Nota BMMB3123 Semantik Bahasa Melayu Fitur Makna dalam Bahasa Melayu – Komponen Makna
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian“pengertian pengertian” yang dimilikinya. Umpamanya, kata ayah memiliki komponen makna/ + manusia/, /+ dewasa/, /+ jantan/, /+ kawin/, dan /+ punya anak. Perbedaan makna antara kata ayah dan ibu hanyalah pada ciri makna atau komponen makna; ayah memiliki makna jantan, sedangkan ibu tidak memiliki kata jantan. Komponen Makna 1. Insane 2. Dewasa 3. Jantan 4. kawin
Ayah + + + +
Ibu + + _ +
Keterangan : tanda + mempunyai komponen makna tersebut, dan tanda – tanda – tidak tidak mempunyai komponen makna tersebut. Konsep analisis dua-dua ini (lazim disebut anlisis biner) oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata lain. Dengan analisis biner ini kita juga dapat menggolong-golongkan kata atau unsur leksikal sesuai dengan medan makna. Ada tiga hal yang perlu dikemukakan sehubunga sehubungan n dengan analisis biner tersebut.
Pertama, ada pasangan kata yang satu diantaranya lebih bersifat netral atau umum sedangkan yang lain bersifat khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi. Kata siswa lebih bersifat umum dan netral karena dapat termasuk “pria” dan “wanita”. Sebaliknya kata siswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai “wanita” saja.
Kedua, ada kata atau unsur leksikal yang sukar sukar dicari pasanganya karena memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang memiliki pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasanganya adalah kata-kata yang berkenaan dengan nama warna. Contoh kedua yaitu contoh yang pasanganya lebih dari satu, yaitu berdiri misalnya kata berdiri bukan hanya bisa dipertentangkan dengan kata tidur, tetapi bisa saja dengan kata tiarap, rebah, duduk, jongkok dan berbaring.
Ketiga, kita sering kali sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat umum, dan mana m ana yang lebih bersifat khusus. Contohnya, ciri jantan dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum antara jantan dan dewasa. Bisa jantan, tetapi bisa juga dewasa sebab tidak ada alasan bagi kita untuk menyebutkan ciri jantan lebih bersifat umum umum daripada dewasa, dewasa, begitu juga sebaliknya, sebaliknya, karena ciri ciri yang satu tidak menyiratkan makna yang lain.
E. Kelemahan Analisis Komponen Makna Menggunakan Pembagian Biner Di samping memiliki beberapa mamfaat, analisis komponen makna juga memiliki keterbatasan. Analisis komponen makna tidak dapat diterapkan pada semua kata, karena komponen makna kata berubah-ubah, bervariasi dan bertumpang tindih. Analisis komponen makna lebih banyak dilaksanakan pada kelas kata nomina, belum banyak dilakukan pada kelas kata verba, atau adjektiva, kata-kata dari kelas itu juga dapat diberi ciri-ciri semantik. Walaupun analisis komponen makna ini dengan pembagian Biner banyak kelemahanya tetapi cara ini banyak manfaatnya untuk memahami makna kalimat. Para tata bahasawan tranformasional juga telah menggunakan teknik ini sehingga minat terhadap analisis komponen makna ini menjadi meningkat. Analisis semantik kata yang dibuat seperti diatas tentu banyak memberi manfaat dalam memahami makna-makna kalimat, tetapi pembuatan daftar kosa kata dengan disertai ciri-ciri semantiknya secara lengkap bukanlah pekerjaan yang mudah sebab memerlukan pengetahuan budaya, ketelitian, waktu, dan tenaga yang cukup besar.