Peran Sosiologi Terhadap Profesi Bidan
TUGAS diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah ilmu sosial dan perilaku
Oleh: SURYA DEWI PUSPITA, S.ST NIM. 152520102020
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JEMBER 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Perilaku ini tepat waktu. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Perilaku semester I pasca sarjana magister ilmu kesehatan Universitas Jember tahun ajaran 2015/2016. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Rudi Wibowo, MS selaku direktur pasca sarjana Universitas Jember 2. Dr. Isa Ma’rufi, S.KM., M.Kes selaku ketua program studi magister ilmu kesehatan Universitas Jember 3. Dosen pengajar mata kuliah ilmu Sosial dan Perilaku Universitas jember 4. Teman-teman semua yang turut membantu dan pihak-pihak lain yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis memohon kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan bagi penulis pada khususnya. Jember, Juni 2016 Penulis
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya, dalam kehidupan sosial masyarakat tingkat keragaman sudah diketahui, dimana dalam fenomena kehidupan masyarakat ada persamaan atau perbedaan dalam aspek tingkat perubahan , aspek tindakan sosial atau perilaku, aspek struktur sosial, dan sebagainya. Dalam hal ini, ada sesuatu yang perlu dipelajari sekaligus dipahami tentang fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Untuk itu perlu ada bidang ilmu yang mengkaji tentang kehidupan sosial masyarakat. Sosiologi mempelajari perilaku masyarakat manusia yang berkaitan dengan struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimilikinya dan ditunjang bersama Sosiologi merupakan bagian dari human sciences atau ilmu-ilmu manusia, seperti psikologi, sejarah, antropologi, politik, ekonomi dan kesehatan. Sosiologi kesehatan dan penyakit mempelajari interaksi antara masyarakat dan kesehatan. Objektif dari topik ini adalah untuk melihat bagaimana kehidupan sosial memiliki dampak terhadap morbiditas dan tingkat kematian, dan sebaliknya. Aspek sosiologi ini berbeda dari sosiologi medis karena cabang sosiologi ini mempelajari kesehatan dan keadaan sakit berkaitan dengan institusi sosial seperti keluarga, pekerjaan, dan sekolah. Sosiologi medis terbatas pada hubungan pasien-praktisi dan peran pakar kesehatan dalam masyarakat. Sosiologi kesehatan dan penyakit mencakup patologi sosiologis (sebab penyakit dan keadaan sakit), alasan mencari jenis bantuan medis tertentu, dan kepatuhan atau ketidakpatuhan pasien dengan persyaratan medis. Profesi bidan dipandang sebagai salah satu profesi yang amat berperan dalam banyak hal dikarenakan seorang bidan mampu mengemban, menempatkan, mengaitkan, memahami, dan menjelaskan realita sosial atau fenomena yang terjadi di masyarakat. Bahwa sosiologi memperhatikan profesi bidan yang mempunyai dimensi sosial dan selalu melibatkan makna serta berhubungan dalam hal pengambilan keputusan.
Profesi bidan menarik bagi seorang sosiolog tidak hanya karena pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan gender, tetapi juga karena tempat kerja mereka berada dalam ruang lingkup pribadi wanita yang sebelumnya diselubungi dalam misteri seksual dan tabu di masyarakat. Dengan mempelajari sosiologi, seorang bidan dapat memahami sifat, karakter atau norma masyarakat yang berlaku. Dari latar belakang diatas penulis ingin mengambil judul makalah “Peran Sosiologi terhadap Profesi Bidan” 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: a. b. c.
Bagaimana Konsep Sosiologi Kesehatan? Bagaimana Konsep Profesi Bidan? Bagaimana Peran Sosiologi terhadap Profesi Bidan?
1.3 TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : a. Mengetahui Konsep Sosiologi Kesehatan b. mengetahui Konsep Profesi Bidan c. Menganalisis Peran Sosiologi terhadap Profesi Bidan 1.4 MANFAAT a. Pembaca dapat memahami tentang Konsep Sosiologi Kesehatan b. Pembaca dapat memahami Konsep Sosiologi Kesehatan c. Pembaca dapat memahami Peran Sosiologi terhadap Profesi Bidan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP SOSIOLOGI KESEHATAN 2.1.1 PENGERTIAN Sosiologi merupakan sebuah istilah yang berasal dari kata latin socius yang artinya teman, dan logos dari kata Yunani yang berarti cerita, diungkapkan pertama kalinya oleh August Comte (1798-1857). Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, perilaku sosial manusia, perilaku kelompok, interaksi kelompok dan gangguan kesehatan berarti hukuman dari Tuhan atas dosa-dosanya. Sosiologi kesehatan adalah studi tentang perawatan kesehatan sebagai suatu sistem yang telah terlembaga dalam masyarakat, kesehatan (health) dan kondisi rasa sakit (illness) hubungannya dengan faktor-faktor sosial (Ruderman : 1981). Sosiologi kesehatan adalah subdisiplin ilmu dari bidang sosiologi yang merupakan ilmu terapan (applied science) dari kajian sosiologi dalam konteks kesehatan (Sudarma, 2008). Sebagai suatu bidang yang spesifik sosiologi kesehatan diartikan pula sebagai bidang ilmu yang menempatkan permasalahan penyakit dan kesehatan dalam konteks sosio kultural dan perilaku. 2.1.2 PERAN SOSIOLOGI PADA MASYARAKAT Sosiologi
secara
sederhana
dapat
diartikan
suatu
ilmu
yang
memperlajari tentang kemasyarakatan. Pelaku yang menerapkan Sosiologi kedalam kehidupan masyarakat dinamakan sosiolog. Berikut peran Sosiologi dalam masyarakat menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1. Sebagai Ahli Riset Mengumpulkan data dan diolah menjadi karya ilmiah dan untuk sebagai pengambilan keputusan. Menjernihkan berbagai anggapan keliru yang berkembang dimasyarakat. Dari hasil penelitian harus dapat menghadirkan kebenaran – kebenaran. Dapat menghadirkan ramalan
sosial
berdasarkan
pola-pola,
kecenderungan
atau
perubahan – perubahan yang mungkin terjadi. 2. Sebagai Konsultan Kebijakan Membantu untuk memperkirakan pengaruh kebijaksanaan sosial yang
mungkin
terjadi.
Menyumbang
dalam
pemilihan
kebijaksanaan
untuk
mencapai
tujuan.
Menjelaskan
pada
masyarakat kebijaksanaan mana yang paling mungkin bisa terlaksana dalam mencapai tujuan. 3. Sebagai Teknisi Terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan masyarakat. Bekerja sebagai ilmuwan terapan (apllied scientist). Membuat sistem yang lebih baik atau menolong orang menemukan kehidupan yang lebih baik dalam suatu sistem. 4. Sebagai Pendidik/Guru Menyajikan fakta harus bersikap netral dan objektif. Bebas nilai (value free). Menyajikan contoh konkrit dalam keterlibatan pemecahan masalah. Menyajikan contoh kegiatan sosial yang membangun.
Menunjukkan
apa
yang
telah
dipelajari
dari
pengalaman di lapangan. 2.1.3
1.
PERAN SOSIOLOGI PADA BIDANG KESEHATAN Dibawah ini merupakan peran sosiologi pada bidang kesehatan menurut Sudarma (2008) : Sociology in medicine, Sosiolog yang bekerjasama secara langsung dengan dokter dan staf kesehatan lainnya di dalam mempelajari faktor sosial yang relevan dengan terjadinya gangguan kesehatan ataupun sosiolog berusaha berhubungan langsung dengan perawatan pasien atau untuk memecahkan problem kesehatan masyarakat. Fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu atau mempengaruhi orang-orang untuk menangani penyakit atau mempengaruhi kesehatan mereka ataupun
2.
tingkah laku lain setelah sakit dan penyakit terjadi. Sociology of medicine, Berhubungan dengan organisasi, nilai, kepercayaan terhadap praktek kedokteran sebagai bentuk dari perilaku manusia yang berada dalam lingkup pelayanan kesehatan, misalnya bentuk pelayanan kesehatan, sumberdaya manusia untuk membangun kesehatan, pelatihan petugas
3.
kesehatan Sociology for medicine Berhubungan dengan strategi metodologi yang dikembangkan sosiologi untuk kepentingan bidang pelayanan kesehatan.
4.
2.1.4
Sociology from medicine Menganalisa lingkungan kedokteran dari perspektif sosial. KONSEP DASAR SOSIOLOGI KESEHATAN Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, sosiologi kesehatan juga memiliki konsep dasar yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai apa yang akan dipelajari. Fungsi konsep dasar dalam Kurniyawati (2014) yaitu : 1. Alat kognitif agar seseorang menjadi lebih tahu dan mengerti mengenai apa yang mereka pelajari 2. Alat evaluatif agar seseorang dapat membedakan serta memisahkan mengenai pokok bahasan yang mereka pelajari 3. Alat pragmatik yang memberikan pengetahuan tentang bagaimana penerapan ilmu tersebut dalam kahidupan sehara-hari 4. Alat komunikatif agar terjalin komunkasi yang baik antar yang belajar dengan yang mengajar. Sosiologi kesehatan juga dikatakan sebagai ilmu karena : 1. Bersifat empiris artinya sosiologi kesehatan mempelajari apa yang benar-benar terjadi di masyarakat dan apa yang dipelajari dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bersifat teoritis artinya sosiologi kesehatan menggunakan teori-teori dalam pembelajarannya dimana teori tersebut dikemukakan oleh para ahli yang berdasarkan pada apa yang tarjadi di masyarakat. 3. Bersifai komulatif artinya ilmu sosiologi kesehatan yang sekarang dipelajari tidak lain adalah pengembangan dari ilmu sosiologi kesehatan yang telah ada sebelumnnya. Sehingga ilmu sosiologi kesehatan bersifat dinamis dalam artian dapat berubah sesuai dengan kondisi sosial yang terjadi saat ini. 4. Tidak bersifat menilai artinya ilmu sosiologi kesehatan tidak dapat membenarkan
dan
menyalahkan
tindakan
atau
perilaku
individu/kelompok masyarakat karena tiap daerah memiliki norma tersendiri sehingga apa yang dinggap salah di satu daerah bisa dianggap benar di daerah lain, begitu sebaliknya. 2.1.5
TOPIK – TOPIK DALAM KAJIAN SOSIOLOGI KESEHATAN
Terdapat 4 kategori topik besar dalam melakukan analisis di bidang sosiologi kesehatan (Benih, 2014) : 1. Hubungan antara lingkungan sosial dengan kesehatan dan kondisi sakit a.Epidemiologi sosial yaitu studi tentang trend dan pola penyebaran penyakit b.
Social stress yaitu studi tentang ketidakseimbangan atau situasi yang tercipta karena keinginan berada diatas kemampuan dirinya. 2. Perilaku sehat dan sakit
a.Perilaku sehat yaitu studi tentang perilaku yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan yang positif dan pencegahan penyakit b.
Perilaku peran sakit yaitu studi soal bagaimana seseorang merasakan sakit, menginterpretasi dan bertindak dalam merespon situasi sakit atau symptom medis 3. Praktisi perawatan kesehatan dan hubungan antara praktisi kesehatan dengan pasien
a.Tenaga professional di bidang kesehatan kesehatan Studi tentang tenaga medis sebagai kelompok professional dalam masyarakat, termasuk prestige, kontrol sosial yang bersifat internal atau eksternal yaitu pemenuhan pekerjaan dan kesejahteraan/ kepuasan kerja. b.
Pendidikan kesehatan dan sosialisasi oleh tenaga medis Studi tentang pendidikan dan sosialisasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan termasuk perekrutan tenaga kesehatan, kurikulum pendidikan kesehatan dan sebagainya.
c.Praktek tenaga kesehatan tradisional dan pengobatan alternative Studi tentang tenaga kesehatan tradisional yang menerapkan teknik dan prinsip terapi non medis modern. d.
Interaksi antara tenaga kesehatan dan pasien
e.Studi tentang pola-pola interaksi dokter – pasien dan faktor yang mempengaruhi pola-pola tersebut. 4. Sistem Perawatan Kesehatan a.Sistem kesehatan masyarakat
Studi yang menyangkut soal organisasi, regulasi, financing dan masalah kesehatan lainnya b.
Health care delivery Studi tentang organisasi dan agency yang terlibat dalam pelayanan rujukan kesehatan.
c.Efek sosial teknologi kesehatan Mempelajari konsekwensi atau resiko sosial bagi teknologi kesehatan dan kebijakan public yang dibuat d.
Comparative health care system Studi tentang system perawatan kesehatan dengan daerah lain dan faktor yang mempengaruhi perkembangannya.
2.1.6 PERKEMBANGAN SOSIOLOGI KESEHATAN 1. Rudolf Virchow (1847) mengidentifikasi faktor sosial dan ekonomi sebagai penyebab penyebaran typhus dan menyarankan untuk melakukan perbaikan kondisi ekonomi sebagai tindakan preventive penyakit typhus. Pengaruh struktur sosial besar dalam kaitan health dan illness. 2. Alfred Grotjan (1915) mendokumentasikan peran faktor sosial terhadap health dan illness. Saran yang diberikan : perlu ada peningkatan peran ilmu sosial di lingkungan masyarakat dan provider untuk menangani health problem. Tahun 1930 dan 1940 banyak sosiolog yang menekuni studi di bidang kesehatan. 3. Lawrence Henderson (1935) studi tentang interaksi dokter dan pasien sebagai suatu system; 4. Oliver Garceau (1914); sosiologi politik kaitannya bidang medis dengan melakukan analisis tentang kehidupan politik masyarakat Amerika.
5. George Rosen (1944): studi tentang peningkatan spesialisasi di bidang medis. 6. Oswald (1946) organisasi informal dalam kaitan praktek medis di Amerika. Pada tahun 1950 dan 1960 Dinilai sebagai Perkembangan Sosiologi Kesehatan secara formal Ada beberapa peristiwa yang menyebabkan meningkatnya keterkaitan antara sosiologi dan bidang medis atau kesehatan. 1. Terjadinya Perubahan Dalam Hal Kesehatan, Penyembuhan dan Sakit Health, Healing and Illness. Analisis Rodney Coe (1970) dkk. Perkembangan sosiologi kesehatan di fasilitasi oleh 4 perubahan yang terjadi dalam dunia medis, antara lain: a. Perubahan Pola Mortalitas dan Morbiditas Dari penyakit yang bersifat akut dan infeksi (influensa dan tuberculosis) ke chronic dan penyakit degeneratif (hati, kanker dan sebagainya). Penyebabnya adalah social pattern and life style. b. Dampak Pengobatan yang Bersifat Preventif dan Meningkatnya Kesehatan Masyarakat (public health) Tahun 1800 sampai 1900 public health lebih fokus ke bacteriology dan immunologi (preventing disease occurrence). Setelah tahun 1900 fokus lebih pada upaya proteksi untuk public health dan menitikberatkan masalah kemiskinan, malnutrisi, kondisi tempat tinggal yang kumuh dan sebagainya. Kajian sosiologi kaitannya dengan kesehatan dan illness. c. Dampak Perkembangan Bidang Psychiatry Ada perkembangan lebih ke arah psychopsysiological kaitannya dengan diseases dan illness. Misalnya interaksi yang efektive antara pasien dan dokter. Penggunaan lingkungan sosial pasien sebagai bagian dari terapi. d. Dampak Administrasi Kesehatan Perkembangan di bidang kesehatan sangat nampak seperti organisasi yang semakin kompleks, fasilitas kesehatan semakin
berkembang, birokrasi dan kondisi finansial serta berbagai aturan yang
menyertainya
juga
semakin
beragam.
Sosiologi
memfokuskan analisis tentang persoalan organisasi dan struktur; siapa yang rugi dan untung dengan aturan yang ada; menjelaskan cara strategis untuk meningkatkan skill SDM dalam organisasi yang kompleks dan sebagainuya. 2. Adanya Legitimasi Eksternal a. Sekolah kedokteran semakin banyak dalam fakultas atau universitas. Tidak sedikit yang menyertakan sosiologi dalam kurikulum pendidikan kedokteran. b. Banyak
agen
pemerintahan
dan
private
foundation
yang
memperhatikan bidang sosiologi kesehatan. Misalnya The National Institute of Health and the National Institute of Mental Health mensponsori peneliti (sosiolog) untuk meneliti bidang kesehatan. Banyak juga pelatihan bidang sosiologi diberikan di bidang kesehatan. 3. Pengakuan Secara Kelembagaan Medical Sociology Pada tahun 1959 secara formal sosiologi kesehatan diakui sebagai seksi di American Sociological Association (ASA). Pada tahun 1965 ASA mengembangkan jurnal Kesehatan dan Perilaku Sosial. Pada tahun sekitar 1996 anggota ASA yang memfokuskan perhatian pada sosiologi kesehatan telah berjumlah sekitar 1.000 orang dari sekitar 13.000 anggota ASA. 2.1.7
KESEHATAN DAN PENYAKIT DARI SUDUT PANDANG SOSIAL Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease dan illness. 1. Disease sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan, disease bersifat objektif. 2. Illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu. Ilness bersifat subjektif
2.1.8 MODEL-MODEL PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN
Dibawah ini merupakan model-model perubahan perilaku kesehatan (Kurniyawati, 2014) : 1. Model Pengelolaan Rasa Sakit. Tidak semua orang sakit memiliki penyakit. Suatu rasa sakit bukan merupakan penyakit bila tidak mengganggu aktivitas dan fungsi pokok, misalnya: makan, minum, buang air, tidur, dan aktivitas sehari-hari lainnya. 2. Model Mechanic Landasan pemikiran model mechanic ini yaitu mengembangkan suatu model mengenai faktor-faktor yang mempengarui perbedaan cara melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit. 3. Model Keyakinan Sehat Empat keyakinan utama a. keyakinan tentang kerentanan kita terhadap keadaan sakit, b. keyakinan tentang keseriusan atau keganasan penyakit, c. keyakinan tentang kemungkinan biaya, d. keyakinan tentang efektivitas tindakan ini sehubungan dengan adanya kemungkinan tindakan alternatif 4. Model Pengambilan keputusan Ada beberapa kondisi sosial yang khas terjadi yaitu ; a. Realitas sosial adanya perbedaan pemahaman dan sikap antara pasien dan anggota keluarganya b. Perbedaan pemahaman dan sikap pasien diwujudkan dalam bentuk persepsi atau respons terhadap penyakit tersebut c. Setiap diantara mereka mempunyai akses informasi ke pihak lain mengenai persepsipenyakit d. Adanya komunikasi atau interkasi antara pasien dan orang lain 2.2 KONSEP PROFESI BIDAN 2.2.1 PENGERTIAN Bidan adalah seorang
perempuan yang telah lulus pendidikan
kebidanan yang diakui oleh pemerintah (Kemenkes, 2007). Ilmu Kebidanan merupakan bentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (ilmu kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu manajemen (Estiwidani, 2008) Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan (Nesi, 2012)
Praktik
kebidanan
adalah
penerapan
ilmu
kebidanan
dalam
memberikan pelayanan terhadap terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan (Sofyan, Mustika 2006) Praktik pelayanan kebidanan adalah praktik pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kpd ibu dalam kurun waktu masa reproduksi dan bayi baru lahir (Soepar dan Soeryani, 2008) 2.2.2 PELAYANAN KEBIDANAN Dibawah ini merupakan pelayanan kebidanan menurut Nesi (2012) yaitu : 1. Promotif Upaya promosi ini dapat diberikan dalam bentuk konseling untuk klien, keluarga dan masyarakat, memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan penolong persalinan serta memberikan asuhan pada bayi baru lahir. 2. Preventif Dlm upaya ini tindakan pencegahan, deteksi dini abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medik dalam melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. 3. Kuratif Upaya ini dapat berupa rujukan pada keadaan resiko tinggi termasuk kegawatdaruratan pada anak 4. Rehabilitatif Dalam melaksanakan upaya ini bidan harus mampu memberikan asuhan
sesuai
melahirkan,
dengan
masa
post
kebutuhan partum,
terhadap
wanita
melaksanakan
hamil,
pertolongan
persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan asuhan pada BBL, bayi dan anak balita. 2.2.3 JENIS PELAYANAN KEBIDANAN Jenis pelayanan kebidan terdiri dari 3 layanan (Hidayat, 2009) yaitu : 1. Layanan Kebidanan Primer (Mandiri)
Pelayanan kebidanan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan 2. Layanan Kebidanan Kolaborasi Layanan yang dilakukan bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan 3. Layanan Kebidanan Rujukan Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas lain secara horizontal/vertical atau ke profesi lainnya 2.2.4 PERAN DAN FUNGSI BIDAN Seorang bidan dalam menjalankan prakteknya mempunyai peran dan fungsi yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dak peneliti (Sofyan dkk, 2006) : 1. Peran bidan sebagai pelaksana a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan b. Memberikan pelayanan dasar pada anak, remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien. c. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama hamil normal d. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan keluarga e. Menentukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau keluarga g. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB h. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, nalita dengan melibatkan keluarga
2. Peran bidan sebagai pengelola a. Mengembangkan kebidanan masyarakat
pelayanan
individu, di
dasar
keluarga,
wilayah
terutana
kelompok
kerjanya
dengan
pelayanan
khusus
dan
melibatkan
masyarakat. b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi dan kader kesehatan 4. Peran bidan sebagai pendidik a. Menberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan KB b. Melihat dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun diwilayah atau tempat kerjanya. 5. Peran bidan sebagai peneliti Seorang bidan dalam menjalankan tugasnya tidak hanya membantu proses persalinan tetapi seorang bidan diharapkan bisa meneliti tentng kelinan-kelainan yang timbul pada kehamilan atau pada proses persalinan, setelah diteliti kelainan-kelainan yang timbul pada klien hendaknya seorang bidan melakukan pencatatan dan pelaporan serta melakukan tindakan evaluasi selanjutnya atau segera merujuknya kedokter. Fungsi dan peran bidan hendaknya selalu diterapkan oleh seorang bidan yang professional agar terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, dapat menanggulangi terjadinya kematian ibu dan anak pada proses persalinan serta bisa memberikan pengetaahuan kepada masyarakat agar masyarakat bisa menerapkan pola hidup sehat.
2.2.5
PERAN BIDAN DALAM PROMOSI KESEHATAN Seorang bidan dalam menjalankan prakteknya mempunyai peran dalam promosi kesehatan (Nesi, 2012) yaitu : 1. Peran Sebagai Advokator Advokasi adalah suatu pendekatan kepada seseorang/ badan organisasi yang di duga mempunyai pengaruh terhadap keerhasilan suatu program atau kelancaran suatu kegiatan. Bentuk kegiatan advocator berupa seminar yaitu bidan menyajikan masalah kesehatan di wilayah kerjanya, bidan menyampaikan masalah kesehatan menggunakan media dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi, penyampaian pendapat untuk membentuk opini public. 2. Peran Sebagai Edukator Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan di setiap tatanan pelayanan kesehatan agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Fungsi bidan sebagai edukator : a. Melaksanakan pendidikan kesehatan dan konseling dalam asuhan dan pelayanan kebidanan b. Membina kader dan kelompok masyarakat c. Mentorship dan preseptorsip bagi calon tenaga kesehatan dan
bidan baru 3. Peran Sebagai Fasilitator Bidan
mempunyai
tanggung
jawab
untuk
menciptakan,
mengkondisikan iklim kelompok ang harmonis, serta menfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok. 4. Peran Sebagai Motivator Upaya yang di lakukan bidan sebagai pendamping adalah menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalah, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan masalah itu. BAB III PEMBAHASAN
PERAN SOSIOLOGI TERHADAP PROFESI BIDAN Profesi bidan dipandang sebagai salah satu profesi yang amat berperan dalam banyak hal dikarenakan seorang bidan mampu mengemban, menempatkan, mengaitkan, memahami, dan menjelaskan realita sosial atau fenomena yang terjadi di masyarakat. Bahwa historikal dan sosiologi memperhatikan profesi bidan yang mempunyai dimensi sosial dan selalu melibatkan makna serta berhubungan dalam hal pengambilan keputusan. Menjadi seorang bidan adalah pengalaman budaya dan sejarah. Pengalaman ini akan berbeda dari satu budaya dengan budaya lain dan berbeda dari waktu ke waktu. Menjadi seorang bidan di Zaman Prasejarah (setelah zaman batu) atau dalam pengadilan monarki Stuart, dalam perkampungan Manchester di abad ke-19 dan dalam rumah sakit modern memberikan pengalaman berbeda yang memberikan makna berbeda. Makna sosial adalah seseorang diberi julukan seperti “bidan” oleh berbagai masyarakat dan dalarn wacana publik serta dibentuk berdasarkan kebijakan sosial. Bagaimana kita dapat memahami makna menjadi seorang bidan dalam dekade terakhir di abad kedua puluh. Sejarah lisan yang mencatat pengalaman hidup bidan yang bekerja di masa lalu (Leap dan Hunter, 1993) memberikan gambaran yang jelas tentang apa makna pengalaman ini bagi individu wanita, tetapi apa makna label pekerjaan “bidan” dalam masyarakat dan bagaimana makna tersebut secara konstan dikuatkan dalam praktik seharihari. Makna sosial dan pekerjaan tertentu selalu berada dalam proses, dinamis dan dapat berubah serta hanya dapat ditangkap pada waktu spesifik seperti sebuah kamera menangkap sebuah penistiwa. Sebagai sosiolog memiliki tanggung jawab untuk melakukan penelitian ilmiah, sosialisasi keilmuan, dan juga pembinaan pola piker terhadap masyarakat. Sehubungan dengan masalah ini, peran sebagai ahli riset seorang sosiolog berkewajiban untuk mencari, mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan fakta sosial dari data-data yang ada sehingga muncul pengetahuan sosiologi yang bermanfaat bagi kelanjutan proses pemahaman sosiologi serta rekayasa atau analisis sosial.
Dalam peran sebagai ahli riset ini, sosiolog juga berkewajiban untuk meluruskan berbagai pendapat masyarakat awam atau kalangan tertentu yang lebih disebabkan karena salah informasi atau takhayul yang dapat menghancurkan pola pikiran manusia. Misalnya mengenai pengaruh gerhana bulan terhadap kesehatan anak yang dikandung. Hal yang tidak kalah penting lagi, sosiolog pun dapat menunjukan peran untuk memberikan ramalanramalan sosiologinya terhadap data statistik atau tren perubahan sosial sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan publik (Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, 1984 ) Profesi bidan menarik bagi seorang sosiolog tidak hanya karena pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan gender, tetapi juga karena tempat kerja mereka berada dalam ruang lingkup pribadi wanita yang sebelumnya diselubungi dalam misteri seksual dan tabu di masyarakat. Dengan mempelajari sosiologi, seorang bidan dapat memahami sifat, karakter atau norma masyarakat yang berlaku. Sehingga pada akhirnya program promosi kesehatan dalam hal ilmu kebidanan pada suatu masyarakat akan dapat berjalan dengan efektif. Oleh karena itu, sosiologi dapat memberikan kontribusi wawasan dan pemahaman terhadap bidan atau para pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan. Analisis sosiologi mengenai masalah sosial mengenai sakit, cacat fisik, dan sejenisnya yang merupakan fakta sosial. Dalam menganalisis situasi kesehatan, sosiologi kesehatan bermanfaat untuk mempelajari cara orang mencari pertolongan medis. Selain itu, perhatian sosiologi terhadap perilaku sakit umumnya dipusatkan pada pemahaman penduduk mengenai gejala penyakit serta tindakan yang dianggap tepat menurut tata nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Peran sosiologi dalam ilmu kebidanan yang lain adalah dapat menganalisis faktor-faktor sosial dalam
hubungannya dengan etiologi
penyakit pada kasus kebidanan. Aspek lain yang menjadikan sosiologi bermanfaat bagi praktik kebidanan bahwa sakit selain sebagai fakta sosial juga sebagai fakta medis. Seperti contohnya pada wanita bersalin, bahwa ibu bersalin merupakan fakta sosial yang ada di masyarakat.
Sosiologi kesehatan juga memberikan analisis tentang hubungan antara bidan dan klien. Dalam pengembangan sosiologi
ini, seorang bidan dapat
mengembangkan sikap “verstehen” yaitu kemampuan untuk menyelami apa yang dirasakan oleh pasien atau masyarakat itu sendiri. Untuk kemudian, setelah memahami apa yang dialami oleh pasien, baru pada tahap selanjutnya dianalisis berdasarkan ilmu kebidanan yang sudah dimilikinya. Seperti contoh misalkan ada seorang ibu memeriksakan diri ke bidan, ibu tersebut mengeluh nyeri dan ada benjolan pada payudara sebelah kanan. Ibu tersebut merasakan takut karena khawatir benjolan yang dirasakan tersebut adalah sebuah tumor atau kanker.. Bidan harus bisa merasakan apa yang dirasakan pasien dengan cara memberikan rasa empati dan dukungan moril agar ibu selalu optimis menghadapi penyakit yang menimpanya. Kita sebagai bidan tidak boleh langsung memutuskan penyakit apa yang diderita ibu tanpa adanya hasil pemeriksaan. Setelah ibu mengungkapkan keluhan yang dirasakan, tindakan selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan. Jika pada hasil pemeriksaan ditemukan benjolan yang abnormal maka tindakan yang dilakukan adalah melakukan rujukan ke dokter spesialis. Dengan demikian, penerapan ilmu sosiologi dapat disebut sebagai satu upaya membangun pendekatan terpadu antara etik dan emik, sehingga layanan kebidanan lebih bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Tujuan penerapan sosiologi dalam bidang kebidanan antara lain untuk menambah kemampuan para bidan dalam melakukan penilaian klinis secara lebih rasional, menambah kemampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dialami dalam praktik, mampu memahami dan menghargai perilaku pasien dan menambah kemampuan dan keyakinan bidan dalam menangani kebutuhan sosial dan emosional pasien, sebaik kemampuan yang mereka miliki dan menangani masalah kebidanan yang dialami pasien. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena sosial dapat menjadi faktor penentu atau mempengaruhi kesehatan ataupun tingkah laku lain saat sedang sakit maupun setelah sakit.
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN 4.1.1 Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, perilaku sosial manusia,
perilaku
kelompok,
interaksi
kelompok
sedangkan
sosiologi kesehatan adalah studi tentang perawatan kesehatan sebagai suatu sistem yang telah terlembaga dalam masyarakat, kesehatan (health) dan kondisi rasa sakit (illness) hubungannya 4.1.2
dengan faktor-faktor sosial Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah. Ilmu Kebidanan merupakan bentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (ilmu kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, ilmu kesehatan masyarakat,
4.1.3
ilmu manajemen). Peran sosiologi dalam ilmu kebidanan yaitu dapat menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dengan etiologi penyakit pada
kasus
kebidanan.
Sosiologi
kesehatan juga
memberikan analisis tentang hubungan antara bidan dan klien. Dalam pengembangan sosiologi ini, seorang bidan dapat mengembangkan kemampuan untuk menyelami apa yang dirasakan oleh pasien atau masyarakat itu sendiri. Selain itu peran sosiologi yang lain adalah dapat menambah kemampuan para bidan dalam melakukan penilaian klinis secara lebih rasional, menambah kemampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dialami dalam praktik, mampu memahami dan menghargai perilaku pasien dan menambah kemampuan dan keyakinan bidan dalam menangani kebutuhan sosial dan emosional pasien, sebaik kemampuan yang mereka miliki dan menangani masalah kebidanan yang dialami pasien.
DAFTAR PUSTAKA Benih, Ade. 2014. Sosiologi Kesehatan. Jakarta : Nuha Medika. Estiwidani, Dwana. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya Freudenburg, William R. 2013. Research in Social Problem and Public Policy. Emeral Group Publishing Limited: Bingley.
Hidayat, Asri. 2009. Catatan Kuliah: KONSEP KEBIDANAN. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Yogyakarta Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt, 1984. Sociology, edisi kelapan. Michigan McGraw-Hill. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1993. Sosiologi. Terjemahan Aminuddin Ram dan Tita Sobari. Jakarta: Penerbit Erlangga Kemenkes. 2007. Bidan menyongsong masa depan 50 tahun IBI. Jakarta PP:IBI Kurniyawati,
Efi.
2014.
Dasar
sosiologi
dan
Sosiologi
Kesehatan.
://efikurniyawati61.blogspot.co.id/2014/01/dasar-sosiologi-dan-sosiologikesehatan.html (diakses tanggal 09 Juni 2016) Nesi, Novita. 2012. Promosi Kesehatan Pelayanan Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Salemba Sarwono, Solita. 1997. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Soepar dan Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Bandung : Penerbit Buku Kedokteran Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Sofyan, Mustika, Dkk. 2006. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. –Cetakan ke VIIJakarta : PP IBI.