Definisi
Oklusi vena retina adalah blokade dari vena kecil yang membawa darah keluar dari retina.
Klasifikasi
Oklu Oklusi si vena vena reti retina na secar secaraa umum umum diba dibagi gi lagi lagi menj menjad adii tipe tipe iskem iskemik ik dan dan nonisk noniskemi emik. k. Klasifi Klasifikas kasii anatom anatomis is dari dari oklusi oklusi vena vena retina retina dibagi dibagi berdas berdasark arkan an gamb gambara aran n fund fundus usko kopi pi pada pada mata mata dan dan term termasu asuk k ke dalam dalam tiga tiga grup grup utam utamaa tergantung letak lokasi oklusi vena, yakni: oklusi vena retina cabang (B!O", oklusi vena retina sentral (#!O", dan oklusi vena hemiretinal ($!O". B!O terjadi ketika vena pada bagian distal sistem vena retina mengalami oklusi, yang menyebabkan terjadinya perdarahan di sepanjang distribusi pembuluh darah kecil pada retina. #!O #!O terjadi akibat adanya trombus di dalam vena retina sentral pada bagian lamina cribrosa pada saraf optik, yang menyebabkan keterlibatan seluruh retina. $!O terjadi ketika blokade dari vena yang mengalirkan darah dari hemiretina superior maupun inferior, yang mempengaruhi setengah bagian dari retina.
Epidemiologi
%i &merika 'erikat, kebanyakan pasien dengan oklusi vena retina sentral berjenis kelamin lakilaki dan berusia lebih dari )* tahun. Kebanyakan kasus berupa oklusi unilateral, dan kirakira )+- kasus berupa oklusi bilateral. 'ebuah 'ebuah peneli penelitian tian di aiwan aiwan pada pada tahun tahun /001 /001 mencata mencatatt adany adanyaa variasi variasi pada pada musimmusim tertentu. Oklusi vena retina cabang terjadi tiga kali lebih sering dari pada oklusi vena retina r etina sentral. 2ria dan wanita berbanding sama rata dengan usia pasien berada antara )0 hingga 30 tahun. 'ementara itu pada penelitian dengan populasi besar di 4srael melaporkan bahwa insidensi pasien berusia lebih dari 0 tahun yang mengalami oklusi vena retina mencapai /,+ kasus per +000 orang di populasi tersebut. 'ementara itu pada pasien dengan usia lebih dari ) tahun, insidensinya insidensinya mencapai *,5) kasus per +000 orang.
Etiologi
2enyebab lokal dari oklusi vena retina adalah trauma, glaukoma, dan lesi struktur orbita. &kan tetap sangat penyebab lokal ini sangat jarang terjadi pada oklusi vena retina cabang. 2erlu diperkirakan adanya to6oplasmosis, Behçet syndrome, sarcoidosis okuli, dan macroaneurysm jika hal ini tampak pada oklusi vena retina cabang. 2roses sistemik juga dapat menyebabkan oklusi vena retina, di antaranya adalah hipertensi, atherosklerosis, diabetes mellitus, glaukoma, penuaan, puasa, hypercholesterolemia, hyperhomocysteinemia, '78, sarcoidosis, tuberculosis, syphilis, resistensi protein # (factor ! 7eiden", defisiensi protein # dan ', penyakit
antibodi
antiphospholipid,
multiple
myeloma,
cryoglobulinemia,
leukemia, lymphoma, 9aldenstrom macroglobulinemia, polisitemia vera, dan sickle cell disease.
Patogenesis
2atogenesis dari oklusi vena retina dipercaya mengikuti prinsip dari trias trombogenesis !irchow, yakni adanya kerusakan pembuluh darah, stasis, dan hiperkoagulabilitas. Kerusakan dari dinding pembuluh darah retina akibat arterioklerosis mengubah komposisi dari aliran darah pada vena yang berdekatan, yang menimbulkan stasis, trombosis, dan oklusi. (new england". Oklusi vena retina sentral terjadi akibat adanya bekuan darah pada vena utama yang menyalurkan darah dari mata. Ketika vena mengalami hambatan, aliran balik menyebabkan darah tersebut bocor ke retina, yang akhirnya menyebabkan malfungsi dari retina dan penurunan ketajaman penglihatan. 2enyakit inflamasi juga dapat menyebabkan adanya oklusi vena retina dengan mekanisme tersebut. &kan tetapi, bukti dari adanya hiperkoagulabilitas pada pasien oklusi vena retina sangat tidak konsisten. 9alaupun penelitian individual telah melaporkan adanya hubungan antara oklusi vena retina dan hyperhomocysteinemia, mutasi faktor ! 7eiden, defisiensi dari protein # atau ', mutasi gen prothrombin, dan antibodi anticardiolipin, sebuah penelitian meta analysis dari /) penelitian mengusulkan bahwa hanya hyperhomocysteinemia dan
antibodi anticardiolipin yang memiliki hubungan independen yang signifikan dengan oklusi vena retina.
Diagnosis
2asien datang dengan penurunan penglihatan mendadak tanpa nyeri. ambaran klinisnya bervariasi dari perdarahan retina kecilkecil yang tersebar dan bercak cottonwool sampai gambaran perdarahan hebat dengan perdarahan retina superfisial dan dalam, yang kadangkadang dapat pecah ke dalam rongga vitreous. 2asien biasanya berusia lebih dari *0 tahun, dan lebih dari separuhnya mengidap penyakitpenyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler. laukoma sudut terbuka kronik harus selalu disingkirkan. %ua komplikasi utama yang berkaitan dengan oklusi vena retina adalah penurunan penglihatan akibat edema makula dan glaukoma neovaskuler akibat neovaskularisasi iris.
Oklusi vena retina cabang emuan oftalmoskopi pada oklusi vena retina cabang akut (B!O" adalah perdarahan superfisial, edema retina, dan sering kali terjadi gambaran cottonwool spot pada salah satu sektor di retina yang diinervasi oleh vena yang rusak. Oklusi vena cabang umumnya terjadi pada persilangan arteri dan vena. Kerusakan makula menentukan derajat penurunan penglihatan. ;ika oklusi tidak terjadi pada persilangan arteri dan vena, harus dipertimbangkan kemungkinan adanya peradangan.
menekan vena sehingga mengakibatkan terjadinya turbulensi aliran darah, kerusakan sel endotel, dan oklusi trombosis, trombus ini dapat meluas ke kapiler. &rteri sering mengalami penyempitan sekunder pada daerah yang mengalami oklusi.
Oklusi vena retina sentral 'uatu penelitian histologis menyimpulkan bahwa pada #!O
terdapat
mekanisme yang paling sering, yakni: trombosis dari vena retina sentral dan posteriornya hingga lamina cribrosa. 2ada beberapa kasus, arteri retina sentral yang mengalami atherosklerosis dapat bergeseran dengan vena retina sentral, menyebabkan adanya turbulensi, kerusakan endotel, dan pembentukan tr ombus. +) #!O
ringan (non iskemia" dicirikan dengan baiknya ketajaman
penglihatan penderita, afferent pupillary defect ringan, dan penurunan lapang pandang ringan. =unduskopi menunjukkan adanya dilatasi ringan dan adanya gambaran cabangcabang vena retina yang berlikuliku branches dan terdapat perdarahan dot dan flame pada seluruh kuadran retina. 8dema makula dengan adanya penurunan tajam penglihatan dan pembengkakan discus opticus bisa saja muncul. ;ika edema discus terlihat jelas pada pasien yang lebih muda, kemungkinan terdapat kombinasi inflamasi dan mekanisme oklusi yang disebut juga papillophlebitis. Fluorescein angiography biasanya menunjukkan adanya perpanjangan dari waktu sirkulasi retina dengan kerusakan dari permeabilitas kapiler namun dengan area nonperfusi yang minimal. >eovaskularisasi segmen anterior jarang terjadi pada #!O ringan. #!O
berat (iskemik" biasanya dihubungkan dengan penglihatan yang
buruk, afferent pupillary defect , dan central scotoma yang tebal. %ilatasi vena yang menyolok? perdarahan kuadran yang lebih ekstensif, edema retina, dan sejumlah cotton-wool spot dapat ditemukan pada kasus ini. 2erdarahan dapat saja terjadi pada vitreous hemorrhage, ablasio retina juga dapat terjadi pada kasus iskemia berat. Fluorescein
angiography
nonperfusi kapiler yang tersebar luas.
Penatalaksanaan
secara khas menunjukkan adanya
Kebanyakan
pasien
dapat
mengalami
perbaikan,
walaupun
tanpa
pengobatan. &kan tetapi, ketajaman penglihatan jarang kembali ke nilai normal. idak ada cara untuk membuka kembali atau membalik blokade. &kan tetapi terapi dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pembentukan blokade lain di mata sebelahnya. @anajemen diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol yang tinggi perlu dilakukan. Beberapa pasien boleh diberikan aspirin maupun obat pengencer darah lainnya. atalaksana dari komplikasi oklusi vena retina antara lain:
2engobatan menggunakan laser fokal, jika terdapat edema makula
4njeksi obat anti-vascular endothelial growth factor (anti!8=" ke mata. Obat ini dapat menghambat pembentukan pembuluh darah baru yang dapat menyebabkan glaukoma. Obat ini masih dalam tahap penelitian.
2engobatan dengan menggunakan laser untuk mencegah pertumbuhan dari pembuluh darah baru yang abnormal, yang juga dapat
menyebabkan
glaukoma 'heathotomy, teknik bedah untuk memisahkan pembuluh darah yang berdekatan pada persimpangan arteri dan vena telah dikembangkan untuk mengatasi edema makula dalam usaha untuk meningkatkan tajam penglihatan. %iseksi dari tunika adventitia dengan pemisahan arteri dari vena pada persimpangan tersebut di mana oklusi vena retina cabang terjadi dapat mengembalikan
aliran
darah
vena
disertai
penurunan
edema
makula.
Arteriovenous sheathotomy menimbulkan adanya perbaikan sementara dari aliran darah retina dan cukup efektif dalam menurunkan edema makula. 2embuluh kolateral pada oklusi vena retina cabang memiliki efek yang positif pada prognosis
visual
pasien. Argon-laser-photocoagulation
dapat
mencegah
berkembangnya oklusi dan mengatasi neovaskularisasi. 2enggunaan dari triamcinolone acetonide intravitreous telah banyak digunakan untuk penanganan edema makula yang tidak responsif dengan laser. %ua hingga empat miligram (0.0* atau 0.+ ml" dari triamcinolone acetonide (Kenalog, Bristol@yers 'Auibb" diinjeksi melalui pars plana inferior di bawah kondisi steril pada pasien rawat jalan. erapi trombolitik yang diberikan secara
terbatas penggunaannya sehubungan dengan adanya efek samping yang serius, akan tetapi dapat membantu bila dilakukan injeksi intraokuler.
Komplikasi
Blokade dari vena retina dapat menyebabkan terjadinya gangguan mata lainnya, yakni:
laucoma, yang disebabkan oleh adanya pembuluh darah baru yang abnormal, yang tumbuh di bagian depan mata
8dema makula, yang disebabkan oleh kebocoran cairan di retina