M. HIDAYAT ILHAMSYAH PUTRA (14120120294)
S
alah satu indikator penting dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah di bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan difokuskan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan setinggi-tingginya dapat terwujud. Indikator dasar yang dapat kita lihat dalam mengukur pembangunan kesehatan adalah tingkat kebersihan yang ada di lingkungan kita. Kebersihan dapat ditinjau dari sistem pengolahan sampah yang dibuat terutama di di wilayah perkotaan. Baik atau
buruknya sistem pengolahan sampah sa mpah yang ada di kota jelas akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan masyarakat setempat. Oleh karena itu, berbagai upaya, kebijakan, dan program program telah dibuat oleh pemerintah serta mitra instansi pemangku kepentingan lain untuk mewujudkan kota sehat yang terbebas dari sampah. Pengolahan sampah di Makassar sampai saat ini masih menggunakan sistem/pola lama, dimana sampah dari berbagai sumber sampah seperti perumahan, pasar, pusat perdagangan, perkantoran, dan lain-lain masih diangkat ke
1
M. HIDAYAT ILHAMSYAH PUTRA (14120120294)
TPS lalu secara berkala dibuang ke TPAAntang. Jumlah timbunan sampah di kota Makassar setiap harinya sebanyak 80.000 m3/hari atau setara dengan berat 450-500 ton/hari. Tidak hanya itu, kurang lebih dari 140 armada truk yang ikut konstribusi menambah kemacetan kota Makassar dengan rata-rata ritasi 3-4 rit per harinya, dengan konstribusi kemacetan sebanyak 2.500 rit/hari.
swasta dan masyarakat untuk mengolah sampah, dengan konversi sampah organik menjadi bio gas namun realisasinya sampai saat ini belum ada. Dengan keterbatasan jumlah dan kondisi armada yang terus menurun karena pengaruh umur pemakaian mengakibatkan terjadinya penumpukan jumlah sampah yang tidak terangkut secara fluktuasi akan bertambah.
Sistem pengolahan sampah yang lama lebih mengedepankan pola konvensional, dimana akhir dari semua sampah kota seluruhnya diangkat ke pembuangan akhir untuk di tebar di sebuah tanah kosong yang luas dan jauh dari perkotaan.
Sampah memiliki potensi apabila mengacu pada komposisi dari sampah campuran yang ada din kota Makassar, dimana sebanyak 8085% merupakan sampah organik yang dapat di konversi menjadi kompos. Sebanyak 5-10% ada potensi untuk daur ulang seperti, sisa kayu, besi, plastik, kaca, sehingga perlu ada upaya yang terbaik untuk mengurangi jumlah sampah yang di angkut ke TPA dan sekaligus mengurangi konstribusi kemacetan di jalan raya.
Dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan mengisyaratkan adanya perubahan pola pengelolaan sampah, yang tadinya TPA adalah pusat pengolahan sampah kota dirubah menjadi menjadi TPA hanya bagian/porsi kecil yang untuk pengolahannya. Sementara sumber-sumber sampah diwajibkan memiliki pengolahan secara terhubung dengan TPS atau transfer depo. Sedangkan sampah yang tidak dapat di daur ulang sesuai dengan konsep 3R (re-used, re-cycled, re-fused) dan memiliki nilai ekonomis yang rendah akan di olah di TPA.
Terlepas dari hal tersebut, sebenarnya bila kembali ke pola yang diminta oleh UU No. 18, pengelolaan sampah dengan mengikutsertakan masyarakat di garis terdepan akan lebih memberikan banyak manfaat bagi pemerintah kota, juga bagi warga/swasta dan aparat pemda di tingkat RT, RW dan kelurahan. Hal ini akan meningkatkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab bersama untuk mengatasi masalah sampah di lingkungan masing-masing.
Selama 3 tahun terakhir memang telah ada upaya dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar melakukan terobosan dengan melakukan mitra kerjasama dengan investor
2
M. HIDAYAT ILHAMSYAH PUTRA (14120120294)
Sistem pengolahan sampah baru yang mungkin dapat di terapkan di kota Makassar, yaitu:
Sistem Pengolahan Sampah Saat Ini Sistem pengolahan sampah saati ini yang masih di terapkan di kota Makassar adalah:
1. Pengolahan di sumber sampah dapat dilakukan sampai 85-90%. 2. Alat transportasi yang digunakan dapat di minimalisir yaitu hanya 15-20% = 375500 rit. 3. Pengadaan ketersediaan lahan tambahan untuk melakukan pengolahan dan gudang produk. 4. Dengan pengurangan jumlah alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut sampah maka akan mengurangi tingkat kemacetan di kota Makassar. 5. Biaya investasi untuk pengolahan sampah sebesar Rp 3,5 M /Kecamatan/Pasar.
1. Pengolahan di sumber sampah relatif hanya pengumpulan dan belum diolah secara terpadu. 2. Alat transportasi yang digunakan hampir 2.500 rit/hari, hal ini menjadi salah satu penyebab kemacetan di kota Makassar. 3. Ketersediaan lahan TPS/Trans depo digunakan untuk tempat pengumpulan sementara dan belum dapat diolah di tempat tersebut. 4. Kontribusi kemacetan relatif lebih tinggi akibat tingginya armada pengangkut sampah di jalan raya. 5. Biaya pengolahan sampah sekarang ini untuk investasi tidak ada sehingga sampah menumpuk dan tidak berdaya guna.
Rekomendasi
Sistem
Di samping hal itu, agar sistem pengolahan sampah ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan penyediaan pelayanan yang terpadu di kota Makassar, penyediaan sarana dan pra-sarana kebersihan di jalan maupun di TPS, melakukan pemetaan untuk pengolahan sampah, penyediaan tempat sampah untuk setiap rumah di setiap kecamatan/kelurahan, pengambilan sampah secara rutin oleh petugas di setiap rumah warga untuk di buang di TPS, serta pembangunan pabrik/tempat untuk mengolah sampah menjadi barang-barang yang bermutu dan bermanfaat.
Pengolahan
Sampah Baru Melihat dari masih lemahnya sistem pengolahan sampah saat ini yang belum banyak memberikan manfaat bagi masyarakat kota Makassar dan hasil kinerja dari pemerintah kota Makassar sendiri untuk menanggulangi penumpukan sampah di TPA, maka perlu ada program atau kebijakan yang lebih efektif dan terealisasi agar terciptanya lingkungan perkotaan yang bersih.
3