SINGKAWANG, Menimbang
: a. bahwa perlindungan perlindungan terhadap setiap petugas kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang menjadi salah satu faktor penting dalam pengendalian infeksi di rumah sakit ; b. bahwa Profilaksis Pasca Pajanan menjadi gerbang utama mencegah transmisi patogen kedalam darah terhadap personil kesehatan yang bertugas atau pihak terkait yang perlu tindakan profilaksis pasca pajanan dan panduannya; c. bahwa sebagaimana yang yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 2009 tentang tentang Kesehatan; Kesehatan; 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 2009 tentang tentang Rumah Sakit; 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 2014 tentang tentang Keperawatan; Keperawatan; 6. Peraturan Presiden Nomor Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Pedoman Organisasi Rumah Sakit; 7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
i
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit; 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan; 11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit; 12. Keputusan
Yayasan
Wempe
Nomor
02/YAWEM –
RSIAW/SK/XII/2014 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Atas Nama dr. Liau Songkono., Sp. OG; 13. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang Nomor 87/RSIAW/PER/DIR/III/ 2018 tentang Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang Tahun Anggaran 2018; MEMUTUSKAN Menetapkan
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE PAJANAN
SINGKAWANG RUMAH
TENTANG
SAKIT
IBU
PANDUAN
DAN
ANAK
PASCA WEMPE
SINGKAWANG. KESATU
: Panduan ini menjadi acuan bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE untuk penanganan pasca pajanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE Singkawang.
KEDUA
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Singkawang Pada Tanggal : 04 – 04 – 2018 Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
dr. Liau Songkono., Sp. OG NIK : 201412001
ii
HALAMAN PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN PANDUAN PASCA PAJANAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
Jabatan
Nama
Disiapkan oleh
IPCN
Diperiksa oleh
Ketua Tim PPI dr. Christina Sienny RS A.
Disahkan oleh
Direktur
Tanda Tangan
Ns. Lusi Yanti Mayeta.,S.Kep
dr. Liau Songkono., Sp.OG
iii
Singkawang, 04 April 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun Panduan Pasca Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE. Besar harapan kami, bahwa Panduan Pasca Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE bisa digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penanganan pasca pajanan. Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah memberikan banyak kontribusi dalam penyusunan panduan ini. Terima kasih kepada Direktur RSIA WEMPE serta seluruh kepala unit dan staf RSIA WEMPE yang terlibat dalam proses penyelesaian penyusunan buku panduan ini. Semoga buku “Panduan Pasca Pajanan Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE” ini bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit. Demi kesempurnaan substansi panduan ini, maka segala bentuk evaluasi sangat dibutuhkan terhadap isi panduan ini.
Singkawang, 04 April 2018 Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HAL JUDUL SURAT KETERANGAN DIREKTUR ............................................................
i
HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN..............................................
iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................
iv
DAFTAR ISI..................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................
1
B. TUJUAN ............................................................................................
1
C. PENGERTIAN ...................................................................................
2
BAB II TATA LAKSANA ...............................................................................
4
A. METODE PELAPORAN PASCA PAJANAN ......................................
4
B. JENIS PAJANAN ...............................................................................
4
C. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN .................................................
4
D. ALUR PASCA PAJANAN LUKA TUSUK / CAIRAN TUBUH .............
5
E. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HEPATITIS B ..........................
6
F. EVALUASI PASCA PAJANAN HEPATITIS C VIRUS........................
7
G. RISIKO PPENULARAN HIV ..............................................................
7
H. TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HIV ..........................................
7
BAB III DOKUMENTASI ...............................................................................
12
BAB IV PENUTUP........................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
16
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pencegahan dan pengendalian infeksi bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, serta pengunjung ataupun masyarakat sekitar rumah sakit. Petugas kesehatan mempunyai risiko tertular penyakit saat menjalankan tugasnya sebagai pemberi layanan kesehatan. Penularan penyakit infeksi kepada petugas kesehatan bisa karena percikan cairan tubuh pasien (darah, nanah, urine , feses) yang tercemar melalui mukosa, kulit yang luka, maupun tertusuk jarum bekas pakai yang terkontaminasi. Menurut data penyakit infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Menurut data CANADA COMUNICABLE DISEASE REPORT 2001, akibat tertusuk jarum pada petugas kesehatan mempunyai persentase terhadap infeksi sebagai berikut: HBV 10-35%, HCV 2,7%, HIV 0,3%. Menurut penelitian di beberapa rumah sakit di Jakarta 2003 (Costy Panjaitan), petugas kesehatan yang terpajan berdasarkan tindakan yang dilakukan antara lain pemasangan infus 26,6%, menyuntik 36,9%, tindakan operasi 14,9% dan tindakan medis lainnya 33%. Dari data di atas Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE menaruh perhatian terhadap hal ini, dengan cara memberikan perlindungan kesehatan terhadap petugas kesehatan. Hal – hal yang telah dilakukan antara lain, pemeriksaan kesehatan berkala, pencegahan penularan infeksi terhadap petugas kesehatan, penyediaan sarana kewaspadaan standar, pemberian imunisasi/ profilaksis terhadap petugas khusus serta penatalaksanaan pasca pajanan.
B. Tujuan 1. Tujuan umum dari penatalaksanaan pasca pajanan adalah melindungi petugas dari risiko infeksi atau risiko lain akibat kecelakaan/ kejadian yang dialami saat menjalankan tugasnya. 2. Tujuan secara khusus adalah: a. Petugas bisa menjaga sikap dan perilaku yang sesuai sehingga dapat mencegah atau meminimalkan kecelakaan kerja.
1
b. Petugas yang mengalami kecelakaan kerja atau terkena pajanan saat menjalankan tugasnya dapat mengetahui apa yang harus dilakukan. c. Mengetahui risiko – risiko yang ditimbulkan akibat pajanan. d. Memahami tindakan perlindungan terhadap bahaya penyakit menular pada petugas kesehatan. e. Mampu menerapkan kewaspadaan untuk keselamatan petugas.
C. Pengertian 1. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan risiko penularan. 2. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah timbulnya infeksi pasca pajanan (setelah terjadi peristiwa berisiko). 3. Imunoglobulin Hepatitis B (HBIG) adalah kekebalan tubuh manusia berupa globulin (kelompok protein yang digunakan untuk produksi antibodi) yang digunakan untuk mencegah perkembangan hepatitis B. 4. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh, yang berasal dari protein darah jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan antigen (zat asing/ protein asing) yang masuk ke dalam tubuh. 5. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi dalam darah menjadi keadaan ada antibodi dalam darah, perkembangan antibodi yang dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi atau imunisasi. 6. Enzim Immunoassay (EIA) anti – Hepatitis C Virus merupakan uji yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen , suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar anti bodi dan antigen dalam cairan tubuh atau serum seseorang. EIA dapat digunakan pada sebagian besar jenis sampel biologi seperti plasma, serum, urine, dan ekstrak sel. 7. HIV adalah (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu dan virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired Imuno Deficiency Syndrome (AIDS). 2
8. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat retrovirus. 9. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau mencegah pekerjaan enzim protease. 10. Periode jendela (window period ) adalah waktu antara timbulnya infeksi HIV dan munculnya antibodi yang dapat dideteksi. 11. Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mycobacterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3
BAB II TATA LAKSANA
A. Metode Pelaporan Pasca Pajanan 1. Pelaporan dilakukan oleh petugas kesehatan yang terpajan dengan mengisi form laporan pajanan formulir A rangkap 2 (terlampir), kemudian lembar 1 diserahkan ke petugas Unit Gawat Darurat atau Poliklinik yang menangani pasca pajanan dan lembar 2 diserahkan ke Tim/Tim PPI. 2. Petugas Unit Gawat Darurat atau Petugas Poliklinik yang menangani petugas kesehatan yang terpajan, mengisi form laporan formulir B rangkap 2 (terlampir), kemudian diserahkan kepada petugas yang terpajan untuk selanjutnya lembar 1 diserahkan kepada atasannya langsung dan lembar 2 diserahkan ke Tim PPI.
B. Jenis Pajanan 1. Percikan air tubuh bisa mengenai mukosa kulit, jika ini terjadi maka tindakan awal yang harus dilakukan adalah : a. Bila mengenai mata, segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit. b. Bila mengenai kulit, segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit. c. Bila mengenai mulut, segera kumur- kumur dengan air bersih selama 1 menit. d. Setelah tindakan awal, segera lapor sesuai dengan alur yang ditentukan. 2. Tertusuk jarum atau tergores alat medis bekas pakai, jika ini terjadi maka tindakan awal yang harus dilakukan adalah : a. Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan antiseptik, tanpa melakukan pemijatan. b. Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk atau luka. c. Setelah tindakan awal segera lapor sesuai dengan alur yang ditentukan.
C. Tata Laksana Pasca Pajanan 1. Tentukan status HIV, HBV, dan HCV dari sumber pajanan. 2. Periksa status HIV, HBV, dan HCV dari petugas yang terpajan. 3. Bila status sumber pajanan bebas HBV, HCV dan bukan dalam masa inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas terhadap HBV, HCV, tetapi petugas tetap konseling. 4
4. Bila status sumber pajanan bebas HIV, petugas terpajan tetap dilakukan konseling dan pemeriksaan ulang dilakukan 6 minggu, 3 bulan , dan 6 bulan. 5. Dapat minum obat ARV( Anti Retro Viral ) untuk memperkecil risiko penularan, jika luka tusuk kurang dari 4 jam. 6. Bila status sumber pajanan positif HIV atau HBV atau HCV, maka tentukan status petugas terpajan HIV atau HBV atau HCV. 7. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpajan harus dilakukan konseling lebih dulu. 8. Jika hasil pre test petugas terpajan positif HIV atau HBV atau HCV maka rujuk ke spesialis. 9. Jika hasil pre test petugas terpajan negatif sementara sumber pajanan positif HBV, maka diberikan imunisasi HBV, bila sumber pajanan positif HIV maka rujuk tim AIDS. 10. Beri dukungan kepada petugas terpajan.
D. Alur Pasca Pajanan Luka Tusuk / Pajanan Cairan Tubuh TERTUSUK JARUM
CUCI DENGAN AIR MENGALIR
PETUGAS TERPAJAN
LAPOR ATASAN
TERPAJAN CAIRAN TUBUH
CUCI DENGAN AIR MENGALIR
BUAT LAPORAN ISI FORM A (2LBR )
IGD/ POLIKLINIK TIM PPI
PERIKSA SESUAI KETENTUAN
BUAT LAPORAN ISI FORM B (2LBR)
5
E. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis B Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B Virus dapat sangat efektif dalam mencegah penularan virus setelah pajanan. Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B Virus didasarkan pada vaksin hepatitis B, baik Hepatitis B sendiri atau dikombinasikan dengan imunoglobulin hepatitis B (HBIG). Supaya profilaksis pasca pajanan menjadi efektif, dosis awal vaksin harus diberikan segera setelah pajanan, semakin lama jarak antara pajanan dan pemberian vaksin profilaksis pasca pajanan menjadi kurang efektif . Beberapa penelitian telah meneliti waktu maksimum pemberian vaksin Profilaksis Pasca Pajanan setelah terpajan kurang dari 7 hari untuk tusukan jarum infus. Tabel 1. Profilaksis Pasca Pajanan Hepatitis B Virus dan tindak lanjut imunisasi dalam situasi kerja. Tindakan yang dilakukan menurut status vaksinasi Keadaan Sumber Pajanan
petugas terpajan Tidak vaksinasi atau vaksin tidak lengkap (<3 dosis)
Divaksinasi (3 atau lebih dosis)
Mulai dan selesaikan Tidak diketahui
vaksinasi.
atau hepatitis B
Berikan hepatitis B
positif
imunologlobulin (jika
Tidak perlu Profilaksis Pasca pajanan
ada) Negatif
Mulai dan selesaikan
Tidak perlu Profilaksis
vaksinasi
pasca pajanan
1. Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis B Virus a. Lakukan tindak lanjut menguji antibodi terhadap hepatitis B pada petugas yang terpajan setelah menerima vaksin hepatitis B dalam merespon pajanan. b. Lakukan pengujian ulang terhadap antibodi setelah 1-2 bulan setelah dosis vaksin yang terakhir.
6
c. Jika petugas terpajan sudah menerima immunoglobulin hepatitis B dalam waktu 3-4 bulan sebelumnya, tes antibodi tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi respon tubuh terhadap vaksin.
F. Evaluasi Pasca Pajanan Hepatitis C Virus Risiko penularan hepatitis C virus melalui mukosa. Hepatitis C virus jarang ditularkan dari pajanan selaput lendir atau kulit tidak utuh dan darah yang terkontaminasi. 1. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis C Virus Profilaksis pasca pajanan tidak direkomendasi untuk pajanan darah hepatitis C virus positif. Imunoglobulin dan anti virus tidak direkomendasikan sebagai profilaksis pasca pajanan dan tidak ada vaksin terhadap hepatitis C virus. Sebaliknya propilaksisnya adalah untuk mengidentifikasi infeksi sesegera mungkin dan merujuk petugas terpajan melalui pilihan pengobatan. Tidak ada pedoman pemberian terapi untuk hepatitis C. Menurut beberapa studi menunjukkan bahwa terapi anti virus mungkin menguntungkan bila dimulai pada awal perjalanan infeksi. Langkah-langkah yang diambil setelah terpajan hepatitis C virus hanya untuk melakukan pengujian awal antibodi terhadap hepatitis C virus dan SGOT. 2. Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis C Virus Tidak ada yang spesifik yang dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE untuk tindak lanjut dari pasca pajanan hepatitis C virus kecuali test untuk hepatitis C dan SGOT 4-6 bulan setelah pajanan.
G. Risiko Penularan HIV Risiko tertular infeksi HIV setelah pajanan melalui kulit (misalnya percikan) darah diketahui terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3%. Angka ini berasal dari studi yang dilakukan di negara-negara dengan latar belakang prevelansi HIV rendah. Risiko ini dapat lebih besar di negara-negara dengan prevelansi lebih tinggi atau dalam situasi yang memiliki sumber daya terbatas, dimana penggunaan kembali obat- obatan dan perubahan tinggi dan standart keamanan secara keseluruhan rendah.
7
H. Tatalaksana Pasca Pajanan HIV Petugas terpajan dengan risiko penularan dirujuk kepada dokter untuk evaluasi medis, penilaian risiko dan resep profilaksis pasca pajanan. Keputusan tentang apakah profilaksis pasca pajanan perlu atau tidak diambil harus berdasarkan rekomendasi yang telah ditunjukkan pada tabel 2 dan tabel 3, informasi yang tepat dan konseling tentang kepatuhan dan efek samping obat anti retroviral.
Tabel 2. Profilaksis Pasca Pajanan HIV Profilaksis
Pasca
Pajanan Profilaksis Pasca Pajanan Tidak
Direkomendasikan
Direkomendasikan
Pofilaksis pasca pajanan dianjurkan Profilaksis
pasca
jika
jika
pajanan
memenuhi
semua dianjurkan
kriteria berikut :
pajanan
ada
salah
tidak satu
kondisi berikut:
1. Paparan masih dalam waktu 72 1. Pajanan lebih dari 72 jam jam 2. Petugas
yang
terpajan
tidak 2. Petugas yang terpapar sudah
diketahui terinfeksi HIV
HIV positif
3. Sumber pajanan terinfeksi HIV 3. Pajanan atau tidak diketahui
cairan
tubuh
dari
sumber pajanan yang diketahui HIV negatif ( kecuali sumber pajanan ini diidentifikasi berisiko tinggi baru terinfeksi dan dalam periode jendela)
4. Terjadi pajanan satu atau lebih 4. Pajanan tubuh non infeksi cairan dari hal berikut :
( misalnya faeces, air liur, urine
a. Darah
atau keringat )
b. Jaringan tubuh c. Tampak
cairan
bernoda
darah d. Cairan cerebrospinal e. Cairan sinovial f.
Cairan pleura
g. Cairan peritoneal
8
h. Cairan perkardial i.
Cairan ketuban
5. Pajanan melalui satu atau lebih 5. Pajanan tidak menimbulkan risiko hal berikut :
transmisi , karena :
a. Penetrasi
kulit
perdarahan
dengan
spontan
a. Hanya
atau
sejumlah
utuh
terkena
cairan tubuh yang berpotensi
tusukan yang dalam. b. Percikan
kulit
menular besar
b. Petugas yang terpajan sudah
cairan melalui selaput lendir
HIV positif
c. Kontak berkepanjangan dari zat berisiko dengan kulit tidak utuh. 6. Jika
penetrasi
kulit
terjadi,
pajanan adalah dari jarum lubang berongga yang baru digunakan atau benda tajam lainnya tampak terkontaminasi dengan darah.
Tabel 3. Evaluasi Risiko Infeksi HIV Status Sumber HIV Jenis Pajanan Perkutan: parah Yang
Cidera
jarum
Merekomendas Pertimbangkan
rejimen
dalam atau
Tidak
HIV merekomendasikan
ada
risiko
pajanan
Tusukan
kemungkinan
yang
pasca
sub pajanan asalkan tidak
lubang besar
sumber
dalam
pereode jendela
dalam
Negatif
populasi profilaksis
kelompok
berongga
Tidak Diketahui
termasuk ikan dua obat prevalensi
perkutan parah :
Positif
Darah
yang
terdapat
pada
alat, jarum yang digunakan untuk 9
arteri atau vena
Perkutan:
tidak Merekomendas Jangan
parah
i
Yang
dua
termasuk rejimen
perkutan
kurang
Tidak
obat merekomendasik an
merekomendasikan
profilaksis profilaksis
pasca pajanan
pasca
pajanan
parah:
Cidera
karena
jarum
lubang
kecil Cidera
superfisial Percikan : parah Yang
Merekomendas Pertimbangkan
termasuk ikan dua obat prevalensi
percikan parah :
rejimen
HIV merekomendasikan
populasi profilaksis
atau kelompok
Pajanan selaput
lendir
dalam
risiko
kelamin
atau
pajanan
pajanan
kulit
kemungkinan
Pajanan atau
air
pasca
pajanan asalkan tidak ada
alat
sumber
dalam
pereode jendela.
non intak
Tidak
darah mani
volume besar
Percikan : tidak Tidak parah Yang pajanan
Tidak
Tidak
merekomendas merekomendasik termasuk ikan profilaksis an
profilaksis pasca pajanan
tidak pasca pajanan pasca pajanan 10
merekomendasikan
parah :
rejimen dua
Pajanan volume
yang kecil
Pajanan yang
cairan tidak
menular ( cairan cerebrospinal )
Apabila petugas terpajan memenuhi kriteria yang harus dilakukan profilaksis pasca pajanan petugas dirujuk ke klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing ) untuk tindak lanjut. 1. Tindak Lanjut Dari Pajanan HIV Seseorang petugas kesehatan yang terpajan harus mencari atau dirujuk untuk tindak lanjut secara medis. Tujuan dari t indak lanjut tersebut adalah : a. Dukungan kepatuhan terhadap profilaksis pasca pajanan b. Mencegah atau mengobati efek samping profilaksis pasca pajanan c. Mengidentifikasi kemungkinan serokonversi : 1) Test antibodi HIV pada awal, kemudian 6 minggu dan 6 bulan setelah pajanan 2) Uji antibodi HIV jika penyakit sesuai dengan terjadinya sindrom retroviral akut 3) Ulangi test untuk antibodi HIV pada 6 minggu dan 6 bulan setelah pajanan, jika serokonversi terjadi, rujuk petugas terpajan untuk pengobatan, perencanaan dan dukungan. 4) Berikan saran kepada siapa saja yang terkena untuk menggunakan tindakan pencegahan sehingga mencegah penularan sekunder selama masa tindak lanjut. Tindakan pencegahan tersebut meliputi: - Menghindari kehamilan - Mencari alternatif yang aman untuk menyusui - Menghindari
melakukan
donor
darah
hubungan
dan
seksual
menggunakan sampai
test
kondom pada
6
menunjukkan bahwa petugas yang terpajan tetap test negatif.
11
untuk bulan
5) Evaluasi petugas yang menggunakan profilaksis pasca pajanan dalam waktu 72 jam untuk memantau efek samping obat yang mungkin dan kepatuhan pengobatan. Ikuti perkembangan sampai dua minggu.
12
BAB III DOKUMENTASI
1.
Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang terpajan, 1 lembar diserahkan ke Uni Gawat Darurat atau Poliklinik dimana petugas yang terpajan mendapatkan perawatan dan pengobatan dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
2.
Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas yang merawat, 1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana petugas yang terpajan bekerja dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
13
BAB IV PENUTUP
Panduan Pasca Pajanan ini disusun sebagai acuan untuk melindungi petugas yang sedang menjalankan tugasnya sehari-hari. Diharapkan melalui Panduan Pasca Pajanan ini, dapat tercipta keseragaman pemahaman dan persepsi, dalam tata laksana pasca pajanan di rumah sakit secara nyata. Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, berjalan seiring dengan perkembangan penyakit di masyarakat. Petugas kesehatan mempunyai risiko pajanan yang lebih besar daripada petugas lain yang berada di rumah sakit, untuk itu perlu adanya tindak lanjut yang tepat terhadap petugas kesehatan yang mengalami pajanan. Dengan
perkembangan
ilmu
pula
buku
ini
akan
direvisi
secara
berkesinambungan, untuk itu mohon masukan dari semua pihak demi terwujudnya Buku Panduan Pasca Pajanan yang bermutu. Setiap masukan demi perbaikan Buku Panduan Pasca Pajanan ini akan diterima secara terbuka untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas.
Ditetapkan di : Singkawang Pada Tanggal : 04 – 04 - 2018 Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak WEMPE
dr. Liau Songkono., Sp. OG NIK : 201412001
14
FORMULIR LAPORAN PASCA PAJANAN
LAPORAN PAJANAN Formulir A 1.
Formulir A dibuat rangkap dua/ dikopi. Formulir diisi oleh petugas tenaga kesehatan yang terpajan , diserahkan ke instalasi Gawat atau Poliklinik dan tembusan ke tim PPI
2.
Tanggal laporan : ……………. Jam : …………….
3.
Tanggal Pajanan : ……………. Jam :……………..
4.
Tempat Kejadian : …………….
5.
Unit kerja terpajan :…………….
6.
Identitas Nama :
Alamat :
Nama Kepala Ruangan : 7.
8.
Rute pajanan : Tusukan jarum suntik
Gigitan
Luka pada kulit
Mata
Mulut Lain-lain
Sumber pajanan : Darah
Sputum
Faeces Urine
Air Liur
Lain-lain
9.
Bagian tubuh yang terpajan, sebutkan secara jelas.......................................
10.
Jelaskan urutan kejadian……………………………………………………
11.
Imunisasi Hepatitis B
Sudah
Belum
12.
Alat Pelindung Diri
Dipakai
Tidak dipakai
Ada
Tidak
Jenis …… 13.
Pertolongan Pertama
14.
Tempat Pertolongan : …………………………………………………………..
Tanggal :_______ Tanda Tangan Terpajan :_______
15
LAPORAN PAJANAN Formulir B 1. Setiap kotak diisi
Diperiksa dokter IGD
Diperiksa dokter poliklinik
Menolak diperiksa dokter IGD
Menolak diperiksa dokter poliklinik
Memilih untuk mencari pertolongan dokter pribadi
2. Untuk perhatian
Tim PPI
Poliklinik
Lain- lain (sebutkan)
3. Pasien sumber pajanan Nama : Unit
No Reg/ RM :
:
4. Pemantauan pajanan: ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… 5. Tanggal pemberitahuan kepada atasan langsung tenaga kesehatan yang terpajan
Tanggal : Tanda Tangan Petugas :
16
DAFTAR PUSTAKA
1.
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta
17