Petunjuk Praktikum Mikrobiologi 5
PERSONAL INFORMATION
NAMA :_________________________________________________
NIM :_________________________________________________
KELAS :_________________________________________________
KELOMPOK :_________________________________________________
NO. HP :_________________________________________________
ALAMAT :_________________________________________________
__________________________________________
TATA TERTIB PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Untuk menjaga keamanan
1. Praktikan harus telah mengenakan jas lab saat memasuki laboratorium dan bekerja dengan peralatan di laboratorium untuk menghindari kontaminasi dan terkena khemikalia.
2. Dilarang keras makan, merokok dan minum di laboratorium
3. Sebelum dan sesudah bekerja, meja praktikum dibersihkan dengan desinfektan
4. Praktikan berambut panjang harus mengikat rambutnya sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kerja dan menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Pengambilan kultur cair atau suspensi dan khemikal harus menggunakan pipet dengan bantuan filler atau menggunakan mikropipet.
6. Dilarang membuang biakan sisa atau habis pakai dan pewarna sisa disembarang tempat. Bahan tersebut harus dibuang di tempat yang telah disediakan oleh asisten.
7. Laporkan segera jika terjadi kecelakaan seperti kebakaran, biakan tumpah ada yang menelan bahan kimia, atau biakan kepada asisten
8. Jika menggunakan jarum inokulum, ujung jarum dibakar sampai memijar sesudah dan sebelum bekerja menggunakan alat ini
9. Sebelum meninggalkan laboratorium disarankan untuk mencuci tangan dengan seksama.
Untuk kelancaran praktikum
1. Praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium sebelum memasuki laboratorium dan dilepas di luar laboratorium.
2. Praktikan wajib memakai sepatu pada saat praktikum.
3. Praktikan dilarang berbicara yang tidak perlu dan membuat gaduh
4. Memakai pakaian yang sopan pada saat praktikum (baju berkrah untuk laki-laki)
5. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 10 menit mengganti di akhir acara.
6. Praktikan yang datang terlambat lebih dari 20 menit maka wajib inhal.
7. Kuis akan dilaksanakan pada awal acara sebelum memulai praktikum untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang dicapai.
8. Inhal kuis akan diadakan satu kali dan nilai yang diambil adalah nilai terbaik.
9. Bagi praktikan yang akan berpindah jadwal praktikum harus seizin coordinator praktikum mikrodas dengan menyerahkan surat pengantar paling lambat dua hari berikutnya.
10. Praktikan yang tidak hadir praktikum (absen), maka disarankan ikut inhal praktikum, di mana harus membayar untuk mengganti biaya praktikum dan tenaga asisten
11. Praktikan akan dinilai keterampilannya selama praktikum oleh asisten
12. Praktikan yang tidak mengikuti asistensi tanpa keterangan tidak mendapatkan nilai pretest, tapi jika ada izin tertulis maka dapat mengikuti pretest susulan.
13. Praktikan yang tidak mengikuti pengamatan harus mengikuti pengamatan susulan.
14. Laporan harus dibawa saat masuk pada praktikum sebagai syarat masuk.
15. Praktikan yang tidak membawa laporan karena tertinggal, tetap diizinkan mengikuti praktikum tetapi harus mengambil laporan yang tertinggal pada hari itu juga dan menyerahkkannya ke asisten.
16. Aturan-aturan / tata tertib yang belum tercantum akan diputuskan kemudian.
JUDUL PRAKTIKUM
MEDIA DAN STERILISASI
PJ : Rahmania
ISOLASI MIKROORGANISME
PJ : Amining, Chaerul, Vero
ENUMERASI
PJ : Rahmania, Rizky, Tia
PENGARUH LINGKUNGAN
PJ : Amining
KOLOM WINOGRADSKY
PJ : Chaerul
PEMBUATAN YOGURT
PJ : Vero
PEMBUATAN NATA
PJ : Vero
HIDROLISIS PATI DAN SKIM
PJ : Rizky
PEWARNAAN GRAM
PJ : Tia
JUDUL 1
MEDIA DAN STERILISASI
Tujuan :
Dapat membuat media pertumbuhan Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB) dan Potato Dextrose Agar (PDA).
Dapat melakukan sterilisasi alat dan bahan menggunakan autoklaf.
Melakukan pengamatan terhadap media yang sudah dibuat.
DASAR TEORI
MEDIA
Pengertian dan Fungsi
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.
Bahan-bahan media pertumbuhan
1. Bahan dasar
air (H2O) sebagai pelarut
agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC.
gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau zat makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P, unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element.
Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organic atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
Vitamin-vitamin.
3. Bahan tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba nontarget/ kontaminan.
4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media
Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam
Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging sapi.
Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.
Macam-Macam Media Pertumbuhan
1. Medium berdasarkan sifat fisik
Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat.
Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.
Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
2. Medium berdasarkan komposisi
Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.
Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.
Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.
3. Medium berdasarkan tujuan
Media untuk isolasi. Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar.
Media selektif/penghambat. Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.
Media diperkaya (enrichment). Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll.
Media untuk peremajaan kultur. Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur
Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik. Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolism suatu mikroba. Contohnya adalah Koser's Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.
Media untuk karakterisasi bakteri. Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.
Media diferensial. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni.
B. STERILISASI
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas, gas-gas sperti formaldehyde, etilenoksida, atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia, dan oleh sinar gamma. Mikrooganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik melalui sentrifugasi kecepatan tinggi atau dengan filtrasi.
Sterilisasi secara fisik.
Selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperature tinggi dan tekanan tinggi, selama itu sterilisasi secara fisik dapat dilakukan. Cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan udara panas atau uap air panas dengan tekanan tinggi.
Dengan udara panas, digunakan alat yang dinamakan "bejana ruang panas" (oven) dengan temperature di dalamnya antara 170-180ºC. Waktu yang digunakan selama 2 jam. Cara ini umum digunakan untuk mensterilkan peralatan gelas (tabung, labu, botol, dsb).
Sterilisasi dengan uap-air panas dan tekanan tinggi, merupakan cara yang paling banyak digunakan, misalnya dengan penggunaan alat yang sudah dikenal dengan nama "autoklaf". Bejana ini mempunyai temperature uap 121ºC dengan tekanan 15lbs.
Sterilisasi secara kimia
Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai desinfektan antara lain larutan CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO dan sebagainya serta larutan alcohol dan campurannya. Beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%), dan KNO3 (10%) dapat dipergunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan dehidrasi pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula digunakan karena bersifat menghidrolisis sel mikroba.
Larutan KMnO4 (1%), dan HCl (1,1%) ternyata merupakan dseinfektan yang kuat karena dapat mengoksidasi substrat. Sedang yang paling banyak digunakan adalah larutan HgCl2 (0,1%). Hanya sayangnya senyawa ini sangat beracun dan sifatnya korosif, serta dapat merusak jaringan inang, dan mengendapkan protein. Juga larutan garam Cu (dari CuSO4) merupakan senyawa yang paling banyak digunakan sebagai algisida (pembasmi alga). Khlor dan senyawa khlor lainnya banyak dipergunakan sebagai desinfektan terutama pada tempat penyimpanan air. Khlor mempunyai daya membunuh mikroba dalam dua cara, yaitu:
a). Secara oksidasi (On)
b). Khlorinasi langsung terhadap protein sel
Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
Paelarut organik, seperti fenol
Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.
Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada Erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
Gambar 13. Prinsip Kerja AutoklafGambar 13. Prinsip Kerja Autoklaf
Gambar 13. Prinsip Kerja Autoklaf
Gambar 13. Prinsip Kerja Autoklaf
Saran-saran kerja aseptis :
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin terjamin kondisi aseptisnya
ALAT DAN BAHAN
Alat
No
Nama
Jumlah
1
Cawan petri
4
2
Tabung reaksi
6
3
Tabung ulir
1
4
Erlenmeyer
1
5
Gelas ukur
1
6
Pengaduk
1
7
Bunsen
1
8
Autoklaf
1
9
Magnetic stirrer
1
10
Rak tabung reaksi
1
11
Gelas beker
1
12
Pipet tetes
4
Bahan
No
Nama
Jumlah
1
Serbuk NA
Secukupnya
2
Serbuk NB
Secukupnya
3
Serbuk PDA
Secukupnya
4
Alumunium foil
Secukupnya
5
Kapas
Secukupnya
6
Aquades
Secukupnya
7
Karet gelang
Secukupnya
8
Karet label
Secukupnya
9
Alcohol 70%
Secukupnya
10
Korek api
Secukupnya
11
Kertas pembungkus
Secukupnya
12
Plastic tahan panas
Secukupnya
13
Tissue
Secukupnya
CARA KERJA
Pembuatan Nutrient Agar dan Nutrient Broth
Pembuatan Nutrient Agar
Menimbang NA bubuk sebanyak 3,5 gr menggunakan neraca analitis
Melarutkan bubuk NA dengan akuades sampai hampir memenuhi gelas beker besar
Menghomogenkan larutan NA dengan menggunakan magnetic stirrer
Memindahkan larutan NA ke dalam beberapa Erlenmeyer kemudian menutupnya dengan kapas dan alumunium foil
Memasukkan Erlenmeyer tersebut ke dalam plastic tahan panas dan diikat dengan karet gelang
Mensterilkan media dengan autoklaf selama ½ jam.
Pembuatan Nutrient Broth
Menimbang NB bubuk sebanyak 7gr menggunakan neraca analitis
Melarutkan bubuk NB dengan akuades sampai hampir memenuhi gelas beker besar
Memindahkan larutan NB ke dalam beberapa Erlenmeyer kemudian menutupnya dengan kapas dan alumunium foil
Memasukkan Erlenmeyer tersebut ke dalam plastic tahan panas dan diikat dengan karet gelang
Mensterilkan media dengan autoklaf selama ½ jam
Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
Menimbang PDA bubuk sebanyak 4 gr menggunakan neraca analitis
Melarutkan bubuk PDA dengan akuades sampai hampir memenuhi gelas beker besar
Menghomogenkan larutan PDA dengan menggunakan magnetic stirrer
Memindahkan larutan PDA ke dalam beberapa Erlenmeyer kemudian menutupnya dengan kapas dan alumunium foil
Memasukkan Erlenmeyer tersebut ke dalam plastic tahan panas dan diikat dengan karet gelang
Mensterilkan media dengan autoklaf selama ½ jam.
Sterilisasi Alat
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat media
Membungkus cawan petri dengan kertas buram lalu memasukkan ke dalam plastic diikat dan diikat dengan karet gelang
Menutup mulut tabung reaksi dengan kaps dan alumunium foil serta diikat dengan karet gelang.
Semua alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam plastic tahan panas
Memasukkan ke dalam autoklaf dengan penataan yang rapi
Mensterilkan alat dengan autoklaf selama 1 jam
Mengeluarkan alat dari autoklaf setelah suhu turun ditandai dengan bunyi alarm.
Sterilisasi Bahan
Semua media NA, NB dan PDA dimasukkan dalam Erlenmeyer dan disumbat dengan kapas, ditutup dengan alumunium foil dan diikat dengan karet gelang.
Erlenmeyer dimasukkan dalam plastic tahan panas
Erlenmeyer dimasukkan ke dalam autoklaf dan ditata rapi
Sterilisasi bahan di dalam autoklaf selama ½ jam dengan prosedur kerja seperti sterilisasi alat.
Pengamatan media
Setelah 5 hari dilakukan pengamatan media. Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengamati keadaan media apakah rusak atau tidak dan terjadi kontaminasi atau tidak. Mencatat hasill pengamatan ke dalam tabel data pengamatan.
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL II
ISOLASI MIKROORGANISME
TUJUAN:
Dapat mengisolasi untuk mendapatkan biakan murni dari suatu campuran dengan menggunakan cawan gores (penggoresan)
Mengamati dan membandingkan bakteri yang timbul dari hasil isolasi
Mengetahui cara melakukan isolasi dengan teknik cawam gores
DASAR TEORI
Populasi mikroorganisme yang ada di alam sekitar kita ini ssangatlah besar dan cukup kompleks. Beratus spesies mikroba menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang cukup basar. Sebagai contoh, sekali kita bersin dapat mnebarkan beribu- ribu mikroorganisme. Satu gram tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Alam di sekitar kita, baik itu tanah, air, maupunudara juga dihuni oleh kumpulan mikroorganisme.Penelitian yang layak mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spsies yang berbeda- beda yang bikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni in teerdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).
Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapng dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di linkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kkontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1990).
Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu (Dwidjoseputro, 1990) :
Degan pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus lactis dalampiraan murni yang diisolasi dari sampel susu Yang sudah masam.
Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan piaraan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.
Gambar 14 Metode pengenceran
2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
Gambar 15. Metode Tuang
Ada beberapa metode yang biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium diantaranya adalah (Lay, 1994) :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores
Gambar 15. Bentuk Alur Goresan pada Cawan Petri
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk mempeeroleh biakan koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel- sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang- kurangnyya satu di antara cawan – cawan tersebut mengandung koloni- koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi.
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan Isolasai Mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu (Admin, 2008) :
1) Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satusel.
Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (50oC), yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalamcawan.
2) Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3) Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
ALAT DAN BAHAN
Alat
- cawan petri
– Bunsen
Enkas
Ikubator
Ose
Mikropipet
Autoklaf
Tabung reaksi
Erlenmeyer
Bahan
Biakan Escherichia coli, Biakan Bacillus subtilis, Biakan Aspergillus niger, medium nutrient agar padat, Medium NB cair, Medium PDNA, Aquadest, Spiritus, alkohol, swab dan korek api.
CARA KERJA
Isolasi mikroorganisme dari substrak cair
Cawan petri yang berisi medium NA diberi label masing- masing sesuai perlakuan. Lalu memasukkannya kedalam enkas atau didekatkan Bunsen bersama dengan Biakan Escherichia coli, Bacillus subtilis.
Sebelum melakukan pengerjaan dalam enkas atau di dekat bunsen, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
Mengambil masing- masing biakan bakteri dengan menggunakan mikropipet sebanyak 0,1 mL, lalu diratakan pada permukaan medium dengan menggunakan batang L atau digoyang halus.
Melidahapikan mulut/ pinggir cawan petri dengan maksud agar bakteri yang melekat mati
Kemudian membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas lalu menginkubasi ke dalam inkubator selama 24- 48 jam. Mengamti koloni yang tumbuh.
Isolasi Bakteri dari Ekstrak Padat pada Agar miring
4 buah tabung reaksi yang masinng- masing berisi 2 medium NA dan 2 Medium PDA agar miring disiapkan dan dimasukkan ke dalam enkas atau diletakkan di dekat Bunsen yang menyala, setelah diberi label.
Sebelum melakukan pengerjaan inokulasi, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
Dengan menguunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan masing- masing digoreskan secara zig- zag pada medium agar miring lalu di tututp
Membungkus tabung reaksi dengan kertas dan menginkubasinya selama 24- 72 jam dan mengamati masing- masing perbedaannya
Isolasi Bakteri dari Ekstrak Padat pada Agar cawan
4 buah cawan petri yang masinng- masing berisi 2 medium NA dan 2 Medium PDA disiapkan dan dimasukkan ke dalam enkas atau diletakkan di dekat Bunsen yang menyala, setelah diberi label.
Sebelum melakukan pengerjaan inokulasi, terlebih dahulu mensterilkan tangan dengan mengunakan alkohol 70%.
Dengan menguunakan ose bulat, mengambil biakan bakteri dan masing- masing digoreskan secara zig- zag pada medium agar cawan lalu di tututp
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL III
ENUMERASI
TUJUAN
Melakukan percobaan perhitungan jumlah sel melalui metode Colony Unit Form (CFU)
Mengetahui enumerasi dengan cara pengenceran
Menghitung jumlah sel bakteri pada air sampel
Membandingkan jumlah sel bakteri pda setiap air sampel
Mengetahui air yang paling bersih dan yang paling buruk dari air sampel.
DASAR TEORI
Penghitungan jumlah bakteri dengan metode Plate Count (hitungan cawan)
Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU's) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut "
- Satu koloni dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
- Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
- Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
- Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung.
- Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Cara menghitung sel relatif / CFU's per ml
CFU's / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran
Misal : penanaman dilakukan dari tabung pengenceran 10 -6 dengan
metode Spread Plate dan Pour Plate.
Prosedur perhitungan jumlah bakteri dengan metode Plate Count.
Lakukan preparasi suspensi kepada sampel terlebih dahulu (swab, maserasi dan rinse) (jika perlu).
Masukkan sampel ke tabung berisi 9 ml akuades untuk pengenceran pertama, selanjutnya diencerkan sampai tingkat pengenceran (misalnya sampai 10-8) tertentu.
Dari 3 pengenceran terakhir diplating (ditanam) ke media NA (Nutrien Agar) atau PCA (Plate Count Agar) sebanyak dua kali tiap pengenceran (duplo). Plating dapat secara Spread Plate atau Pour Plate. Jika secara Spread Plate, dapat digunakan batang L atau glass beads.
Inkubasi pada suhu 30º C selama 1-2 x 24 jam.
Setelah tumbuh, koloni dihitung dengan persyaratan yang telah diuraikan di depan. Penghitungan koloni pada cawan sebaiknya dibuat transek atau dibagi-bagi jika koloni yang tumbuh terlalu banyak. Transek dibuat dengan spidol/marker di bagian bawah cawan petri. Pola transek dapat dibuat bervariasi, tergantung kebutuhan. Penghitungan akan lebih mudah bila memakai Coloni Counter.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat
Jumlah
Bunsen
1
Gelas ukur
1
Tabung reaksi
8
Rak tabung reaksi
1
Pipet mikro
1
Cawan petri
4
Segitiga perata
1
Incubator
1
Lemari pendingin
1
Bahan
Bahan
Jumlah
Alcohol 70%
Secukupnya
Kertas buram
4 lembar
Media NA
4 buah cawan petri
Korek Api
Secukupnya
Kertas label
Secukupnya
Air sampel
1 ml
CARA KERJA
Mensterilkan tempat praktikum dan kedua tangan praktikan dengan alcohol 70%
Menyiapkan air sampel yang digunakan serta media NA
Mengencerkan air sampel sampai tingkat konsentrasi mencapai 10-6 dan 10-8 dengan menggunakan aquades.
Mengambil media NA yang telah disiapkan, kemudian mendekatkan dengan bunsen dan diputar-putar.
Mengambil 1 ml air sample dengan pipet mikro, kemudian meneteskan ke dalam media NA dalam kondisi dekat dengan api bunsen
Meratakan dengan menggunakan segitiga perata yangs ebelumnya dimasukkan ke dalam alcohol 70% agar steril.
Melakukan hal yang sama untuk pengenceran 10-8,
Membungkus cawan petri dengan menggunakan kertas buram dan diberi label pada pembungkus kertas.
Masukkan ke dalam incubator selama 24 jam
Kemudian memasukkan ke dalam lemari pendingin dan melakukan pengamatan menghitung jumlah koloni bakteri selama 4 hari berturut-turut.
Bandingkan sample terbaik dan terburuk.
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL IV
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
TUJUAN
Mengetahui pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Mengetahui pengaruh pemberian antbiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Membandingkan pertumbuhan koloni pada lingkungan yang berbeda
DASAR TEORI
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Berdasarkan suhu optimum untuk pertumbuhan maka dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu: 1. psikrofilik(0-200C),
2. mesofilik Mesofilik (20-300C),
3. termofilik (50-1000C).
Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan kehidupan mikroorganisme, pengaruh suhu berhubungan dengan aktivitas enzim. Suhu rendah menyebabkan aktiivtas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi protein enzim.
Cara Kerja :
8x2 tabung yang berisi Nutrient Broth untuk
suhu inkubasi 50C, 250C, 370C, dan 500C dan
mikroorganisma yang berbeda (E.coli dan
Bacillus sp.) diberi label . Setelah diinokulasi
dengan bekteri yang berbeda, diinkubasi sesuai
suhu yang tertera
setelah ditumbuhkan selama 48 jam,
bandingkan derajat kekeruhannya.
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorgansime
pH berpengaruh terhadap sel dengan mempengaruhi metabolisme, pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik pada pH netral (7,0). Berdasarkan nilai pH yang dibutuhkan untuk kehidupannya dikenal 3 kelompok mikroorganisme yaitu :
Acidofilik,
Mesofilik/Neutrofilik dan
Basofilik
Cara Kerja :
Buatlah tabung reaksi berisi NB dan atur pH-nya (pH 3, 7 dan 9) masing-masing 2 tabung untuk tiap nilai pH
Labeli dengan nama bakteri yang akan diinokulasikan
Inokulasi tiap tabung dengan Bacillus sp dan E.coli lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 48 jam
Amati perbedaan kekeruhan pada tiap nilai pH
Pengaruh Antiobiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Konsentrasi
Waktu terpapar
Jenis mikroba
Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat mikroba hidup
Pengertian dan Jenis Antibiotik
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Antibiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal antibiotic macrolide, antimikroba peptida. Adapun penamaannya biasanya berdasarkan gugus kimiawinya ataupun mikroorganisma produsernya, misalnya:
ragam antibakteria:
Penicillin dan cephalosporin
Erythromycine
Sulfa drugs
Trimethoprim dan sulfamethoxazole
Polymyxin B
Quinolone
Tetracycline
Antifungi :
Nystatin
Azoles
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
Menghambat dsintesis dinding sel
Merusak permeabilitas membran sel.
Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)
Menghambat sintesis protein (proses translasi).
Menghambat replikasi DNA.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.
Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
- Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik.
- pH medium
Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer :
Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekan kapas ke sisi tabung agar air tiris
Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secara merata
Biarkan cawan selama 5 menit
Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu.
Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram pada permukaan agar.
Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di permukaan agar.
Inkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48 jam.
Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan table sensitivitas antibiotik.
Cara menginterpretasikan :
Ukur diameter zona hambat (zona jernih). Misal didapatkan zona hambat suatu bakteri berdiameter 26 mm untuk Eryhtromycin.
Maka interpretasinya adalah bakteri tersebut peka terhadap antibiotic Eryhtromycin.
Resistent : tahan
Intermediate : medium
Susceptible : peka
ALAT DAN BAHAN
Alat
Nama
Jumlah
Cawan petri
7
Jarum ose
1
Bunsen
1
Incubator
1
Kulkas
1
Bahan
Nama
Jumlah
Medium NA kondisi asam, basa dan netral
Secukupnya
Bakteri Bacillus sp
Secukupnya
Bakteri E.Coli
Secukupnya
Kertas buram
Secukupnya
Kertas label
Secukupnya
Korek api
Secukupnya
Antibiotic
Secukupnya
Alcohol 70%
Secukupnya
CARA KERJA
Pengaruh Suhu
Menyiapkan 3 cawan petri yang berisi medium NA dengan PH netral
Menginokulasi bakteri Bacillus sp pada masing-masing media
Membungkus media dengan kertas buram
Melabeli masing-masing cawan petri sesuai dengan suhu
Menempatkan masing-masing cawan petri tsb pada suhu yang berbeda yaitu suhu panas, dingin dan kamar
Mengamati pertumbuhan bakteri setiap hari selama 3 hari
Mencatat dan menggambarkan hasil pada laporan sementara
Pengaruh PH
Menyiapkan 3 cawan petri yang berisi medium NA dengan pH netral (7), pH asam (4) dan pH basa (9)
Menginokulasi bakteri Bacillus sp pada masing-masing media
Membungkus media dengan kertas buram
Melabeli masing-masing cawan petri sesuai dengan pH
Menempatkan masing-masing cawan petri tsb pada suhu kamar
Mengamati pertumbuhan bakteri setiap hari selama 3 hari
Mencatat dan menggambarkan hasil pada laporan sementara
Pengaruh antibiotic
Menyiapkan 1 cawan petri yang berisi medium NA dengan PH netral
Menginokulasi bakteri Bacillus sp pada masing-masing media
Menempatkan antibiotic pada goresan bakteri
Membungkus media dengan kertas buram
Melabeli masing-masing cawan petri sesuai dengan suhu
Menempatkan masing-masing cawan petri tsb pada suhu yang berbeda yaitu suhu panas, dingin dan kamar
Mengamati pertumbuhan bakteri setiap hari selama 3 hari
Mencatat dan menggambarkan hasil pada laporan sementara
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL V
KOLOM WINOGRADSKY
TUJUAN
Mengamati dan menjelaskan perubahan warna dan stratifikasi pada kolom winogradsky.
Mengetahui jenis-jenis mikroorganisme yang mampu hidup di setiap lapisan winogradsky.
DASAR TEORI
Salah satu kelompok makhluk hidup di atas yang penting dalam pembuatan produk primer dan berperan dalam decomposer senyawa organic dan anorganik adalah bakteri. Bakteri yang biasa ditemukan dalam lingkungan akuatik dimana dalam kondisi an aerobic dan cahaya adalah bakteri fotosintetik, ungu dan hijau. Bakteri fotosintetik mampu mendekomposisi senyawa senyawa organic dengan bantuan sinar matahari menjadi O2, H2 dan senyawa organic sederhana di mana senyawa organic ini mampu menyediakan sumber karbon untuk flora sekunder dari bakteri pereduksi sulfur. Bakteri pereduksi sulfur selama respirasi anaerob akan menghasilkan H2S dan CasO4 yang disuplementasi. H2S yang terbentuk merupakan sumber tenaga pereduksi bagi bakteri fotosintetik sulfur jika tumbuh dalam kondisi ada cahaya. Salah satu cara yang dikembangkan dalam mempelajari bakteri fotosintetik adalah kolom Winogradsky (19880. Kolom ini merupakan kultur yang terdiri bahan tanaman dan lapisan-lapisan lumpur yang digenangi air.
Penerapan hasil metaboliisme tersebut berhasil dibuktikan oleh Winogradsky dengan kolom yang terdiri dari beberapa zone dengan habitat dan lingkungan yang terkendali.
Zona anaerobikZona anaerobikTumbuh bakteri non sulfur anaerobTumbuh bakteri non sulfur anaerobTumbuh bakteri non sulfur fotosintetik (pirang)Tumbuh bakteri non sulfur fotosintetik (pirang)Zona mikroaerobikZona mikroaerobikZona aerobikZona aerobik
Zona anaerobik
Zona anaerobik
Tumbuh bakteri non sulfur anaerob
Tumbuh bakteri non sulfur anaerob
Tumbuh bakteri non sulfur fotosintetik (pirang)
Tumbuh bakteri non sulfur fotosintetik (pirang)
Zona mikroaerobik
Zona mikroaerobik
Zona aerobik
Zona aerobik
Pengaturan ke dalam bentuk sampel ke dalam wadah yang bersih di campur air dan disegel. Proses seleksi alam terhadap pertumbuhan mikroorganisme fotosintetik selalu stabil dan didalamnya dengan sedikit O2 sampai terdapat banyak racun. Kebanyakan dari berbagai macam spesies terjadi pola tingkat level yang berbeda pada kolom. Interaksi dan hubungan timbale balik antara spesies yang berbeda mungkin dapat dilihat. Gambaran kuadran O2 dalam suatu percobaan Winogradsky yaitu:
Daerah bebas O2Daerah bebas O22H2Haerobaerob
Daerah bebas O2
Daerah bebas O2
2H
2H
aerob
aerob
Daerah pengurangan O2Daerah pengurangan O2O2 dan-2H akseptor selain O2O2 dan-2H akseptor selain O2fakultatiffakultatif
Daerah pengurangan O2
Daerah pengurangan O2
O2 dan-2H akseptor selain O2
O2 dan-2H akseptor selain O2
fakultatif
fakultatif
Daerah terbatas O2Daerah terbatas O2-2H akseptor selain O2-2H akseptor selain O2anaerobanaerob
Daerah terbatas O2
Daerah terbatas O2
-2H akseptor selain O2
-2H akseptor selain O2
anaerob
anaerob
Agar mikrobia dapat bertahan hidup selama masa pembiakan maka harus ditaruh dalam lingkungan yang berair. Hal ini disebabkan karena kebanyakan bakteri akan segera mati bila tidak tersedia kelembaban yang memadai.
Berdasasrkan keberadaannya dalam tanah, Winogradsky membaginya dalam dua kelompok besar yaitu: (1) mikrobia otokton (autochtonous), yakni mikrobia setempat atau pribumi (indigenous) pada tanah-tanah tertentu dan bersifat endemik, contohnya Azospirilium halopraeferen yang selalu ditemukan di tanah salin, (2) mikrobia zymogen, yaitu mikrobia yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh adanya perlakuan khusus seperti penambahan pupuk, bahan organic dan pengelolaan tanah. Selain itu dikenal juga (3) mikrobia transien, yaitu mikrobia yang keberadaannya di dalam tanah bersifat sebagai penetap sementara. Mikrobia transien umumnya merupakan mikrobia yang diintrodusir ke dalam tanah baik sengaja maupun tidak disengaja. Mikrobia ini kemungkinan juga bertahan untuk sementara waktu di dalam tanah
BAHAN DAN ALAT
Bahan:
Pasir laut
Pasir sungai
Lumpur
Air laut
Air Sumur
Alumunium foil
Kuning Telur
CaCO3
Kertas Koran
Kertas label
Alat:
Kolom Winogradsky
Gelas Beker
Penggaris
Pengaduk
Timbangan analitik
CARA KERJA
Menyiapkan dua buah kolom Winogradsky.
Tabung pertama diisi dengan campuran pasir pantai dengan 2 gram CaCO3 dan satu kuning telur.
Tabung kedua diisi dengan campuran lumpur sungai dengan 2 gram CaCO3 dan satu kuning telur.
Campuran tersebut dimasukkan dan dipadatkan hingga tidak ada rongga udara dengan tinggi 5 cm.
Kertas koran dipotong-potong dibasahi dengan air hingga menjadi bubur koran dan dimasukkan ke dalam tabung, lalu dipadatkan hingga tidak ada rongga udara dengan tinggi 3 cm.
Pasir laut dimasukkan ke dalam tabung dengan hati-hati melalui dinding tabung hingga tingginya 12 cm.
Tabung ditutup dengan rapat menggunakan alumunium foil.
Tabung ditempatkan pada tempat yang cukup mendapat sinar matahari.
Diamati setiap seminggu selama 3 minggu.
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL VI
PEMBUATAN NATA
TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan nata dari berbagai substrat
Mengukur tebal nata pada berbagai macam substrat
Membandingkan tebal nata pada berbagai macam substrat
DASAR TEORI
Nata merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantupencernaan.
Kadungan kalori yang rendah pada Nata merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.
Nata dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Pemeliharaan Kultur Murni Acetobacter xylinum
Biakan atau kultur murni Acetobacter xylinum yang diperoleh ditumbuhkan pada media Hassid Barker. Koleksi kultur dapat dalam bentuk kering beku dalam ampul, maupun dalam bentuk goresan dalam agar miring (slant agar). Koleksi kultur dalam bentuk kering beku dalam ampul dapat bertahan hidup bertahun-tahun tanpa peremajaan. Sedangkan koleksi kultur dalam agar miring perlu peremajaan setiap 2-3 bulan. Kebanyakan koleksi kultur pemeliharaannya dengan cara peremajaan dilakukan pada media agar miring.
Pemeliharaan koleksi kultur yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara: pembuatan media Hassid Barker Agar (HBA) dalam tabung reaksi dan peremajaan kultur setiap 2-3 bulan. Komposisi media HBA adalah sebagai berikut: sukrosa 10%, (NH4)2SO4 0,6 g/L, K2HPO4 5,0 g/L, ekstrak khamir 2,5 g/L 2 % asam asetat glasial, agar difco 15 g/L . Media HBA dimasukkan kedalam tabung reaksi dan disterilkan dalam autoclave 121 oC, 2 atm, selama 15 menit. Media dalam tabung reaksi masih panas diletakkan mring hingga membeku untuk menghasilkan media agar miring. Peremajaan dapat dilakukan dengan cara menggoreskan 1 ose kultur kedalam media agar miring yang telah dipersiapkan. Kutur baru diinkubasi pada suhu kamar, selama 2-3 hari. Kultur akan tumbuh pada media HBA miring dengan bentuk sesuai alur goresan. Kultur yang terlah diremajakan siap untuk kultur kerja, dan sebagian disimpan untuk kultur simpan atau kultur stok (Stock Culture).
Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan Nata. Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata dengan bahan baku air kelapa atau sari buah yang lain ádalah sebagai berikut; air kelapa atau sari buah yang lain disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Ke dalam substrat ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter substrat bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25% (16 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit (atau didihkan selama 15 menit).
Penyiapan Starter
Starter adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum mencapai karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam (2 hari).
Penyiapan starter adalah sebagai berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira suhu 40 oC, sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi (ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm (secara manual digojog setiap 2-4 jam). Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar.
Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa/Nata ), baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.
Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen.
ALAT DAN BAHAN
Bahan:
Biakan Acetobacter xilinum
Gula pasir
Urea
Substrat (air kelapa, air siwalan, air jambu, air nanas, ampas tahu, air leri, aloe vera, dll)
Air
Karet gelang
Kertas label
Asam cuka
Ekastrak tauge
Alat:
Kompor
Panic+tutup
Pengaduk
Toples+tutup
Saringan
Wadah
Blender
Pisau
Gelas ukur
Selotipe besar
CARA KERJA
Substrat buah masing-masing bahan dikupas, dibersihkan, dipotong-potong dan dimasukkan dalam blender lalu dihaluskan kemudian ditambahkan sedikit air agar cepat halus.
Substrat disaring sehingga diperoleh substrat yang tidak berampas.
Substrat masing-masing bahan diambil 500 ml dimasukkan ke dalam panci kemudian direbus dan ditambahkan 50 gr gula pasir 50 ml sari tauge.
Substrat yang telah mendidih dituang dalam wadah.
Setelah dingin ditambahkan cuka 15 ml dan ditambahkan 50 ml Acetobacter xilinum sambil diaduk-aduk.
Memasukkan campuran tersebut ke dalam toples dan ditutup rapat dengan penutup dan selotip.
Disimpan + 1 bulan pada suhu 20-25 C.
Setelah 1 bulan diamati dan diukur tebal nata yang terbentuk
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL VIII
PEMBUATAN YOGURT
TUJUAN
Mengetahui cara pembuatan yoghurt berbahan dasar susu skim dengan campuran bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophylus.
Menguji kualitas produk yoghurt dengan uji organoleptik.
Mengetahui tingkat keasaman (pH) yoghurt selama masa penyimpanan serta mengetahui kadar asam laktat selama masa penyimpanan.
DASAR TEORI
Yogurt Berbahan Dasar Susu
Susu dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai substrat pertumbuhannya. Aktivitas mikroorganisme menyebabkan terjadinya perubahan pada susu baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Yoghurt merupakan salah satu produk olahan susu dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang dikenal dengan istilah fermentasi. Tujuan dari proses fermentasi adalah memperpanjang umur simpan, penganekragaman produk, meningkatkan nilai gizi dan daya cerna, dan menghasilkan kartakteristik rasa, aroma, dan tekstur yang diinginkan serta menguntungkan bagi kesehatan. Dalam industri persusuan, susu yang difermentasi dihasilkan dengan cara menginokulasikan susu yang telah dipasteurisasi dengan suatu biakan mikroorganisme yang diketahui, yang kadang-kadang disebut starter kultur yang dapat diandalkan untuk menghasilkan fermentasi yang dikehendaki sehingga menjamin dihasilkannya produk yang baik dan seragam (Pelczar dan Chan, 1988).
Yogurt merupakan salah satu produk olahan susu fermentasi yang memiliki tingkat nutrisi yang tinggi. Hasil olahan susu ini berbentuk seperti bubur yang kental, dan biasanya dibuat dari bahan dasar susu segar maupun susu skim yang tanpa lemak. Starter yang digunakan adalah bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan perbandingan yang sama. Karena digunakan bakteri laktat yang mampu memproduksi asam laktat, maka produk yang terbentuk berupa susu yang menggumpal dengan rasa masam dan mempunyai cita rasa yang khas.
Yoghurt sangat bermanfaat bagi kesehatan diantaranya dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan. Manfaat yang terakhir ini dikarenakan yoghurt mengandung bakteri hidup sebagai probiotik dari makanan yang menguntungkan bagi mikroflora dalam saluran pencernaan. Selain itu mengkonsumsi yoghurt membolehkan seseorang yang menderita kelainan lactoce intolerence seolah mampu mengkonsumsi susu (McLean, 1993). Lactoce intolerance adalah suatu kelainan dari seseorang yang akan diare setiap minum susu dikarenakan memiliki kekurangan laktosa dalam usus kecilnya. Laktosa adalah enzim yang tersebar pada laktosa disakarida di dalam glukosa dan galaktose. Jika terdapat laktosa tidak dikenal atau tidak diketahui, maka laktosa yang dicerna dalam usus tetap tinggal pada usus dan sebagai hasil dari osmosis, air bergerak ke usus dan menyebabkan diare. Pada yoghurt laktosanya telah difermentasikan ke dalam bentuk asam laktat di mana setiap orang memiliki enzim untuk mencernanya (Ginting dan Elgustri, 2005).
Gambar 16. Yogurt siap konsumsi.
Berdasarkan komposisinya, yogurt dibedakan menjadi yogurt berkadar lemak penuh dengan kandungan lemak diatas 3%, yogurt berkadar lemak medium dengan kandungan lemak 0,5-3%, dan yogurt berkadar lemak rendah bila kandungan lemaknya kurang dari 0,5% (Noorkomalasari, 2009).
Berdasar metode pembuatannya, jenis yogurt dibagi menjadi dua, yaitu set yogurt dan stirred yogurt. Bila fermentasi atau inkubasi susu dilakukan dalam kemasan kecil sehingga gumpalan susu yang terbentuk tetap utuh dan tidak berubah sewaktu didinginkan atau sampai siap dikonsumsi disebut set yogurt. Sedangkan stirred yogurt adalah adalah yogurt yang difermentasi dalam kemasan besar, ketika dikemas dalam wadah yang lebih kecil gumpalan susu akan pecah sebelum pengemasan atau pendinginan selesai.
Berdasarkan cita rasanya, yogurt dibedakan menjadi yogurt alami atau sederhana dan yogurt buah. Yogurt alami yaitu yogurt yang tidak ditambah cita rasa sehingga asamnya tajam. Sedangkan yogurt buah adalah yogurt yang ditambah dengan komponen cita rasa lain spserti buah-buahan, sari buah, flavor sintetik dan zat pewarna.
Pada pembuatan yoghurt dilakukan proses fermentasi dengan memanfaatkan bakteri asam laktat misalnya dari golongan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcuc thermophilus. Streptococcus thermophilus berkembang biak lebih cepat dan menghasilkan baik asam maupun CO2. Asam dan CO2 yang dihasilkan tersebut kemudian merangsang pertumbuhan dari Lactobacillus bulgaricus. Di sisi lain, aktivitas proteolitik dari Lactobacillus bulgaricus memproduksi peptida penstimulasi dan asam amino untuk dapat dipakai oleh Sreptococcus thermophilus. Mikroorganisma ini sepenuhnya bertanggung jawab atas pembentukan tekstur dan rasa yoghurt (Goff, 2003). Temperatur memegang peranan penting bagi pertumbuhan bakteri. Dalam pengembangbiakannya dengan cara membelah diri, bakteri memerlukan temperatur dan keadaan lingkungan tertentu sehingga daur hidupnya dapat terus berjalan. Menurut Eckles (1980) pengaruh temperatur terhadap mikroorganisma dapat digolongkan 3 bagian yaitu temperature rendah yaitu di bawah 10°C, biasanya pertumbuhan mikroorganisma menjadi lambat pada temperatur ini. Temperatur sedang yaitu 10 – 43°C. Diantara susu ini akan didapati suhu optimum bagi organisme secara mayoritas. Temperatur tinggi yaitu di atas 43°C. Kebanyakan mikroorganisma mati pada temperatur sekitar dan di atas 60°C.
CARA KERJA
Pembuatan Yogurt
Pembuatan yogurt dengan menggunakan dua jenis starter bakteri yaitu: Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus thermophyllus. Masing-masing starter bakteri akan diujicobakan pada bahan dasar susu yang berbeda, diantaranya: susu sapi segar, susu skim, susu full krim, dan susu kambing. Langkah-langkah pembuatan yogurt mengacu metode yang dilakukan oleh Ginting (2005) yaitu:
(1) Persiapan bahan dasar susu
Siapkan bahan-bahan dasar susu, dan bahan tambahan berupa: gula, perisa buah, dan penstabil berupa gelatin. Susu yang berupa susu segar dilakukan pasteurisasi selama 30 menit dengan sushu 60-70 °C agar lebih kental atau lebih pekat, sedangkan pada susu skim dapat dilarutkan dengan sedikit air dengan perbandingan susu dan air sebesar 1 : 20. Sedangkan pada susu kental manis bisa ditambahkan susu skim agar lebih pekat.
(2) Pembuatan Starter
Siapkan inokulum berupa Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus thermophyllus yang masing-masing dibiakkan dalam media susu secara terpisah dan inkubasi selama 18 jam, kemudian dicampur dengan perbandingan 1: 1 ketika akan digunakan.
(3) Pembuatan yogurt.
Bahan dasar susu sebelum diinokulasikan dengan starter harus dipanaskan selama 30 menit pada suhu 85°C, hal ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri lain yang hidup dalam susu agar tidak mengganggu pertumbuhan bakteri asam laktat, selain itu juga menguapkan kadar air dalam susu agar lebih kental. Setelah dipasteurisasi, starter ditambahkan sebanyak 2- 5% dari bahan dasar susu yang digunakan. Inkubasi atau fermentasi yogurt pada suhu 37°C selama 15 jam dalam keadaan tertutup rapat, setelah 15 jam keluarkan dari ikubator dan simpan dalam lemari pendingin. Selama inkubasi, susu akan mengalami penggumpalan disebabkan karena penurunan pH akibat dari aktivitas bakteri asam laktat. Selama masa inkubasi juga akan terjadi perubahan flavor karena terbentuk asam laktat, asetal dehid, asam asetat dan diasetil.
(4) Penyimpanan starter
Starter atau bibit yogurt terdiri dari biakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptoccus thermophillus. Pembuatan bibit untuk yogurt dilakukan secara bertahap. Pertama, kedua kultur bakteri tersebut dibiakkan dalam susu secara terpisah. Untuk mempertahankan ketersediaan masing-masing bibit harus dipindahkan ke dalam medium susu yang baru secara berkala atau kultur tersebut dikeringbekukan.
(5) Pengamatan kualitas yogurt.
Setelah diikubasi, akan terbentuk gumpalan asam susu yang disebut yogurt. Dari masing-masing jenis bahan dasar susu untuk yogurt, masing-masing diuji bagaimana warna, tekstur, rasa (uji organoleptik), dan uji mikrobiologi (mengetahui aktivitas bakteri pada level temperature tertentu).
ALAT DAN BAHAN
BAHAN
· Susu sapi segar sebanyak satu liter
· Biakan murni bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.
Alat
· Panci email
· Kompor atau alat pemanas lainnya
· pH meter atau kerta pH
· Panci penangas
· Erlenmeyer 500 ml
· Thermometer
· Pengaduk kaca
· Gelas ukur
· Kertas alumunium foil
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL IX
HIDROLISIS PATI DAN SKIM
TUJUAN
Mengetahui indeks amilolitik pada media agar + pati dan indeks proteolitik pada media agar + skim Bacillus sp dan E. Coli
Membandingkan kemampuan Bacillus sp dan E. Coli dalam menghidrolisis pati dan skim
Membuktikan bahwa bakteri mampu menghidrolisis pati dan skim
DASAR TEORI
Hidrolisis adalah proses penguraian molekul dengan penambahan air. Beberapa mikroorganisme dapat menyesuaikan diri dengan lingkunganya yang kaya akan molekul kompleks dengan cara mensekresikan enzim yang disebut co-enzim.
Hidrolisis Pati
Salah satu polisakarida yang dapat dihidrolisis oleh mikroorganisme adalah pati. Hidrolisis pati memeliki hasil akhir berupa dekstrin. Terjadinya hidrolisis pati disebabkan oleh adanya enzim amylase pada mikroorganisme. Akan tetapi, tidak semua mikroorganisme memiliki amylase. Dengan demikian, hidrolisis ini dapat sebagai karakteristik dan dapat dipakai dalam identifikasi (Slamet, 2000 : 15)
Ratna (1999: 143) menambahkan bahwa larutan iodine garam adalah indicator pati. Bila medium yang mengandung pati diberi larutan iodine, maka tempat-tempat yang mengandung pati akan terlihat jernih.
Hidrolisis Kasein (protein)
Kasein adalah protein pokok pada suatu susu yang merupakan suspense koloid yang menyebabkan susu terlihat putih mengkilap. Hans (1999 : 20) menambahkan bahwa pengukuran terhadap garis tengah, lebar akan diperoleh volume. Volume atau berat jenis jasad renik digunakan dalam proses industri. Selain itu jahad renik tadi dipakai pula untuk medianya.
Uji Amilolitik
Amilum adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas polimer glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik. Degradasi amilum membutuhkan enzim amilase yang akan memecah/menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan selanjutnya menjadi maltosa.
Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel. Indikator yang dipakai pada uji amilolitik adalah iodine. Amilum akanbereaksi dengan iodine membentuk warna biru hitam yang terlihat pada media. Prosedur di bawah ini menunjukkan aktivitas amilase. NA yang tersuspensi pati digunakan sebagai media. Indikator yang dipakai adalah iodine. Amilum akan bereaksi dengan iodine membentuk komplex warna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru hitam terjadi jika iodine masuk ke dalam bagian kosong pada amilum yang berbentuk spiral.
Indeks Amilolitik (IA) = Diameter zona bening
Diameter zona koloni
Uji proteolitik
Uji proteolitik ditujukan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme menghasilkan enzim protease. Pada praktikum ini protein yang digunakan dalam bentuk kasein susu. Hidrolisis kasein secara bertahap akan menghasilkan monomernya berupa asam amino. Proses ini dinamakan peptonisasi atau proteolisis.
Indeks Proteolitik (IP) = Diameter zona bening
Diameter zona koloni
ALAT DAN BAHAN
ALAT
No
Nama
Jumlah
1.
Cawan petri
4 buah
2.
Bunsen
1 buah
3.
Jarum ose
1 buah
4.
Penggaris
1 buah
5.
Simbol
1 buah
BAHAN
No
Nama
Jumlah
1
Media NA + Pati
2 buah
2
Media NA + Skim
2 buah
3
Biakan Bakteri E. coli
1 buah
4
Biakan Bakteri Bacillus sp
1 buah
5
Alkohol
Secukupnya
6
Kertas Label
Secukupnya
7
Korek api
Secukupnya
8
Kertas buram
4 buah
CARA KERJA
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Menyemprotkan alcohol 70% pada tangan praktikan dan meja praktikum agar berada dalam kondisi steril
Menyalakan api Bunsen dan menjaga kondisi ruangan
Mengambil cawan petri yang berisi media dan membaginya menjadi 4 kuadran
Melakukan inokulasi bakteri biakan di setiap kuadran dengan metode titik dengan benar dan steril
Membungkus cawan petri dengan kertas buram dengan posisi terbalik
Menyimpan petri di ruangan yang steril pada suhu ruang
Setelah 2 hari, melihat perkembanganya dan dihitung diameter zona bening dan zona koloni bakteri pada tiap kuadran untuk mendapatkan indeks proteolitik dan amilolitik selama 3 hari berturut-turut
Mencatat dalam tabel data pengamatan
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)
JUDUL X
PEWARNAAN PADA SEL BAKTERI
TUJUAN
Untuk mengamati morfologi bakteri melalui pewarnaan sederhana dan pewarnaan gram.
DASAR TEORI
Bakteri merupakan organism yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjang hingga 10 mikron (1 mikron = 10-3). Hal ini berarti bahwa jasad renik sangat tipis sehingga dapat tembus cahaya. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Untuk melihat bakteridengan jelas, permukaan selnya perlu diisi dengan warna, pewarnaan ini disebut dengan pewarnaan bakteri.
Pewarnaan bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi di pertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Terdapat dua macam zat warna yang sering dipakai, yaitu:
Zat warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk garam natrium.
Zat warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam bentuk klorida.
Untuk mendapatkan hasil pengewarnaan yang lebih baik, tidak jarang diperlukan bahan penolong, yang biasanya disebut pemantek (mordant). Bahan yang sering digunakan sebagai pemantek diantaranya: ammonium oksalat, fenol, asam tanat, garam alumunium, besi, timah, krom, dll.
Pengewarnaan Sederhana
Tujuan pengewarnaan ini adalah untuk membedakan bakteri dari benda-benda mati lain yang bukan bakteri dan untuk melihat bentuk dan ukurannya. Larutan warna hanya terdiri dari satu bahan warna yang dilarutkan dalam suatu pelarut. Bahan yang banyak dipakai untuk keperluan ini adalah karbol fuksin, Kristal violet dan methylen Blue.
Pengewarnaan diferensial
Untuk pengewarnaan ini digunakan lebih dari satu macam bahan warna. Dengan cara ini bahan-bahan warna yang dipakai ada kalanya terpisah atau tercampur dan digunakan dalam satu larutan. Dua macam pengecatan yang terpenting dari golongan ini adalah pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam.
Sediaan (preparat) untuk proses pewarnaan dibuat sebagai berikut:
Kaca objek dibersihkan, sehingga bebas lemak.
Pada bagian ujung kaca objek diberi tanda, sebaiknya di sebelah permukaan yang tidak dicat.
Dengan ose dibuat goresan tipis pada permukaan yang telah dibersihkan.
Goresan dikeringkan di udara atau dengan hawa hangat dari api gas.
Fiksasi dilakukan dengan cara menyentuhkan permukaan kaca objek tiga kali berturu-turut pada ujung api Bunsen.
Setelah didinginkan preparat sudah siap untuk dicat.
Yang dimaksud dengan fiksasi adalah meletakkan bakteri pada kaca objek, mamatikan bakteri dengan cepat agar sifat-sifatnya tidak banyak berubah. Fiksasi harus dilakukan setelah preparat kering.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan pewarnaan ini goresan tipis bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol kristal violet, karbol metal violet) dan didiamkan beberapa saat, kemudian disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang agak lama. Sampai tingkat pewarnaan ini selesai, semua sel bakteri akan berwarna ungu.
Selajutnya preparat didekolorisasi dengan alcohol atau campuran alcohol atau aseton sampai semua zat warna tampak launtur dari film bakteri. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kontras (counterstain) seperti safranin atau karbolfuksin encer, air fuksin, atau pironin B.
Diantara bermacam-macam bakteri yang diwarnai, ada yang dapat menahan warna ungu (metil violet, Kristal violet, gentian violet) dalam selnya meskipun telah didekolorisasi dengan alcohol atau aseton. Bakteri yang memberi reaksi demikian dinamakan Bakteri Gram Positif. Sebaliknya bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah didekolorisasi dengan alcohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan dengan zat warna kontras akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri gram negatif. Atas dasar pewarnaan Gram ini dunia bakteri dibagi dalam dua golongan besar, yaitu bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif (Koes Irianto, 2006).
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
ALAT DAN BAHAN
Pewarnaan Sederhana
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
Object glass
1 Buah
Sampel bakteri
Secukupnya
Ose
1 Buah
Methylene Blue
Secukupnya
Bunsen
1 Buah
Kapas
Secukupnya
Korek api
1 Buah
Air
Secukupnya
Spidol Marker
1 Buah
Spirtus
Secukupnya
Rak Pengecatan
1 Buah
Secukupnya
Pewarnaan Gram
Alat
Jumlah
Bahan
Jumlah
Object glass
1 Buah
Sampel bakteri
Secukupnya
Ose
1 Buah
Larutan gentian violet
Secukupnya
Bunsen
1 Buah
Larutan iodium
Secukupnya
Korek api
1 Buah
Alkohol
Secukupnya
Spidol Marker
1 Buah
Safranin
Secukupnya
Rak Pengecatan
1 Buah
Kapas
Secukupnya
Air
Secukuonya
Spirtus
Secukupnya
CARA KERJA
Pembuatan preparat
Kaca objek (object glass) dibersihkan, sehingga bebas lemak
Pada bagian ujung kaca objek diberi tanda, sebaiknya di sebelah permukaan yang tidak dicat
Dengan ose dibuat goresan tipis dari biakan bakteri pada permukaan yang telah dibersihkan
Goresan dikeringkan di udara atau dengan hawa panas dengan api gas
Fiksasi dilakukan dengan cara meneyentuhkan permukaan kaca objek tiga kali berturut-turut pada ujung api Bunsen
Setelah didinginkan preparat sudah siap untuk dicat
Pewarnaan preparat
Pewarnaan sederhana
Genangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna (methylene blue)
Cuci dengan air mengalir, keringkan
Amati dibawah mikroskop
Pewarnaan Gram
Genangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna gentian violet selama 2-5 menit
Buang sisa cat
Genangi preparat dengan larutan iodium selama 30 detik sampai 1 menit
Buang sisa cat
Decolorisasi preparat dengan alkohol atau aseton sampai warna ungu pada preparat memudar
Cuci dengan air mengalir
Genangi preparat dengan larutan safari selama 2-5 menit
Cucu dengan air mengalir, keringkan
Amati dibawah mikroskop
ANALISIS DATA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SURAKARTA, ………………….
ASISTEN PRAKTIKAN
(……….……………) (……….……………)