Pandangan Ilmu Antropologi dan Sosiologi terhadap Profesi bidan A.
Pandangan Ilmu Antropologi terhadap Profesi Bidan
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebidanan merupakan salah satu disiplin ilmu kesehatan. Adapun antropologi kesehatan itu adalah mempelajari gejala-gejala biobudaya yaitu aspek bilogis dan budaya, ilmu antropologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, interaksi kesehatan dan penyakit dari berbagai segi terutama terkait dengan budaya. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara antropologi dengan ilmu kesehatan atau kebidanan adalah mendefinisikan secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam
masalah
tentang
hubungan
timbal
balik
biobudaya,
antar
tingkah
laku
manusia dimasalalu dan masakini dengan derajat kesehatan kesehatan dan penyakit tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Dan hubungannya yang lain adalah ilmu antropologi dan kebidanan sama-sama berpartisipasi dalam program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosio-budaya dengan kesehatan serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Dengan demikian pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat dengan menggunakan pendekatan ilmu antropologi. Yaitu dengan meyakini bahwa manusia adalah makhluk yang harus diperhatikan, dipertahankan, dan ditingkatkan derajat kesehatannya. Dan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat seseorang yang berprofesi sebagai bidan harus mampu memahami karakteristik manusia, budaya dan lingkungan sekitar dimana manusia itu tinggal.
Seorang bidan harus memiliki keyakinan bahwa manusia itu adalah makhluk bio-psikososio-dan spiritual dan tidak bias dipisahkan meskipun hanya salah satu dari aspek tersebut. Dengan demikian seorang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan tidak boleh menghilangkan kebudayaan pasien selama budaya tersebut tidek bertentangan dengan tindakan medis.
B.
Pandangan Ilmu Sosiologi terhadap Profesi Bidan
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa ilmu sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kemasyarakatan. Adapun hubungan antara ilmu sosiologi dalam profesi kebidanan adalah bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial yang senantiasa selalu melakukan interaksi dengan manusia, dan lingkungannya dan tidak bias berdiri sendiri. Dalam aspek pelayanan kebidananya, diharapkan seorang bidan dalam menjalankan profesinya sebagai bidan harus menempatkan posisinya sama dengan manusia lain, yaitu membutuhkan bantuan dari manusia yang lain. Dan dalam hal ini seorang bidan juga diharapkan tidak membuat perbedaan diantara pasien yang akan mereka layani baik dari segi suku, agama, ras, dan status sosial. Dengan demikian maka pelayanan kesehatan akan merata disetiap masyarakat. Apabila seorang bidan telah menerapkan hal yang demikian didalam setiap pelayanan yang diberikannya maka derajat kesehatan akan lebih baik, baik bagi mereka yang berstatus ekonomi menengah ke atas atau yang menengah kebawa.
2.3.2
Hubungan Antropologi dan Sosiologi terhadap Kesehatan
Masalah kesehatan juga dipelajari oleh antropologi medis, suatu bidang sosial yang erat kaitannya dengan sosiologi medis. Antropologi medis mempunyai suatu cabang yang dinamakan etmidisin.Yaitu pandangan masyarakat terhadap psikiattri dan cara-cara mereka menanganinya. Hubungan Antropologi dan sosiologi kesehatn yaitu data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap dukun, terhadap obat-obatan tradisional, terhadap kebiasaan dan pantangan makan dan ssebagainya. Ilmu antropologi juga memberi kepada dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan berbagai macam aneka warna adat dan budaya. Metode-metode dan cara-cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat-adat lain. Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tantang cara-cara interaksi antara keduanya, sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Ada Cara dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit. Selain itu hasil dari berbagai macam kebudayaan juga dapat menimbulkan barbagai macam penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu Naturalistik dan Personalistik. Penyebab dari penayakit yang bersifat Naturalistik yaitu orang yang menderita penyakit akibat lingkungan, makanan, dan pola hidup yang tidak baik, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan Konsep sehat atau sakit yang dianut pengobat tradisional (Batra) sama seperti yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kelainan kondisi tubuh serta gejala-gejala yang dirasakan. Sedangkan menurut konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illnes) disebabkan oleh intervasi suatu gen aktif
yang dapat berupa makhluk halus (jin, roh leluhur, atau roh jahat), atau dari manusia (santet, sihir, dan tukang tenung). Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan.