SISTEM HARGA POKOK PESANAN
KARAKTERISTIK SISTEM HARGA POKOK PESANAN
Pengumpulan biaya produksi dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan produksi perusahaan tersebut. Oleh karena itu sebelum dibahas prosedur metode harga pokok pesanan, perlu diuraikan lebih dahulu karakteristik kegiatan usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan yang berpengaruh terhadap metode pengumpulan biaya produksi.
Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki karateristik sebagai berikut:
1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil.
3. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada pesanan tersebut selesai, dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada pesanan tersebut. Harga pokok satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total harga pokok pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk pesanan tersebut.
4. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya segera akan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal pesanan harus diserahkan.
Pada perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:
Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.
Memantau realisasi biaya produksi.
Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.
Menghitung harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Manfaat Informasi harga pokok produksi per pesanan
Bermanfaat bagi manajemen untuk:
Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.
Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
Memantau realisasi biaya produksi
Menghitung laba atau rugi tiap pesanan
Menentukan harga pokok persediaan produk jadi & produk dalam proses yang disajikan dalam Neraca
Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur
Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.
Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:
1. Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:
a. Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies pabrik, dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi
b. Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
2. Produksi
Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan produk selesai
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan produk selesai.
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.
D. Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan
Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan diatas.
1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies
Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi bahan dan supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.
Transaksi dan Dokumen Dasar
Jurnal Transaksi
Buku Besar Pembantu
Pembelian Bahan dan Supplies:
Faktur Pembelian
BuktiPenerimaan Barang
Pesanan Pembelian
Pengembalian Pembelian:
Debit Memorandum
Laporan Pengiriman
Pengembalian Pembelian
Persediaan Bahan Baku xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Persediaan Supplies Pabrik xx
Hutang Dagang xx
Hutang Dagang xx
Persediaan Bahan Baku xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Persediaan Supplies Pabrik xx
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Bahan Penolong
Supplies Pabrik
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Bahan Penolong
Supplies Pabrik
Potongan Tunai
Pembelian:
Bukti Kas Keluar
Hutang Dagang xx
Persediaan Bahan Baku xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Persediaan Supplies Pabrik xx
Kas xx
Atau:
Hutang Dagang xx
Penghasilan Lain-Lain xx
Kas xx
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Bahan Penolong
Supplies Pabrik
Pemakaian Bahan Baku:
Bon Permintaan Bahan
Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx
Persediaan Bahan Baku xx
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Kartu Harga Pokok Pesanan
Pemakaian Bahan Penolong:
Bon Permintaan Bahan
Pemakaian Supplies Pabrik:
Bon Permintaan Bahan
Biaya Overhead P Sesungguhnya xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Biaya Overhead P Sesungguhnya xx
Persediaan Supplies Pabrik xx
Kartu Persediaan:
Bahan Penolong
Kartu Biaya:
Overhead Pabrik
Kartu Persediaan:
Supplies Pabrik
Kartu Biaya:
Overhead Pabrik
Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik ke Gudang Bahan
Persediaan Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses-
Biaya Bahan Baku xx
Kartu Persediaan:
Bahan Baku
Kartu Harga Pokok Pesanan
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut:
Transaksi dan Dokumen Dasar
Jurnal Transaksi
Buku Besar Pembantu
Penentuan Gaji dan Upah:
Daftar Hadir
Kartu Jam Kerja
Daftar Gaji dan Upah
Biaya Gaji dan Upah xx
Hutang Pajak Pendapatan xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Astek xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx
Piutang Karyawan xx
Hutang Gaji dan Upah xx
Pembayaran Gaji dan Upah:
Bukti Kas Keluar
Hutang Gaji dan Upah xx
Kas xx
Distribusi Gaji dan Upah:
Perintah Jurnal
Barang Dalam Proses- B TKL xx
BOP Sesungguhnya xx
Biaya Pemasaran xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Biaya Gaji dan Upah xx
Kartu Harga Pokok Pesanan dan Kartu Biaya Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan Umum
Beban atas Gaji dan Upah:
Daftar Sumbangan atas
Gaji dan Upah
BOP Sesungguhnya xx
Biaya Pemasaran xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Hutang Pajak Pendapatan xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Astek xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx
Karu Biaya:
Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan
Umum
Penyetoran atas Potongan dan beban Gaji dan upah:
Bukti Kas Keluar
Hutang Pajak Pendapatan xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Astek xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx
Kas xx
3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik sebagai berikut:
a. Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik xx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xx
b. Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan ditampung dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas jurnal untuk setiap elemen:
(1) Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan). Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Bahan Penolong xx
(2) Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak langsung sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Biaya Gaji dan Upah xx
Jika Pajak, dan asuransi menjadi tanggungan perusahaan, maka jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Hutang Pajak Pendapatan xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Astek xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx
(3) Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik
Jurnal untuk penyusutan dan amortisasi aktiva pabrik adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Akumulasi Peyusutan Mesin xx
Akumulasi Penyusutan Bangunan xx
Akumulasi Penyusutan Peralatan xx
Amortisasi Hak Paten xx
(4) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik
Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa reparasi.
Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:
Persediaan Suku Cadang xx
Hutang Dagang/ Kas xx
Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persediaan Suku Cadang xx
Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Kas xx
(5) Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik
Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Kas/ Hutang Biaya xx
(6) Biaya Asuransi Pabrik
Jurnal pada saat pembayaran persekot asuransi sbb:
Persekot Asuransi xx
Kas xx
Jurnal pada saat pengakuan biaya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Persekot Asuransi xx
c. Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya dengan BOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:
(1) Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
(2) Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx
BOP Sesungguhnya xx
Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:
BOP Sesungguhnya xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx
(3) Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba
Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:
Rugi-Laba xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx
Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat adalah:
Selisih Biaya Overhead Pabrik xx
Rugi-Laba xx
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:
Persediaan Produk Selesai xx
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx
Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:
Persediaan Produk dalam Proses xx
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku xx
Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik xx
5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:
Piutang Dagang/ Kas xx
Penjualan xx
Harga Pokok Penjualan xx
Persediaan Produk Selesai xx
PENGOLAHAN / PRODUKSI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN
METODE HARGA POKOK PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A
Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses
35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan
5.000 kg
6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Rp 70.000
Rp 155.000
Rp 248.000
Rp 0
Rp 270.000
Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya bahan baku
Biaya konversi
100%
20%
50%
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A
Unsur biaya produksi
Total biaya
Unit ekuivalensi
Biaya produksi per kg
Bahan baku
Tenaga kerja
Overbead pabrik
Rp 70.000
155.000
248.000
35.000
31.000
31.000
Rp 2
5
8
Total
Rp 173.000
Rp 15
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15
Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp 23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1
Rp 473.000
Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A
Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A Rp 70.000
Persediaan bahan baku Rp 70.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A Rp 155.000
Gaji dan upah Rp 155.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 248.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen A Rp 23.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 8.000
Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B
Unsur biaya produksi
Total biaya
Unit ekuivalensi
Biaya produksi per kg
Tenaga kerja
Overbead pabrik
270.000
405.000
27.000
27.000
10
15
Total
Rp 675.000
Rp 25
Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25
Rp 360.000
600.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 x Rp 40
960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000
90.000
Rp 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B
165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1
Rp 1.125.000
jurnal pencatatan biaya produksi departemen B
Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A Rp 240.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B Rp 270.000
Gaji dan upah Rp 270.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di kredit Rp 405.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
Persediaan produk jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 360.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen B Rp 165.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B Rp 45.000
3. PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan
Contoh3:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A
Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses
1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
200 kg
100 kg
Produk yang hilang pada awal proses
100 kg
200 kg
Biaya produksi Bulan Januari 19 x1
Departemen A
Departemen B
Biaya bahan baku
Rp 22.500
Rp -
Biaya bahan penolong
26.100
16.100
Biaya tenaga kerja
35.100
22.500
Biaya overhead pabrik
45.800
24.750
Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis biaya
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi)
Biaya produksi Departemen A
Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A
Biaya bahan baku
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
Rp 22.500
Rp 25
Biaya bahan penolong
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
26.100
29
Biaya tenaga kerja
700 + 40%x200kg=780kg
35.100
45
Biaya overhead pabrik
700 + 40%x200kg=780kg
46.800
60
Rp 130.500
Rp 159
Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 159
Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800
Rp 19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A
Rp 130.500
Produk yang hilang pada awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A
Rp 111.300 : 700
Rp 159,00
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
Rp 222.60
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
Rp 63.60
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi)
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen B
Biaya per kg yang ditambahkan Departemen B
Biaya bahan penolong
400 kg + 60 % x 100 kg = 460 kg
Rp 16.100
Rp 35
Biaya tenaga kerja
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
Rp 22.500
Rp 50
Biaya overhead pabrik
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
Rp 24.750
Rp 55
Rp 63.350
Rp 140
Perhitungan biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg @ Rp 362.60
Rp 145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6= Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 = 2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55 =2.750
Rp 29.610
Jumlah kumulatif dalam departemen B
Rp 174.650
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan
Contoh:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data produksi Bulan Januari 19x1
Departemen A
Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses
1.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya konversi 40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
200 kg
100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses
100 kg
200 kg
Biaya produksi Bulan Januari 19 x1
Departemen A
Departemen B
Biaya bahan baku
Rp 22.500
Rp -
Biaya bahan penolong
26.100
16.100
Biaya tenaga kerja
35.100
22.500
Biaya overhead pabrik
45.800
24.750
Perhitungan biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
Jenis biaya
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A ( unit ekuivalensi)
Biaya produksi Departemen A
Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh departemen A
Biaya bahan baku
700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 kg
Rp 22.500
Rp 22.5
Biaya bahan penolong
700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 kg
26.100
26.10
Biaya tenaga kerja
700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg
35.100
39.89
Biaya overhead pabrik
700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg
46.800
53.18
Rp 130.500
Rp141.67
Perhitungan biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 700 x Rp 141.67
Rp 99.169
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena adanya produk yang hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
14.167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 700 x Rp 161,91
113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18= 4.254,4
Rp 17.165.60
Jumlah biaya produksi Departemen A
Rp 130.500,00
Produk yang hilang pada akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama
Perhitungan biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
Jenis biaya
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B ( unit ekuivalensi)
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di departemen B
Biaya per kg yang ditambahkan di Departemen B
Biaya bahan penolong
400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = 660 kg
Rp 16.100
Rp 24.39
Biaya tenaga kerja
400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg
Rp 22.500
Rp 34.62
Biaya overhead pabrik
400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg
Rp 24.750
Rp 38.08
Rp 63.350
Rp 97.09
Perhitungan biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B : 400 x Rp 161.91
Rp 64.764,00
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09
38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses : 200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09
51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen B setelah disesuaikan : 400 x Rp 388.5
155.400,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91 = Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08= 1.904
Rp 21.289.40
Jumlah biaya produksi Departemen B
Rp 176.689.40
Perbedaan Antara Akuntansi Perusahaan Manufaktur Dan Akuntansi Perusahaan Dagang
Akuntansi perusahaan manufaktur dan akuntansi perusahaan dagang berbeda dalam hal rekening-rekening yang disajikan dalam laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba-rugi. Disamping itu dalam perusahaan manufaktur harus membuat laporan biaya produksi. Perbedaan keduanya diuraikan sebagai berikut:
Di dalam neraca perusahaan dagang, hanya terdapat satu rekening persediaan barang, yaitu Persediaan barang dagangan, sedangkan rekening persediaan dalam neraca perusahaan manufaktur meliputi persediaan bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi dan persediaan suplai perlengkapan pabrik.
Perbedaan dalam laporan laba rugi
Perbedaan dalam laporan laba-rugi antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur terletak pada perhitungan harga pokok penjualan. Pada perusahaan dagang barang tersedia untuk dijual diperoleh dengan menjumlahkan persediaan awal dan pembelian bersih, sedangkan pada perusahaan manufaktur diperoleh dengan menjumlahkan persediaan awal barang jadi dan harga pokok produksi.
SISA BAHAN, PRODUK RUSAK, DAN PRODUK CACAT
Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1) Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Kas xx
(2) Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Kas xx
Sisa bahan yang laku dijual
(1) Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
(2) Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil penjualan dapat digunakan cara sbb:
(a) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
(b) Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:
Kas xx
Penghasilan Lain – Lain xx
Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan menjadi dua:
Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:
(1) Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak, sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2) Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal yang harus dicatat adalah:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
(3) Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat adalah:
Rugi Produk Rusak xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
Produk rusak yang laku dijual
Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:
(1) Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
(2) Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
(3) Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:
Kas xx
Rugi Produk Rusak xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan xx
Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung xx
Barang dalam Proses – BOP xx
Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1) biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Barang Dalam Proses – Biaya bahan Baku xx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung xx
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead pabrik xx
Persediaan Bahan xx
Gaji dan Upah xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx
(2) Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Biaya Overhead Sesungguhnya xx
Persediaan Bahan xx
Gaji dan Upah xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx
(3) Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:
Rugi Produk cacat xx
Persediaan Bahan xx
Gaji dan Upah xx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx
http://accountingiismylife.blogspot.co.id/2014/01/metode-harga-pokok-pesanan.html
http://rumah-akuntansi.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-dan-konsep-metode-harga.html