PROFILAKSIS PASCA PAJANAN
Profilaksis Pasca Pajanan
Kewaspadaan Universal merupakan prioritas utama
Setiap Rumah Sakit perlu memiliki protokol tatalaksan pasca pajanan/ pengobatan
Selalu melakukan pemantauan dan pencatatan setiap pajanan pada kecelakaan kerja
Pajanan pada Kecelakaan Kerja
Pajanan
Perlukaan kulit Pajanan pada selaput mukosa
Pajanan melalui kulit yang luka
Gigitan yang berdarah
Bahan Pajanan
Darah
Cairan bercampur darah yang kasat mata
Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina, c. serebrospinal, c. sinovia, c. pleura, c. peritoneal, c. amnion, c. perickardial,
Virus yang terkonsentrasi
Tatalaksana Pajananan : 1.
Jangan Panik ! Tapi selesaikan dalam
<4 jam
Tatalaksana Pajananan: 2
Segera
Luka tusuk bilas air mengalir dan sabun / antiseptik Pajanan mukosa mulut ludahkan dan kumur Pajanan mukosa mata irigasi dg air/ garam fisiolofis Pajanan mukosa hidung hembuskan keluar dan bersihkan dengan air Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu: -
Betadine (povidone iodine 2.5%) selama 5 mnt Alcohol 70% selama 3 mnt
Catatan : chlorhexidine cetrimide bekerja melawan HIV, tetapi bukan HBV
Tatalaksana Pajananan : 3.
Laporkan
Catat dan laporkan Panitia PIN, Panitia K3, Atasan langsung Agar secepat mungkin diberi PPP Perlakukan sebagai keadaan darurat Obat PPP harus diberikan sesegera mungkin bila diperlukan (dalam 1-2 jam) PPP setelah 72 jam tidak efektif Tetap berikan PPP bila pajanan risiko tinggi meski hingga satu minggu setelahnya (maks) Pantau sesuai dengan protokol Tx. ARV Hitung sel darah, LFT, kepatuhan, dukungan
Tatalaksana Pajananan: 4
Pertimbangkan
Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
Didasarkan
Derajat pajanan
Status infeksi dari sumber pajanan
Ketersediaan obat PPP
Konseling
Tindak lanjut dan Evaluasi
PPP untuk Hepatitis B Vaksinasi dan respon antibodi dari Petugas Kesehatan
Status infeksi Sumber Pajanan
±
HBsAg positif
HBsAg negatif
Tidak tahu sarana pemeriksaan (-)
1 dos HBIG + seri vaksinasi hepatitis B
Seri vaksinasi hepatitis B
Seri vaksinasi hepatitis B Sumber pajanan berisiko tinggi obati seperti pada HBsAg positif
Diketahui sbg responder
Tidak perlu PPP
Tidak perlu PPP
Tidak perlu PPP
Diketahui sbg nonresponder
1 dosis HBIg + ulangan seri vaksinasi hepatitis B atau 2 dosis HBIg
Tidak perlu PPP
Sumber pajanan berisiko tinggi obati seperti pada HBsAg positif
Tidak diketahui status respon antibodinya
Anti-HBs terpajan cukup - tidak perlu PPP tidak cukup - 1 dosis
Tidak perlu PPP
Anti-HBs terpajan cukup - tidak perlu PPP tidak cukup - 1 dosis HBIg
Belum divaksinasi
Pernah divaksinasi
Alur PPP pada pajanan HIV: 1. Menentukan Kategori Pajanan (KP) Sumber pajanan berupa darah, cairan berdarah, atau bahan lain yang berpotensi menularkan infeksi (OPIM), atau alat kesehatan yang tercemar dari salah satu bahan tersebut?
Tidak Ya Darah atau cairan berdarah
OPIM
Tak perlu PPP
Macam pajanan yang terjadi
Kulit yg tak utuh atau selaput mukosa
Volume?
Kulit yang utuh
Pajanan perkutaneus
Tak perlu PPP
Seberapa berat?
Sedikit
Banyak
(mis. satu tetes, dalam waktu singkat)
(mis. Beberapa tetes, percikan darah darah banyak dan/atau dalam waktu lama)
Tidak berat
Lebih berat
(mis. Jarum solid atau goresan superfisial)
(mis. Jarum besar bersaluran, tusukan dalam, darah terlihat, jarum bekas pasien)
Alur PPP pada pajanan HIV: 2. Menentukan Kategori/ status HIV sumber pajanan (KS-HIV) Bagaimanakah Status HIV dari Sumber Pajanan?
HIV (-)
HIV (+)
Tak diketahui
Tak diketahui sumbernya
Tak perlu PPP
Pajanan dengan titer rendah, mis. Asimtomatik dan CD4 tinggi
Pajanan dengan titer tinggi, mis. AIDS lanjut, infeksi HIV primer, VL yang meningkat atau tinggi atau CD4 rendah
KS HIV tidak tahu
Pada umumnya Tak perlu PPP, Perlu telaah
Alur PPP pada pajanan HIV 3. Menentukan Pengobatan Profilaksis Pasca Pajanan Kategori Pajanan (KP)
Kategori Sumber pajanan (KS HIV)
1
1 (rendah)
1
2 (tinggi)
2
1 (rendah)
2 3
2 1 atau 2
Rekomendasi Pengobatan Obat tidak dianjurkan Risiko toksisitas obat > dari risiko terinfeksi HIV Pertimbangkan AZT + 3TC + Indinavir + Efaviren Pajanan memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir + Efaviren Kebanyakan pajanan masuk dalan kategori ini Dianjurkan AZT + 3TC + indinavir atau nelfinavir
Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis:
CATAT
Tanggal dan jam kejadian (pajanan)
Uraian kejadian lebih rinci
Sumber pajanan bila diketahui
Pengobatan PPP secara rinci bila mendapatkannya
Tindak lanjut
Hasil pengobatam
Simpan semua data pajanan
Tatalaksana PPP
Konseling prates untuk petugas kesehatan yang terpajan Lakukan pemeriksaan awal
HIV Hep B and C Syphilis, malaria
Beri konseling untuk tidak menjadi donor darah, harus berperilaku seksual dan suntikan yang aman sampai hasil diketahui Konseling pasca tes dan berikan hasil tes awal secepat mungkin kepada terpajan
Informasi kepada orang yang terpajan
Risiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah = 0.3% jika sumber pasien adalah HIV positif Risiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaan PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan status HIV dari sumber pasien PPP tidak 100% efektif Minum ARV Efek samping ARV Hindari hubungan seks yang tak terlindungi sampai konfirmasi setelah 3 bulan
Informasi kepada orang yang terpajan Penjelasan yang jelas oleh dokter mengenai risiko dan tindakan yang dapat digunakan untuk melepaskan stress dan kegelisahan! Keputusan PPP harus ditangan terpajan! Tanda tangani formulir penolakan jika Petugas Kesehatan menolak PPP
Follow up Laboratoris Waktu
Jika meminum PPP
Tidak meminum PPP
Data Dasar HIV, HCV, HBV (Dalam waktu DL, Transaminase 8 hari)
HIV, HCV, HBV
Minggu ke 4
Transaminase DL
Transaminase
Bulan ke 3
HIV, HCV, HBV Transaminase
HIV, HCV, HBV Transaminase
Bulan ke 6
HIV, HCV, HBV Transaminase
HIV, HCV, HBV Transaminase
INGAT!
HIV dan virus-virus lebih cenderung ditularkan melalui
HUBUNGAN SEKSUAL atau
melalui TRANSFUSI DARAH yang terkontaminasi
Kemungkinan tertular sebagai akibat pajanan pada kecelakaan kerja lebih kecil
Follow up klinis Amati
tanda-tanda yang menunjukan serokonversi HIV (dalam 50-70%) dalam waktu 3 sampai 6 minggu
Demam akut, Lymphadenopathy yang tersebar, Erupsi kulit Faringitis, Gejala-gejala flu non-specific, ulkus mulut atau area genital.
Evaluasi perilaku dan pengelolaan benda tajam
Bila banyak kecelakaan telaah perilaku atau alat perlu diganti
Kurangi jahitan - ganti penggunaan plester
Sejauh mungkin hindari suntikan – terbatas yang sangat perlu saja
Hindari episiotomi yang tidak perlu
Risiko Kecelakaan Kerja Risiko penularan HIV setelah tertusuk jarum dari klien HIV positif 3 : 1000
Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum dari klien HBV positif 27-37 : 100
Volume Percikan Darah terinfeksi HBV yang mampu menularkan HBV 10-8ml = 0.00000001 ml
Risiko Penularan di Sarana Pelayanan Kesehatan Agen
Cara pajanan
Resiko infeksi
HBV
Perkutaneus
30 %
HCV
Perkutaneus
3%
HIV
Perkutaneus
0.3 %
HIV
Mukokutaneus
0.03 %
Tindakan yang paling berisiko
Pengambilan darah, penutupan kembali jarum suntik Memasukan dan menangani cairan IV Operasi Menangani darah atau cairan tubuh yang terinfeksi di laboratorium Membersihkan, menangani dan menghancurkan limbah sampah dan alat-alat medis yang terkontaminasi
TERUTAMA DALAM KEADAAN TERBURU-BURU!
Kondisi lingkungan kerja mempengaruhi
Mutu pelayanan
Keamanan
Kesejahteraan pekerja
Kewaspadaan Universal membantu menciptakan lingkungan kerja yang aman
Upaya meningkatkan keamanan dan lingkungan kerja yang kondusif
Pemahaman para manager risiko kerja dan cara pencegahan tatalaksana kecelakaan kerja Penyediaan alat pelindung, bahan dan sarana perlengkapan KU Pengembangan kebijakan, prosedur kerja yang rinci Dukungan bagi tenaga kesehatan: stres, burnout, PPP, konseling pasca pajanan Supervisi Surveilans