Morfologi dan Patogenitas Bakteri Infeksi Penyebab Infeksi Saluran Urogenitalia Neisseria gonnorhoae
NAMA MAHASISWA
:
TIKA HAYATI
NIM
:
AK816069
SEMESTER
:
IV
KELAS
:
IV B
PROGRAM STUDI
:
ANALIS KESEHATAN
DOSEN
:
PUTRI KARTIKA SARI, M.Si
1.1
NEISSERIA GONORRHOEA GONOREA Gonorea adalah penyakit bernanah yang sagat menular. Sering kali disebut pula uretritis spesifik (radang aliran kandung kemis khusus). Gejala penyakit ini tergantung pada situs infeksi, jenis kelamin dan umur korban, lamanya
menderita
infeksi,
serta terjadinya penyebab
sel-sel bakteri
penyebab. Pada laki-laki gonorea menyebabkan uretritis (infeksi pada uretra, yaitu saluran tempat lewatnya air seni dari kandung kemih ke luar tubuh) akut. Tanda pertama dapat berupa rasa panas mendadak pada waktu kencing dan keluarnya cairan bernanah pada 2-8 hari setelah tereksposi. Pada wanita biasanya terjadi infeksi pada uretra dan mulut rahim. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit pada waktu kencing dan keluarnya cairan dari vagina,
walaupun
kebanyakan
wanita
(cukup
banyak
pria)
tidak
memperlihatkan gejala yang kentara pada infeksi dini. Infeksi tanpa gejala semacam itu. mungkin merupakan suatu sebab bagi penyebaran penyakit ini. Penyakit ini terutama menyerang saluran kemih kelamin. Namun, kontaminasi pada bayi ,waktu dilahirkan dapat menimbulkan radang selaput mata gonokokal, yang mempengaruhi mata. Dapat juga timbul berbagai komplikasi gonorea diantaranya adalah endokarditis (radang pada lapisan dalam jantung) dan meningitis (radang selaput otak)
1.2
Morfologi dan klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Beta Proteobacteria
Ordo
: Neisseriales
Familia
: Neisseriaceae
Genus
: Neisseria
Spesies
: Neisseria gonorrhoeae
1.3
Morfologi Neisseria gonorrhoeae Gonore adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae), suatu diplokokus gram negatif. Pada tahun 1879, N. gonorrhoeae ditemukan oleh Neisser dengan pulasan sediaan hapusan dari eksudat uretra, vagina dan konjungtiva. Transmisi penyakit gonore terjadi melalui inokulasi langsung dari sekresi mukosa yang terinfeksi pada satu tempat ke tempat lainnya melalui kontak genital-genital, genital-anorektal, oro-genital, atau dari ibu yang terinfeksi ke bayinya pada proses persalinan (Sparling, 2008). Gonokokus adalah diplokokus gram negatif, tidak bergerak dan tidak berspora. Bentuk dari gonokokus menyerupai biji kopi dengan lebar 0,8 µ
dan panjang 1,6 µ yang secara karakteristik tumbuh berpasangan dan bagian yang berdekatan adalah datar (rata). (Sparling, 2008). Gonokokus bersifat anaerob obligat, tidak tahan lama diudara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan zat desinfektan, hidup optimal pada suhu 25,5ºC dan pH 7,4. Untuk pertumbuhan optimal diperlukan kadar CO2 2-10% (Sparling , 2008). Penentuan tipe gonokokus secara morfologi didasarkan pada dua hal, yang pertama berdasarkan bentuk koloni yang terjadi bila gonokokus dibiakkan pada 8 media agar jernih, dan yang kedua berdasarkan opasitas koloni. Berdasarkan bentuk koloni gonokokus dibagi menjadi empat tipe. Koloni berbentuk kecil, cembung dan berkilau terdiri dari dua tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2, koloni ini memiliki pili (piliated) dan ditandai dengan P+ . Sedangkan koloni berbentuk besar dan datar juga dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe 3 dan tipe 4, tidak memiliki pili (nonpiliated) dan ditandai dengan P- . Dalam penelitian in vitro didapatkan koloni P+ bersifat virulen sedangkan
koloni
P-
mengalami
penurunan
kemampuan
untuk
menimbulkan infeksi. Beberapa koloni memiliki kemampuan mengalami konversi dari P + menjadi Patau sebaliknya beberapa koloni Pdapat mengalami konversi menjadi P+ (Sparling, 2008; Criss dkk, 2005) Berdasarkan opasitasnya, koloni dibagi menjadi koloni yang opak (Op) tampak lebih gelap dan bergranuler bila dibandingkan dengan koloni yang transparan (Tr). Dasar biokimia perbedaan antara koloni Op dan Tr adalah adanya variasi ekspresi famili protein membran luar yang disebut protein II (P II), yang saat ini dikenal dengan istilah Opa. Koloni Op terdiri dari sel-sel yang menunjukkan Opa sedangkan Tr mengandung sel-sel yang tidak mengandung Opa (Sparling, 2005; Simms dan Jerse, 2006) 1.4
Epidemiologi Infeksi ditularkan melalui hubungan seksual, juga dapat menular ke janin selama proses persalinan berlangsung. Meskipun semua kelompok rentan terhadap infeksi penyakit ini, tapi kejadian tertinggi pada rentang usia 15-35 tahun. Di antara penduduk perempuan pada tahun 2000, kejadian tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) berlawanan
dengan rata-rata laki-laki insiden tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000). N.
gonorrhoeae Epidemiologi berbeda
di tiap
–
tiap
negara
berkembang. Di Swedia, kejadian gonore yang dilaporkan 487/100.000 karena banyak orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987, dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 melaporkan pasien gonore menurun pada hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita. Di Amerika Serikat, kejadian kasus gonore menurun. Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, di mana angka menunjukkan
bahwa
kasus
gonore
di
Amerika
Serikat
mengalami
penurunan hingga 1984. Faktor risiko antara lain: Hubungan seksual dengan pasien tanpa perlindungan Memiliki banyak pasangan seksual Pada bayi – saat melewati lahir dari ibu yang terinfeksi Pada anak-anak – pelecehan seksual (pelecehan seksual) oleh pasien terinfeksi.
1.5
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN Pertumbuhan yang terbaik adalah pada suhu 360 C pad media yang diberi serum darah atau darah yang sudah dipanaskan, dan dalam udara yang mengandung 5-10% CO2. Koloni yang bundar dan berwarna kelabu keputihan pada agar coklat (media yang mengandung darah yang telah dipanaskan) dapat diperkirakan sebagai Neisseria dengan cara menguji adanya pembentukan oksidase endofenol, atau reaksi oksidase. Neisseria akan
menghasilkan
reaksi
positif.
Gonokokus
(sel-sel
Neisseria
Gonorrhoeae) berbeda dari Neisseria lain karena ketidakmampuannya menguraikan maltosa, sukrosa atau fruktosa, tetapi dapat metabolisme glukosa. Hanya glukosa, piruvat, dan laktat dapat digunakan sebagai sumber energi. Selnya juga mempunyai pili dengan diameter sekitar 0,07 um dan panjang sampai 2 um. Embel-embel ini rupanya sangat berguna untuk
mengawali
menempelnya
bateri
tersebut
pada
sel-sel
epitel.Virulensi
organisme ini rupanya berkaitan dengan adanya pili. Gonokokus adalah mikroorganisme yang tidak kuat. Pengeringan selama 1-2 jam dapat mematikannya. Ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan bila ingin mengisolasinya dari spesimen klinis. Larutan perak nitrat dapat membunuh organisme ini dalam waktu 2 menit. (Inilah sebabnya pencegahan rutin dengan obat tetes mata yang mengandung 1 % perak nitrat telah mengurangi dengan nyata kekerapan terjadinya radang selaput mata oleh gonokokus yang disebut ophthalmia neonatorum atau peradangan akut pada mata mata bayi yang baru lahir).
1.6
STRUKTUR ANTIGEN Secara serologik gonokokus bersifat heterogen. Gonokokus memiliki polisakarida nukleoprotein. Juga memiliki kapsul yang terlihat jika diwarnai dengan pewarnaan negatif. Beberapa kekhasan imunologis terdapat pada protein kompleks selaput luar kuman. KEKEBALAN Kuman mati oleh pemanasan,
pengeringan,
dan
antiseptik.
Peka
terhadap
sulfonarnida,
penisilin dan antibiotika lain.
1.7
KEKEBALAN Kuman mati oleh pemanasan, pengeringan, dan antiseptik. Peka terhadap sulfonarnida, penisilin dan antibiotika lain.
1.8
PATOGENITAS Neisseria Gonorrhoeae Kemampuan N. gonorrhoeae untuk menginvansi host dan menentukan patogenitasnya diperankan oleh beberapa protein antigenik yang terkandung pada membran luar bakteri. Patogenesis terjadinya infeksi oleh N. gonorrhoeae diawali dengan perlekatan (adherence) bakteri pada sel-sel mukosa kolumnar atau kuboid, sel epitel yang tidak mengalami kornifikasi melalui perantaraan pili dan Opa. Selanjutnya terjadi interaksi antara bakteri dan neutrofil, dimana sebagian besar bakteri (gonokokus tidak mengandung pili) akan mengalami
fagositosis
oleh
neutrofil
sehingga
berada
di dalam sel (Neisseria
intraseluler). Sedangkan gonokokus yang mengandung pili mampu melekat lebih baik dan menghindar dari fagositosis. Perlekatan pada neutrofil diperankan oleh protein Opa dan porin bekerja menghambat maturasi fagosom dan fungsi neutrofil, menurunkan ekspresi opsonin-dependent receptor killing.
CR3,
serta
Perlekatan
mengubah
bakteri
secara
myeloperoxiadase-mediated 13
selektif
pada
oxidative
sel-sel
yang
mensekresikan mukus tanpa silia akan mengalami invasi ke dalam sel, untuk mengadakan multiplikasi dan pembelahan intraseluler. Saat berada di dalam sel epitel, bakteri mampu bertahan dari antibodi, komplemen atau neutrofil. Invasi diperankan oleh P1A, protein Opa, dan LOS pendek nonsialylated. Kerusakan jaringan terjadi akibat enzim (fosfolipase, peptidase) yang dihasilkan oleh LOS dan peptidoglikan. (Sparling, 2008). Selama infeksi, lipopolisakarida
(LOS)
dan
peptidoglikan
bakteri dilepaskan
melalui
autolisis sel. Lipooligosakarida akan memicu produksi Tumor Necrosis Factor (TNF) yang menyebabkan kerusakan sel. Kerusakan sel mukosa yang progresif dan invasi submukosa akan disertai dengan respon leukositik polimorfonuklear yang banyak, pembentukan mikroabses, dan eksudasi material purulen ke dalam lumen organ yang terinfeksi. Pada keadaan infeksi yang tidak terobati, leukosit polimorfonuklear secara gradual akan digantikan oleh sel mononuclear (Cornelissen, 2011). Selain kerusakan jaringan secara lokal, dapat terjadi diseminasi (bakterimia dengan atau tanpa disertai artritis septik).
Diseminasi terjadi akibat kemampuan bakteri
bertahan dari antibodi dan komplemen pada serum manusia (resistensi serum). Bakteri yang resisten terhadap serum manusia merupakan bakteri dengan LOS panjang. Resistensi serum terjadi pula akibat blokade akses antibodi pada LOS yang diperankan oleh Rmp dan Por (C4bp dan faktor H yang berikatan pada loops dari Por) yang menghambat deposit dan aktivasi komplemen (Hook dan Handsfield, 2008)
1.10 Manifestasi klinis infeksi gonore Manifestasi klinis gonore merupakan suatu spektrum yang meliputi infeksi asimptomatis, infeksi simptomatis lokal, infeksi komplikata lokal, dan diseminasi sistemik. Pria yang terinfeksi gonokokal dapat mengalami infeksi asimptomatis sebesar 10%, sedangkan pada wanita yang terinfeksi gonokokal, 50% adalah asimptomatis (Hook, 2008). Uretritis
asimptomatis
pada
pria
merupakan
reservoir
transmisi
gonokokal yang terpenting. Manifestasi klinis gonokokal pada pria yang tersering adalah uretritis anterior akut. Infeksi urogenital pada wanita yang disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae paling sering terjadi pada endoserviks, yang merupakan infeksi primer. Infeksi gonokokal pada vagina jarang 15 terjadi pada wanita masa reproduksi, karena terjadinya penebalan epitel kolumnar
pada
vagina
dan
oleh
karena kuatnya pertahanan
biologiknya. Sedangkan pada infeksi gonore pada anak-anak, wanita hamil dan pada wanita sesudah menopause mudah untuk
terkena infeksi
gonokokal pada vagina. Kolonisasi uretra terdapat pada 70-90% wanita yang terinfeksi, dan jarang terjadi bila tidak terdapat infeksi endoserviks. Tetapi, setelah histerektomi, tempat infeksi umumnya terdapat pada uretra. Infeksi pada kelenjar periuretra (skene) atau duktus kelenjar Bartholin juga sering
terjadi,
tetapi kejadiannya
jarang
bila tidak
terdapat infeksi
endoserviks atau uretra. Pada wanita yang mengalami servisitis gonokokal juga dapat terjadi infeksi pada mukosa rektum, dengan angka kejadian sebesar 35-50% (Todar, 2012) Masa inkubasi pada pria bervariasi antara 1-14 hari atau lebih panjang, tetapi mayoritas gejala pada pria muncul dalam waktu 2-5 hari. Gejala predominan adalah duh tubuh uretra yang awalnya dapat bersifat mukoid atau mukopurulen, kemudian dalam 24 jam setelah onset akan menjadi purulen dan profus. Disuria umumnya muncul setelah tampak adanya duh tubuh. Masa inkubasi gonore pada wanita lebih bervariasi dibandingkan pada laki-laki. Gejala lokal umumnya muncul 10 hari setelah infeksi, dengan gejala utama meliputi peningkatan eksudat dari vagina yang berasal dari
endoserviks yang bersifat purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servisitis gonore kadang mempunyai gejala yang minimal. Gejala lainnya dapat berupa disuria yaitu keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang mungkin disebabkan oleh uretritis yang menyertai servisitis. Dapat juga terjadi nyeri perut bagian bawah atau dispareunia, nyeri ini dapat diakibatkan dari menjalarnya infeksi 16 ke endometrium, tuba falopi, ovarium dan peritoneum. Nyeri bisa terjadi bilateral, unilateral, dan tepat pada garis tengah. Dapat disertai panas badan, mual dan muntah. Nyeri pada perut bagian kanan atas dari perihepatitis (Fitz-Hugh-Curtis syndrome) dapat terjadi melalui penyebaran bakteri ke atas melalui peritoneum. (Hook dan Handsfield, 2008) Gejala lainnya dapat berupa perdarahan uterus diantara masa menstruasi dan menorrhagia. Masing-masing gejala tersebut dapat terjadi sendiri atau kombinasi dengan derajat minimal sampai berat. Komplikasi lokal pada wanita dapat berupa penyakit radang panggul (PRP) akut
yang
terdiri
dari
salfingitis
dan
kadangkadang
dapat
terjadi
endometritis, abses tubo-ovarium, atau peritonitis pelvis, komplikasi ini terjadi pada 10-20% pasien wanita dengan infeksi gonokokus akut. (Berggren, 2011).
1.11 DIAGNOSA LABORATORIUM A. Pemeriksaan hematologi: a.
Hitung leukosit menunjukkan adanya lekositosis
b.
Hitung jenis leukosit menunjukkan adanya peningkatan gel-gel tembereng.
B. Pemeriksaan bakteriologis : a.
Pemeriksaan sediaan Sediaan gram dari sekret mukopurulen (uretra, serviks dan lainlain) menunjukkan adanya diplokokus gram negatif yang berada dalam gel leukosit gel tembereng.
Tehnik antibodi
fluoresensi dapat dipergunakan dan merupakan cara yang khas dan peka. Pada laki-laki mulut uretra dibersihkan dengan kain kasa yang dicelupkan lebih dahulu dalam air garam fisiologis dan
contoh sekret diambil dengan menggunakan sengkelit platina yang biasa digunakan untuk pembiakan dan pembuatan sediaan. Pada wanita, disamping sekret uretra, diperiksa juga usap serviks. Pada lnfeksi kronis, mungkin tidak ada sekret uretra. Disini eksudatnya diambil melalui masase prostat. Diagnosa
dilakukan
dengan
pemeriksaan
mikroskopis
bakteri penyebabnya di dalam spesimen dari penglepasan atau discharge dengan cara menumbuhkan serta mengamati gonokokus di dalam bahan-bahan yang diperoleh dari bagian dalam uretra pada pria, dari mulut rahim dan uretra pada wanita, dan dari situs lain manapun yang dicurigai. Pewarnaan gram eksudat dari uretra dan endoserviks diangkat diagnostik bagi gonorea bila teramati adanya diplokokus yang khas gram negatif di dalam leukosit. Gonokokus dibiakkan pada medium agar coklat atau medium Thayer dan Martin. Biakan harus diinkubasikan pada 36C C selama 48jam dengan CO2 (5-10%). Koloni gonokokus yang khas diperkuat oleh reaksi oksidase, perwamaan gram dan uji peragian gula. (Reaksi oksidase dilakukan dengan dengan menggenangi koloni dengan 1% tetrametil-p- © 2004 Digitized by USU digital library 9 fenilendiamin; koloni-koloni Neisseria akan berubah dari putih jemih menjadi ungu.
Gambar Neisseria gonorrhoeae pada pengecatan gram
1.12 PENCEGAHAN GONOREA Sekarang ini belum ada vaksin terhadap gonorea. Kondom dan spermisida (pembunuh sperma) yang dimasukkan ke dalam vagina tetap merupakan cara terbaik untuk mengurangi resiko infeks
Daftar Pustaka
Brooks,geo F.Butel,anet S dan Morse,Stephen A.2005.Mikrobiologi kedokteran. Salemba Medika : Jakarta. Jawetz,
E,
J.L.Melnick
& E.A.Adelberg.1986.Mikrobiologi untuk
Profesi
Kesehatan.Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Johnson,Arthur G.Ziegler,Richard
J dan hawley,Louse.2011.Mikrobilogi dan
imunologi.Binarupa Aksara : Jakarta. Lay, Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo 1992. MIKROBIOLOGI. Jakarta : CV Rajawali. Massi,dr
Muh
Nasrun,ph
D.Madjid,dr
baedah,sp
Mk.2008.Mikrobiologi
kedokteran.Fakultas kedokteran universitas hasanuddin : Makassar. Pelczar, 1988, Dasar – Dasar Mikrobiologi, 952-953, UI Press, Jakarta. Wheller dan Volk. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : P.T. Gelora Aksara Pratama.