PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI O&M PEMBANGKIT
1
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….
2
1.
DEFINISI DAN TUJUAN PEMELIHARAAN ……………………………………….
4
1.1.
Definisi Pemeliharaan Pemeliharaan ............................ ......................................... ......................... ......................... ......................... ................ ....
4
1.2.
Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan .......................... ....................................... .......................... ........................... .......................... ................ ....
4
1.3.
Perkembangan Pemeliharaan.............. Pemeliharaan.. ........................ ..................... ..................... ....................... ...................... ........... .
4
1.4.
Manajemen Pemeliharaan.......... Pemeliharaan....................... ......................... ........................ ......................... .......................... ............... ..
5
2.
3
4
.
PERENCANAAN PEMELIHARAAN …………………………………………………
15
2.1
Aspek- Aspek Dalam Perencanaan ……………………………………………
15
2.2
Sistem Pemeliharaan Terpadu ……………………………………..
16
2.3
Pemeliharaan Periodik …………………………………………………………
18
PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT ……………………………………
18
3.1
Petunjuk Umum Pelaksanaan Pemeliharaan ………………………………..
18
3.2
Pemeliharaan Korektif ………………………………………………………..
19
3.3
Pemeliharaan Preventive dan Periodik………………………………………
23
PERENCANAAN OPERASI …………………… ……………………………………
27
4.1
Tugas pokok Perencanaan operasi …………………………………………
27
4.2
Lingkup Perencanaan Operasi...................................................................
27
4.3
Perencanaan Operasi Berdasarkan Kebutuhan Sistem Dan Kesiapan Unit ………………………………………………………………………………
27
2
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….
2
1.
DEFINISI DAN TUJUAN PEMELIHARAAN ……………………………………….
4
1.1.
Definisi Pemeliharaan Pemeliharaan ............................ ......................................... ......................... ......................... ......................... ................ ....
4
1.2.
Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan .......................... ....................................... .......................... ........................... .......................... ................ ....
4
1.3.
Perkembangan Pemeliharaan.............. Pemeliharaan.. ........................ ..................... ..................... ....................... ...................... ........... .
4
1.4.
Manajemen Pemeliharaan.......... Pemeliharaan....................... ......................... ........................ ......................... .......................... ............... ..
5
2.
3
4
.
PERENCANAAN PEMELIHARAAN …………………………………………………
15
2.1
Aspek- Aspek Dalam Perencanaan ……………………………………………
15
2.2
Sistem Pemeliharaan Terpadu ……………………………………..
16
2.3
Pemeliharaan Periodik …………………………………………………………
18
PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT ……………………………………
18
3.1
Petunjuk Umum Pelaksanaan Pemeliharaan ………………………………..
18
3.2
Pemeliharaan Korektif ………………………………………………………..
19
3.3
Pemeliharaan Preventive dan Periodik………………………………………
23
PERENCANAAN OPERASI …………………… ……………………………………
27
4.1
Tugas pokok Perencanaan operasi …………………………………………
27
4.2
Lingkup Perencanaan Operasi...................................................................
27
4.3
Perencanaan Operasi Berdasarkan Kebutuhan Sistem Dan Kesiapan Unit ………………………………………………………………………………
27
2
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
5. MANAJEMEN EFISIENSI ………………..………………… ……………………
28
5.1.
Definisi Manajemen Effisiensi…………………………………………….
28
5.2.
Mekanisme Kerja Efisiensi Improvement …………………………………
28
5.3.
Tugas Team Effisiensi ………………………………………………………
29
6. INDEK KINERJA PEMBANGKIT…………………………………… PEMBANGKIT …………………………………… ……………
6.1.
Definisi Indek Kinerja Pembangkit …………..…………………………….
6.2.
Durasi Outage Dan Derating.............. Derating...... ................... ....................... ..................... ..................... ...................... ..........
6.3.
Formula Indeks Kinerja Pembangkit................. Pembangkit...... .................. ....... ………………………
31 31 32 34
3
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
BAB I DEFINISI DAN TUJUAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT
1.1.
Definisi Pemeliharaan
Usaha yang dilakukan secara terus menerus berupa Perawatan, Perbaikan dan Modifikasi untuk menjaga suatu peralatan dapat beroperasi dengan andal, efisien dan mencapai umur yang diharapkan.
1.2.
Tujuan Pemeliharaan
Agar pembangkit pembangkit dapat beroperasi beroperasi dengan keandalan yang tinggi serta mutu m utu listrik yang baik, efisien dan daya yang optimum. Sehingga tercapai umur teknis yang diharapkan dan biaya pemeliharaan yang optimum.
1.3.
Perkembangan Pemeliharaan
Metode paling awal dari pekerjaan pemeliharaan yang berkembang di dunia adalah “Fix it When it Broke ” atau membiarkan suatu peralatan rusak, untuk kemudian
dilakukan perbaikan. Pada perkembangan berikutnya berkembang manajemen Pemeliharaan Preventif yang berbasis waktu, Pemeliharaan Prediktif yang berbasis kondisi,
dan
perkembangan
paling
mutakhir
adalah
Reliability
Centered
Maintenance (RCM).
Gambar berikut memperlihatkan perkembangan manajemen pemeliharaan yang meliputi teknik pemeliharaan, jenis-jenis kegagalan serta harapan-harapan yang muncul sejalan dengan perkembangan metoda pemeliharaan itu sendiri.
4
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Gambar 1. Perkembangan Pemeliharaan di dunia
1.4.
Manajemen Pemeliharaan
Definisi Manajemen Pemeliharaan adalah sbb: Manajemen Pemeliharaan adalah proses kegiatan pemeliharaan yang meliputi rangkaian tahapan kerja yang teratur, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, penelitian dan pengembangan.
Tujuan Manajemen Pemeliharaan adalah sbb : Meningkatkan keandalan dan kinerja pembangkitan Mendayagunakan Aset dan Sumber Daya Pembangkitan dengan perilaku biaya paling efektif dan efisien Menerapkan metoda kerja terbaik yang tersedia untuk mencapai pemeliharaan dengan standar tinggi. 5
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Mendayagunakan sistem monitoring (real-time) yang efektif untuk pengontrolan dan penilaian kerja pemeliharaan. Meningkatkan
pelaksanaan
pemeliharaan
prediktif
dan
preventif
untuk
menurunkan tingkat kerusakan peralatan dan biaya-biaya terkait Menciptakan lingkungan kerja yang melibatkan pegawai dari segi kekuatannya, loyalitasnya, produktifitasnya, dan pengembangan yang berkelanjutan.
Aktifitas pemeliharaan pada unit pembangkit bertujuan untuk: Mengembalikan Performance Mesin Memperbaiki Efisiensi Meningkatkan Faktor Ketersediaan (Availability Improvement) Meningkatkan keandalan (Reliability Improvement)
6
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Berikut adalah metoda-metoda pemeliharaan yang berkembang didunia:
BLOK DIAGRAM JENIS PEMELIHARAAN MAINTENANCE
Planed Maintenance
Design-out Maintenance
Unplaned Maintenance
Preventive Maintenance
Time-based Maintenance
Routine Maintenanc
Plant improvement maintenance atau adaptive maintenance ditujukan untuk meningkatkan operasi, realibilitas dan kapasitas
Pemeliharaan dilaksanakan secara berkala berdasarkan waktu, jam operasi atau lainnya dengan unit tetap beroperasi atau keluar dari pengusahaan
Corrective Maintenance
Break-down Maintenance
Condition-based Maintenance
Periodie Year’ly Maintenance
Prinsip utama dari preventive maintenance adalah berfikir kedepan (thinking ahead)
Perbaikan peralatan dari kerusakan karena gangguan
Disebut juga curative maintenance bisa berupa trouble shooting atau penggantian parts yang rusak/kurang berfungsi / yang terancam rusak.
Disebut juga predictive atau auscultative maintenance, dilaksanakan berdasarkan kondisi peralatan yang dianalisa sewaktu peralatan sedang beroperasi atau waktu shut-down, diperlukan, peralatan dan personil khusus untuk analisa getaran, suara, panas, shock-wave, ultrasound, spectrum frekuensi, spectografhic oil analysis program (SOAP), NDT dan metalurgi.
Pemeliharaan pencegahan dan kerusakan dilaksanakan berulang-ulang dengan inteerval maksimum 6 bulan, dalam kondisi unit tetap beroperasi maupun keluar dari pengusahaan
Overhaul unit, dilaksanakan secara periodik dengan interval waktu lebih dari 6 bulan, volume & jenis pekerjaan mengacu pada buku petunjuk atau sumber lain yang relevan.
7
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Pemeliharaan Preventif (Rutin)
Definisi: adalah kegiatan pemeliharaan terhadap komponen atau peralatan yang reguler (rutin) dan terencana. PM terdiri dari: Inspeksi yang terjadual Pembersihan Pelumasan Penggantian atau perbaikan komponen yang dilakukan secara rutin Pemeliharaan pada dasarnya berpedoman jam operasi (time base maintenance).
Kelebihan: Meningkatkan umur pakai ( life cycle ) dari komponen. Mengurangi kegagalan peralatan / proses Lebih hemat sekitar 12% - 18% bila dibandingkan program pemeliharaan reaktif Kekurangan: Kegagalan Catastrophic masih sering terjadi Melibatkan banyak tenaga kerja Pekerjaan pemeliharaan yang tidak perlu dilakukan Potensi kerusakan karena melakukan pekerjaan yang tidak perlu.
Pemeliharaan Prediktif
Definisi: Adalah sebuah proses yang membutuhkan teknologi dan kecakapan (skill) SDM, yang memadukan dan menggunakan semua data diagnosa dan kinerja, sejarah kerusakan, data operasi, dan data desain yang tersedia, untuk membuat keputusan tentang kegiatan pemeliharaan terhadap sebuah peralatan kritikal.
8
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Pemeliharaan Predik tif mengacu pada konsep kurva kerusakan “bathtub”, dimana sebuah peralatan akan memiliki resiko kegagalan yang tinggi pada masa awal dan akhir operasi. Objek yang dipantau pada suatu mesin/ peralatan untuk keperluan pemeliharaan prediktip meliputi : • Ter mografi • Tribologi • Vibrasi • Life Assement (NDT & DT) • Kualitas air • Unjuk kerja
Thermography Infrared (IR) Thermography dapat didefinisikan sebagai proses pencitraan variasi radians Inframerah dari suatu permukaan. Pada prinsipnya, IR Thermography akan menampilkan profil temperatur objek. IR akan mendeteksi kondisi-kondisi atau stressor yang mengakibatkan penurunan kinerja suatu peralatan atau desain umur pakainya. Sebagai contoh, koneksi listrik yang korosi atau kendor akan menghasilkan citra kedalaman temperatur yang abnormal oleh karena bertambahnya resistansi listrik. Pada peralatan yang berputar (rotating equipment), bentuk-bentuk perubahan friksi akan menaikkan temperatur komponen yang tercermin dalam perubahan profil termal komponen. Gambar bawah memperlihatkan temperatur bearing motor yang panas (ditandai dengan warna yang terang) yang diambil dengan menggunakan kamera infrared / Infrared Thermometer.
9
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Gambar 2. Aplikasi Thermografi untuk deteksi Bearing Motor.
Tribologi (Oil Analysis) Oil Analysis digunakan untuk mendefinisikan 3 kondisi dasar mesin terkait dengan lubrikasi mesin atau sistem lubrikasi. Pertama adalah kondisi dari oil: viscosity, acidity, flashpoint, dll untuk melihat adanya kontaminan seperti material-material korosi. Kedua adalah kondisi sistem lubrikasi, dengan menguji kandungan air, silikon, atau kontaminan-kontaminan lain (bergantung pada desain sistem), system integrity dari sistem lubrikasi dapat dievaluasi. Ketiga adalah kondisi mesin itu sendiri. Dengan menganalisa partikel-partikel keausan yang ada dalam minyak, keausan mesin dapat dievaluasi dan dilihat besarannya.
Vibrasi (Vibration Analysis) Vibrasi diukur dengan menggunakan peralatan yang bekerja secara elektronik, dengan kecanggihan tergantung dari display yang dapat ditunjukkan, serta kecepatan dan kemudahan pengoperasiannya.
Tingkat besarnya vibrasi suatu mesin untuk dinyatakan baik, ditentukan oleh pabrik pembuatnya sebagai data yang paling akurat. Apabila data ini tidak ada, atau timbul permasalahan dalam acceptance test, atau pihak owner (pemilik)
10
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
menginginkan suatu tingkat vibrasi tertentu dalam pemesanan, maka bisa dirujuk dari standard-standard yang berlaku sebagai pedoman.
Ada beberapa lembaga di dunia atau negara yang mengeluarkan standard tingkat vibrasi. Tapi sebagai contoh di sini akan diberikan dua buah, yaitu International Standard Organization (ISO 3945) dan Canadian Government Specification.
• Life Assement (NDT & DT)
Yaitu melakukan assesment umur peralatan dengan melakukan Pengujuan tidak merusak ataupun pengujian yang merusak
NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak, dipanasi, dirubah yang sifatnya akan merubah struktur benda tersebut. Jadi benda sebelum diuji dan sesudah diuji akan mempunyai struktur logam yang sama. Selain NDT ada juga DT yang berarti pengujian dengan jalan merusak, contohnya uji tarik, uji tekan, uji puntir dan lain – lain. Macam macam NDT o
Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang – kadang memakai kaca pembesar.
o
Pengujian kebocoran dengan air sabun.
o
Pengujian dengan spot chek.
o
Pengujian dengan fluorescent dry penetrant.
o
Pengujian dengan magnetic partikel.
o
Pengujian dengan ultra sonik.
o
Pengujian dengan eddy curent.
o
Pengujian dengan crack depth.
o
Pengujian radiografi dengan sinar X.
o
Pengujian radiografi dengan sinar
(gamma). 11
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Unjuk kerja Salah satu jenis prediktif maintenance adalah monitoring unjuk kerja pemangkit. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan Performance Test pembangkit secara berkala.
Kelebihan: Meningkatkan umur operasional komponen (availability) Memungkinkan menghilangkan tindakan-tindakan yang bersifat korektif Mengurangi downtime peralatan atau proses Kualitas produk yang lebih baik. Meningkatkan kualitas pekerja dan keselamatan lingkungan Meningkatkan moral pekerja Menghemat energi Lebih hemat 8% - 12% terhadap pemeliharaan preventif
Kekurangan: Menaikkan investasi untuk peralatan diagnostik Menaikkan investasi untuk pelatihan staff Potensi penghematan tidak bisa segera dilihat oleh manajemen
Pemeliharaan Proaktif
Definisi: Adalah proses penghilangan kondisi yang menyebabkan terjadinya kerusakan, melalui identifikasi akar penyebab (Root Cause Failure Analysis) yang memicu siklus kerusakan. RCM pada intinya adalah suatu proses untuk menentukan apa saja yang harus dilakukan untuk menjamin agar aset terus menerus bekerja memenuhi fungsi yang diharapkan, dalam konteks operasinya saat ini. RCM menekankan pada kebutuhan analisis pemeliharaan dengan menjawab 7 pertanyaan dasar sbb: 12
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
1. Apa fungsi peralatan? 2. Standard prestasi kaitannya dari aset pada konteks operasinya saat ini? 3. Dengan cara apa dia gagal memenuhi fungsi yang diharapkan? 4. Apa penyebab kegagalan fungsinya? 5. Apa pengaruh dari setiap kegagagalan? 6. Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah setiap kegagalan? 7. Apa yang harus dilakukan bila pencegahan yang cocok tidak ditemukan?
Kelebihan: Bisa jadi merupakan program pemeliharaan yang paling efisien Mengurangi biaya karena adanya pengurangan kegiatan pemeliharaan atau overhaul yang tidak diperlukan. Meminimalisir frekuensi overhaul Mengurangi kemungkinan kegagalan peralatan yang tiba-tiba. Memungkinkan untuk fokus kegiatan pemeliharaan pada komponen-komponen kritis. Meningkatkan reliability komponen Root Cause Analysis dilakukan secara korporat Kekurangan: Dapat memberikan biaya startup, training, maupun peralatan yang signifikan Saving tidak bisa segera dilihat oleh manajemen.
Pemeliharaan Korektif (Run To Failure)
Definisi: Membiarkan sebuah peralatan hingga rusak berdasarkan pertimbangan yang matang (kritikalitas, redundancy, biaya penggantian yang rendah, tidak memberikan efek ke proteksi, keselamatan, dll). Dengan metode ini, tidak ada tindakan pencegahan sebelum kerusakan terjadi. Hal ini berarti setiap kerusakan memang sudah diketahui dan dikelola. Tidak ada
13
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
kerusakan yang tidak diketahui sebelumnya, dan setiap tindakan korektif memang telah direncanakan dengan matang, hanya menunggu kapan kerusakan terjadi.
Cara Sederhana Menetapkan Tipe Pemeliharaan: Kalau peralatan kondisinya bisa dimonitor dan ada tools yang tersedia untuk monitor, maka lakukan pemeliharaan prediktif. Kalau peralatan tidak bisa dimonitor kondisinya atau tidak tersedia tool untuk monitoring kondisi, maka lakukan pemeliharaan preventif Kalau pemeliharaan preventif sulit dilakukan, atau effortnya terlalu besar dibandingkan harga peralatan dan dampak yang ditimbulkan bila rusak, maka biarkan dia rusak. Kalau terjadi kegagalan berulang atau terjadi kegagalan yang tidak semestinya, maka lakukan root cause failure analysis.
14
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
BAB II PERENCANAAN PEMELIHARAAN
2.1
Aspek-Aspek Dalam Perencanaan
Dalam manajemen, ada 6 hal yang harus dikelola, yang dikenal sebagai 5M + T, yaitu: Man (SDM), Machine (Mesin), Method (Metoda) , Money (Uang), Material (Material) + Time (Waktu).
Dalam Perencanaan Pemeliharaan, sesuai dengan 6 hal di atas, kebutuhan yang harus direncanakan adalah sbb: Material
: Material Suku Cadang, Material Umum
Alat Kerja
: Special Tools dan General Tools, Maximo
Waktu
: Schedule Pemeliharaan
Tenaga
: Teknisi, Supervisor, dan Helper
Anggaran
: Dana untuk mendukung keperluan pemeliharaan
Prosedur
: Manual Book Pemeliharaan Mesin Pembangkit dan SOP
Tugas-tugas Perencanaan Pemeliharaan mencakup hal-hal sbb: 1. Persyaratan Kualitas 2. Persyaratan Lingkungan 3. Persyaratan K3 4. Prosedur-Prosedur yang berlaku 5. Ijin-ijin yang dapat dipakai 6. Estimasi / Standard-standard 7. Mengkaji ulang WR ( Work Request ) atau PM Master 8. Inspeksi Lapangan bila diperlukan 9. Parts dan Material 10. Status WR terkait 11. Tagging dan Isolasi 12. Tools / Perkakas 13. Manual Book, Gambar Peralatan, Electrical Wiring Diagram, P & ID Diagram, Logic Diagram 15
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
2.2
Sistem Manajemen Pemeliharaan Terpadu
Definisi: Merupakan Program Aplikasi berbasis komputer yang mampu mengolah hubungan peralatan yang terpasang di unit dengan stok barang di gudang dan gangguan / kerusakan yang terjadi untuk mengeluarkan lembar perintah kerja (Work Order) secara terintegrasi. Program Aplikasi yang digunakan oleh Pembangkit adalah MAXIMO atau MIM’S. Spesifik untuk CMMS dinamakan sebagai ProHAR dan didefinisikan
sbb: ProHAR adalah alat manajemen komprehensif yang direncanakan untuk mengidentifikasi,
merencanakan,
menjadwalkan,
melacak,
dan
mengevaluasi seluruh pemeliharaan yang bersifat preventif, prediktif, dan korektif, yang terencana ataupun tidak terencana, sebagaimana jenis pekerjaan untuk memenuhi dan mengaturnya. Kapabilitas CMMS meliputi: Penerbitan Work Order (WO), prioritisasi, dan tracking berdasarkan equipment atau komponen Tracking riwayat dari seluruh WO yang diterbitkan, menjadi sortable berdasarkan equipment, tanggal, orang (penanggungjawab, dll) Tracking aktifitas pemeliharaan terjadual dan tak terjadual Menyimpan prosedur-prosedur pemeliharaan (Instruksi Kerja, Standard Job, dsb) dan seluruh informasi komponen secara terjamin Menyimpan
seluruh
dokumentasi
teknis
atau
prosedur-prosedur
berdasarkan jenis komponen Laporan-laporan real-time reports dari aktifitas yang sedang berjalan Penerbitan WO pemeliharaan preventif berdasarkan kalender Tracking biaya kapital atau biaya pegawai berdasarkan komponen dan waktu terpendek, menengah, dan terpanjang untuk closing WO
16
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Inventory
control
terhadap
suku
cadang
dan
material
dengan
kemampuan pesan-ulang secara otomatis Interface dengan PDA untuk men-streamline input dan penerbitan WO Kemampuan untuk Outside Service Call/Dispatch
Sasaran Implementasi Program CMMS: Job Plans (Rencana Pekerjaan) Data Base Pekerjaan
Database CMMS meliputi: Definisi Kerja (Permasalahan) dan Status Menuju Kelengkapan Deskripsi dan Histori Peralatan Prosedur Kerja Ketersediaan Tenaga Kerja dan Keahlian Status Material, yang ada dan dibutuhkan Persyaratan Kepastian dan Persyaratan Keselamatan lainnya
Sistem Prioritas dalam WR adalah sbb: Prioritas 1 Adalah pekerjaan prioritas mendesak yang membutuhkan tindakan segera. Bisa dengan perencanaan Bypass, penjadualan bypass.
Prioritas 2 Adalah pekerjaan berprioritas tinggi, tindakan segera dilakukan begitu memungkinkan. Membutuhkan perencanaan, membutuhkan penjadualan
17
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Prioritas 3 Adalah pekerjaan prioritas penting, sebagian besar tugas-tugas PM/PdM. Dampak pada operasi unit minim. Direncanakan dan dijadualkan dengan sumber daya yang tersedia.
Work Order yang telah di- close, harus menggambarkan Pelaksanaan kerja, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi, mengidentifikasi komponen bagian dan material yang digunakan, mengidentifikasi kondisi yang membutuhkan kerja tambahan, merekomendasikan perubahan atas paket kerja.
2.3
Pemeliharaan Periodik
Disamping aspek-aspek yang sudah disebutkan di atas, untuk perencanaan pemeliharaan periodik, diperlukan pula pengetahuan kriteria pemeliharaan periodik yang disyaratkan oleh fabrikan. Berikut adalah kriteria-kriteria pemeliharaan periodik Setiap Pabrik Pembuat Mesin memberikan petunjuk dalam melaksanakan Overhaul / Inspection Mesin buatan mereka. Suatu hal yang sama adalah mesin harus diadakan pemeliharaan secara periodik yang teratur dengan suatu periode tertentu. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan periode ini, yang lazim dipakai dalam menentukan interval overhaul pada mesin pembangkit adalah jenis pembangkit, jam operasi mesin, jumlah start, kondisi lingkungan serta pola / perilaku pengoperasian mesin tersebut. Hal yang berbeda adalah besarnya nilai interval dari overhaul yang satu ke overhaul berikutnya.
Tabel-tabel Berikut memberikan informasi Interval dan Durasi Overhaul Mesin Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Tabel 3. PLTU / STG
18
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
PLTU/STG
SIKLUS
SURALAYA (PLTU)
SI ME SI
SEMARANG (PLTU & STG)
SI ME SI
PERAK (PLTU)
SI ME SI
GRATI (STG) PRIOK (PLTU)
MINOR
–
–
–
–
–
–
–
PRIOK (STG)
MINOR
PLTP
SI SI –
–
–
–
–
–
DURASI
SE
10.000
SE
8.000
SE
8.000
SI = 28 ME = 30 SE = 60 SI = 28 ME = 35 SE = 55 SI = 28 ME = 35 SE = 50 MINOR = 25 MAJOR = 45 SI = 15 ME = 45 SE = 60 MINOR = 25 MAJOR = 45
MAJOR
SE SI ME –
–
INTERVAL
–
SE
15.000 8.000
MAJOR
24.000
MI
16.000
SI = 20 MI = 25
Interval Overhaul Pembangkit Listrik dengan tenaga Uap didasarkan pada penumpukan kotoran pada peralatan, deterioration peralatan serta penggantian part yang berumur pendek seperti gasket/packing dan sebagainya. Pembangkit Listrik dengan tenaga Uap selalu bekerja dengan peralatan lain seperti steam generator dan sebagainya sehingga penentuan interval overhaul dikaitkan dengan keperluan pemeliharaan peralatan lain tersebut selain dari turbin uap-nya. Simple Inspection difokuskan pada pembersihan peralatan yang menyebabkan efisiensi turun, Mean Inspection difokuskan pada peralatan steam generator dan alat. Serious Inspection terutama pada pemeriksaan turbin uap. Dengan demikian oleh karena PLTP tidak memiliki steam generator/boiler, maka PLTP tidak memiliki Mean Inspection. Keterangan tabel 1-4: SI : Simple Inspection,
ME: Mean Inspection,
SE: Serious Inspection
19
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
BAB III PROSEDUR PEMELIHARAAN PEMBANGKIT
3.1.
Petunjuk Umum Pelaksanaan Pemeliharaan
Secara umum, urutan kegiatan pemeliharaan spesifik meliputi hal-hal sbb: o
Identifikasi Permasalahan
o
Mengumpulkan Data-data
o
Merencanakan: Alat-alat Kerja dan Keselamatan, Part / Material, Rencana Pekerjaan (Scheduling), Referensi seperti: Wiring Diagram, P & ID Diagram, Logic Diagram, Standard Setting, Prosedur / Instruksi Kerja, dll.
o
o
Melakukan kegiatan pemeliharaan yang diperlukan:
Pembongkaran (Dismantling)
Pemasangan Kembali (Re-Assembling)
Pengukuran, Pengujian dan Adjustment
Evaluasi dan Pelaporan
Identifikasi Permasalahan
Untuk melakukan Identifikasi Permasalahan, lakukan langkah-langkah sbb : a. Periksa Catatan Awal Pemeliharaan (Work Order dari Operator, atau laporan pemeriksaan oleh petuuap pemeliharaan). b. Dari catatan, simpulkan pada grup fungsi mana permasalahan terjadi
Mengumpulkan Data
a. Catat / Print Out Alarm atau Event Log beserta kode-kode identifikasi dari fabrikan yang muncul pada Human Machine Interface atau indikator lainnya. b. Catat proteksi yang kerja c. Catat peralatan-peralatan pada grup fungsi terkait yang abnormal d. Catat langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh operator: tindakan reset, dll.
20
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Merencanakan Pekerjaan
a. Rencanakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan beserta kompetensinya. b. Rencanakan Alat-alat yang meliputi alat-alat kerja (spesifik menurut bidang masing-masing: mesin, listrik, kontrol & instrument) dan alat-alat keselamatan: Helm, Safety Shoes, dll c. Rencanakan Part / Material yang diperlukan d. Rencanakan dokumen-dokumen referensi: Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Mesin: P & ID, Standard Setting, Instruksi Kerja, Lembar Pengujian Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Listrik: Electrical Wiring Diagram, Standard Setting, Instruksi Kerja, Lembar Pengujian Dokumen Wajib untuk Pemeliharaan Kontrol & Instrumen: P & ID, Logic Diagram, Standard Setting, Instruksi Kerja, Lembar Pengujian
Pelaksanaan Pemeliharaan
a. Lakukan Pengukuran awal pada peralatan berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan (WO, Catatan Pemeliharaan) dengan berpedoman pada Instruksi Kerja
yang
berlaku,
Standard
Setting.
Catat
dalam
Lembar
Pengukuran/Pengujian b. Berikan kesimpulan atas hasil pengukuran c. Lakukan
Perbaikan
atau
Dismantling,
Reassembling
jika
diperlukan
berdasarkan petunjuk fabrikan. d. Lakukan Pengukuran/Pengujian, Adjustment
untuk menyatakan
kelaikan
operasi.
Evaluasi dan Pelaporan
Mencakup:
kesimpulan
(acceptable
/
not
hasil
pekerjaan
acceptable),
item-item
dan
pengujian/pengukuran
yang
tertunda
(pending
akhir item),
rekomendasi, dll. Format sesuai standard yang berlaku di perusahaan 21
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
3.2. Pemeliharaan Korektif Prosedur ini merupakan prosedur pemeliharaan berbasiskan laporan dari operator.
Prosedur secara keseluruhan digambarkan dalam flow chart sbb : START
Material tersedia ?
MODULE Work Request
N
Rubah Status menjadi WAMTL
Y OPERATOR (bila dari operasi) USER (sesuai Bidangnya) - Entry Data ( Gangguan) - Permintaan Perbaikan WR ( UKU ) - Status WAPPR
Prosedur en adaan
Staf Gudang mencetak TUG 9 dan menyiapkan material
Material diambil Status APPR
Persetujuan Work Request Lewat module Work Order Tracking oleh : SPS terkait
Persetujuan SPS Operasi
CANCEL
SETUJU ?
N Y
WO Batal Status CLOSE
WO siap dilaksanakan status diubah
Perlu tagging?
Merubah Status dari WAPPR
Y
Prosedur TAGGING
N SP terkait 1. Mengisi data PLANS pada module WOT, yaitu : OPERATIONS, CRAFT, MATERIAL, TOOLS 2. Setelah perencanaan siap status dirubah dari APPROD men adi APPR
SPS HAR Melakukan ASSIGMENT CRAFT MENJADI LABOR pada module Work Manager
SP Har - Pekerjaan Selesai - Isi Actual, Labor - Status dirubah menjadi WACOND
N Hasil Baik?
Perbaikan Ulang
SPS Operasi merubah Status menjadi COMPLETE SPS HAR Check material tersedia WO Status diubah men adi CLOSE
FINISH
Gambar 3.
Flow Chart Pemeliharaan Korektif
22
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
3.3.
Pemeliharaan Preventif atau Periodik
Prosedur Pemeliharaan Preventif atau Periodik digambarkan oleh Flow Chart sebagai berikut: START
PMs yang akan jatuh tempo agar segera di generate setelah itu automatis PMs tersebut akan menjadi wot
Staf Perencanaan Pemeliharaan
SP Har - Pekerjaan Selesai - Isi Actual, Labor - Status dirubah menjadi WACOND
Hasil Baik Setelah PMs yang menjadi WSCH sudah jatuh tempo Agar di INITIATE dan PMs tersebut akan berubah status menjadi INPRG
SPS Operasi
Melihat kembali PLANS yaitu : OPERATIONS, LABOR,
SPS Pemeliharaan
N
Perbaikan Ulan
Y SPS Operasi merubah Status menjadi COMPLETE
WO Status diubah menjadi
CRAFTNYA DI ASSIGMENT MENJADI LABOR ada module Work Mana er
SPS Pemeliharaan
FINISH
N
Check Material tersedia?
SPS HAR berkoordinasi dengan pihak terkait
Y Staf Gudang mencetak TUG 9 dan
Material diambil
Perlu tagging?
Y
Prosedur TAGGING
N WO setelah selesai dikerjakan
Gambar 5.
Flow Chart Pemeliharaan Preventif atau Periodik
23
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Formulir 1. Laporan Pegawai
NAMA PEGAWAI : NAMA MENTOR /ASESOR : JABATAN PEGAWAI DALAM PEKERJAAN : TOTAL WAKTU DALAM PENGAWASAN : DESKRIPSI PENUUAPAN:
UNIT: UNIT: JAM/HARI
TANGGAL :
GAMBAR/SINGLE LINE DIAGRAM PERALATAN/SYSTEM:
DESKRIPSI PERALATAN
CATATAN PENGAMATAN JUMLAH LOKASI
24
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
PERALATAN YANG DI PELIHARA : NO.
LANGKAH-LANGKAH
NO.
LANGKAH-LANGKAH
NO.
LANGKAH-LANGKAH
PERSIAPAN :
PEMBONGKARA N DAN PEMERIKSAAN GANGGUAN/ KERUSAKAN
PEMASANGAN
25
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
KOMENTAR PEGAWAI:
KOMENTAR ATASAN
PEGAWAI :
ATASAN
Catatan: Pegawai dapat menggunakan kertas kosong lain, jika ada yang perlu disampaikan tapi tidak tercakup pada formulir diatas atau kurang halamannya.
26
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
BAB IV PERENCANAAN OPERASI
4.1.
Tugas pokok Perencanaan operasi adalah: merencanakan produksi mengoperasikan menjadwalkan outage mengendalikan serta mengevaluasi agar pembangkit beroperasi secara aman, andal, efisien, mentatati ketentuan lingkungan dan keselamatan serta regulasi yang berlaku.
4.2.
Lingkup Perencanaan Operasi Perencanaan Operasi mencakup kegiatan sebagai berikut: Pengoperasian, pengujian, dan pengaturan jam kerja operasi peralatan. Jenis Pembangkit SDM Operasi Optimasi Pembebanan dan Kinerja Operasi.( Kinerja Pembangkit SM)
4.3.
Perencanaan operasi berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan unit Perencanaan & Niaga Operasi Manajemen Bahan Bakar. Fault Reporting. First Line Maintenance. Komunikasi dan pelaporan baik ke P3B maupun Kantor Induk
Diagram alir Manajemen Operasi adalah sbb:
27
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
BAB V MANAJEMEN EFFISIENSI
5.1. Definisi Manajemen Effisiensi Efisiensi Manajemen adalah suatu system monitoring efisiensi mesin dan melakukan improvement. Perhitungan efisiensi ini dilakukan dengan cara heat balance, untuk mempermudah monitoring dan analisa menggunakan tools Gate Cycle. Output dari Gate Cycle. Effisiensi PLTU
Efisiensi Siklus.
PLTU mengubah energi kimia bakar menjadi energi listrik. Urutan selengkapnya adalah : Energi Kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas. Proses ini terjadi di dalam ketel ( Boiler ). Energi panas diubah menjadi energi mekanis. Proses ini terjadi di Turbin. Energi mekanis di ubah menjadi Energi Listrik. Proses ini terjadi di Generator listrik. Akibat keseluruhan dari rantai proses konversi energi ini adalah output energi listrik di peroleh dari input bahan bakar.
28
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Efisiensi siklus dapat di hitung apabila data – data tersebut di bawah ini di ketahui : Energi Listrik yang di diproduksi ………………………. KWh Berat bahan bakar yang di bakar …………………………Kg Nilai kalor bahan bakar ………………………………….. Kj/Kg
Contoh : Suatu unit PLTU dibebani 100 MW, dalam satu jam menghabiskan bahan bakar batubara sebanyak 50.000 kg. Nilai kalor bahan bakar adalah 23.000 Kj/Kg. Berapa efisiensi siklus keseluruhan (Overall effisiensi) ? Jawab : Panas masuk
maka InPUT
= = = =
Berat bahan bakar X Nilai Kalor 50.000 X 23.000 Kj/Kg 1.150.000.000 Kj 1.150.000.000 Kj
29
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Dari gambar terlihat bahwa unsur-unsur dalam siklus adalah sebagai berikut : Input
= (h4 - h3) +(h3 - h2) + (h2 - h1) = h4 - h1
Losses
= T (S5 - S1)
Output
= h4 - h5
30
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Heat Rate. Apabila dalam perhitungan efisiensi di perbandingkan energi Output dibagi Input, maka dalam perhitungan Heat Rate adalah kebalikan dari perhitungan efisiensi dan satuan energi Output tidak harus dengan satuan energi Input.
Efisiensi PLTG Efisiensi aktual siklus Brayton ( W net SB
q in
SB)
.
Wnet = Daya Netto yang dihasilkan qIn = Kalor masuk dari bahan bakar
Heat Rate Plan Heat Rate
qin W
Effisiensi PLTD W net SB
q in
31
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Spesific Fuel Consumtion (SFC) Adalah perbandingan pemakaian bahan bakar dengan produksi KWH
SFC
5.2.
Jumlahpemakaianbahanbakar (liter ) W
x 100 %
Mekanisme Kerja Efisiensi Improvement Mekanisme kerja efisiensi improvement adalah sebagai berikut :
Plant Performance Monitoring
Data Collection - Operator - Rendal Data & Efisiensi
Efisiensi Equipment Optimal ?
- Rendal Data & Efisiensi
-Rendal Data & Eff
Y
T
Rekomendasi + CBA - Rendal Operasi
Engineering Change Management - Tim Engineering
WO
SOP •
•
Rendal Operasi
Eksekusi SOP
CR
PM
PdM
PaM •
•
Operasi
•
Har Rutin
•
Har Rutin
•
Har Rutin
Rendal Har
•
Engineering Har Rutin
OH •
UHar
WO Close & Documentation
Data Evaluation (Heat Rate, Cost Benefit dll) Rendal Har & Rendal Ops
•
Rendal Har
•
Team Effisiensi terdiri dari DM Operasi, Sinfo, Operator, Rendal Data & Efisiensi, Rendal Op, Enjinering (Reff. Tata Keko la PJB) GATE KEEPER Sinfo
DM Operasi
Technology Suporting
Operator
DATA ENTRY
Rendal Data & Efisiensi
RUNNING GATE C YCLE & TREND REPORTING
Rendalop
Enjinirng
ANALISA TREND & REKOMENDASI
ANALISA PROBLEM SOLVING & REKOMENDASI
32
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
5.3. Tugas Team Effisiensi Gate Keeper (DM Operasi)
Memastikan program efisiensi improvement dijalankan dengan baik berdasarkan KPI
Konsep pengembangan
Technology Support (Sinfo)
Mendokumentasikan Master Software Model/Case Program Gate Cycle
Secara periodik check validitas program/model
Membuat model pengembangan
Pengembangan Automatic data entry Data Collection/Data Entry (Operator)
Melaksanakan entry data dalam Server Data Program Gate Cycle setiap hari Jam 19:00 WIB (Waktu Peak Load)
Memastikan validitas data yang dientry Running Gate Cycle & Trend Reporting (Data & Ef)
Merunning gate cycle setiap hari dan mengidentifikasi penurunan performance.
Membuat Laporan Trend Performance setiap bulan.
Mendokumentasikan data-data performance, redomendasi, problem solving. Analisa Trend & Rekomendasi (Rendalop)
Melakukan analisa trend performance
Membuat rekomendasi untuk meningkatkan performance
Membuat laporan berkala kepada manajemen Analisa ‘Problem Solving’ & Rekomendasi (En jineering)
Rekomendasi penyelesaian masalah
33
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
BAB VI INDEK KINERJA PEMBANGKIT
6.1.
Definisi Indek Kinerja Pembangkit
adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap Av ailability Factor (AF): beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu. E q u i v a l e n t Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang t e l ah m e m p e r h i t u n g k a n d a m p a k d a r i d e r a t in g p e m b a n g k i t . Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu. adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar Planned Outage Factor (POF): terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu. adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit Maintenace Ou tage Factor (MOF): keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan perbaikan, pada suatu periode tertentu. adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit Sched uled Ou tage Factor (SOF): keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu. adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit Unit Derating Factor (UDF): pembangkit mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu periode tertentu.
34
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit Reserve Shutdo wn Factor (RSF): keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode tertentu. adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar Forced Outage Factor (FOF): paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu. Forc ed Out age Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen. adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH]. Forced Ou tage Rate dem and (FORd): Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang diharapkan. adalah Forced Outage Rate yang telah Equiv alent Forced Outage Rate (EFOR): memperhitungkan dampak dari derating pembangkit. adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)] Equiv alent Forced Outage Rate demand (EFORd): dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan derating tiap periode operasi yang diharapkan. adalah rasio antara total produksi netto dengan daya Net Capacit y Facto r (NCF): mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam). adalah rasio antara total produksi netto dengan daya Net Outpu t Factor (NOF): mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi. adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara Plant Fact or (PF): DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating, dan derating karena cuaca/musim.
35
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
6.2.
Durasi Outage Dan Derating
adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke Service Hou rs (SH): jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating. Av ailable Hou rs (AH): adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu
Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours. Planned Ou tage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari sebelumnya (misal: overhaul boiler, overhaul turbin) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Planned Outages (PO). U n p l a n n e d O u t a g e H o u r s ( U O H ): adalah jumlah jam yang dialami selama
Unplanned (Forced) Outages U1, U2, U3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO). adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat Forced Ou tage Hours (FOH): dari gangguan Unplanned (Forced) Outages (U1, U2, U3) + Startup Failures (SF). adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi Maintenanc e Outage Hours (MOH): sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO). Unavailable Hou rs (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours
(POH) + Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH) + Maintenance Outage Hours (MOH ). Sched uled Outag e Hou rs (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi
sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage + Scheduled Outage Extensions (SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned Outages(PO). Reserve Shu tdo wn Hou rs (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena
tidak dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi). S y n c h r o n o u s H o u r s (S y n . H): adalah jumlah jam unit dalam kondisi kondensasi.
36
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Period Ho urs (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang
sedang diamati selama unit dalam status Aktif. adalah jumlah jam unit mengalami derating. Unit Derating Hours (UDH): adalah perkalian antara MW Equivalent Seasonal Derated Hours (ESEDH): derating unit pembangkit akibat pengaruh cuaca/musim dengan jumlah jam unit pembangkit siap dibagi dengan DMN. Equiv alent Forced Derated Hou rs (EFDH): adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating secara paksa (forced derating: D1, D2, D3) dengan besar penurunan derating dibagi DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. Equiv alent Planned Derated Hou rs (EPDH): adalah perkalian antara jumlah jam
unit pembangkit derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension (DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian derating terencana (PD dan DE) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. CATATAN: Termasuk Planned Deratings (PD) selama Reserve Shutdowns (RS). Equiv alent Unplann ed Derated Hou rs (EUDH): adalah perkalian antara jumlah
jam unit pembangkit derating tidak terencana (D1, D2, D3, D4, DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. Equivalent
Forced
Derated
Hours
during
Reserve
Shutdown
(EFDHRS):
adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit forced derating (D1, D2, D3) 37
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
selama reserve shutdown dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (D1, D2, D3) selama reserve shutdown dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan. E q u i v a l e n t P l an n e d D e r a t ed H o u r s D u r i n g R e s er v e S h u t d o w n s – EPDHRS
: adalah perkalian antara jumlah jam unit keluar terencana (Planned Derating, (PD)
PD) selama reserve shutdown dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian planned derating selama reserve shutdown dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
6.3.
Formula Indeks Kinerja Pembangkit
Disini akan dibahas metode perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang yaitu: Perhitungan Pembangkit Tunggal Perhitungan Pembangkit Gabungan Beberapa jenis Indeks kinerja pembangkit yaitu:
PER UNIT PEMBANGKIT
UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN
1. Availability Factor (AF)
1. Weighted Availability Factor (WAF)
2. Equivalent Availabity Factor
2. Weighted Equivalent Availability Factor
(EAF)
(WEAF)
3. Service Factor (SF)
3. Weighted Service Factor (WSF)
4. Planned Outage Factor (POF)
4. Weighted Planned Outage Factor
5. Maintenance Outage Factor (MOF) 6. Forced Outage Factor (FOF) 7. Reserve Shutdown Factor (RSF)
(WPOF) 5. Weighted Maintenance Outage Factor (WMOF) 6. Weighted Forced Outage Factor (WFOF) 38
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
8. Unit Derating Factor (UDF) 9. Seasonal Derating Factor (SEDF)
7. Weighted Reserve Shutdown Factor (WRSF) 8. Weighted Unit Derating Factor (WUDF)
10. Forced Outage Rate (FOR) 11. Forced Outage Rate Demand (FORd)
9. Weighted Seasonal Derating Factor (WSEDF) 10. Weighted Forced Outage Rate
12. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) 13. Eq. Forced Outage Rate demand (EFOR d) 14. Net Capacity Factor (NCF) 15. Net Output Factor (NOF) 16. Plant Factor (PF)
(WFOR) 11. Weighted Equivalent Forced Outage Rate (WFORd) 12. W. Equivalent Forced Outage Rate (WEFOR) 13. W. Equivalent Forced Outage Rate demand (WEFOR d) 14. Weighted Net Capacity Factor (WNCF) 15. Weighted Net Output Factor (WNOF) 16. Weighted Plant Factor (WPF)
a. Formula IKP Per Pembangkit Formula Indeks Kinerja Pembangkit untuk pembangkit tunggal (per pembangkit) adalah sebagai berikut: 1
Availability factor
AH PH
100%
[ AF ] 2
Equivalent Availability Factor
3
4
AH ( EF DH EMDH EPDH ESEDH ) PH
100%
[ EAF ]
Service Factor
SH
[ SF ]
PH
Planned Outage Factor
POH PH
100%
100%
[ POF ]
39
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
5
Maintenance Outage Factor
6
MOH
100%
PH
[ MOF ] RSH
Reserve Shutdown Factor
PH
100%
[ RSF ] 7
EPDH EUDH
Unit Derating Factor
PH
100%
[ UDF ] 8
POH MOH
Scheduled Outage Factor
PH
100%
[ SOF ] 9
FOH
Forced Outage Factor
PH
100%
[ FOF ] 10
Forced Outage Rate
FOH FOH
SH
Synchronou sHours
100 %
[ FOR ] 11
Forced Outage Rate demand
12
f FOH ( f FOH )
SH
100 %
[FORd]
Equivalent Forced Outage
FOH FOH
SH
EFDH
Synchr . Hrs .
EFDHRS
100 %
Rate [EFOR] 13
Equivalent Forced Outage
( f FOH )
( f FOH )
Rate demand [ EFORd ] **)
( fp EFDH ) SH
100 %
dimana:
fp = (SH/AH) **) Untuk pembangkit pemikul beban puncak
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D) r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO]
Jika SH, FOH atau RSH =
D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
0, maka untuk perhitungan
aktual]
diberi angka 0,001.
T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang 40
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
Jika jumlah kejadian FO,
dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
start atau start aktual = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 1. 14
Net Capacity Factor
PH DMN
[ NCF ] 15
Pr oduksi Netto
Net Output factor
Pr oduksi
Netto
SH DMN
100% 100%
[ NOF ] 16
Plant Factor
Pr oduksi Netto ( AH ( EPDH EUDH )) DMN
100%
[ PF ]
b. Formula IKP Pembangkit Gabungan 1
AH
Availability factor
PH
100%
[ AF ] ( AH
2
Equivalent Availability Factor
3
4
( EFDH EMDH EPDH ESEDH )) PH
100%
[ EAF ]
Service Factor
SH
[ SF ]
PH
Planned Outage Factor
POH PH
100%
100%
[ POF ] 5
Maintenance Outage Factor
6
MOH PH
100%
[ MOF ]
Reserve Shutdown Factor
RSH PH
100%
[ RSF ]
41
PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi O&M Pembangkit
7
( EP DH EUDH )
Unit Derating Factor
100%
PH
[ UDF ] 8
( POH MOH )
Scheduled Outage Factor
100%
PH
[ SOF ] 9
FOH
Forced Outage Factor
PH
100%
[ FOF ] 10
FOH
Forced Outage Rate
( FOH
SH
Synchr .Hours )
100 %
[ FOR ] 11
demand 12
(( f FOH )
SH )
100 %
[ FORd] ( FOH
Equivalent Forced Outage Rate
13
( f FOH )
Forced Outage Rate
( FOH
SH
EFDH )
Synchr . Hrs.
EFDHRS )
100 %
[ EFOR] (( f FOH )
Equivalent Forced Outage
(( f FOH )
Rate demand [ EFORd ] **)
( fp
EFDH )) SH )
100 %
dimana:
fp = (SH/AH) **) Untuk pembangkit pemikul beban puncak
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D) r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO]
Jika SH, FOH atau RSH =
D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
0, maka untuk perhitungan
aktual]
diberi angka 0,001.
T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang
Jika jumlah kejadian FO,
dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
start atau start aktual = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 1. 14
Net Capacity Factor
Pr oduksi ( PH
Netto
DMN )
100%
[ NCF ] 42