MODUL KULIAH KEPERAWATAN HIV/AIDS
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI DIII KEPERAWATAN Jalan Beliang No. 110 Telp. (0536) 3227707 E-Mail :
[email protected]
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kemampuan bagi kami dalam merampungkan Modul pembelajaran Keperawatan Keperawatan HIV/AIDS STIKes Eka Harap Palangka Raya. Modul ini disusun sebagai panduan belajar bagi mahasiswa dan merupakan tuntunan bagi bagi mahasiswa untuk mencapai mencapai proses pembelajaran praktik klinik klinik dalam pencapaian kompetensi kompetensi pada Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Modul inilah yang akan memandu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Dosen yang semula sebagai sumber utama, dalam pendekatan Student Centered Learning (SCL) hanya sebagai fasilitator saja. Dalam mempelajari Keperawatan HIV/AIDS ini, mahasiswa tidak hanya mencapai kompetensi yang bersifat hard skill tetapi juga softskill. Mahasiswa mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan secara holistik seluruh konsep keilmuan yang didapat saat kuliah dan praktik, dimana pada akhirnya mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan semua ilmu tersebut pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Selain menggunakan modul ini, mahasiswa juga diharapkan aktif dan kritis dalam menggunakan sumber lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan belajar. Kami menyadari penyusunan modul ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Semoga buku ini bermanfaat dalam menambah informasi demi kelancaran kegiatan praktik mahasiswa klinik. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut terlibat dalam penyusunan modul Keperawatan HIV/AIDS ini.
Palangka Raya,
2016
Ketua,
Dra. Mariaty Darmawan, MM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kemampuan bagi kami dalam merampungkan Modul pembelajaran Keperawatan Keperawatan HIV/AIDS STIKes Eka Harap Palangka Raya. Modul ini disusun sebagai panduan belajar bagi mahasiswa dan merupakan tuntunan bagi bagi mahasiswa untuk mencapai mencapai proses pembelajaran praktik klinik klinik dalam pencapaian kompetensi kompetensi pada Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Modul inilah yang akan memandu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang ditetapkan. Dosen yang semula sebagai sumber utama, dalam pendekatan Student Centered Learning (SCL) hanya sebagai fasilitator saja. Dalam mempelajari Keperawatan HIV/AIDS ini, mahasiswa tidak hanya mencapai kompetensi yang bersifat hard skill tetapi juga softskill. Mahasiswa mampu mengintegrasikan dan mengaplikasikan secara holistik seluruh konsep keilmuan yang didapat saat kuliah dan praktik, dimana pada akhirnya mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan semua ilmu tersebut pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Selain menggunakan modul ini, mahasiswa juga diharapkan aktif dan kritis dalam menggunakan sumber lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan belajar. Kami menyadari penyusunan modul ini masih jauh dari sempurna sehingga saran dan kritik membangun sangat kami harapkan. Semoga buku ini bermanfaat dalam menambah informasi demi kelancaran kegiatan praktik mahasiswa klinik. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut terlibat dalam penyusunan modul Keperawatan HIV/AIDS ini.
Palangka Raya,
2016
Ketua,
Dra. Mariaty Darmawan, MM
VISI MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA 1. Visi Menjadi Pusat Pendidikan Tenaga Keperawatan yang Pancasilais, Profesional, Unggul dalam Bidang Keperawatan Komunitas dan dapat Berkompetisi Secara Nasional Maupun Internasional pada Tahun 2020. 2. Misi a.
Menyelenggarakan pendidikan keperawatan pada jenjang D3 dan S1 serta pendidikan profesi.
b.
Melakukan berbagai kegiatan pengembangan dan penelitian guna pengembangan pengembangan ilmu dan teknologi dibidang keperawatan/kesehatan. keperawatan/kesehatan.
c.
Melakukan berbagai pengembangan pelayanan keperawatan melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat, bekerjasama dengan berbagai pihak dan menggunakan berbagai sumber, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 1. Visi Menghasilkan tenaga keperawatan vokasional yang pancasilais, pancasilais, kompeten,unggul kompeten,unggul dalam bidang keperawatan kesehatan masyarakat (komunitas) dan mampu berkompetensi secara nasional maupun internasional pada tahun 2020. 2. Misi a. Menyelenggarakan Menyelenggarakan pendidikan tenaga keperawatan vokasional b. Melakukan penelitian, pengembangan, dan pelatihan yang bermanfaat bagi peningkatan pelayanan kesehatan dan status kesehatan masyarakat c. Melakukan pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan status kesehatan masyarakat d. Melakukan kerjasama dengan institusi pemerintah dan swasta serta lembaga swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat terkait
BAB I PENDAHULUAN
A.
DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis
perawatan HIV/AIDS. Fokus mata kuliah ini meliputi berbagai aspek terkait dengan gangguan umum imunologi, neurologi, psikologi. Kegiatan belajar, mahasiswa berorientasi pada
pencapaian
kemampuan
berfikir
sistematis
dan
komprehensif
dalam
mengaplikasikan konsep perawatan HIV/AIDS dengan pendekatan asuhan keperawatan sebagai dasar pemecahan masalah dengan memperhatikan aspek legal dan etis. Evaluasi belajar mahasiswa dilakukan melalui proses belajar pencapaian pencapaian kompetensi.
B.
TUJUAN MATA KULIAH
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada penyakit tropis dan endemis, mahasiswa akan mampu: 1. Menjelaskan konsep dasar perawatan HIV/AIDS dengan baik. 2. Menjelaskan tentang prinsip-prinsip teoritis perawatan HIV/AIDS dengan baik. 3. Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan gangguan umum pada ODHA dengan baik. 4. Membuat rancangan pendidikan kesehatan mengenai HIV/AIDS pada individu, keluarga maupun masyarakat dengan benar. 5. Menerapkan simulasi asuhan keperawatan pasien dengan HIV/AIDS pada individu, keluarga maupun masyarakat dengan baik.
C.
KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah selesai mengikuti pembelajaran pada blok Riset Keperawatan ini,
mahasiswa semester V mampu : 1.
Menjelaskan perkembangan ilmu keperawatan dalam kaitannya dengan peningkatan asuhan keperawatan
2.
Mengidentifikasi teori/ model yang sesuai dalam pemberian asuhan keperawatan untuk pengembangan ilmu keperawatan.
3.
Menjelaskan proses atau langkah-langkah pokok penelitian dengan benar
4.
Mengidentifikasi Mengidentifikasi masalah IPTEK keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan
5.
Menyusun kerangka konsep penelitian keperawatan sesuai dengan masalah penelitian
6.
Mengidentifikasi Mengidentifikasi variabel penelitian sesuai dengan masalah penelitian
7.
Menerapkan rancangan penelitian yang sesuai dengan masalah penelitian
8.
Menentukan populasi, populasi, sampel, besar sampel dan sampling yang tepat
9.
Menyusun alat ukur yang sesuai dengan ejnis penelitian
10. Menerapkan etika penelitian kesehatan/ keperawatan keperawatan 11. Menerapkan pengolahan data secara komputerisasi komputerisasi 12. Menyusun laporan penelitian sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah
D.
STRATEGI PERKULIAHAN Pendekatan perkuliahan ini adalah pendekatan Student Center Learning . Dimana
Mahasiswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ISS (Interactiveskill (Interactive skill station) dan Problembase Problemb ase learning. Interactive skill station diharapkan mahasiswa belajar mencari materi secara mandiri menggunakan berbagai sumber kepustakaan seperti internet, expert dan lain lain, yang nantinya akan didiskusikan dalam kelompok yang telah ditentukan. Sedangkan untuk beberapa pertemuan dosen akan memberikan kuliah singkat diawal untuk memberikan kerangka pikir dalam diskusi. Untuk materi-materi yang memerlukan keterampilan, metode yang akan dilakukan adalah simulasi dan demonstrasi dilaboratorium.
E.
EVALUASI 1. Tugas Individu
15%
2. Tugas Kelompok
15%
3. Quis
10%
4. UTS
25%
5. UAS
35%
Jumlah
100%
F.
BAHAN BACAAN Buku utama 1. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Farida & Yudi (2010). Salemba Medika. 2. Keperawatan Jiwa. Iyus Yosep (2007). Refika Aditama. 3. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Nursalam (2009).
Salemba Medika. 4. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA. Depkes
RI (2006).
BAB 2 MATERI PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR 1 1)
Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami konsep dasar perawatan dan kebijakan tentang
pengendalian HIV/AIDS.
2)
Materi
Konsep dasar perawatan HIV/AIDS 1. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia 2. Perkembangan HIV/AIDS di dunia Kebijakan tentang pengendalian HIV/AIDS di Indonesia 1. Global HIV/AIDS 2. HIV/AIDS di Indonesia 3. Strategi pencegahan HIV melalui program konseling dan tes HIV di Indonesia
Uraian Materi Konsep dasar perawatan HIV/AIDS A. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia HIV merupakan singkatan dari “human immunodeficiency virus “. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages – komponen-komponen utama sistem kekebalan sel tubuh lainnya). Selain itu virus ini juga menghancurkan atau mengganggu fungsi dari sel kekebalan tubuh tersebut. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-
gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion . Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS. Lalu sebenarnya apa AIDS itu?. Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia ( World Health Organization) sebagai berikut:
Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan sebagai AIDS.
Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)
Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru)
Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paruparu (bronchi ), dan Sarkoma Kaposi). Semua penyakit ini merupakan indikator dari AIDS. Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?. Lamanya dapat bervariasi
dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadangkadang bahkan lebih lama. Terapi
antiretroviral ( ARV ) dapat memperlambat
perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi. Terapi ARV bertujuan untuk menghambat perjalanan penyakit HIV, hingga dapat
memperpanjang usia dan memperbaiki kualitas hidup. Virus HIV menyerang sel CD4 dalam sistem kekebalan tubuh serta menggunakan sel ini untuk bereplikasi. Akibatnya, jumlah sel ini dalam tubuh pun semakin menurun. Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses pembuatan virus dalam sel CD4, hingga jumlah CD4 pun dapat ditingkatkan.
Sampai dengan 30 Juni 2010 secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 21770 kasus. Berikut merupakan grafiknya :
Grafik Jumlah Kumulatif Kasus AIDS di Indonesia 10 Tahun Terakhir Berdasarkan Tahun Pelaporan s.d 30 Juni 2010 Berdasarkan provinsi dengan kasus terbanyak di Indonesia dapat ditampilkan sebagai berikut :
Grafik Jumlah Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Provinsi
Berdasarkan kelompok umur, distribusi penderita HIV-AIDS di Indonesia dapat ditampilkan pada tabel berikut :
Grafik Persentase Jumlah Kasus HIV-AIDS Berdasarkan Kelompok Umur Sungguh sangat memprihatinkan bahwa penderita HIV-AIDS terletak pada usia produktif. Dampaknya sangat luas bagi perekonomian suatu negara untuk jangka panjang. HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi. Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua. Semakin tingginya tingkat kematian (mortalitas) di suatu daerah akan menyebabkan mengecilnya populasi pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih sedikit sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan mekanisme produksi dan investasi sumberdaya manusia (human capital) pada masyarakat, yaitu akibat hilangnya pendapatan dan meninggalnya para orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang dewasa muda, ia melemahkan populasi
pembayar pajak, mengurangi dana publik seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan AIDS. Ini memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani para anak yatim piatu tersebut. Pada tingkat rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Berkurangnya pendapatan menyebabkan berkurangnya pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan. B. Perkembangan HIV/AIDS di Dunia Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut UNAIDS(Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) s/d akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi infeksi baru sebanyak
8500
orang,
sekitar
1000
diantaranya
bayi
dan
anak.
Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi 33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.
POLA PENULARAN VIRUS AIDS Virus AIDS ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain juga bisa ditemukan (seperti misalnya cairan ASI) tetapi jumlahnya sangat sedikit. Sejumlah 75 -85% penularan terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-
10% akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik), 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar. Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia produktif (15-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh Ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, risiko penularan dapat dikurangi menjadi hanya 8%.
SIAPA YANG RAWAN TERHADAP VIRUS AIDS ? Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb. Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada "kelompok" mana tetapi pada "perilaku" yang berganti-ganti pasangan.
PERJALANAN INFEKSI HIV/AIDS Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+ ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah. Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan
meninggal
dalam
waktu
1-2
tahun
kemudian
karena
infeksi
tersebut.
Di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan kwalitas pelayanan yang lebih baik. Dengan globalisasi, pergerakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, episentrum infeksi HIV/AIDS saat ini bergeser ke Asia.
PENCEGAHAN AIDS Pada prinsipnya, pencegahan dapat dilakukan dengan cara mencegah penularan virus AIDS. Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual. Pencegahan lain adalah melalui pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik
yang
diulang,
pengidap
virus
tidak
boleh
menjadi
donor
darah.
Secara ringkas, pencegahan dapat dilakukan dengan formula A-B-C. A adalah abstinensia, artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. B adalah be faithful, artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C adalah condom, artinya jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan alat pencegahan dengan menggunakan kondom.
PREDIKSI YANG AKAN DATANG : Tahun 2000, diperkirakan jumlah kasus HIV/AIDS akan meningkat menjadi 30-40 juta orang dan pertambahan kasus baru terbanyak akan ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara. Di negara industri telah terlihat penurunan jumlah kasus baru (insidens) per tahun. Di Amerika Serikat, telah turun dari 100.000 kasus baru/tahun menjadi 40.000 kasus baru/tahun. Pola serupa juga terlihat di Eropa Utara, Australia dan Selandia Baru. Penurunan kasus baru berkait dengan tingkat pemakaian kondom, berkurangnya jumlah pasangan seks dan memasyarakatnya pendidikan seks untuk remaja. Penurunan infeksi
HIV juga terjadi sebagai dampak membaiknya diagnosa dini dan pengobatan yang adekwat untuk penyakit menular seksual (PMS). Di Tanzania, daerah yang pelayanan PMSnya berjalan baik mempunyai insidens HIV yang 40% lebih rendah. Penelitian di Pantai Gading, Afrika memperlihatkan bahwa pengobatan PMS juga mengurangi viral load sehingga mengurangi infectivity.
TAHAPAN PANDEMI AIDS Pada awalnya dimulai dengan penularan pada kelompok homoseksual (gay). Karena diantara kelompok homoseksual juga ada yang biseksual, maka infeksi melebar ke kelompok heteroseksual yang sering berganti-ganti pasangan. Pada tahap kedua, infeksi mulai meluas pada kelompok pelacur dan pelanggannya. Pada tahap ketiga, berkembang penularan pada isteri dari pelanggan pelacur. Pada tahap ke empat mulai meningkat penularan pada bayi dan anak dari ibu yang mengidap HIV.
KERENTANAN WANITA PADA INFEKSI HIV Wanita lebih rentan terhadap penularan HIV akibat faktor anatomis-biologis dan faktor sosiologis-gender. Kondisi anatomis-biologis wanita menyebabkan struktur panggul wanita dalam posisi "menampung", dan alat reproduksi wanita sifatnya "masuk kedalam" dibandingkan pria yang sifatnya "menonjol keluar". Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi infeksi khronik tanpa diketahui oleh ybs. Adanya infeksi khronik akan memudahkan masuknya virus HIV. Mukosa (lapisan dalam) alat reproduksi wanita juga sangat halus dan mudah mengalami perlukaan pada proses hubungan seksual. Perlukaan ini juga memudahkan terjadinya infeksi virus HIV. Faktor sosiologis-gender berkaitan dengan rendahnya status sosial wanita (pendidikan, ekonomi, ketrampilan). Akibatnya kaum wanita dalam keadaan rawan yang menyebabkan terjadinya pelcehan dan penggunaan kekerasan seksual, dan akhirnya terjerumus kedalam pelacuran sebagai strategi survival. Kasus di Ghana dalam pembangunan Bendung Sungai Volta, menyebabkan ribuan penduduk tergusur dari kampung halamannya. Kaum pria bisa memperoleh kesempatan kerja sebagai buruh dan kemudian menjadi nelayan. Kaum wanita yang
hanya terbiasa dengan pekerjaan pertanian akhirnya tersingkir ke kota dan terjerumus pada pekerjaan hiburan dan penyediaan jasa seksual. Akibatnya banyak yang menderita penyakit menular seksual (termasuk HIV) dan meninggal akibat AIDS. Di Thailand Utara, akibat pembangunan ekonomi dan industri yang berkembang pesat menyebabkan lahan pertanian berkurang dan wanita tergusur dari pekerjaan tradisionalnya di bidang pertanian. Sebagian besar kemudian migrasi ke kota-kota besar dan menjadi pekerja seks dan akhirnya tertular oleh HIV. Tes Infeksi HIV Jika Anda merasa memiliki risiko terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV yang disertai konseling. Segeralah mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat (klinik VCT) untuk tes HIV. Dengan tes ini akan diketahui hasil diagnosis HIV pada tubuh Anda. Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT ( Voluntary Counseling and Testing ) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil tes HIV jika terbukti positif. Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV. Ada beberapa tempat untuk melakukan tes HIV. Anda bisa menanyakan pada rumah sakit atau klinik kesehatan terdekat. Di Indonesia, terdapat beberapa yayasan dan organisasi yang fokus untuk urusan HIV/AIDS, di antaranya:
Komunitas AIDS Indonesia
ODHA Indonesia
Himpunan Abiasa
Yayasan Spiritia
Yayasan Orbit
Yayasan AIDS Indonesia
Sedangkan lembaga pemerintah yang dibentuk khusus untuk menangani HIV/AIDS adalah Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN). Jika hasilnya positif, Anda akan dirujuk menuju klinik atau rumah sakit spesialis HIV. Beberapa tes darah lainnya mungkin akan diperlukan. Tes ini untuk memperlihatkan dampak dari HIV kepada sistem kekebalan Anda. Anda juga bisa membicarakan tentang pilihan penanganan yang bisa dilakukan. Langkah Pengobatan Bagi Penderita HIV Meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang sehat. Terdapat obat-obatan yang dikenal dengan nama antiretroviral (ARV) yang berfungsi menghambat virus dalam merusak sistem kekebalan tubuh. Obat-obatan tersebut diberikan dalam bentuk tablet yang dikonsumsi setiap hari. Anda akan disarankan melakukan
pola
hidup
sehat.
Misalnya
makanan
sehat,
tidak
merokok,
mendapatkan vaksin flu tahunan, dan vaksin pneumokokus lima tahunan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko terkena penyakit berbahaya. Tanpa pengobatan, orang dengan sistem kekebalan yang terserang HIV akan menurun drastis. Dan mereka cenderung menderita penyakit yang membahayakan nyawa seperti kanker. Hal ini dikenal sebagai HIV stadium akhir atau AIDS. Cara Pencegahan HIV Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman, dan tidak pernah berbagi jarum, dan peralatan menyuntik apa pun. Semua yang pernah berhubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum atau suntikan, lebih berisiko untuk terinfeksi HIV.
Kebijakan tentang pengendalian HIV/AIDS di Indonesia 1. Global HIV/AIDS Pola infeksi secara global, sekitar 90% kasus HIV/AIDS ada di negara berkembang. Saat ini penyebarannya adalah : Afrika Sub-sahara
: 14 juta
Asia Selatan-Tenggara
: 4,8 juta
Asia Timur-Pasifik
: 35.000
Timur Tengah
: 200.000
Karibia
: 270.000
Amerika Latin
: 1,3 juta
Eropa Timur - Asia Tengah
: 30.000
Australia
: 13.000
Eropa Barat
: 470.000
Amerika Utara
: 780.000
2. HIV/AIDS di Indonesia Di Indonesia, sejak pertama kali ditemukannya infeksi HIV pada tahun 1987 HIV tersebar di 368 dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi. Pulau Bali adalah provinsi pertama tempat ditemukannya infeksi HIV/AIDS di Indonesia. Menurut UNAIDS, di Indonesia ada sekitar 690 ribu orang pengidap HIV sampai tahun 2015. Dari jumlah tersebut, setengah persennya berusia antara 15 hingga 49 tahun. Wanita usia 15 tahun ke atas yang hidup dengan kondisi HIV sekitar 250 ribu jiwa. Angka kematian akibat AIDS mencapai 35 ribu orang. Dengan demikian terdapat anak-anak yatim piatu akibat kematian orang tua karena AIDS berjumlah 110.000 anak. HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Cairan yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine. Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS t erbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
Berikut ini adalah beberapa cara penyebaran HIV lainnya:
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui.
Melalui seks oral.
Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian.
Melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi.
Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
AIDS di Indonesia ditangani oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan memiliki Strategi Penanggulangan AIDS Nasional untuk wilayah Indonesia. Ada 79 daerah prioritas di mana epidemi AIDS sedang meluas. Daerah tersebut menjangkau delapan provinsi: Papua, Papua Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Program-program penanggulangan AIDS menekankan pada pencegahan melalui perubahan perilaku dan melengkapi upaya pencegahan tersebut dengan layanan pengobatan dan perawatan. Program PEPFAR di Indonesia bekerja sama secara erat dengan saat ini. Sekitar 170.000 sampai 210.000 dari 220 juta penduduk Indonesia mengidap HIV/AIDS. Perkiraan prevalensi keseluruhan adalah 0,1% di seluruh negeri, dengan pengecualian Provinsi Papua, di mana angka epidemik diperkirakan mencapai 2,4%, dan cara penularan utamanya adalah melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung. Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa. Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka, dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat terlarang.
Berikut adalah data Kementerian Kesehatan Indonesia mengenai kasus HIV/AIDS di Indonesia hingga Maret 2013: Jumlah orang yang terinfeksi HIV 103759 orang Jumlah pengidap AIDS
43347 orang
Jumlah kematian karena HIV/AIDS 8288 orang Jumlah orang yang tertular HIV (selama Januari-Maret 2013) Jumlah orang yang terkena AIDS (selama Januari-Maret 2013)
5369 orang
460 orang
3. Strategi pencegahan HIV melalui program konseling dan tes HIV di Indonesia Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga, perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan Presiden nomor 36 Tahun 1994. Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan. Adapun sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama: a. Kelompok resiko tinggi yaitu: Wanita tuna susila (WTS), karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik, waria, narapidana, kelompok gay, penderita penyakit menular seksual.
b. Kelompok resiko rendah yaitu: Donor darah, ibu hamil, calon tenaga kerja indonesia (TKI), pelajar/mahasiswa, karyawan. Kebijakan penanggulangan HIV/AIDS yang dilaksanakan selama ini seperti melaksanakan bimbingan social pencegahan HIV/AIDS, pemberian konseling dan pelayanan social bagi penderita HIV/AIDS yang tidak mampu serta pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari belum menunjukkan hasil yang menggembirakan khususnya di Indonesia jumlah penderita HIV/AIDS cendrung meningkat terutama yang menggunaka jarum suntik dan melalui prilaku seksual. Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk menekan meningkatnya tertularnya virus HIV/ antara lain: a. Melakukan pencegahan-pencegahan pada lingkungan agar tidak terkena penularan virus HIV/AIDS melalui kampanye dan penyuluhan penggunaan jarum suntik yang steril. Kampanye dan penyuluhan penggunaan jarum suntik dan penggunaan kondom dapat dilakukan:
Peningkatan kesadaran kelompok resiko tinggi pecandu narkoba yang menggunakan jarum suntik dan masyarakat tentang penularan bahaya HIV/AIDS.
Penyuluhan di sekolah-sekolah (SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi)
Cakupan penyuluhan harus luas yang meliputi seluruh masyarakat termasuk masyaraakat yang ada di pedesaan
Kampanye dilakukan melalui pendekatan agama.
b. Melakukan pengobatan, untuk mereka yang sudah positif terkena HIV/AIDS, tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan obat yang efeknya hanya untuk penderitaan dan meningkatkan kemungkinan hidup si penderita, sehingga si penderita tetap melakukan aktivitasnya. Obat tersebut ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh. c. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang ada di Indonesia. d. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat.
e. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan orang lain terhadap infeksi HIV. f.
Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV penderita AIDS dan keluarganya.
g. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat. h. Memberikan sanksi hukum yang tinggi kepada penyala guna narkotika yang menggunakan jarum suntik. Sedangkan program strategis yang dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional antara lain:
Program Pencegahan.
Program Dukungan, Perawatan dan Pengobatan.
Program Pengurangan Dampak Buruk.
Jadi Strategi penanggulangan HIV dan AIDS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar individu dan masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Skenario strategi dan rencana aksi ini pada tahun 2014 adalah bahwa 80% populasi kunci terjangkau oleh program yang efektif dan 60% populasi kunci berperilaku aman. Kesimpulan tentang strategi pencegahan HIV melalui program nasional dapat dikategorikan menjadi dua macam di antaranya:
A. Kebijakan Umum
1. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya/norma untuk
kemasyarakatan
dan
kegiatannya
diarahkan
mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. 2. Mengingat luasnya respon dan permasalahan, maka upaya penanggulangan AIDS harus dilakukan melalui suatu gerakan secara nasional bersama sektor dan komponen lain 3. Upaya penanggulangan HIV AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender
4. Upaya pencegahan HIV AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna mendorong kehidupan yang lebih sehat 5. Upaya pencegahan yang efektif termasuk penggunaan kondom 100% pada setiap hubungan seks berisiko, semata-mata hanya untuk memutus rantai penularan HIV 6. Upaya penanggulangan HIV AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA 7. Upaya penanggulangan HIV AIDS diselenggarakan oleh masyarakat, pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV AIDS 8. Upaya penanggulangan HIV AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kelompok marginal terhadap penularan HIV AIDS.
B. Kebijakan Operasional
1. Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi secara nasional kegiatan program AIDS dan pelayanan bagi ODHA 2. Penyelenggaraan dan pelaksanaan program dilakukan sesuai azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program 3. Pemerintah
berkewajiban
menjamin
tersedianya
ARV
maupun
reagen
pemeriksaan secara berkesinambungan 4. Pengembangan layanan bagi ODHA dilakukan melalui pengkajian menyeluruh dari berbagai aspek yang meliputi : situasi epidemi daerah, beban masalah dan kemampuan, komitmen, strategi dan perencanaan, kesinambungan, fasilitas, SDM dan pembiayaan. Sesuai dengan kewenangannya pengembangan layanan ditentukan oleh Dinas Kesehatan. 5. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan ( informed
consent ). Konseling yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan diberitahukan kepada yang bersangkutan tetapi wajib dirahasiakan kepada pihak lain 6. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada ODHA. 7. Keberpihakan kepada ODHA dan masyarakat ( patient and community centered ); Upaya mengurangi infeksi HIV pada pengguna napza suntik melalui kegiatan pengurangan dampak buruk (harm reduction) dilaksanakan secara komprehensif dengan juga mengupayakan penyembuhan dari ketergantungan napza 8. Penguatan dan pengembangan program diprioritaskan bagi peningkatan mutu pelayanan, dan kemudahan akses terhadap pencegahan, pelayanan dan pengobatan bagi ODHA. 9. Layanan bagi ODHA dilakukan secara holistik, komprehensif dan integratif sesuai dengan konsep layanan perawatan yang berkesinambungan. 10. Pengembangan layanan dilakukan secara bertahap pada seluruh pelayanan yang ada sesuai dengan fungsi dan strata pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan sarana, tenaga dan dana. 11. Pencapaian target program nasional juga memperhatikan komitmen dan target internasional.
Manajemen kasus adalah salah satu metode pelayanan yang biasa dipergunakan untuk mambantu ODHA. Pelayanan manajemen kasus oleh pekerja sosial ini menggunakan
pendekatan
pada
individu
secara
holistik
dan
terpadu
yang
mengkoordinasikan sistem-sistem sumber yang ada di lingkungannya ( lembaga pemerintah atau non pemerintah, keluarga dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalahnya. Manajemen Kasus adalah pelayanan yang mengkaitkan dan mengkoordinasi bantuan dari berbagai lembaga dan badan penyedia pendekatan dan dukungan pekerja sosial, pekerja sosial medis, medis, psikososial, dan praktis bagi individu-individu yang membutuhkan bantuan itu. Pendekatan itu mempunyai tiga sisi utama yaitu Bio, Psiko dan Sosial. Manajemen kasus ini berkonsentrasi pada upaya meningkatkan kondisi kesehatan pasien berdasarkan intervensi keperawatan yang spesifik, dalam kegiatannya manajemen kasus dilakukan oleh manajer kasus. Jadi
Manajemen kasus HIV-AIDS merupakan pelayanan yang berkesinambungan yang melibatkan atau bekerjasama dengan dengan sektor lain, Manajemen kasus telah menjadi sarana yang efektif untuk membantu ODHA sejak 1980-an. Dengan meningkatnya tahun, maka pelayanan manajemen kasus berkembang lebih baik. Pada tahun-tahun awal epidemik HIV telah dikembangkan sejumlah program manajemen kasus di pusat – pusat penanganan wabah HIV di daerah perkotaan untuk memenuhi makin banyaknya kebutuhan medis dan psikososial ODHA. Selain dari beberapa pernyataan di atas maka ada beberapa peran pekerja sosial dalam manajemen kasus selaku menejer, diantaranya: 1. Pekerja Sosial sebagai manager kasus, bertujuan untuk mencapai kesinambungan pemberian pelayanan keluraga dan invidu melalui proses penghubungan antara klien dan pelayanan yang diinginkan dan pengkoordinaran pemanfaatan pelayanan tersebut. Peran pekerja sosial sebagai manager kasus mempunyai arti penting bagi klien yang menggunakan pelayanan yang disajikan oleh agen-agen pelayanan. Sebagai manager kasus, pekerja sosial mempunyai cakupan yang luas dalam aktvitasnya. Pekerjaannya dimulai dengan mengidentifikasikan jenis bantuan yang diperlukan, melakukan penyelidikan terhadap faktor yang menjadi penghalang dalam mengatasi masalah, mendukung klien untuk mencoba mengeksplorasikan semua potensinya, memberikan kesempatan kepada klien untuk memperoleh pelayanan langsung. Rumusan suatu kasus mungkin merupakan perencanaan pelayanan yang menunjukkan kebutuhan-kebutuan yang diperlukan klien. 2. Pekerja Sosial Sebagai seorang professional, bertujuan untuk mulai bekerja dengan kode etik pekerja sosial d an praktek-prakteknya yang kompetensi sangat berperan dalam pengembangan profesi pekerjaan sosial. Pada dasarnya tindakan seorang profesional adalah penuh etika dan bertanggung jawab serta bijaksana. Pekerja sosial harus secara konsisten mengembangkan ketrampilan dan pengetahuannya untuk meningkatkan mutu pelayanannya. 3. Bertanggungjawab atas terjaminnya kerahasiaan informasi yang terkait dengan anak dan keluarganya, selama maupun setelah proses layanan manajemen kasus. 4. Dapat membuka atau memberikan informasi kepada pihak lain yang berkepentingan dengan penyelenggaraan layanan atas sepengetahuan dan setelah mendapatkan persetujuan dari ODHA atau orang tua atau walinya yang sah. Untuk lebih spesifiknya
tahapan manajemen kasus, menurut DEPSOS proses manajemen kasus HIV dan AIDS dibagi dalam lima tahapan:
Penerimaan Awal Proses manajemen kasus HIV dimulai dengan wawancara awal dan dalam
banyak situasi dikombinasikan dengan penerimaan. Tujuan utama wawancara awal adalah membangun hubungan yang menyenangkan yang memfasilitasi pengembangan hubungan kerja kolaboratif dan membangun citra pekerja sosial sebagai penghubung yang aman. Dalam pertemuan pertama ini, peran sebagai penyuluh krisis mungkin akan penting karena memasuki suatu sistem penyampaian pelayanan seringkali terdorong oleh adanya krisis yang memerlukan intervensi segera. Informasi tentang cakupan pelayanan yang tersedia juga dipadukan dalam wawancara awal. Selama penerimaan itu, dilakukan penilaian awal kebutuhan klien dengan tujuan menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pelayanan dan sumber daya sistem. Dalam tahap ini dilakukan tinjauan hak – hak dan kewajiban klien serta prosedur mengajukan keluhan bila terjadi pelayanan yang tidak sesuai dan diperoleh persetujuan klien untuk mendaftarkannya dalam sistem penyediaan pelayanan.
Pengkajian Proses pengumpulan informasi yang mencakup wawancara tatap muka serta
pengumpulan data sekunder dari petugas pelayanan kesehatan dan pelayanan masyarakat. Ini adalah proses kerjasama dan interaktif dimana klien dan manajer kasus mengumpulkan, menganalisis dan memprioritaskan informasi yang mengidentifikasi kebutuhan dan sumberdaya, potensi klien untuk menyusun rencana menangani kebutuhan yang diidentifikasi.
Perencanaan Rencana pelayanan sangat penting dalam upaya manajemen kasus dan
rencana ini disusun berdasarkan informasi yang dihimpun dalam tahap penilaian. Manajer kasus dan klien bekerja sama untuk menyusun daftar masalah dan isu serta untuk merumuskan sasaran jangka panjang dan jangka pendek yang mendukung tujuan menyeluruh pemeliharaan kesehatan dan kemandirian. Diperlukan perencanaan spesifik, yang berpedoman pada sasaran realistik, untuk
memprioritaskan kegiatan dan mengidentifikasi cara perolehan, pemantauan, dan pengkoordinasian pelayanan di kalangan lembaga penyedia pelayanan dan sistem perawatan kesehatan. Perlu diidentifikasi dengan jelas tanggung jawab semua pihak dan batas waktu realistik untuk mencapai sasaran melalui kegiatan yang relevan. Jika pilihan pelayanan tidak tersedia untuk memenuhi kebutuhan, manajer kasus mungkin perlu mempertimbangkan pilihan antara upaya membantu pencarian pilihan dan mendesain solusi antara. Hal ini lebih mungkin terjadi jika nilai – nilai budaya atau praktik klien tidak sejalan dengan program yang ada, jika klien didiagnosis mengidap lebih dari satu penyakit seperti HIV, penyalahgunaan obat -obatan, dan kelainan mental. Atau jika klien bertempat tinggal di daerah pedesaan yang sedikit tersedia pelayanan yang khusus menangani HIV.
Pelayanan Pengkaitan dan Rujukan Dalam tahap implementasi, Pekerja Sosial dan klien berupaya melaksanakan
rencana pelayanan. Jika persetujuan untuk merujuk telah diperoleh, manajer kasus dapat memainkan beberapa peran untuk memfasilitasi klien menerima pelayanan,
termasuk
sebagai
perantara,
pemantau,
pendukung,
dan
pembimbing. Sebagai perantara, manajer kasus menghubungi penyedia pelayanan lainnya untuk memudahkan perujukan klien dan mungkin juga mengatur pelayanan tambahan seperti pengantaran klien ke tempat rujukan pada waktu yang ditentukan. Setelah klien dirujuk ke tempat pelayanan, manajer kasus tetap berhubungan dengan klien secara teratur untuk memastikan bahwa klien telah menerima pelayanan dan hal itu dilakukan dengan cara yang tepat. Adakalanya manajer kasus mungkin perlu mengatasnamakan klien, untuk memastikan penerimaan pelayanan yang diperlukan. Sebagai pembimbing, manajer kasus mendorong klien untuk mengantisipasi hambatan dalam mengakses dan menggunakan pelayanan dan, jika perlu, bekerja sama dengan klien untuk menanggulangi hal itu. Rencana pelayanan biasanya dilaksanakan mendokumentasi kemajuan klien secara seksama, termasuk tanggal hubungan, informasi tentang siapa yang pertama kali menghubungi dan tindakan apapun yang dilakukan sebagai tindak
lanjut dari hubungan itu. Hambatan pelaksanaan rencana juga harus dicatat, termasuk kepuasan klien dalam pelaksanaan rencana, perubahan yang terjadi dalam pelaksanaannya, dan kemajuan yang diraih dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran. Dalam kaitan ini yang sering membantu dalam menanggulangi kesulitan implementasi adalah supervisi pekerjaan sosial profesional, dukungan rekan sejawat, dan konferensi kasus antar dan intra lembaga.
Monitoring dan Evaluasi Upaya untuk memastikan mutu program manajemen kasus, termasuk
evaluasi hasil, semakin penting. Bukan hanya karena penyandang dana menghendaki informasi lebih banyak tentang efektivitas program manajemen kasus dalam memenuhi kebutuhan klien, tetapi juga karena bidang manajemen kasus HIV - AIDS berubah dengan cepat, sehingga staf dan administrator harus dapat menggunakan waktu yang tersedia secara efektif. Kegiatan evaluasi dapat mencakup penilaian kepuasan klien terhadap pelayanan yang disediakan, penentuan apakah populasi yang terjangkit dalam wilayah tertentu mengetahui ketersediaan pelayanan, dan pelaksanaan survey penyedia pelayanan dalam hubungannya dengan kepuasan mereka dengan pelayanan manajemen kasus. Selain metode evaluasi tradisional itu, sebagian program mengkaji evaluasi berdasarkan hasil. Contoh evaluasi hasil dapat mencakup apakah manajemen kasus membantu klien untuk mentaati perawatan atau apakah manajemen kasus meningkatkan kadar aksesibilitas perawatan. Penting diperhatikan bahwa proses peningkatan mutu berlangsung pada tataran mikro dan makro kondisi pelayanan, upaya memenuhi kebutuhan klien, serta masyarakat yang terpengaruh. Segala kegiatan yang bersangkutan diatas meruapak tanggung jawab penuh bagi seorang pekerja sosial professional.
KEGIATAN BELAJAR 2 1) Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami tentang konsep stress, adaptasi dan proses keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS.
2) Materi Konsep stress dan adaptasi 1.
Pengertian stress dan stressor
2.
Sumber stressor
3.
Jenis stress
4.
Faktor yang mempengaruhi stress
5.
Manajemen stress
6. Adaptasi terhadap stress Proses keperawatan pada pasien dengan HIV/AIDS 1. Pengkajian 2. Diagnosa 3. Intervensi Uraian Materi Konsep Stress Dan Adaptasi 1. Pengertian Stress Dan Stressor Stres merupakan suatu respons fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Stres menurut Hans Selye merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Sedangkan menurut Handoko, stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Menurut beberapa ahli stress dapat diartikan sebagai berikut: Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht).
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri ses eorang” (Soeharto Heerdjan). Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi y ang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain- lain”. “Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut” Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, B.A). Menurut Emanualsen & Rosenlicht, stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress. Stressor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan dan menyebabkan stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat menyebabkan tekanan yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan sehari-hari. Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor( penyebab stress) yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu kesehatan psikologinya. 2. Sumber Stressor a. Sumber Stres di Dalam Diri
Pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah bebagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres. b. Sumber Stres di Dalam Keluarga
Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan menimbulkan stres.
c. Sumber Stres di Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya. Karena kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di masyarakat sehinggah tidak dapat berkembang. 3. Jenis Stress Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti, berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua. Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres Psikologis, yaitu : a.
Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada rintangan, frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
b.
Konflik Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict, approach-avoidance conflict, avoidance -avoidance conflict. c.
Tekanan Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari
dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja yang berlebihan kepada suami. d.
Krisis Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada
individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus segera operasi.
Namun keadaan stres yang dialami oleh individu dapat terjadi beberapa sebab sekaligus, misalnya kombinasi antara frustasi, konflik dan tekanan.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Stress
Menurut Robbins, mengemukakan faktor –faktor yang dapat menimbulkan dan menyebabkan stres kerja antara lain:
Faktor lingkungan: Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingakat stres dikalangan karyawan. Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku
manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan.
Faktor organisasional: Seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.
Faktor individual: Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri. Menurut Sarafino (1994), faktor –faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah: a. Tuntutan kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh atasan. b. Perubahan tanggung jawab dalam kerja. c. Pekerjaan yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain, seperti pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap nyawa orang lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya menimbulkan stres. d. Lingkungan fisik pekerjaan yang tidak nyaman. e. Hobi interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja. f.
Promosi jabatan yang tidak adekuat.
g. Kontol yang padat terhadap pekerjaan.
Pada penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research penyebab stres kerja dapat dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu antara lain: a.
Dari diri individu adalah usia, kondisi fisik dan faktor kepribadian, apakah kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi ekstrovert atau introvert ayang secara keseluruhan dituangkan dalam lima faktor kepribadian (Big Five Factor Personality yang meliputi ektraversia, emotional stability, agrecables,dan operres to experience} dalam hal ini emotional stability berhubungan dengan mudah tidaknya seorang mengalami stres.
b.
Faktor dari luar individu adalah lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja, cita-cita. Lingkungan mendorong kondisi kerja penuh dengan
stres yang disebut stress kerja dan dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan. 5. Manajemen Stress Manajemen strees adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi orang orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan.“Tidak ada seorangpun yang bisa menghindarkan diri dari stres.Namun stres dapat bisa dikelola sehingga justru dapat menimbulkan nilai positif bagi seseorang.Stres tidak boleh dihilangkan sama sekali karena dia membantu kelangsungan hidup dan memberikan kelangsungan hidup” (Mudjaddid,Diffy). Stres di tempat kerja merupakan hal yang hampir setiap hari dialami oleh para pekerja di kota besar. Masyarakat pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta sebagian besar merupakan urbanis dan industrialis yang selalu disibukkan dengan deadline penyelesaian tugas, tuntutan peran di tempat kerja yang semakin beragam dan kadang bertentangan satu dengan yang lain, masalah keluarga, beban kerja yang berlebihan, dan masih banyak tantangan lainnya yang membuat stres menjadi suatu faktor yang hampir tidak mungkin untuk dihindari. Stres di tempat kerja menjadi suatu persoalan yang serius bagi perusahaan karena dapat menurunkan kinerja karyawan dan perusahaan. Sebuah lembaga penelitian terhadap stres di Amerika memperkirakan bahwa stres di tempat kerja menyebabkan para pengusaha di Amerika terpaksa merugi sekitar 300 juta dollar Amerika setiap tahunnya akibat menurunnya produktivitas, serta meningkatnya ketidakhadiran, turnover, konsumsi minuman keras dan biaya pengobatan karyawan. Di Jepang, pemerintah secara berkala memantau tingkat stres yang terjadi di tempat kerja dan menemukan bahwa jumlah karyawan yang merasakan tingkat stres tinggi dalam menjalani pekerjaan sehari-hari mengalami peningkatan dari 51% di tahun 1982 menjadi hampir dua pertiga dari total populasi pekerja yang ada di tahun 2000. Pada tahun yang hampir sama yaitu sekitar tahun 2000an, lebih dari 6000 perusahaan di Inggris mengeluarkan rata-rata lebih dari 80 ribu dollar Amerika untuk membayar kerusakan yang ditimbulkan akibat stres pada karyawan. Di Indonesia sendiri, salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh sebuah lembaga manajemen di Jakarta pada tahun 2002 menemukan bahwa krisis ekonomi yang berkepanjangan, PHK, pemotongan gaji, dan
keterpaksaan untuk bekerja pada bidang kerja yang tidak sesuai dengan keahlian yang dimiliki merupakan stressor utama pada saat itu. Konsekuensi Yang Ditimbulkan Stres di Tempat Kerja Pada Individu Pekerja dan Organisasi. Stres di tempat kerja dapat menimbulkan berbagai konsekuensi pada individu pekerja. Secara fisiologis, pekerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi dapat mengalami ganguan fisik seperti: sulit tidur, perubahan pada metabolisme, hilang selera makan, perut mual, tekanan darah dan detak jantung meningkat, gangguan pernapasan, sakit kepala, telapak tangan yang berkeringat, dan gatal-gatal. Secara psikologis, timbul ketidakpuasan kerja yang diikuti dengan adanya tekanan pada emosi seperti cemas, mudah tersinggung atau mudah marah, bad mood, muram, bosan dan sikap kasar. Stres juga bisa berakibat pada perubahan perilaku pekerja, seperti: menurunnya produktivitas, tingkat kehadiran dan komitmen terhadap organisasi. Selain itu juga menghasilkan perilaku seperti merokok atau mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan, agresivitas dalam berbicara atau bertindak, melakukan hal-hal yang mengganggu di tempat kerja, atau sering ditemukan tidur tempat kerja. Stres yang dialami secara terus-menerus dan tidak terkendali, bisa menyebabkan terjadinya burn-out yaitu kombinasi kelelahan secara fisik, psikis dan emosi.Bagi organisasi, stres di tempat kerja dapat berakibat pada rendahnya kepuasan kerja, kurangnya komitmen terhadap organisasi, terhambatnya pembentukan emosi positif, pengambilan
keputusan
yang
buruk,
rendahnya
kinerja,
dan
tingginya
turnover.Sebagaimana telah dikemukakan di awal tulisan, stres di tempat kerja pada akhirnya bisa menyebabkan terjadinya kerugian finansial pada organisasi yang tidak sedikit jumlahnya. Strategi –strategi yang termasuk dalam menagemen stres adalah: a.
Perhatikan lingkungan sekitar anda Lihatlah, mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat anda ubah atau
kendalikan dalam situasi tersebut. b.
Jauhkan diri anda dari situasi-situasi yang menekan
Beri diri anda kesempatan untuk beristrirahat biarpun hanya untuk beberapa saat setiap hari.
c. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele Cobalah untuk memprioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting dan biarkan yang lainnya mengikuti. d. Secara selektif ubahlah cara anda bereaksi Tetapi
jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan
kendalikan reaksi anda terhadap hal ini. e.
Hindari reaksi yang berlebihan Mengapa harus membenci jika sedikit tidak suka sudah cukup?Mengapa harus
merasa bingung jika cukup hanya merasa gugup?Mengapa harus mengamuk jika marah saja sudah cukup?Mengapa harus depresi ketika cukup dengan merasa sedih? f.
Tidur secukupnya Tidur merupakan istirahat yang baik untuk tubuh. Kurang istirahat hanya akan
memperburuk stress. g. Hindari pengobatan diri sendiri atau menghindar Alkohol dan obat-obatan dapat menyembunyikan stress. Namun tidak dapat membantu memecahkan masalah . h. Belajarlah untuk merelaksasikan diri
Meditasi dan latihan pernafasan telah terbukti efektif dalam mengendalikan stres.Senam ringan selama 5-10 menit juga merupakan salah satu alternatif yang dapat di gunakan untuk mengatasi stres di tempat kerja. Selain itu berlatihlah untuk menjernihkan pikiran anda dari pikiran-pikiran yang mengganggu . i.
Tentukan tujuan yang realistis bagi diri anda sendiri Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup Anda,
Anda akan dapat mengurangi beban yang berlebihan. j.
Jangan membebani diri anda secara berlebihan Dengan mengeluh mengenai seluruh beban kerja anda.Tangani setiap tugas
sebagai mana mestinya, atau tangani secara selektif dengan memperhatikan beberapa prioritas. k. Ubahlah cara pandang anda Belajarlah untuk mengenali stres.Tingkatkan reaksi tubuh anda dan buatlah mengaturan diri terhadap stres. l.
Lakukan sesuatu untuk orang lain Untuk melepaskan pikiran dari masalah anda sendiri.
m. Tingkatkan ketahanan diri anda Yang harus di garis bawahi dari manajemen stres adalah bagaimana anda bertahan dan mencari solusi yang positif. n. Mencoba berfikir positif Tanamkan pada diri anda bahwa anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik dari pada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi? Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu komplek. Stres dapat menyebabkan meningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron.Hal ini sebaiknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan.Hadapilah setiap masalah
yang datang dengan tetap berfikiran positif.Berusaha untuk mencari jalan keluar adalah kunci keberhasilan menghadapi masalah tersebut. o. Biasakan hidup sehat makan dengan gizi seimbang Berusahalah mempertahankan aktifitas yang reatif seperti olahraga dan rekreasi, hindari rokok dan minuman keras, cukup istirahat dan tidur. p. Tetaplah memelihara hubungan persahabatan dan sosial dengan orangorang di luar lingkungan kerja atau belajar. Misalnya; tetangga, kerabat dekat,serta melibatkan diri dalam aktifitas yang berguna seperti kegiatan sosial dan keagamaan. Keuntungan manajemen stress Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, daya ingat dan daya pikir, kualitas tidur, kualitas hubungan sosial, kualitas cinta kasih dalam keluarga, produktivitas, lingkungan kerja atau belajar yang sehat dan dinamis, sangat memberi kontribusi menekan efek samping sterss kecakapan mengelola stress juga ditenagarai dapat mengurangi resiko terkena seperti jantung dan stroke. 6.
Adaptasi Terhadap Stress Ketika mengalami stres,orang menggunakan energi fisiologis,psikologis,sosial budaya
dan spiritual untuk beradaptasi.jumlah energi yang dibutuhkan dan efektifitasnya upaya adaptasi tersebut bergantung pada intensitas,lingkup,dan jangka waktu stresor,serta jumlah stresor lainya. a. Fisiologis Riset klasik yang dilakukan Selye 1976(dalam potter dan Perry,1997)membagi adaptasi fisiologi menjadi sindrom adaptasi lokal(lokal adaptasi sindrom,LAS)dan sindrom adaptasi umum(general adaptation syndrom-GAS) Adaptasi fisiologis dapat berupa:
LAS (local Adaptation Syndroma) merupahkan proses adaptasi yang bersifat
Misalnya :
Merah
Nyeri
Bengkak
Panas
Fungsiolaesa
Ciri-ciri LAS ada
Bersifat lokal yaitu tidak melibatkan seluruh sistim tubuh
Bersifat adaptif yaitu diperluhkan stresor untuk menstimulasikan
Bersifat jangka pendek yaitu tidak berlangsung selamanya
Bersifat restoratif yaitu membantu memperbaiki homeostatis daerah atau bagian tubuh
GAS adalah proses adaptasi bersifat umum atau sistemik.misalnya apabila reaki lokal tidak dapat diatasi,maka timbul gangguan sistim atau seluruh tubuh lainya berupa panas diseluruh tubuh,berkeringat,dll. Gas terdiri 3 tahap, yaitu:
Tahap reaksi Merupakan tahap awal dari proses adaptasi,yaitu tahap dimana individu siap menghadapi stresor yang akan masuk kedalam tubuh.tahap ini ditandai dengan kesiagaan yang ditandai dengan perubahan fisiologis pengeluaran hormon oleh hipotalamus yang menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan adrenalin ,yang selanjutnya memacu denyut jantung dan menyebabkan pernapasan menjadi cepat dan
dangkal,kemudian
hipotalamus
melepaskan
hormon
ACTH(hormon
adrenokortikotropik)yang dapat merangsang adrenal untuk mengeluarkan kortikoid yang akan mempengaruhi berbagai fungsi tubuh.aktifitas hormonal yang ekstensif tersebut mempersiapkan seseorang untuk ‘’fight or flight”
Tahap resistensi
Pada tahap ini tubuh mulai stabil,tingkat hormon tekanan darah dan output jantung kembali kenormal.individu berupaya beradaptasi dengan stres.jika stres dapat diselesaikan tubuh akan memperbaiki kerusakan yang mungkin telah tejadi,namun jika stresor tidak hilang ia akan memasuki tingkat ke 3.
Tahap kelelahan Tahap ini ditandai dengan terjadinya kelelahan karena tubuh tidak mampu lagi menanggung stres dan habisnya energi yang diperluhkan untuk beradaptasi,tubuh tidak mampu melindungi dirinya sendiri menghadap stresor,regulasi fisiologis menurun,dan jika stres terus berkelanjut dapat menyebabkan kematian.
b. Adaptasi Psikologis Adapatasi adalah proses penyesuaian secara psikologis dengan cara melakukan mekanisme pertahanan diri yang bertujuan untuk melindungi atau bertahan dari serangan atau hal yang tidak menyenangkan. Adaptasi psikologis bisa bersifat konstruktif dan destruktif. Perilaku yang konstruktif membantu individu menerima tantangan untuk memecahkan konflik.perilaku destruktif ,tidak membantu individu mengatasi stresor. Perilaku adaptasi juga mengacu pada mekanisme koping(coping mechanisme) yang berorientasi pada tugas(task oriented) dan mekanisme pertahanan diri(ego oriented)
Reaksi yang berorientasi pada tugas Reaksi ini melibatkan penggunaan kognitif untuk mengurangi stres dan
memecahkan masalah.terdapat 3 jenis perilaku yang umum: 1. menyerang,yaitu bertindak menghilangkan,mengatasi stresor,atau memenuhi kebutuhan,misalnya berkonsultasi dengan orang yang ahli. 2. Menarik diri dari strsor secara fisik maupun emosi. 3. Berkomromi, yaitu mengubah metode yang biasa digunakan,mengganti tujuan.
Reaksi berorientasi pada ego
Reaksi ini dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri secara psikologis untuk mencegah gangguan psikologis yang lebih dalam. Mekanisme pertahanan diri tersebut adalah: 1. Rasionalisasi:berusaha memberikan alasan yang rasional sehingga masalah yang dihadapinya dapat teratasi. 2. Pengalihan:upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan pengalihan tingka laku pada obiek lain,contohnya jika seseorang terganggu akibat situasi gaduh yang disebabkan oleh temannya ,maka ia berupaya mengalahkan temannya itu. 3. Kompensasi;mengatasi masalah dengan mencari kepuasan pada keadaan lain.misalnya seseorang memiliki masalah karena menurunnya daya ingat ,maka disisi lain ia berusaha menonjolkan bakat melukis yang dimilikinya. 4. Identifikasi:meniru perilaku orang lain dan berusaha mengikuti sifat,karakteristik dan tindakan orang tersebut. 5. Represi;mencoba menghilangkan pikiran masa lalu yang buruk dengan melupakan atau menahannya di alam bawah sadar dan sengaja melupakannya. 6. Supresi: berusaha menekan masalah yang secara sadar tidak diterima dan tidak memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan. 7. Penyangkalan; upay pertahanan diri dengan cara menyangkal masalah yang dihadapi atau tidak mau menerimah kenyataan yang dihadapinya.misalnya menolak kenyataan pasangan sudah meninggal dunia dengan cara tetap melakukan rutinitas seolah-olah pasangan masih ada. c. Adaptasi Sosial Budaya Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian
perilaku
yang
sesuai
dengan
normal
yang
berlaku
dimasanyarakat.misalnya seseorang yang tinggal dalam lingkungan masnyarakat dengan budaya gotong royong akan berupaya beradaptasi dengan lingkungannya tersebut d. Adaptasi Spiritual
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimilikisesuai dengan agama yang dianutnya.misalnya apabila mengalami stres, seseorang akan giat melakukan ibadah,seperti rjin sumbayang,puasa dan sebagainya.
Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS a. Pengkajian Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah 1. Aktivitas / istirahat. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis. 2. Integritas ego. Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis. Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal. 3. Makanan / cairan. Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema. Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat. 4. Nyeri / kenyamanan.
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit. Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan. b. Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan. Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges) adalah :
Diagnosis Keperawatan 1 :
Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah. Hasil yang diharapkan : Keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat. INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi frekuensi dan waktu. Tandai gejala nonverbal dan juga tanda-tanda misalnya gelisah, takikardia, meringis. perkembangan komplikasi. Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi atau imajinasi, relaksasi progresif, Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat. teknik nafas dalam. Dorong pengungkapan perasaan
Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.
M,emberikan penurunan nyeri/tidak nyaman, mengurangi demam. Obat yang dikontrol Berikan analgesik atau antipiretik narkotik. pasien berdasar waktu 24 jam dapat Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) mempertahankan kadar analgesia darah untuk memberikan analgesia 24 jam. tetap stabil, mencegah kekurangan atau kelebihan obat-obatan. Lakukan tindakan paliatif misal pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit.
Meningkatkan relaksasi atau menurunkan tegangan otot.
Diagnosis keperawatan 2
Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal. Hasil yang harapkan : Mmpertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy. INTERIVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Lesi mulut, tenggorok dan esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan Kaji kemampuan untuk mengunyah, perasakan dan kemampuan pasien untuk mengolah menelan. makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.
Auskultasi bising usus
Hopermotilitas saluran intestinal umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara makan.
Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika memungkinakan sarankan makanan dari rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi sering berupa makanan padat nutrisi, tidak bersifat asam dan juga minuman dengan pilihan yang disukai pasien. Dorong konsumsi makanan berkalori tinggi yang dapat merangsang nafsu makan
Melibatkan orang terdekat dalam rencana member perasaan control lingkungan dan mungkin meningkatkan pemasukan. Memenuhi kebutuhan akan makanan nonistitusional mungkin juga meningkatkan pemasukan.
Rasa sakit pada mulut atau ketakutan akan Batasi makanan yang menyebabkan mual atau mengiritasi lesi pada mulut mungkin akan muntah. Hindari menghidangkan makanan yang panas menyebabakan pasien enggan untuk dan yang susah untuk ditelan makan. Tindakan ini akan berguna untuk meningkatakan pemasukan makanan. Mengindikasikan status nutrisi dan fungsi Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, misal BUN, organ, dan mengidentifikasi kebutuhan Glukosa, fungsi hepar, elektrolit, protein, dan albumin. pengganti. Berikan obat anti emetic misalnya metoklopramid.
Mengurangi
insiden
muntah
dan
meningkatkan fungsi gaster
Diagnosa keperawatan 3
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare berat Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi. INTERVESI KEPERAWATAN
RASIONAL
Mempertahankan keseimbangan Pantau pemasukan oral dan pemasukan cairan cairan, mengurangi rasa haus dan sedikitnya 2.500 ml/hari. melembabkan membrane mukosa. Meningkatkan pemasukan cairan Buat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan tertentu mungkin terlalu cairan yang mudah ditoleransi oleh pasien dan yang menimbulkan nyeri untuk menggantikan elektrolit yang dibutuhkan, misalnya dikomsumsi karena lesi pada Gatorade. mulut. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.
Indicator tidak langsung dari status cairan.
Hilangakan makanan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur kecepatan atau Mungkin dapat mengurangi diare konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika dibutuhkan Menurunkan jumlah dan keenceran Nerikan obat-obatan anti diare misalnya ddifenoksilat feses, mungkin mengurangi kejang (lomotil), loperamid Imodium, paregoric. usus dan peristaltis.
Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan) Hasil yang diharapkan
:
Mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami sesak nafas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru Memperkirakan adanya perkembangan yang mengalami penurunan, atau kehilangan komplikasi atau infeksi pernafasan, ventilasi, dan munculnya bunyi adventisius. misalnya pneumoni, Misalnya krekels, mengi, ronki. Takipnea, sianosis, tidak dapat beristirahat, Catat kecepatan pernafasan, sianosis, dan peningkatan nafas, menuncukkan peningkatan kerja pernafasan dan munculnya kesulitan pernafasan dan adanya dispnea, ansietas kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi medis Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan Meningkatkan fungsi pernafasan yang pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas optimal dan mengurangi aspirasi atau sesuai kebutuhan. infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis. Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan Mempertahankan oksigenasi efektif untuk melalui cara yang sesuai misalnya kanula, mencegah atau memperbaiki krisis masker, inkubasi atau ventilasi mekanis pernafasan
Diagnose keperawatan 5
Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi. Hasil yang diharapkan : Melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya. INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
Berbagai factor dapat meningkatkan kelelahan, Kaji pola tidur dan catat perunahan termasuk kurang tidur, tekanan emosi, dan dalam proses berpikir atau berperilaku efeksamping obat-obatan Periode istirahat yang sering sangat yang Rencanakan perawatan untuk dibutuhkan dalam memperbaiki atau menyediakan fase istirahat. Atur aktifitas menghemat energi. Perencanaan akan pada waktu pasien sangat berenergi membuat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan
sehat dan control diri. Memungkinkan penghematan energy, Dorong pasien untuk melakukan apapun peningkatan stamina, dan mengijinkan pasien yang mungkin, misalnya perawatan diri, untuk lebih aktif tanpa menyebabkan kepenatan duduk dikursi, berjalan, pergi makan dan rasa frustasi. Pantau respon psikologis terhadap Toleransi bervariasi tergantung pada status aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan pernafasan atau jantung cairan, dan tipe penyakit. Rujuk pada terapi fisik atau okupasi
Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas yang membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot
KEGIATAN BELAJAR 3 1) Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami pengetahuan dasar, kriteria diagnostik dan terapi HIV/AIDS. 2) Materi Pengetahuan dasar HIV/AIDS 1. Definisi HIV/AIDS 2. Cara penularan HIV/AIDS 3. Tahapan klinis HIV/AIDS 4. Window period 5. HIV dan infeksi lainnya 6. Infeksi opurtunistik Kriteria diagnostik HIV/AIDS 1. Tes diagnostik 2. Pemeriksaan laboratorium 3. Diagnosis HIV pada bayi, anak, dewasa Terapi HIV 1. Terapi HIV 2. Manfaat ART 3. Indikasi memulai ART 4. Dampak ART 5. Efek samping ART
6. Kegagalan terapi HIV Uraian Materi Pengetahuan Dasar HIV/AIDS 1. Definisi HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi. Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Bahaya AIDS Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa
mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal. Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus.
Retrovirus
mengubah
asam
ribonukleatnya
(RNA)
menjadi
asam
deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
2. Cara penularan HIV/AIDS Virus HIV terdapat dalam darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua yang berupa cairan tubuh yang bersal dari tubuh penderita HIV dapat dipastikan infeksius dan sangat berpotensial untuk menularkan virus ini pada orang lain, termasuk ketika seseorang penderita HIV positif melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Dan bukan tidak mungkin jika pasangan seksual itu juga terjangkit penyakit HIV/AIDS apalagi tidak menggunakan kondom. Baik penderita pria maupun wanita sangat beresiko menularkan virus HIV ini ketika pasangan melakukan hubungan badan, yakni melalu cairan sperma(laki-laki) dan melalu darah menstruasi pada vagina(perempuan). Selain itu HIV juga ditularkan melalui jarum suntik yang digunakan bersamaan dengan penderita HIV dengan yang bukan penderita(kemungkinan besar akan terinfeksi). Dan juga virus HIV bias ditularkan oleh seorang ibu yang positif menderita HIV/AIDS ketika ia hamil dan memberi ASI untuk anakanya.
3. Tahapan klinis HIV/AIDS Ada beberapa tahapan infeksi HIV hingga seseorang menjadi AIDS. WHO membaginya sesuai gejala klinis dan beberapa tes pemeriksaan yang dilakukan dokter. Apa saja tahap infeksinya? Yuk ikuti penjelasan berikut ini.
Gejala awal HIV Gejala awal adalah gejalayang terjadi beberapa minggu setelah seseorang terpapar oleh virus HIV. Biasanya berlangsung 3-6 minggu, dan terjadi paling lama 3 bulan setelah virus tersebut masuk ke tubuh melalui beberapa cara, misalnya tertusuk jarum setelah dipakai penderita HIV atau berhubungan sex dengan penderita HIV. Gejalanya dapat serupa dengan gejala sakit flu, yaitu:
Demam
Nyeri menelan
Batuk
Lemas dan merasa tidak enak badan
Diare
Pembesaran kelenjar getah bening Gejala-gejala tersebut berlangsung beberapa hari, kemudian sembuh spontan
walaupun tanpa pengobatan. Pada saat ini, penderita sudah mulai dapat menularkan penyakitnya ke orang lain. Gejala HIV stadium I Stadium 1 adalah fase di mana gejala awal sudah mulai hilang, disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Pada tahap ini, pengidap HIV akan terlihat normal, seperti orang sehat biasa pada umumnya, sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi oleh virus HIV. Periode tanpa gejala dapat terjadi bertahun-tahun, bisa 5-10 tahun tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Rata-rata, para penderita HIV akan berada di stadium ini selama 7 tahun. Pada stadium ini, penderita tidak menunjukkan gejala, dan kalau pun ada gejala, hanya berupa pembesaran kelenjar getah bening di berbagai bagian tubuh penderita, misalnya leher, ketiak, dan lipatan paha.
Gejala HIV stadium II Pada stadium ini, daya tahan tubuh sudah mulai turun. Virus menunjukkan aktivitasnya pada daerah yang memiliki membran mukosa kecil. Gejalanya beragam, dan masih belum khas. Biasanya hal ini terjadi pada pasien yang memiliki gaya hidup tidak berisiko tinggi dan masih belum mengetahui bahwa dirinya sudah terinfeksi. Akibatnya, mereka tidak melakukan pemeriksaan darah dan otomatis tidak memperoleh pengobatan dini untuk mencegah percepatan masuk ke stadium infeksi HIV berikutnya. Gejalanya berupa: 1. Penurunan berat badan kurang dari 10% dari perkiraan berat badan sebelum terkena penyakit, yang tidak diketahui penyebabnya. Penderita tidak dalam diet atau pengobatan yang dapat menurunkan berat badan. 2. Infeksi saluran napas atas yang sering kambuh, seperti: sinusitis, bronkhitis, radang telinga tengah (otitis media), radang tenggorokan (faringitis). 3. Herpes zoster yang berulang dalam 5 tahun. 4. Radang pada mulut dan stomatitis (sariawan) yang berulang. 5. Gatal pada kulit (papular pruritic eruption). 6. Dermatitis seboroik yang ditandai ketombe luas yang tiba-tiba muncul. 7. Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari. Gejala HIV stadium III Fase ini disebut fase simptomatik, yang sudah ditandai dengan adanya gejalagejala infeksi primer. Gejala yang timbul pada stadium III ini cukup khas sehingga kita bisa mengarah pada dugaan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Penderita biasanya lemah dan menghabiskan waktu 50% di tempat tidur. Namun, diperlukan pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis dengan tepat. Rentang waktu dari stadium III menuju AIDS ratarata 3 tahun. Gejala pada stadium III antara lain: 1. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari perkiraan berat badan sebelumnya tanpa penyebab yang jelas. 2. Mencret-mencret (diare) kronis yang tidak jelas penyebabnya lebih dari 1 bulan.
3. Demam yang terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 1 bulan yang tidak jelas penyebabnya. 4. Infeksi jamur di mulut (candidiasis oral). 5. Oral hairy leukoplakia. 6. Tuberkulosis paru yang terdiagnosis 2 tahun terakhir. 7. Radang mulut akut nekrotik, ginggivitis (radang gusi), periodontitis yang berulang dan tidak kunjung sembuh. 8. Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan turunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Gejala HIV stadium IV Stadium ini disebut juga stadium AIDS, ditandai secara fisik dengan munculnya pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh dan selanjutnya muncul beberapa infeksi oportunistik. Pada umumnya, kondisi tubuh sangat lemah dengan aktivitas di tempat tidur di atas 50%. Fase ini adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 yang kurang dari 200. Gejalanya antara lain: 1. HIV wasting syndrome, di mana penderita menjadi kurus kering dan tidak bertenaga. 2. Pneumonia pneumocystis: batuk kering, sesak yang progresif, demam, dan kelelahan berat. 3. Infeksi bakteri yang berat seperti infeksi paru (pneumonia, emfisema, pyomyositis), infeksi sendi dan tulang dan radang otak (meningitis). 4. Infeksi herpes simplex kronis (lebih dari 1 bulan). 5. Penyakit tuberkulosis di luar paru, misalnya tuberkulosis kelenjar. 6. Kandidiasis esofagus yaitu infeksi jamur di kerongkongan yang membuat penderita sangat sulit untuk makan. 7. Sarkoma Kaposi. 8. Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma di otak yang dapat menyebabkan abses/borok otak. 9. Encephalophaty HIV, keadaan di mana penderita sudah mengalami penurunan dan perubahan kesadaran.
4. Window Period 5. HIV dan Infeksi lainnya 6. Infeksi Oportunistik Kriteria Diagnostik HIV/AIDS 1. Tes Diagnostik 2. Pemeriksaan Laboratorium 3. Diagnosis HIV Pada Bayi, Anak Dan Dewasa Terapi HIV 1. Terapi HIV 2. Manfaat ARV 3. Indikasi Memulai ARV 4. Dampak?Efek Samping ARV 5. Kegagalan Terapi HIV
KEGIATAN BELAJAR 4 1) Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami manfaat konseling dan VCT, Universal Precaution serta memahami hak dan kewajiban pasien HIV/AIDS. 2) Materi Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV 1. Definisi konseling 2. Konseling HIV/AIDS 3. VCT (Voluntary Counseling Testing) Unversal Precautions 1. Pengertian universal precautions 2. Lingkup universal precautions 3. Sterilisasi 4. Strategi untuk meningkatkan keselamatan petugas kesehatan 5. Tindakan yang tidak dianjurkan Hak dan Kewajiban ODHA 1. Hak ODHA 2. Kewajiban ODHA
3. Pemakaian obat 4. Status HIV Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 5 1) Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami isu etik dan legal, nutrisi dan manfaat olahraga pada pasien HIV/AIDS 2) Materi Isu Etik dan Legal pada penderita HIV 1. Konsep etik dan hukum dalam asuhan keperawatan pasien HIV/AIDS 2. Isu etik dan hukum pada konseling pre-post tes HIV 3. Stigma dan diskriminasi Nutrisi pada pasien HIV/AIDS 1. Pentingnya nutrisi bagi pasien HIV/AIDS 2. Prinsip pemberian nutrisi pada pasien HIV/AIDS 3. Keamanan bahan makanan dan minuman 4. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi pasien 5. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan HIV/AIDS Manfaat olahraga bagi pasien HIV/AIDS 1. Efek latihan fisik terhadap tubuh 2. Adaptasi system imun selama olahraga 3. Prinsip senam pada pasien HIV
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 6 1) Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami terapi alternatif, pendidikan kesehatan pada pasien HIV/AIDS dan memahami asuhan keperawatan wanita dan anak dengan HIV/AIDS 2) Materi Terapi alternatif pada pasien HIV/AIDS