BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seringkali terjadi banyak kasus atau peristiwa yang tidak terekspos atau diketahui oleh khalayak ramai diantaranya adalah kekerasan dalam Rumah Tangga, Kekerasan Pada Anak, maupun adanya intervensi atau intimidasi dari pihak yang tidak dikenal. Hal ini bisa terjadi dikarenakan banyak orang yang menganggap sesuatu adala tabu atau memalukan jika kejadian yang rahasia akibat adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan pada anak, intervensi dan intimidasi. Efek dari adanya kekerasan Dalam rumah Tangga (KDRT), kekerasan pada anak, intervensi dan intimidasi bisa berupa adanya cidera fisik, gangguan psikolog (rasa cemas, rasa takut) bahkan bisa sampai membuat seseorang merasa terancam dan berhalusinasi Bangsa
Indonesia mempunyai landasan hukum yang cukup kuat untuk dapat
melindungi hak pribadi seseorang untuk mendapatkan perlindungan yang layak tanpa terkecuali. Sehingga setiap orang yang berada ditempat manapun tidak merasa terancam baik secara fisik ataupun non fisik. Sesuai dengan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit dan UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan memuat bahwa harus memberikan perlindungan terhadap kekerasan fisik.
Pengertian Pengertian perlindungan adalah proses menjaga atau perbuatan untuk melindungi Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental dan atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual,psikologis dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hokum dalam lingkup keluarga. Kekerasan fisik (WHO) adalah tindakan fisik yang dilakukan terhadap orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik, seksual dan psikologi. Tindakan itu antara lain berupa memukul, menendang, menampar, menikam, menembak, mendorong (paksa), menjepit. Kekerasan psikologi (WHO) adalah penggunaan kekuasaan secara sengaja termasuk memaksa secara fisik terhadap orang lain atau kelompok yang mengakibatkan luka fisik,
1
mental, spiritual, moral dan pertumbuhan social. Tindakan kekerasan ini antara lain berupa kekerasan verbal, memarahi/penghinaan, pelecehan dan ancaman.
Tujuan 1. Mendeskripsikan procedur untuk memastikan tidak terjadinya kekerasan fisik pada pasien/pengunjung/karyawan selama berada di rumah sakit. 2. Mengurangi kejadian yang berhubungan dengan adanya serangan dari pihak luar pada pasien/pengunjung/karyawan. Serangan ini dapat berupa: memukul, menendang, menampar, menikam, menembak, mendorong (paksa), menjepit. 3. Mengurangi kejadian cidera pada pasien/pengunjung/karyawan selama berada dalam rumah sakit.
2
BAB II RUANG LINGKUP
Ruang lingkup
Panduan ini diterapkan kepada semua pasien/pengunjung/karyawan yang mengajukan permintaan perlindungan dari kekerasan fisik selama berada dalam lingkungan rumah sakit.
Pelaksanaan panduan ini adalah semua karyawan yang bekerja di rumah sakit (medis ataupun non medis)
Untuk pasien/karyawan yang menjalani rawat inap selalu ada koordinasi antara petugas ruang rawat dan petugas keamanan demi terjaganya proses perlindungan terhadap pasien/karyawan.
Prinsip 1. Pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah sakit dan selama berada dirumah sakit 2. Setiap pasien/pengunjung/karyawan yang berada dalam rumah sakit harus menggunakan tanda pengenal berupa tanda identitas pasien, kartu visitor/pengunjung (diluar jam besuk) atau kartu pengenal karyawan. 3. Tujuan utama tanda identifikasi ini adalah untuk mengidentifikasi pemakainya. 4. Tanda identitas pasien, kartu visitor/pengunjung / kartu pengenal karyawan digunakan sebagai langka awal identifikasi pasien / pengunjung / karyawan yang ada di rumah sakit.
3
BAB III TATA LAKSANA PERLINDUNGAN KEKERASAN FISIK TERHADAP PASIEN / PENGUNJUNG / KARYAWAN
A. IdentifikasiPasien/Pengunjung/Karyawan Sebagai
tindakan
utama
dalam
perlindungan
kekerasan
fisik
terhadap
pasien/pengunjung/karyawan adalah identifikasi terhadapa pasien/pengunjung/karyawan. Rumah sakit menetapkan bahwa pasien/pengunjung/karyawan memakai kartu identitas selama berada di rumah sakit. 1. Tatalaksana identifikasi pasien a. RS Rachma Husada memberlakukan bahwa semua pasien yang dirawat di rumah sakit harus memakai gelang identitas. Semua pasien yang merupakan korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak, atau yang berpotensial untuk mendapatkan kekerasan fisik selama perawatan di rumah sakit (yang mendapat intimidasi/intervensi dari pihak tidak dikenal) harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda identitas khusus. b. Pastikan bahwa pasien harus memang terlindungi dari semua ancaman baik berupa fisik ataupun psikis melalui alat komunikasi c. Pastikan pasien meminta perlindungan khusus yang untuk dilindungi dari pihak lain yang dituliskan dalam lembar persetujuan umum (general consent). d. Pastikan pengamanan secara ketat pada pasien selama perawatan di rumah sakit. Jika perlu hubungi pihak berwajib untuk kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Pada Anak, atau kekerasan lain dengan ijin pasien. e. Tanda identitas hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari lingkungan rumah sakit.
2. Tatalaksana identifikasi pengunjung a. Semua pengunjung harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan menggunakan tanda pengenal yang masih berlaku (KTP, SIM, Paspor) bagi pengunjung diluar jam besuk.
4
b. Pastikan pemakaian tanda visitor pada pengunjung di luar jam besuk didaerah dada (tempat yang mudah terlihat), jelaskan dan pastikan tanda visitor terpasang dengan baik dan nyaman untuk pengunjung. c. Tanda visitor harus diberikan pada semua pengunjung diluar jam besuk tidak ada pengecualian dan harus dipakai selama berada dalam lingkungan rumah sakit d. Jika tidak dapat diberikan pada pengunjung karena merupakan tamu penting (sudah ada janji dengan pihak manajemen) maka pastikan pengunjung tersebut dikenali oleh petugas jaga sebelum bertemu dengan pihak manajemen rumah sakit. Pada situasi dimana tidak dapat diberikan tanda visitor maka tanda pengenal yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor) harus dipastikan dititipkan/ditinggal pada pihak keamanan. e. Tanda visitor hanya boleh dilepaskan saat pengunjung keluar/pulang dari lingkungan rumah sakit. Tanda visitor tersebut hanya boleh dilepas didepan petugas dan dikembalikan pada pihak keamanan dengan menukar tanda pengenal yang masih berlaku (KTP/SIM/Paspor) yang sudah dititipkan/ditinggalkan pada saat akan masuk dalam lingkungan rumah sakit. f. Tanda visitor sebaiknya mecakup 2 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu : 1) Berwarna terang, mudah dikenali 2) Tercantum nomor kedatangan /kunjungan g. Pada saat meninggalkan tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor) di pos keamanan sebaiknya mencakup 2 detail yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu : 1) Tanda pengenal masih berlaku 2) Tanda pengenal harus asli/bukan fotocopy h. Pada saat mencatat data pengunjung di pos keamanan sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi pengunjung, yaitu : 1) Nama pengunjung harus ditulis sesuai dengan tanda pengenal/tidak boleh disingkat/nama-nama panggilan (minimal dua suku kata) 2) Alamat pengunjung harus ditulis berdasarkan tempat tinggal saat ini 3) Nomor telepon pengunjung harus ditulis yang digunakan saat ini/masih berfungsi i. Jangan pernah mencoret dan merobek tanda visitor j. Jika tanda visitor rusak dan tidak dapat dipakai, segera berikan tanda visitor yang baru. 5
k. Jelaskan prosedur tanda visitor dan tujuannya kepada pengunjung. l. Periksa ulang 2 (dua) detail data di buku laporan sebelum pengunjung menerima tanda visitor. m. Saat menanyakan identitas pengunjung, selalu gunakan pertanyaan terbuka, misalnya : “Siapa nama Anda?” (jangan menggunakan pertanyaan tertutup seperti “apakah nama anda Ibu Susi?”) n. Jika pengunjung tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pengunjung kepada keluarga/pengantarnya. Jika mungkin, tanda visitor jangan dijadikan satu-satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya ulang nama dan alamat pengunjung kemudian bandingkan jawaban pengunjung dengan data yang tertulis dibuku laporan o. Semua pengunjung menggunakan hanya 1 tanda visitor p. Pengecekan buku laporan pengunjung dilakukan tiap kali pergantian jaga petugas keamanan. q. Unit yang menerimapengunjung harus menanyakan ulang identitas pengunjung dan membandingkan data yang diperoleh dari laporan verifikasi pihak keamanan r. Pada kasus pengunjung yang tidak menggunakan tanda visitor petugas di ruangan harus menghubungi bagian keamanan untuk verifikasi adanya pengunjung tanpa tanda visitor. 1) Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti : a. Menolak penggunaan tanda visitor b. Pengunjung melepas tanda visitor c. Tanda visitor hilang 2)
Tanda visitor harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tanda visitor tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada buku laporan petugas keamanan
3) jika pengunjung menolak menggunakan tanda visitor, petugas harus lebih waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pengunjung dengan benar sebelum dilakukan pengunjung masuk dalam rumah sakit.
6
3. Tatalaksana Identifikasi Karyawan a. Semua karyawan harus diidentifikasi dengan benar sebelum masuk dalam lingkungan rumah sakit dengan melalui proses kelulusan masa percobaan b. Pastikan pemakaian tanda pengenal pada karyawan di daerah dada (tempat yang mudah terlihat), jelaskandan pastikan tanda pengenal terpasang dengan baik dan nyaman untuk karyawan. Tanda pengenal harus diberikan pada semua karyawan tidak ada pengecualian dan harus dipakai selama berada dalam lingkungan rumah sakit c. Tanda pengenal hanya boleh dilepas saat karyawan keluar/pulang dari lingkungan rumah atau dalam kondisi lepas dinas. d. Tanda pengenal sebaiknya mencakup 3 detail wajib yang dapat mengidentifikasi karyawan, yaitu : 1) Karyawan menggunakan baju sesuai Unit Kerjanya 2) Terdapat tulisan nama dan gelar karyawan tersebut 3) Terdapat Nomor Induk Karyawan (NIK) e. Jangan pernah mencoret dan merobek tanda pengenal f. Jika tanda pengenal rusak dan tidak dapat dipakai, segera berikan tanda pengenal yang baru oleh unit PPSDM g. Periksa ulang 2 (dua) detail tanda pengenal sebelum karyawan menerima tanda pengenal. h. Semua karyawan menggunakan hanya 1 (satu) tanda pengenal i. Pada kasus karyawan yang tidak menggunakan tanda pengenal, selalu pastikan bahwa yang bersangkutan benar-benar karyawan RS Xxx. Informasikan akan risiko yang dapat terjadi jika tanda pengenal tidak dipakai. Alasan karyawan harus dicatat pada buku pelanggaran disiplin Unit PPSDM
Dalam
hubungan
dengan
perlindungan
terhadap
kekerasan
fisik
terhadap
pasien/pengunjung/karyawan maka petugas terkait harus selalu bisa mengenali pasien/pengunjung/karyawan korban kekerasan fisik atau yang memerlukan perlindungan dari kekerasan fisik. Selama dalam pelayanan medis dan berada di lingkungan rumah sakit
pasien/pengunjung/karyawan yang memakai tanda identitas khusus untuk
perlindungan
terhadapa
kekerasan
fisik
diberi
pengawalan
lebih
daripada
pasien/pengunjung/karyawan yang tidak memerlukan perlindungan khusus. Penanganan pasien/pengunjung/karyawan yang mengalami kekerasan fisik : 7
1. Pasien/pengunjung/karyawan yang datang ke RS Rachma Husada harus dipastikan dengan jelas (melalui anamnesa atau alloanamnesa) 2. Pasien/pengunjung/karyawan dengan kekerasan fisik diberi tanda identitas khusus. 3. Koordinasi antara petugas medis dengan unit satuan pengaman untuk tindak lanjut perlindungan terhadap pasien/pengunjung/karyawan tersebut. 4. pasien/pengunjung/karyawan yang mengalami kekerasan fisik diminta untuk menandatangani dan menuliskan nama orang yang orang yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kejadian. 5. Pelayanan medis dilakukan dengan pengawalan dari pihak keamanan sehingga pasien/pengunjung/karyawan korban kekerasan bisa merasa nyaman dan tenang dalam menjalani perawatan di rumah sakit. 6. Jika perlu petugas satuan pengamanan lapor ke kepolisian terdekat atas seijin pasien/pengunjung/karyawan yang memerlukan perlindungan.
Penanganan
pasien/pengunjung/karyawan yang berpotensi
atau
mengalami
ancaman kekerasan 1. Pasien/pengunjung/karyawan yang mengalami ancaman kekerasan fisik diminta untuk melapor
ke
bagian
keamanan
atau
ke
petugas
ruang
perawatan
bagi
pasien/pengunjung/karyawan dalam perawatan medis di rumah sakit. 2. Bagian keamanan akan mencatat identitas pasien/pengunjung/karyawan sesuai dengan kartu identitas yang masih berlaku. 3. Selain identitas catat di buku laporan tentang jenis kasus yang dialami dan nama orang yang berpotensi melakukan kekerasan. 4. Petugas memberi tanda identitas khusus pada pasien/pengunjung/karyawan dengan ancaman kekerasan fisik. 5. Pastikan pasien/pengunjung/karyawan mengisi formulir perlindungan yang terdapat dalam general consent. 6. Koordinasi dengan petugas ruang rawat jika pasien dalam perawatan atau minta pasien/pengunjung/karyawan masuk dalam ruangan tersendiri. Pastikan saat pasien harus mendapatkan pelayanan medis yang dilakukan di luar ruang rawat ada pengawalan dari pihak keamanan. 7. Jika perlu koordinasi dengan keluarga dalam kasus pasien/pengunjung atau keluarga tidak memerlukan rawat inap.
8
8. Jangan pernah melakukan prosedur pengamanan sebelum yakin bahwa yang meminta perlindungan sudah terindentifikasi dengan adanya tanda identitas khusus. 9. Jika perlu petugas satuan pengamanan lapor ke kepolisian terdekat atas seijin pasien/pengunjung/karyawan yang memerlukan perlindungan.
Tanda identitas khusus bagi pasien/pengunjung/karyawan yang memerlukan perlindungan khusus ditetapkan oleh rumah sakit.Atau bisa berupa permintaan perlindungan khusus yang tercatat dalam rekam medis pasien.
B. Tatacara Identitas Identitas yang tersedia di RS Rachma Husada adalah sebagai berikut : 1. Tanda identitas pasien berupa gelang identifikasi 2. Tanda visitor/pengunjung berupa kartu visitor 3. Tanda pengenal karyawan berupa kartu identitas Kartu identitas bisa dilepas saat pasien/pengunjung/karyawan mau keluar dari rumah sakit.
9
BAB IV DOKUMENTASI Semua
pelaporan
dan
permintaan
perlindungan
kekerasan
fisik
terhadap
pasien/pengunjung/karyawan yang ada harus dicatat dalam buku pelaporan di bagian satuan pengaman.Semua insiden/Kejadian kesalahan selama pemberian perlindungan kekerasan fisik selalu terdokumentasi berikut penyelesaiannya. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi diantaranya karena : a. Misidentifikasi data/pencatatan di rekam medis b. Tidak adanya tanda sebagai pasien dengan perlindungan khusus c. Misidentifikasi laporan investigasi d. Registrasi ganda saat masuk rumah sakit e. Kesalahan penulisan tanda pasien/pengunjung/karyawan perlindungan khusus yang masih berlaku di buku laporan Hal-hal tersebut bisa terjadi karena : a. Kesalahan pada administrasi/tata usaha : 1) Salah memberikan tanda pasien/pengunjung/karyawan untuk perlindungan khusus 2) Kesalahan mengisi buku laporan 3) Penulisan data berdasar tanda pengenal yang salah 4) Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca b. Kegagalan verifikasi 1) Tidak adekuatnya/tidak adanya protocol verifikasi 2) Tidak mematuhi protocol verifikasi c. Kesulitan komunikasi 1) Hambatan karena keterbatasan fisik, kondisi atau keterbatasan bahasa pasien/pengunjung/karyawan 2) Kegagalan untuk pembacaan kembali 3) Kurangnya kultur/budaya organisasi d. Jika terjadi insiden akibat kesalahan identitas pengunjung pastikan keamanan dan keselamatan pasien.
10
Panduan perlindungan kekerasan fisik ini akan dikaji ulang dalam waktu 2 tahun 1. Rencana audit akan disusun dengan bantuan panitia pasien safety serta akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan setelah implementasi kebijakan. Audit ini meliputi : a. Jumlah presentase pasien yang menggunakan tanda identitas untuk perlindungan khusus b. Akurasi dan reliabilitas informasi yang terdapat di buku laporan c. Alasan mengapa pasien tidak menggunakan tanda identitas untuk perlindungan khusus 2. Setiap laporan insiden yang berhubungan dengan pasien akan dipantau dan ditindaklanjuti saat dilakukan revisi kebijakan
11
BAB V PENUTUP Perlindungan terhadap kekerasan fisik merupakan salah satu unsure pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan peningkatan kesadaran hukum, hak asasi manusia serta cara berfikir yang kritis dan rasional. Untuk itu Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan yang lebih baik termasuk pelayanan perlindungan pada semua orang yang berada di lingkungan rumah sakit Pengamanan perlindungan berlaku untuk siapapun yang berada dalam lingkungan rumah sakit baik untuk pasien/pengunjung ataupun karyawan.Namun untuk lebih menguatkan hak perlindungan tersebut maka baik pasien/pengunjung atau karyawan harus memberikan Surat Pernyataan Perlindungan Kekerasan fisik secara tertulis dalam formulir general consent. Panduan perlindungan terhadap Kekersan Fisik ini dipakai sebagai acuan oleh rumah sakit dalam mengembangkan pengamanan sehingga dapat diketahui sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit dalam menunjang pengamanan tersebut.
12
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala berkat dan anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Panduan Perlindungan Kekerasan Fisik Rumah Sakit Umum Rachma Husada ini dapat selesai disusun. Buku panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam memberikan pelayanan kepada pasien di RS Rachma Husada. Dalam panduan ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana dalam memberikan perlindungan Pada harta benda. Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Panduan Perlindungan Kekerasan Fisik benda RS Rachma Husada.
……, …………….
Penyusun
13
DAFTAR ISI Kata Pengantar ......................................................................................................................... i Daftar Isi ................................................................................................................................. ii Surat Keputusan Direktur ....................................................................................................... iii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Pengertian .......................................................................................................... 1 C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II RUANG LINGKUP A. Ruang lingkup..................................................................................................... 3 B. Prinsip ................................................................................................................. 3 BAB III TATA LAKSANA PERLINDUNGAN KEKERASAN FISISK TERHADAP PASIEN/ PENGUNJUNG/ KARYAWAN A. Identifikasi pasien/ pengunjung/ karyawan 1. Tatalaksana identifikasi pasien .................................................................... 4 2. Tatalaksana identifikasi pengunjung ........................................................... 4 3. Tatalaksana identifikasi karyawan ………………………………………...7 B. Tatacara Identifikasi …………………………………………………………...9 BAB IV DUKUMENTASI ………………………………………………………………..10 BAB V PENUTUP ………………………………………………………………………..12
14
BAB III DUKUMENTASI DAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL A. DUKUMENTASI 1. Seluruh Staf Rumah Sakit a. Mendokumentasikan dan menerapkan prosedur perlindungan kekerasan fisik terhadap pasien / pengunjung b. Memastikan prosedur perlindungan kekerasan fisik terhadap pasien/pengunjung yang benar ketika pasien/pengunjung selama berada di rumah sakit c. Melaporkan kejadian salah prosedur kekerasan fisik terhadap pasien/pengunjung/karyawan 2. SDM yang bertugas Perawat : a. Mendokumentasikan dan menerapkan prosedur perlindungan kekerasan fisik terhadap pasien/pengunjung b. Bertugas memberikan perlindungan dari kekerasan fisik terhadap pasien / pengunjung c. Memastikan pasien / pengunjung aman dari tindakan kekerasan fisik Petugas Keamanan/Security : a. Mendokumentasikan dan menerapkan prosedur perlindungan kekerasan fisisk terhadap pasien/pengunjung b. Bertugas memberikan perlindungan dari kekerasan fisik terhadap pasien / pengunjung c. Memastikan pasien / pengunjung aman dari tindakan kekerasan fisik 3. Kepala Instalasi/Kepala Ruang : a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami prosedur perlindungan kekerasan fisik terhadap pasien / pengunjung b. Menyelidiki semua insiden perlindungankekerasan fisik terhadap pasien / pengunjung dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian tersebut. 4. Manajer a. Memantau dan memastikan panduan perlindungan kekerasan fisikterhadap pasien / pengunjung dengan baik oleh Kepala Instalasi b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan perlindungan kekerasan fisik terhadap pasien/pengunjung/ karyawan
B. SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL) (terlampir)
15
PERLINDUNGAN KEKERASAN FISIK PADA PASIEN/PENGUNJUNG
NomorDokumen :
Revisike :
Halaman :
GROUP
STANDAR PROSESEDUR OPERASIONAL
I
Pengertian
II.
Tujuan
III
Kebijakan
IV Prosedur
Tanggal Terbit : ……………….2015
Ditetapkan Direktur RS Rachma Husada
Drg. Nyka Dwi Febria NIK. 01.10.109 Prosedure penjagaan perlindungan khusus pada pasien/pengunjung dari kekerasan fisik, intervensi dan intimidasi secara langsung 1. Memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan 2. Menjaga seluruh wilayah RS Rachma Husada.
Mengacu pada SK Dir Nomor …/SK/RS RACHMA HUSADA/IX/2013 tentang Kebijakan Pelayanan RS Rachma Husada perihal Kebijakan Satpam.. A. Persiapan 1. Penampilan petugas : a. Periksa kerapihan pakaian seragam b. Periksa kelengkapan atribut 2. Alat-alat : a. Buku Laporan b. Alattulis B. Pelaksanaan 1. Dalam kondisi siap bertugas dan waspada. 2. Cek laporan dari kepala Unit tekait pada pasien yang bersangkutan 3. Lakukanpengamansecaraketattepat berada di depan kamar 4. Lakukan koordinasipadasemuarembangsetiap 2 (dua) jam sekali untukpengontrolansituasi 5. Ketahui semua keluarga/penunggu pasien di ruang perawatan 6. Cek semua orang yang berkunjung secara langsung ke pasien C. Hal yang harusdiperhatikan 1. Perhatikan tanda identitas pasien yang terpasang warna abu-abu untuk kekersan pada orang dewasa Warna pink untuk kekerasan pada anak 2. Pemantauan dan pengawasan untuk perlindungan khusus pada 16
3.
4. 5.
6.
7. 8. V
Unit Terkait
pasien/pengunjung harus dilakukan dengan sitem kewaspadaan 2 (dua) kali lipat dari penjagaan biasa bekerja sama dengan perawat Pastikan adanya Surat pernyataan Perlindungan dari pasien/pengumjung untuk meminta perlindungan dari semua pihak yang tidak dikenal Catat semua hal yang mencurigakan selama proses penjagaan Pencatatan semua kegiatan/kejadian pada buku laporan harus ditulis secara jelas, berdasarkan tanggal, jam serta tempat kegiatan/kejadian Apabila akan meninggalkan pos penjagaan (rembang) harus memberitahukan pada pimpinan tertinggi keamanan yang bertugas dan koordinasi pada setiap rembang yang ada Lakukan pengawalan setiap pasien/pengunjung keluar kamar untuk adanya tindakan di ruang lain dengan kerjasama perawat jaga.. Bila perlu hubungi pihak berwajib untuk pengamanan lebih lanjut
Seluruh unit kerja
17