1
TUGAS PERTEMUAN IV
AKUNTASI BIAYA
METODE HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING METHOD) LANJUTAN
OLEH NIM MATA KULIAH KLAS
: NANI KUSUMAWATI : 090055798 : AKUNTANSI BIAYA : MANAJEMEN IV/ KA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PUTRA BANGSA KEBUMEN 2011 2
AKUNTASI BIAYA METODE HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING METHOD) LANJUTAN Tugas Pertemuan IV Oleh NIM
: Nani Kusumawati : 090055798
Pembahasan berupa metode harga pokok proses yang telah memperhitungkan harga pokok persediaan persediaan produk dalam proses awal periode.Harga periode.Harga pokok persediaan persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokoknya pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk dalam proses pada awal periode periode dalam departemen produksi produksi yang bersangkutan. bersangkutan. Harga pokok persediaan produk dalam proses awal periode ini akanmempunyai pengaruh dalam penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen berikut atau gudang. Metode penentuan penentuan harga pokok pokok produksi yang digunakan untuk memperhitungkan memperhitungkan harga pokok persediaan persediaan produk dalam dalam proses awal awal meliputi: -metode harga pokok rata-rata tertimbang. -metode masuk pertama keluar pertama (mpkp/fifo=first in first out)
PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses awal periode berikutnya. Produk dalam proses ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang . Gambaran mengenai pengaruh adanya persediaan produk dalam proses pada awal periode terhadap terhadap penentuan harga pokok produk dalam metode hara pokok proses dapat dilihat lebih dulu pada penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi(material produksi(material costing). Dimisalkan pada awal periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg yang harga pokoknya Rp1.000/kg.Dalam periode tersebut terjadi pembelian bahan baku sebanyak 400 kg dengan harga RP 1.200 /kg.Jika pada akhir periode ternyata diketahui jumlah bahan baku yang dipakai sebanyak 250 kg,maka masalahnya adalah harga pokok mana yang akan digunakan untuk menghargai menghargai bahan bahan baku yang dipakai tersebut.Sehingga muncul beberapa beberapa metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai,antara lain : metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost methode), metode m etode masuk pertama, keluar pertama (first in, first out method/FIFO), metode masuk terakhir, keluar pertama (last in, first-out methode). Berikut akan diuraikan dua metode metode penentuan penentuan harga pokok yaitu: 1. Metode harga pokok rata-rata tertimbang (weighted average cost methode) 2. Metode masuk pertama, keluar pertama (first in, first out method/FIFO)
METODE HARGA POKOK RATA-RATA TERTIMBANG (WEIGHTED AVERAGE COST METHODE) Dalam metode ini yang harus diketahui adalah : 3
1. Harga pokok persediaan persediaan produk dalam proses awal awal ditambahkan kepada kepada biaya produksi sekarang 2. Jumlah pada nomor diatas dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. 3. Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang dengan mengalikan dengan jumlah kuantitasnya. Berikut gambaran penggunaan metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode FIFO PT Risa Rimendi memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: departemen 1 dan Departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan januari 20x1 di kedua departemen produksi tersebut disajikan dalam gambar berikut: PT RISA RIMENDI Data produksi dan biaya produksi bulan Januari 20x1
Dep 1 Data produksi Produksi dalam proses awal: Biaya bahan baku 100 %; BK 40 % Biaya tenaga kerja 20 %; BOP 60% Dimasukkan dalam proses bulan ini Unit yang ditransfer ke departemen 2 Unit yang diterima dari departemen 1 Produk jadi yang ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir; Biaya bahan baku 100 %; biaya konversi 70 % Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% Harga pokok produk dalam proses awal; Harga pokok dari departemen 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Biaya produksi Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
Dep2
4.000 kg 40.000 kg 35.000 kg -
6.000 kg 35.000 kg 38.000 kg
9.000 kg -
3.000kg Rp 11.150.000 1.152.000 4.140.000
Rp 1.800.000 1.200.000 1.920.000 Rp 20.200.000 29.775.000 37.315.000
Rp 37.068.000 44.340.000
METODE HARGA POKOK RATA-RATA TERTIMBANG DEPARTEMEN PERTAMA Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan menggunakan metode harga pokok rata-rata tertimbang 4
Biaya bahan baku Per unit
Biaya tenaga kerja Per unit
Biaya overhead Per unit
=
=
=
Biaya bahan baku yang + Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam dikeluarkan dalam periode proses sekarang Unit ekuivalensi biaya Bahan baku Biaya tenaga kerja yang melekat pada produk dalam proses awal Unit ekuivalensi biaya
+ Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang Tenaga kerja
Biaya produk yang melekat pada produk dalam proses awal Unit ekuivalensi biaya
+ Biaya overhead pabrik yang yang dikeluarkan dalam periode sekarang Overhead pabrik
Perhitungan biaya produksi per satuan departemen departemen 1 bulan Januari 20x1 Unsur biaya produksi
(1) Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
Yang melekat pada produk dalam proses
Yang dikeluarkan dalam periode sekarang
Total biaya
Unit ekuivalensi
Biaya produksi per kg
(2) 1.800.000 1.200.000
(3) 20.200.000 29.775.000
(4) (4) 22.000.000 30.975.000
(5) 44.000 41.300
(6) 500 750
1.920.000
37.315.000
39.235.000
41.300
950
Selanjutnya dihitung harga produk selesai yang ditransfer oleh Departemen 1 ke departemen 2 dan harga pokok persediaan produk dalam proses di Departemen 1 pada akhir bulan Januari 20x1 berikut:
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 = 35.000 unit @ Rp 2.200 Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir: Biaya bahan baku = 100 % x 9.000 units x Rp 500 Biaya tenaga kerja = 70 % x 9.000 units x Rp 750 Biaya overhead pabrik = 70 % x 9.000 unit x Rp 950 Jumlah biaya produksi dibebankan dalam departemen departemen 1
Rp 77.000.000
Rp 4.500.000 4.725.000 5.985.000 15.210.000 92.210.000
Perhitungan diatas dapat disajikan dalam bentuk laporan biaya produksi Departemen 1
5
METODE HARGA POKOK RATA-RATA TERTIMBANG DEPARTEMEN SETELAH DEPARTEMEN PERTAMA Rumus perhitungan harga pokok per unit produk Departemen ke dua dengan menggunakan Metode harga pokok rata-rata tertimbang Harga pokok produk per unit yang dibawa dari Departemen sebelumnya (1)
Biaya bahan baku Per unit (2)
=
=
Biaya tenaga kerja Per unit (3) Biaya overhead Per unit (4) Total harga pokok per satuan
Harga pokok produk dalam proses awal yang berasal dari departemen sebelulmnya Produk dalam proses awal
Biaya bahan baku yang melekat pada produk dalam proses awal Unit ekuivalensi biaya
Biaya tenaga kerja yang melekat = pada produk dalam proses awal Unit ekuivalensi biaya
=
Biaya produk yang l elekat pada produk dalam proses awal Unit ekuivalensi biaya
=
(1) +(2)+(3)+(4)
Harga pokok produk yang ditransfer dari departemen sebelumnya dalam + periode sekarang + Produk yang ditransfer dari departemen sebelumnya dalam periode sekarang + Biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang Bahan baku + Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam periode sekarang Tenaga kerja + Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan dalam periode sekarang Overhead pabrik
PERHITUNGAN HARGA POKOK KUMULATIF PER SATUAN PRODUK DEPARTEMEN 2 DENGAN MENGGUNAKAN METODE HARGA POKOK RATA-RATA TERTIMBANG Unsur biaya produksi
Yang melekat pada produk dalam proses
Yang dikeluarkan dalam periode sekarang
Total biaya
Unit ekuivalensi
Biaya produksi per kg
(1) Harga pokok yang berasal dari departemen 1 Biaya yang ditambahkan dalam dep 2. Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
(2) Rp 11.150.000
(3) Rp 77.000.000
(4) Rp 88.150.000
(5) 41.000*
(6) Rp 2.150
1.152.000 4.140.000
37.068.000 44.340.000
38.220.000 48.480.000
39.200** 975 40.400*** 1.200
Total biaya produksi
4.325
*) (100%X38.000)+(100%X3.000)=41.000 **) (100%X38.000)+(40%X3.000)=39.200 ***) (100%X38.000)+(80%X3.000)=40.400 Dari data harga pokok produksi per satuan tersebut maka dapat dihitung harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang dan harga produk dalam proses di Departemen 2 pada akhir bulan Januari 20x1,berikut:
6
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK SELESAI DAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES DEPARTEMEN 2 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 = 38.000 unit @ Rp 4.325
Rp 164.350.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir: Yang berasalh dari departemen departemen 1 : 3.000 3.0 00 unit s x Rp 2.150 Ditambahkan dalam departemen 2: Biaya tenaga kerja = 40 % x 3.000 units x Rp 975 Biaya overhead pabrik = 80 % x 3.000 unit x Rp 1.200
Rp 6.450.000 1.170.000 2.880.000
10.500.000 Jumlah biaya produksi dibebankan dalam departemen departemen 1 174.850.000 Perhitungan diatas dapat disajikan dalam bentuk laporan biaya produksi Departemen 2
METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA Metode ini menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kalil digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang.Oleh karena itu,dalam perhitungan unit ekuivalensi,tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan. Karena tingkat penyelesaian bahan baku dalam persediaan produk dalam proses awal adalah 100%,maka biaya biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang sekarang sebesar Rp20.000.000 di Departemen 1 tidak lagi lag i diserap untuk penyelesaian produk dalam proses awal. Dengan demikian biaya bahan baku tersebut hanya digunakan untuk menyelesaiakan menyelesaiakan 31.000 kg(35.000kg-4000 kg) produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 dan 9000 unit produk yang pada akhir periode masih dalam proses di Departemen 1.
Perhitungan unit ekuivalensi biaya bahan baku departemen 1 dengan menggunakan MPKP Persediaan produk dalam proses awal Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 Produk dalam proses akhir 100% x 9.000 Jumlah
0 kg 31.000 kg 9.000 kg 40.000 kg
Perhitungan unit ekuivalensi biaya konversi departemen 1 dengan menggunakan MPKP Persediaan produk dalam proses awal (100%40%) Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 Produk dalam proses akhir 70% x 9.000 Jumlah
2.400 kg 31.000 kg 6.300 kg 39.700 kg
7
Perhitungan biaya per satuan dengan menggunakan menggunakan metode MPKP Unsure biaya produksi Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
Total biaya
Unit ekuivalensi
Rp 20.200.000 29.775.000 37.315.000
Biaya produksi per satuan 40.000 Rp 505 39.700 750 39.700 940
87.290.000
2.195
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen 2: Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Biaya penyelesaian produk dalam proses awal: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja 60 % x 4.000 kg x Rp 750 Biaya overhead pabrik 60 % x 4.000 kg x Rp 940
4.920.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang 31.000 kg x Rp 2.195 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen 2 Harga pokok produk dalam proses akhir: Biaya bahan baku : 9.000 kg x 100% 10 0% x Rp 505 = Rp 5 .545.000 Biaya tenaga kerja : 9.000 kg x 70% x Rp 750 = Rp 4.725.0 00 Biaya overhead Pabrik : 9.000 kg x 70 % x Rp 940 =5.922.000 Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 1
1.800.000 2.256.000 8.976.000 68.045.000 Rp 77.019.000
15.192.000 92.210.000
Perhitungan tersebut dapat dibuatkan laporan biaya produksi departemen 1 .
METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA DEPARTEMEN SETELAH DEPARTEMEN PRODUKSI PERTAMA Perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan departemen 2
Harga pokok produk yang ditransfer dari departemen 1 Biaya yang dikeluarkan departemen 2 dalam periode sekarang: Biaya tenaga kerja
Total biaya Unit ekuivalensi Biaya per unit Rp 77.019.000 35.000 kg Rp 2.201
37.068.000 44.340.000 8
38.000 36.800
975 1.205
Biaya overhead pabrik Jumlah Rp 158.427.000 Rp 4.381 Selanjutnya dihitung harga pokok produk yang ditransfer oleh departemen 2 ke gudang dan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan Januari 20x1 di departemen 2.
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK SELESAI DAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES DEPARTEMEN 2 Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang: Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Biaya penyelesaian produk dalam proses awal: Biaya tenaga kerja = 80 % x 6.000 x Rp 975 Biaya Ov. pabrik = 40 % x 6.000 x Rp 1.205
Rp16.442.000
Rp 164.350.000
4.680.000 2.892.000 Rp.24.014.000 40.192.000 164.202.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 unit x Rp4.381
(jml dikurangi Rp2000,krn adanya pembulatan waktu peritungan biaya per unit)
Harga pokok produk dalam proses akhir: Harga pokok dari departemen 1 : 3.000 unit s x Rp Rp 2.201 Biaya tenaga kerja = 40 % x 3.000 kg x Rp 975 Biaya overhead pabrik = 80 % x 3.000 kg x Rp 1.205
Rp 6.603.000 1.170.000 2.892.000
Jumlah biaya produksi dibebankan dalam departemen 2 Perhitungan tersebut dapat dibuatkan laporan biaya produksi departemen 2
PERBANDINGAN
ANTARA
METODE
RATA-RATA
10.665.000 174.850.000
TERTIMBANG
DENGAN
MPKP(FIFO)
Perbedaan kunci antara metode rata-rata & MPKP adalah pada penanganan unit-unit sediaan barang dalam proses awal. Metode MPKP : memisahkan unit sediaan BDP awal dari unit yang masuk proses dan selesai dalam periode berjalan. Metode Rata-rata Tertimbang : tidak membedakan perlakuan terhadap unit sediaan BDP awal. Metode MPKP memisahkan biaya yang melekat pada sediaan BDP awal awal dari biaya pada periode berjalan. Metode Rata-rata : menggunakan biaya per unit rata-rata. Metode Rata-rata lebih mudah perhitungannya. Metode ini paling sesuai digunakan jika harga bahan langsung, biaya konversi, dan tingkat sediaan stabil. Metode MPKP : sesuia digunakan jika harga bahan langsung, biaya konversi, atau tingkat sediaan berfluktuasi. Banyak perusahaan lebih menyukai metode MPKP dibanding metode rata-rata untuk tujuan pengendalian biaya dan evaluasi kinerja karena biaya per unit ekuivalen dengan metode MPKP hanya menyajikan biaya untuk periode berjalan. 9
Dengan metode rata-rata tertimbang, biaya pada periode sebelumnya dan periode berjalan dicampur, dan penyimpangan kinerja dalam periode berjalan mungkin saja tersembunyi karena adanya variasi biaya per unit antar periode.
TAMBAHAN BAHAN BAKU DALAM DEPARTEMEN PRODUKSI SETELAH DEPARTEMEN PRODUKSI PERTAMA Tambahan bahan baku mempunyai dua kemungkinan:
a. Tambahan jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika tambahan bahan baku tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan , maka tambahan ini tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan, dan sebagai akibatnya tidak mempengaruhi perhitungan harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya b. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Jika terjadi tambahan produk yang dihasilkan dengan adanya tambahan bahan baku dalam departemen setelah departemen produksi sebelumnya. Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok produk yang berasal dari departemen sebelumnya, yang semula dipikul oleh jumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan baku tersebut. Akibatnya harga pokok produk per unit yang berasal dari departemen sebelumnya menjadi menjadi lebih kecil
Berikut contoh tambahan bahan baku yang mengakibatkan tambahan jumlah produk yang dihasilkan di Departemen 2 PT OKI SASANGKA DATA PRODUKSI DAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN 2 BULAN JANUARI 20X1 Dep2
Data produksi Produksi dalam proses awal: Biaua tenaga kerja 20 %; BOP 60% Dimasukkan dalam proses bulan ini Unit yang diterima dari departemen 1 Tambahan produk karena tambahan bahan baku Produk jadi yang ditransfer ke gudang Produk dalam proses akhir; Biaya tenaga kerja 40%; biaya overhead pabrik 80% Harga pokok produk dalam proses awal; Harga pokok dari departemen 1 Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Harga pokok kumulatif persediaan produk dalam proses awal Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 dalam bulan ini 35.000 x Rp 2.201 Biaya produksi 10
6.000 kg 35.000 kg 4.000 kg 38.000 kg 7.000kg Rp 11.150.000 950.000 1.152.000 4.140.000 Rp 17.392.000 Rp 77.019.000
Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik
15.000.000 Rp 37.068.000 44.340.000 96.408.000
Perhitungan biaya produksi per satuan dengan metode MPKP jika tambahan bahan baku menambah produk yang dihasilkan di departemen 2 Total biaya Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 Penyesuaian karena adanya tambahan bahan baku yang menambah produk yang dihasilkan Harga pokok produk yang diterima dari departemen 1 setelah disesuiakan Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen 2: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead
Rp 17.392.000 77.019.000
Biaya per satuan Rp 2.201 226 Rp 1.975
15.000.000 37.068.000 44.340.000 190.819.000
385 936 1.109 4.405
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses departemen 2 dengan metode MPKP
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Biaya penyelesaian produk dalam proses awal: BTK 80% x 6.000 x Rp 936 BOP 40 % x 6.000 x Rp 1.109 Harga pokok produk dari produksi sekarang 32.000 units x Rp 4.405 Harga pokok produk dalam proses akhir : Harga pokok dari departemen 1 = 7000 x Rp 1.975 BBB : 7.000 kg x 100% x Rp1.975 BTK : 7.000 kg x 40% x Rp 936 BOP : 7.000 kg x 80 % x Rp 1.109 Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2
Total biaya Rp 17.392.000
4.492.800 2.661.600 140.960.000
13.825.000 2.695.000 2.620.800 6.210.400
165.468.600
25.350.400 190.819.000
Tambahan bahan baku di departemen setelah departemen produksi yang pertama mempunyai 2 kemungkinan : menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersankutan atau tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan.
11
Jika bahan baku tersebut tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang bersangkutan, tambahan biaya bahan baku tersebut hanya menambah biaya bahan baku per satuan dalam departemen tersebut. Jika bahan baku tersebut menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen yang bersangkutan, tambahan bahan baku tersebut akan berakibat terhadap terhadap penyesuaian harga pokok per satuan produk yang berasal berasal dari departemen sebelumnya dan tambahan biaya bahan baku per satuan dalam departemen departemen setelah departemen produksi pertama. Selesai
Sumber: Akuntansi Biaya-Bab IV Metode Harga Pokok Proses Lanjutan,Mulyadi Naskah Metode Harga Pokok Proses-LanjutanFl Kusrina Univ Guna Darma ProcessCcosting II-lanjutan,Diah Iskandar,SE,M.Si,Univ.Mercubuana
12