MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -8-
Modul 1 1.1. Judul : Gaya Gaya dan Keseimbangan K eseimbangan Gaya Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah membaca modul, mahasiswa bisa memahami pengertian tentang gaya. Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan konsep pengertian tentang gaya dan bagaimana bisa melakukan penjumlahannya penjumlahannya 1.1.1. Pendahuluan Gaya serta sifat-sifatnya perlu difahami dalam ilmu Mekanika Teknik
karena dalam ilmu tersebut, mayoritas membicarakan tentang gaya, sedang Mekanika Teknik adalah merupakan mata kuliah dasar keahlian yang perlu dimengerti oleh semua sarjana Teknik Sipil. Jadi dengan memahami sifat-sifat gaya, mahasiswa akan lebih mudah memahami permasalahan yang terjadi di pelajaran Mekanika Teknik. Misal pada suatu jembatan, kendaraan yang lewat adalah merupakan suatu beban luar yang ditampilkan dalam bentuk gaya. Contoh :
* Suatu kendaraan yang terletak diatas jembatan * Beban roda kendaraan pada jembatan tersebut adalah suatu beban atau gaya.
gaya
struktur jembatan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -9-
1.1.2. Pengertian tentang Gaya dan Garis Garis Kerja gaya Gaya
adalah merupakan vektor yang mempunyai besar dan arah.
Penggambarannya biasanya berupa garis dengan panjang sesuai dengan skala yang ditentukan. Jadi panjang garis bisa dikonversikan dengan besarnya gaya. *
Contoh 1
Orang berdiri dengan berat 50 kg arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi) ditunjukkan dengan gambar anak panah ke bawah dengan skala 1 cm = 50 kg
Panjang gaya 1 cm
Jadi 50 kg adalah gaya yang y ang diakibatkan oleh orang berdiri tersebut dengan arah gaya kebawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan berat 50 kg. * Contoh 2 Batu diatas meja dengan berat 10 kg Panjang gaya = 1 cm
Arah berat = kebawah (sesuai arah gravitasi) ditunjukkan dengan gambar anak panah dengan skala 1 cm = 10 kg
Jadi 10 kg adalah gaya yang diakibatkan oleh batu yang menumpu di atas meja dengan arah gaya ke bawah yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm karena panjang 1 cm setara dengan gaya 10 kg.
* Contoh 3 15 kg Orang mendorong mobil mogok kemampuan orang mendorong tersebut adalah 15 kg. 1 cm
Panjang gaya Arah dorongan kesamping kanan ditunjukkan dengan gambar anak panah arah kesamping dengan skala 1 cm = 15 kg
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -10-
Jadi 15 kg adalah gaya yang diberikan oleh orang untuk mendorong mobil mogok dengan arah kesamping kanan, yang diwakili sebagai gambar anak panah dengan panjang 1 cm karena 1 cm setara dengan 15 kg.
Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya
Seperti contoh di bawah : Contoh *
Garis kerja gaya orang yang mempunyai
berat 50 kg tersebut adalah vertikal
Garis kerja
gaya Orang dengan berat 50 kg garis kerja gaya 15 kg
Garis kerja gaya untuk
mendorong mobil mogok tersebut adalah horisontal
Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut.
Contoh: mobil mogok diatas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan orang yang mendorong adalah merupakan titik tangkap gaya.
titik tangkap gaya Titik tangkap gaya
gaya
50 kg
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -11-
1.1.3. Sifat Gaya Gaya dan titik tangkap gaya bisa dipindah-pindahkan asal masih dalam
daerah garis kerja gaya Contoh dalam gambar K dan d an K1 adalah merupakan gaya. Ga
Posisi gaya K lama
Posisi gaya K baru
mb ar
garis kerja gaya
Posisi gaya K 1 lama
1.1 . Ga
K 1
mb ar
Posisi gaya K 1 baru
gar is kerja gaya
1.1.4. Penjumlahan Gaya Penjumlahan Penjumlahan gaya bisa dilakukan secara analitis maupun grafis.
1.1.4.1. Penjumlahan secara grafis Penjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, jadi gaya-gaya tersebut sebidang, bisa secara langsung dijumlahkan secara grafis.
A
C
K 1
D
R = K 1 + K 2
K 2 Titik tangkap gaya
B
K 1, K 2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlahkan Urut-urutan penjumlahan Buat urut-urutan penjumlahan garis sejajar dengan K 1 dan K 2 di ujung gaya, (K 1 diujung K 2 dan sehingga K 2 diujung K 1 ) membentuk bentuk jajaran genjang D.A.C.B Salah satu diagonal yang panjang tersebut yaitu R
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -12-
Gambar 1.2. Penjumlahan gaya secara grafis
Penjumlahan 2 gaya yang sebidang, tapi titik tangkapnya tidak sama.. Gaya-gaya tersebut bisa dipindahkan sepanjang garis kerja gaya. Gamb
R = K 1 + K 2 A
-
B
ar 1.3 Penju
-
Posisi awal (K 2)K K 22
K 1 dan K 2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlahkan d ijumlahkan.. 2 gaya tersebut tidak mempunyai titik tangkap yang sama, tapi masih sebidang.
Posisi awal K K 1 1 (K 1)
mlaha n gaya secara
0
K 1
C
grafis, yang
titik tangkapnya tidak sama
Urutan-urutan penjumlahan - Gaya K 1 dipindah searah garis kerja gaya sampai garis kerja
gaya K 1 bertemu dengan garis kerja gaya K 2, 2, pertemuannya di titik 0. - Buat garis-garis sejajar gaya K 1 dan K 2 di ujung-ujung gaya yang berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang, OABC - Salah satu satu diagonal yang yang terpanjang (R) adalah merupakan merupakan jumlah dari K 1 dan K 2. 2.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -13-
Penjumlahan 3 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal
Penjumlahan tersebut bisa dilakukan secara bertahap C
E
R1=K 1+K 2 R2
R1
K 1, K 2 dan K 3 adalah gaya-gaya
K 2
A
B
K 1
R R22 = R + K 1 3 = K 1 + K 2 + K 3
yang akan dijumlahkan dengan titik tangkap tunggal. Urut-urutan penjumlahan.
0
K 3 D
Jumlahkan dulu K 1, K 2 dengan
cara Gambar 1.4. Penjumlahan 3
gaya secara grafis
membuat
garis
sejajar
dengan gaya-gaya tersebut (K 1, K 2) di ujung-ujung gaya yang berlainan sehingga membentuk suatu jajaran genjang 0ACB
Salah satu diagonal terpanjang yaitu R 1 adalah merupakan jumlah K 1 +
K 2 Buat garis sejajar K 3 dan
R1 di ujung gaya-gaya
yang berlainan
sehingga membentuk jajaran genjang 0CED Salah satu diagonal terpanjang (R 2) adalah jumlah dan R1 dan K 3
sehingga sama dengan jumlah antara K 1, K 2 dan K 3.
Penjumlahan 3 gaya yang tidak mempunyai titik tangkap tunggal
Penjumlahan tersebut dilakukan secara bertahap Penjumlahan Titik tangkap gaya bisa dipindahkan d ipindahkan sepanjang garis kerja gaya.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -14-
K 1
Urut-urutan penjumlahan
(posisi awal) (Posisi awal) K 2
R1 = K 1 + K 2 C
K 1, K 2 dan K 3 adalah gaya-
gaya yang akan dijumlahkan. Kerjakan dulu penjumlahan
A K 1
antara K 1 dan K 2 dengan
B
cara :
K 2
Tarik
gaya
K 1
dan
K 2
sehingga titik tangkapnya
0 R2 = R1 + K 3 = K 1 + K 2 + K 3
bertemu pada satu titik di O. Buat garis sejajar K 1 dan K 2
F D
pada
ujung-ujung
yang
berlainan
gaya
sehingga
membentuk jajaran gen jang OACB
R1 E
Posisi awal (K 3)
K 3
Salah satu diagonal yang
terpanjang yaitu R 1 adalah
01 Gambar 1.5. Penjumlahan 3 gaya yang tidak
mempunyai titik tunggal, secara grafis
merupakan jumlah dari K 1 dan K 2. Tarik
gaya
R1
dan
K 3
sehingga titik tangkapnya bertemu pada titik di 0 1
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -15-
Buat garis sejajar R 1 dan K 3 melalui ujung gaya yang berlainan sehingga
membentuk jajaran genjang 0 1, D F E, salah satu diagonal yang terpanjang adalah R2 yang merupakan jumlah antara R 1 dan K 3 berarti jumlah antara K 1 dan K 2 dan K 3.
K 3
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -16-
a K 1 b1
D
K 1 A B K 2
C
K 3
K 2 K 4
titik tangkap
O
R
K 1
O
c K 3
d K 4
R
e Polygon Batang
Jari-jari Polygon
Gambar 1.6. Polygon batang dan jari-jari polygon
Gaya K 1, K 2, K 3 dan K 4 adalah gaya-gaya yang mau dijumlahkan
Untuk pertolongan, perlu dibuat jari-jari polygon (lihat gambar) dengan cara sebagai berikut : -
buat rangkaian gaya K 1, K 2, K 3 dan K 4 secara berurutan dimana tiap-tiap gaya sejajar dengan dengan gaya aslinya (pada (pada gambar jari-jari jari-jari polygon).
-
pangkal gaya K 1 dan ujung gaya K 4 merupakan jumlah (resultante) gaya K 1, K 2, K 3 dan K 4 yaitu R, yang diwakili oleh garis sepanjang a-e tapi letak titik tangkapnya belum betul.
- Ambil titik 0 sembarang di daerah sekitar R -
Tarik garis dari 0 ke ujung-ujung ujung-ujung gaya sehingga ketemu ketemu titik a, b, c, d, dan e, garis - garis tersebut diberi tanda titik satu buah ( ) sampai lima buah (
) pada garis tersebut. Garis-garis tersebut dinamakan
jari-jari polygon. -
Dari gaya-gaya asal yang akan dijumlahkan ditarik garis sejajar O a
- Dari titik garis sejajar Ob ( A dibuat ) memotong gaya K 1 di(titik A.) memotong gaya K 2 di titik B
Dari titik B dibuat garis sejajar Oc (
) memotong K 3 di
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -17-
titik C. Dari titik C dibuat garis sejajar Od (
) memotong K 4 di D.
Dari titik D dibuat garis sejajar Oe ( dan garis
(
)
, perpanjangan garis
) )( pada polygon batang akan ketemu di titik O
yang merupakan titik tangkap jumlah (resultante) gaya-gaya K 1, K 2, K 3 dan K 4. Dari titik O dibuat garis sejajar R yaitu garis R. Jadi R adalah merupakan jumlah (resultante) dari gaya-gaya K 1, K 2, K 3 dan K 4 dengan titik tangkap yang betul, dengan garis kerja melewati 0
1.1.4.2. Penjumlahan secara analitis Dalam penjumlahan secara analitis kita perlu menentukan titik pusat (salib sumbu) koordinat, yang mana biasanya sering dipakai adalah sumbu oxy. Didalam salib sumbu tersebut gaya-gaya yang akan dijumlahkan, diproyeksikan. Contoh : Pernjumlahan Pernjumlahan 2 gaya yang mempunyai titik tangkap tunggal
y
y
K 2
K 2 y K 1
K 1 y
O
E
F
K 1x
x
K 2x
K 1 dan K 2 adalah gayagaya yang akan dijumlahkan dimana mempunyai titik tangkap tunggal di O ; Eadalah sudut antara K 1 dengan sumbu ox Fadalah sudut antara K 2 dengan sumbu ox
K 1 dan K 2 diuraikan searah Gambar 1.7. Penjumlahan gaya secara analitis dengan sumbu x dan y
K 1x = K 1 cos E
;
K 2x = K 2 cos F
K 1y = K 1 sin E
;
K 2y = K 2 sin F
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -18-
Semua komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah dengan oy. Rx = K 1x + K 2x
Rx = § Kx
Ry = K 1y + K 2y
Ry = § Ky
Jumlah gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari komponen-komponen tersebut adalah : R=
Rx ² Ry ²
Penjumlahan 2 gaya dengan letak titik tangkap berbeda b erbeda
K 1
y K 1y
K 1 dan K 2 adalah gaya-gaya yang akan dijumlah-kan dengan letak titik tangkap berbeda. K 1 membentuk sudut E dengan sumbu ox K 2 membentuk sudut Fdengan sumbu ox.
K 1 dan K 2 diuraikan searah dengan sumbu x dan y
E
K 2 K 2y
F
O
K 1x
K 2x
Gambar 1.8. Penjumlahan gaya dengan titik
tangkap berbeda, secara analitis
x
K 1x = K 1 cos E ; K 2x = K 2 cos F K 1y = K 1 cos E ; K 2y = K 2 sin F
Semua Komponen yang searah ox dijumlahkan demikian juga yang searah oy. Rx = K 1x + K 2x Ry = K 1y + K 2y
Rx = § Kx Ry = § Ky
Jumlah gaya-gaya total yang merupakan penjumlahan secara analitis dari komponen-komponen tersebut adalah :
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -19-
R=
Rx ² Ry ²
1.1.5. Latihan 1.
Dua gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama sama seperti seperti seperti pada gambar. gambar. K 1 = 5 ton dan K 2 = 7 ton, sudut yang dibentuk antara 2 gaya tersebut adalah 45°. Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun grafis
K 1 45°
K 2
2. K 1 Dua gaya K 1 dan K 2 tidak mempunyai titik tangkap yang sama K 1 = 10 ton dan K 2 = 4 ton Garis kerja ke dua gaya tersebut bertemu dan
K 2
membentuk sudut 60°
Cari besarnya jumlah gaya-gaya tersebut (R) baik secara analitis maupun garfis.
3. 5 ton
7 ton
9 ton
4 ton
0 K 1
K 2
K 3
Empat gaya K 1, K 2, K 3 dan K 4, dengan besar dan arah seperti pada gambar
K 4
Cari besar dan arah jumlah gaya-gaya tersebut (R) dengan cara polygon batang.
1.1.6. Rangkuman
Gaya adalah suatu besaran vektor yang mempunyai besar dan arah serta
diketahui letak titik tangkapnya.
Gaya bisa dipindah-pindah sepanjang garis kerja gaya
Penjumlahan gaya-gaya bisa dilakukan secara grafis ataupun analitis.
Penjumlahan gaya lebih dari 4 buah bisa memakai cara grafis dengan bantuan polygon batang.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -20-
1.1.7. Penutup Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci yang ada, secara bertahap. Soal 1 dan 2 ada jawaban secara analitis dan grafis, sedang soal no. 3 hanya berupa grafis, skor penilaian ada di tabel bawah untuk mengontrol berapa skor yang didapat.
No.
soal Sub Jawaban 1 Analitis
Grafis
2
Analitis
Grafis
3
Jawaban R = 11,1 ton sdt = 22,5° dari sumbu x R = 11,1 ton sdt = 22,5° dari sumbu x R = 12,5 ton sdt = 30° dari sumbu x R = 12,5 ton sdt = 30° dari sumbu x
Skor Nilai
R = 24 ton
50 50
50
50
50
50
Grafis
Jari-jari polygon Polygon batang 1.1.8. Daftar Pustaka 1.
Samuel E. French,
Determinate Structures
ITP (International
Thomson Publishing Company) 1996. Bab I. 2.
Suwarno. Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM bab I.
3.
Soemono. Statika I ITB. Bab I
1.1.9. Senarai Gaya
= mempunyai besar dan arah
Resultante
= jumlah
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -21-
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -22-
1.2. JUDUL : PENGG AMBARAN STRUKTUR DALAM MEKANIKA TEKNIK
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini, maka siswa bisa memahami secara jelas apa itu bentuk-bentuk struktur di bidang teknik sipil, sehingga dalam menerima pelajaran akan lebih mudah menerima. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar tentang struktur dalam suatu bidang Teknik Sipil, mengerti tentang beban, kolom, balok, reaksi dan gaya dalam, serta bisa menggambar skema struktur dalam mekanika teknik. 1.2.1. Pendahuluan Dalam disiplin ilmu teknik sipil dimana mahasiswa akan diajak bicara tentang bangunan gedung, jembatan dan lainsebagainya, maka mahasiswa perlu tahu bagaimana cara penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik, apa itu
beban,
balok,
kolom,
reaksi,
gaya
dalam
dan
bagaimana
penggambarannya dalam mata kuliah mekanika teknik. Contoh : a. bentuk gedung bertingkat dalam penggambaran di mekanika teknik
kolom
Kolom = tiang-tiang vertical Balok = batang-batang batang-batang
balok
perletakan
Gambar 1.9. Gambar portal gedung bertingkat b ertingkat dalam mekanika
cara
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -23-
b. bentuk jembatan sederhana dalam penggambarannya di mekanika teknik. balok
perletaka Gambar 1.10. Gambar jembatan dalam mekanika teknik
1.2.2. Beban Didalam suatu struktur pasti ada beban, beban yang bisa bergerak umumnya disebut beban hidup misal : manusia, kendaraan, dan lain sebagainya. Beban yang tidak dapat bergerak disebut beban mati, misal : meja, peralatan dan lainsebagainya. Ada beberapa macam beban yaitu beban terpusat dan beban terbagi rata. a. Beban terpusat Beban terpusat adalah beban yang terkonsentrasi di suatu tempat. a.1. manusia yang berdiri diatas jembatan
P
beban terpusat Penggambaran dalam mekanika teknik
a.2. Kendaraan berhenti diatas jembatan
P1
P2
P3 Penggambaran dalam mekanika teknik
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -24-
Notasi beban terpusat = P Satuan beban terpusat = ton, kg, Newton, dan lainsebagainya, lainsebagainya, Gambar 1.11. Gambar beban terpusat dalam mekanika teknik
b. Beban terbagi rata Beban terbagi rata adalah beban yang tersebar secara merata baik kearah memanjang maupun ke arah luas.
anak-anak berbaris diatas
q t/m Penggambaran dalam mekanika teknik
Notasi beban terbagi rata = q Satuan beban terbagi rata =
ton/m, kg/cm
Newton/m dan lainsebagainya. lainsebagainya. Gambar 1.12. Penggambaran beban terbagi rata dalam mekanika teknik
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -25-
1.2.3. Perletakan y
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah membaca modul bagian ini, maka siswa bisa memahami pengertian tentang perletakan dan bagaimana pemakaian perletakan ini pada suatu struktur.
y
Tujuan Pembelajaran Khusus : Mahasiswa dapat menunjukkan konsep dasar dan pengertian tentang struktur, konsep pengertian tentang perletakan, serta konsep kedudukan perletakan dalam suatu struktur.
1.2.3.1.
Pendahuluan
Dalam bidang teknik sipil kita selalu membicarakan masalah bangunan seperti bangunan gedung, jembatan, dan lainsebagainya. Bangunan-bangunan tersebut harus terletak diatas permukaan bumi, hubungan antara bangunan tersebut dengan lapisan permukaan bumi dikaitkan dengan suatu pondasi. Bangunan yang terletak diatas permukaan bumi disebut bangunan atas, sedang yang masuk pada lapisan permukaan bumi disebut dengan bangunan bawah. Hubungan antara bangunan atas dan bawah melalui suatu tumpuan yang disebut dengan Perletakan. Perletakan. Contoh : a. Hubungan antara bangunan atas jembatan dan bangunan bawah pondasi. Struktur jembatan ban ban unan unan atas atas
perletakan Pondasi Penggambaran ban pada unan mekanika struktur
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -26-
Gambar 1.13. Gambar perletakan jembatan dalam mekanika teknik
b. Hubungan antara bangunan gedung dan pondasi
Bangunan gedung (bangunan muka tanah Perletakan (tumpuan) Pondasi (bangunan bawah) Penggambaran pada mekanika teknik
perletakan Gambar 1.14. Gambar perletakan gedung 1.2.3.2.
Macam-Macam Perletakan
dalam mekanika teknik
Dalam mekanika teknik perletakan berfungsi untuk menjaga struktur supaya kondisinya stabil. Ada 4 macam perletakan dalam mekanika teknik yaitu : rol, sendi, jepit dan perodel. a.
Bentuk perletakan rol, pada suatu struktur jembatan yang bertugas untuk menyangga sebagian dari jembatan. ( Gambar 1.15) Karena struktur harus stabil maka perletakan rol tersebut tidak boleh turun jika kena beban Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, dari atas, maka oleh rol tersebut karena bias itu bergeser rol ke arah horizontal. jadi tidak bisa mempunyai reaksi horizontal, bisa berputar jika Gambar 1.15. Skema perletakan rol diberi beban momen jadi tidak mempunyai reaksi momen.
Rol Rv
Penggambaran perletakan rol dalam bidang mekanika teknik, ada reaksi vertikal.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -27-
Balok jembatan Gambar 1.16. Aplikasinya perletakan rol dalam
mekanika teknik Rv b.
Sendi
Bentuk perletakan sendi pada suatu struktur jembatan, yang bertugas untuk menyangga sebagian dari jembatan ( Gambar 1.17). Karena struktur harus stabil, maka
RH
perletakan sendi tidak boleh turun jika kena beban dari atas, oleh Gambar 1.17. 1.17. Skema perletakan Sendi
karena itu
sendi tersebut harus
mempunyai
reaksi
vertikal
(Rv).
Selain itu perletakan sendi tidak boleh
bergeser
horizontal.
Oleh
karena itu perletakan sendi harus mempunyai reaksi horizontal (R H), RH
Rv
sendi tersebut bisa berputar jika Penggambaran perletakan sendi dalam diberi beban momen. Jadi sendi tidak mekanika teknik, ada reaksi vertikal dan horisontal punya reaksi momen.
balok RH
Gambar 1.18. Aplikasinya perletakan sendi
di dalam mekanika teknik
c. Jepit Rv
Bentuk perletakan jepit dari suatu
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -28-
Penggambaran perletakan jepit dalam mekanika teknik, ada reaksi vertikal, horizontal, dan momen
RH RM R V RH
Gambar 1.20.
Aplikasi perletakan jepit di dalam mekanika
RM R d. Pendel V
balok baja
pendel Gambar 1.21. Skema perletakan pendel pada suatu RR
R
Bentuk perletakan jepit dari suatu struktur, bertugas untuk menyangga sebagian dari struktur baja ( Gambar 1.21.) Pendel tersebut hanya bisa menyangga sebagian jembatan, hanya searah dengan sumbu pendel tersebut, jadi hanya mempunyai satu reaksi yang searah dengan sumbu pendel. Penggambaran perletakan pendel dalam mekanika teknik, ada reaksi searah pendel.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -29-
balok baja Gambar
1.22.
Aplikasi
pendel pende l
perletakan
di
mekanika teknik
dalam
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -30-
1.3. JUDUL : KESEIMBANGAN BENDA Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan bisa mengerti apa yang disebut keseimbangan pada suatu benda. b enda. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat memahami pengertian keseimbangan dalam suatu struktur dan syarat-syarat apa yang diperlukan, serta manfaatnya dalam struktur tersebut. 1.3.1. Pendahuluan Dalam bidang teknik sipil mahasiswa selalu diajak berbicara tentang bangunan gedung, jembatan dan lain sebagainya. Bangunanbangunan tersebut supaya tetap berdiri, maka struktur-strukturnya harus dalam keadaan seimbang, hal itu merupakan syarat utama. Apa saja syaratsyaratnya supaya suatu bangunan tetap seimbang, dan bagaimana cara menyelesaikannya, menyelesaikannya, mahasiswa perlu mengetahuinya. Contoh : benda dalam keadaan seimbang (tidak bisa bergerak) kotak lem
meja
Gambar 1.23. suatu kotak yang dilem d ilem diatas meja
1.3.2. Pengertian tentang keseimbangan Sebuah kotak yang dilem diatas meja, maka kotak tersebut dalam keadaan seimbang, yang berarti kotak tersebut tidak bisa turun, tidak bisa bergeser horisontal dan tidak bisa berguling. b erguling. a. Keseimbangan vertikal
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -31-
kalau kotak tersebut dibebani
Pv
Kotak Lem
secara vertikal (Pv), maka kotak tersebut tidak bisa turun, yang berarti meja tersebut mampu memberi perlawanan vertikal (Rv), perlawanan
Meja Pv
vertikal tersebut (Rv) disebut reaksi vertikal.
Rv
Gambar 1.24. Keseimbangan
Kotak
vertikal Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di atas lumpur Kalau kotak tersebut dibebani
Lumpur
secara vertikal (Pv), maka kotak tersebut langsung tenggelam, yang berarti
Kotak tenggelam
lumpur tersebut tidak mampu memberi perlawanan secara
vertikal (Rv). (Gambar 1.25) Gambar 1.25. Kotak tenggelam dalam lumpur
b. Keseimbangan horisontal Kotak
PH
Lem RH
Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (P H), maka kotak
tersebut
tidak
bisa
bergeser secara horisontal, yang meja
berarti lem yang merekat antara kotak dan
meja
tersebut
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -32-
mampu Gambar 1.26. Keseimbangan horizontal
memberi perlawanan horisontal (R H), sehingga bisa menahan kotak untuk tidak bergeser. Perlawanan horisontal tersebut (R H) disebut reaksi horisontal. Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di d i atas meja tanpa di lem Kalau kotak tersebut dibebani secara kotak yang
PH
horisontal (PH), maka kotak tersebut langsung bergeser, karena tidak ada yang menghambat, yang berarti meja tersebut tidak mampu memberi perlawanan horisontal
(RH) (Gambar 1.27) Gambar 1.27. Kotak yang bergeser
Karena beban horizontal
c. Keseimbangan Momen Kalau kotak tersebut dibebani momen (P M), maka kotak tersebut tidak bisa berputar (tidak bisa terangkat), yang berarti lem perekat antara kotak dan meja tersebut mampu memberikan perlawanan momen (R M), perlawanan momen tersebut (RM) disebut dengan reaksi momen. PM Kotak
Lem Meja
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -33-
Bandingkan hal tersebut diatas dengan kotak yang berada di d i atas meja tanpa di lem. Kalau
PM Kotak yang terangkat
kotak
dibebani
tersebut
momen
(PM),
maka kotak tersebut bisa terangkat, Meja
karena
tidak
ada lem yang mengikat antara kotak dan meja tersebut, meja mampu
yang
berarti
tersebut
tidak
memberikan
perlawanan momen (R M). Gambar 1.29. Kotak yang terangkat karena beban momen
d Keseimbangan Statis
PM
P V
di lem diatas meja,
Kotak
PH
Kalau kotak tersebut
yang Lem
RH
berarti
harus
stabil, benda tersebut harus tidak bisa turun,
Meja
R V
tidak
bisa
bergeser
horisontal, dan tidak bisa terangkat.
RM
Gambar 1.30. Keseimbangan statis
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -34
Kalau kotak tersebut dibebani secara vertikal (P V), tumpuannya mampu memberi perlawanan secara vertikal pula, agar kotak tersebut tidak bisa turun syarat minimum R V = P V, atau R V - P V = 0 atau 7 V = 0 (jumah gayagaya vertikal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol).
Kalau kotak tersebut dibebani secara horisontal (P H ), maka pada tumpuannya mampu memberi perlawanan secara horisontal (R H ). Agar kotak tersebut tidak bisa b isa bergeser secara horisontal maka syarat minimum RH = PH atau RH PH = 0 atau 7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal antara beban dan reaksi harus sama dengan nol)
Kalau kotak tersebut dibebani secara momen (P M ), maka pada tumpuannya mampu memberi perlawanan secara momen (R M ). Agar kotak tersebut tidak bisa terpuntir (terangkat), maka syarat minimum R M = PM atau RM - PM = 0 atau 7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen beban dan reaksi harus sama dengan nol).
Dari variasi tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa suatu benda yang stabil atau dalam keadaan seimbang, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
-
7 V = 0 (jumlah gaya-gaya vertikal antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol)
-
7H = 0 (jumlah gaya-gaya horisontal horisontal antara aksi (beban) dan reaksi sama dengan nol)
-
7M = 0 (jumlah gaya-gaya momen antara aksi (beban) dan reaksi harus sama dengan nol).
1.3.4. Latihan 1. Suatu benda diatas meja dengan berat sendiri = 5 kg Pv = 5
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -35-
Berapa reaksi vertikal yang terjadi supaya balok tersebut tidak turun ?. Rv = ? 2. Suatu kantilever (konsol) dengan beban seperti pada gambar. P V = 5 kg PH = 2 kg PM = 5 kgm Cari reaksi-reaksi yang terjadi supaya konsol tersebut tak roboh.
1.3.5. Rangkuman o
Macam-Macam Beban - Beban terpusat; notasi; P; satuan; kg atau ton atau Newton - Beban terbagi rata; notasi; q; satuan kg/m atau ton/m atau Newton /
m
o
Macam Perletakan - Rol punya 1 reaksi
- Sendi punya 2 reaksi - Jepit punya 3 reaksi
Rv
- Pendel punya 1 reaksi
o
Rv dan RH
Rv; RH dan RM
sejajar dengan batang pendel
Syarat Keseimbangan Ada 3 syarat keseimbangan yaitu :
7v = 0 7H = 0 7M = 0 1.3.6. Penutup
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -36-
Untuk mengukur prestasi, mahasiswa bisa melihat hasil atau kunci-kunci yang ada. Nomor Soal 1 2
Reaksi yang ada Rv Rv RH RM
Besar Reaksi 5 kg 5 kg 2 kg 5 kg m
Arah
1.3.7. Daftar Pustaka 1. Suwarno, Mekanika Teknik Statis Tertentu UGM Bab I. 2. Soemono Statika IITB IITB Bab I
1.3.8. Senarai -
Beban = aksi
-
Reaksi = perlawanan aksi
o o p 1
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -37-
MODUL 2 :
ARTI KONSTRUKSI STATIS TERTENTU DAN CARA PENYELESAIANNYA
2.1. JUDUL : KONSTRUKSI STATIS TERTENTU
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa akan mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu.
Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa selain dapat mengerti apa yang disebut dengan konstruksi statis tertentu, mengetahui syarat-syarat syarat-syarat apa yang y ang diperlukan dan bagaimana cara pemanfaatannya.
2.1.1. Pendahuluan Dalam bangunan teknik sipil, seperti gedung-gedung, jembatan dan lain sebagainya, ada beberapa macam sistem struktur, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks; sistim yang paling sederhana tersebut disebut dengan konstruksi statis tertentu. Mahasiswa diwajibkan memahami struktur yang paling sederhana sebelum melangkah ke yang lebih kompleks.
Contoh : contoh struktur sederhana yaitu balok jembatan diatas 2 tumpuan. Balok jembatan diatas 2 Balok jembatan
perletakan A dan B B
A rol
sendi
Perletakan A adalah rol Perletakan B adalah sendi
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -38-
Gambar 2.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika
Teknik
2.1.2. Definisi Statis Tertentu Suatu konstruksi disebut statis tertentu jika bisa diselesaikan dengan syaratsyarat keseimbangan. keseimbangan. Ada beberapa syarat-syarat syarat-syarat keseimban k eseimbangan gan Sesuai dengan materi yang sebelumnya ada 3 (tiga) syarat keseimbangan yaitu :
§ V ! 0 ( jumlah gay gaya gay gaya vertikal sama dengan nol) § H ! 0 ( jumlah gay gaya gay gaya horisontal sama dengan nol) § M ! 0 ( jumlah momen sama dengan nol) Kalau dalam syarat keseimbangan ada 3 persamaan,maka pada konstruksi statis tertentu yang harus bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan, jumlah bilangan yang tidak diketahui dalam persamaan tersebut maximum adalah 3 buah. Jika dalam menyelesaikan menyelesaikan suatu konstruksi tahap tahap awal yang harus dicari adalah reaksi perletakan, maka jumlah reaksi yang tidak diketahui maksimum adalah 3. 2.1.3. Contoh Balok diatas dua perletakan dengan
a).
P
beban P seperti pada gambar. A = sendi dengan 2 reaksi tidak
R AH
B
A
diketahui (R AV
dan R AH
adalah
reaksi-reaksi vertikal dan horizontal R AV
RBV
diketahui (RBV = reaksi vertikal di B)
di A). B=
rol
dengan
reaksi
tidak
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -39-
Gambar 2.2. Konstruksi statis tertentu
Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 3 buah, maka konstruksi tersebut adalah konstruksi statis tertentu. tertentu.
b). P
Suatu konstruksi kolom yang berkonsol dengan perletakan di A adalah jepit. A = jepit dengan 3 reaksi yang tidak diketahui. R AV = reaksi vertical di A R AH = reaksi horizontal di A
RM
RM = momen di A. R AH
A
Jumlah reaksi yang tidak diketahui ada 3 buah, maka konstruksi tersebut adalah statis tertentu.
R AV Gambar 2.3. Konstruksi statis tertentu
c) P
A B Gambar 2.4. Konstruksi statis tidak tertentu
Balok diatas 2 perletakan A = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui R AV dan R AH (reaksi vertikal dan reaksi horisontal di A). B = sendi dengan 2 reaksi yang tidak diketahui R BV dan RBH (reaksi vertical dan reaksi horizontal di B). Jumlah reaksi yang tidak diketahui adalah 4 buah, sedang persamaan syarat keseimbangan hanya ada 3, maka konstruksi tersebut statis tak tertentu.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -40-
2.1.4. Latihan a). suatu balok ABC berkantilever terletak diatas dua perletakan dengan beban P seperti pada gambar. Perletakan A adalah sendi dan di B adalah rol. Tunjukkan apakah konstruksi tersebut statis tertentu atau bukan. b).
P C A
B
suatu balok ABC terletak diatas perletakan dengan beban P gambar. Perletakan A dan C sendi. Tunjukkan apakah konstruksi statis tertentu atau bukan.
dua seperti pada adalah
P B C
tersebut
2.1.5. Rangkuman
Konstruksi disebut statis
A
tertentu, jika bisa diselesaikan dengan persamaan syarat-syarat keseimbangan.
Persamaan Persamaan syarat-syarat keseimbangan adalah 3 buah
7 V = 0
7H = 0
dan
71 = 0
2.1.6. Penutup Untuk mengukur prestasi,mahasiswa bisa melihat kunci dari soal-soal yang ada sebagai berikut : Jawaban Soal P C A
B
titik
Macam Perletakan
A B
Jumlah reaksi
Sendi sendi Total reaksi
2 buah 1 buah 3 buah
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -41-
Bisa diselesaikan dengan persamaan syarat keseimbangan. keseimbangan. Jadi diatas adalah statis tertentu. b)
konstruksi
P B
C
A Itik B
Macam Perletakan Jumlah reaksi A Sendi 2 buah sendi 2 buah Total reaksi 4 buah Persamaan tidak bisa diselesaikan dengan syarat-syarat keseimbangan. Jadi konstruksi statis tidak tertentu. 2.1.7. Daftar Pustaka 1. Suwarno Mekanika Teknik Statis Tertentu U GM bab I 2. Suwarno Statika I ITB bab I 2.1.8. Senarai Konstruksi statis tertentu = konstruksi yang bisa diselesaikan dengan syarat-syarat syarat-syarat keseimbangan
2.2.JUDUL 2.2. JUDUL : GAYA DALAM Tujuan Pembelajaran Umum Setelah membaca bagian ini mahasiswa bisa mengetahui apa yang disebut dengan gaya dalam dan bisa mengetahui bagaimana cara mencarinya. Tujuan Pembelajaran Khusus Mahasiswa dapat menggunakan teori yang telah diberikan untuk menghitung gaya dalam suatu struktur serta bisa menggambarkan gaya-gaya dalam tersebut secara rinci pada struktur statis tertentu. 2.2.1. Pendahuluan Bangunan teknik sipil pada umumnya terbuat dari struktur beton, kayu, baja dan lain-lain. Dalam pembuatan struktur-struktur tersebut perlu diketahui ukruan atau yang lazim disebut dengan demensi dari tiap-tiap elemen
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -42strukturnya (balok, kolom, pelat, dansebagainya). Untuk menentukan demensi-demensi dari elemen struktur ters ebut, memerlukan gaya dalam.
Contoh : a). o
P1
Dua buah struktur seperti pada gambar (a) dan (b) dengan beban (P) dan bentang ( l) berbeda.
B
A
o
Gaya dalam yang diterima pada struktur (a)
berbeda pula dengan gaya dalam yang
L1
diterima oleh struktur (b), maka demensi dari struktur (a) akan berbeda pula dengan dengan struktur (b).
Gambar 2.5. Contoh (a)
Gambar 2.6. Contoh (b)
P2
2.2.2. Pengertian tentang tentang Gaya Dalam
B
A L2
Ada 2 (dua) orang yang mempunyai bentuk tubuh tubuh yang berbeda, satu kecil, pendek (A), yang satu lagi besar, tinggi (B). Jika kedua-duanya membawa membawa barang beban P = 5 kg, maka kedua tangan orang A dan B t ersebut tertegang.
P
P
Untuk A orangnya pendek,kecil dalam dalam membawa beban P tersebut urat-urat yang ada pada t angannya tertegang dan menonjol keluar sehingga kita bisa melihat alur uratP = 5 kg P = 5 kg uratnya. Namun hal ini tidak terjadi pada B karena orangnya besar, tinggi. Yang menjadikan urat-urat tangan orang (A) tersebut menonjol sehingga tampak dari luar A B adalah karena adanya gaya dalam pada tangan tersebut akibat beban P = 5 kg. Kalau beban P tersebut dinaikkan secara bertahap, sampai suatu saat tangan A tidak mampu Gambar 2.7. Orang membawa membawa beban tersebut, demikian juga untuk orang B. Beban maksimum yang dipikul dipikul oleh orang A akan lebih kecil dari dari pada beban maksimum yang bisa dipikul oleh orang B karena diameter lengan orang A lebih kecil dari diameter lengan or ang B.
2.2.3. Macam-macam Macam-maca m Gaya dalam
P1 P
P B beban
reaksi A
RB
R A l
Suatu balok terletak pada 2 perletakan dengan beban seperti pada gambar, maka balok tersebut akan menderita beberapa gaya dalam yaitu : y Balok menderita beban lentur yang menyebabkan balok bentuk
tersebut
berubah
melentur.
Gaya
dalam yang menyebabkan Gambar 2.8. Balok diatas 2 perletakan dan
menerima beban P (sehingga melendut)
pelenturan balok tersebut disebut
momen
yang
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -43-
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -44-
Balok tersebut menderita gaya tekan karena adanya beban P dari kiri dan
o
kanan. Balok yang menerima gaya yang searah dengan sumbu batang, maka akan menerima beban gaya dalam yang disebut Normal yang diberi notasi N. Balok tersebut menderita gaya lintang, akibat adanya reaksi perletakan
o
atau gaya-gaya yang tegak lurus ( B ) sumbu batang, balok tersebut menerima gaya dalam yang disebut gaya lintang dan diberi notasi D.
2.2.4. Gaya Dalam Momen a). Pengertian Momen (M) c
q
P (kg)
A
B c
Suatu balok yang terletak diatas 2 tumpuan dengan beban seperti pada gambar, ada beban terbagi rata q (kg/m) dan beban terpusat P (kg). Balok tersebut akan menerima beban lentur sehingga balok akan melendut,
x l
R A
RB
yang berarti balok tersebut menerima beban
Gambar 2.9. Balok yang menerima
lentur
atau
momen.
(atau
menerima gaya dalam momen)
beban terpusat dan terbagi rata
Definisi Momen adalah perkalian antara gaya x jarak. Balok yang terletak antara tumpuan A dan d an B menderita (menerima) momen. Momen untuk daerah balok antara perletakan A ke perletakan B dengan variable x bisa ditulis sebagai berikut : I (1)
II
Mx = R A . x q.x. ½ x 1) gaya jarak gaya jarak
(dihitung dari kiri kiri ke potongan c-c) .(pers. .(pers.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -45-
Misal kita ambil potongan c-c yang terletak sejarak x dari A R A (reaksi di A) merupakan I x = adalah jarak dari R A ke potongan c-c
II
qx = merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh x yang diberi notasi (Q 1 = qx) ½x=
adalah jarak dari titik berat beban terbagi rata sepanjang x ke potongan
q (kg/m) titik berat qx c
½x
c
Q1= qx x Gambar 2.10. Gambar potongan struktur bagian
Kalau dihitung dari sebelah kanan ke (c-c) I
II
Mx = RB (l-x) q (l x) . ½ (l -x) (dihitung dari kanan) . (pers. 2) Kalau diambil di potongan c-c RB (reaksi di B) merupakan I
(l-x) = jarak dari RB ke potongan c-c Q (l-x) = merupakan gaya dari beban terbagi rata sejauh (l-x) q (l-x) = Q2 ½ (l-x) =
adalah jarak dari
titik
berat beban terbagi
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -46-
II
c
c
q (kg/m)
titik berat dari q (l-x)
(2)
Kalau menghitung besarnya momen di ccboleh dari kiri potongan seperti pada persamaan (1) ataupun menghitung dari kanan potongan seperti pada persamaan dan hasilnya pasti sama.
y
½ (l-x)
Dalam
Q2 = q (lx l -x
c
Tanda Gaya
Momen
tertekan
Untuk memberi perbedaan antara momen-
tertekan
perlu memberi tanda terhadap momen tersebut. Jika momen tersebut mampu melentur suatu
Gambar 2.11. Gambar potongan struktur bagian momen yang mempunyai arah berbeda, b erbeda, maka
tertarik tertarik Tanda momen (+) * Tanda momen (+) *
balok sehingga serat atas tertekan dan serat bawah tertarik maka momen tersebut diberi tanda (+) = positif. Demikian juga sebaliknya.
Tanda momen (-) * Gambar 2.12. Tanda momen
2.2.5. Gaya Lintang (D) c
P
q (kg/m)
Kalau dilihat, balok yang terletak diatas 2 (dua) perletakan A dan B, menerima gaya-gaya yang
c
arahnya
B (tegak
lurus)
terhadap sumbu balok. GayaR A
RB
Gambar 2.13. Gambar balok menerima
beban
gaya tersebut adalah R A ; q dan RB
gaya-gaya tersebut yang
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -47-
Definisi : Gaya lintang adalah gaya-gaya yang B dengan sumbu batang. Kalau kita ambil salah satu potongan antara perletakan perletakan A-B yaitu c-c, maka coba gaya-gaya apa saja yang arahnya B (tegak lurus) terhadap sumbu AB.
y
kalau dilihat dari C ke kiri potongan, maka
(1) Dc = R A q x = R A Q1 (gaya lintang di c yang dihitung dari kiri potongan)
x c
q (kg/m)
c Q1=q x R A Gambar 2.14. Potongan balok bagian kiri y
Kalau dihitung dari titik c ke kanan potongan, maka maka
(2) D1 = RB q (l-x) P = RB Q2 P
(gaya lintang di c yang dihitung dari
kanan potongan) P c
c
q (kg/m)
Q2 = q (l(l x) RB
Gambar 2.15. Potongan balok bagian kanan
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -48-
y
Tanda Gaya Lintang P C
A
B RB
Untuk membedakan gaya lintang, maka perlu memberi tanda (+) dan (-). Definisi :
C
* Gaya lintang diberi tanda positif jika
C
dilihat di kiri potongan titik yang
R A
ditinjau,
jumlah gaya arahnya ke
atas, atau kalau dilihat di kanan RB
oton an, um umlah
a a arahn a ke
Gambar 2.16. Skema gaya lintang dengan tanda positif (+)
Coba dilihat pada Gambar 1 dari kalau kita mau menghitung besarnya gaya lintang di c (Dc). C
Dilihat dari kiri potongan C, gaya yang ada hanya R A, jadi jumlah gaya-gayanya yang B sumbu hanya R A dengan arah
R A
o (keatas) jadi tanda gaya lintang adalah positip.
P Jika dilihat dari kanan potongan c, gaya yang C
ada B terhadap sumbu adalah R B ( o ) keatas dan RB
P
(q )
kebawah.
Karena
RB
adalah
merupakan reaksi, maka P > R B sehingga jumlah antara P dan RB
arah ( q ) kebawah,
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -49-
* P
A
Definisi :
B
D
* Gaya lintang diberi tanda negatif, jika dilihat di kiri titik potongan p otongan P
D
yang ditinjau arahnya kebawah k ebawah ( q ) dan bila ditinjau di kanan titik
A D
potongan yang ditinjau arahnya
B
ke atas. Gambar 2.17. Gambar Skema gaya lintang 2
dengan tanda negatif (-)
Coba dilihat pada Gambar 2.17 bagaimana kalau kita mau menghitung menghitung besarnya besarnya gaya P
D
lintang di D (DD).
Dilihat dari kiri potongan D, gaya-gaya yang B sumbu hanya R A dan P, karena R A
R A
adalah
reaksi. Jadi R A < P, maka resultante gaya-gaya antara R A dan P arahnya adalah kebawah ( q ), D
maka gaya lintangnya tandanya negatif. Jika dilihat di sebelah kanan potongan gayagaya yang B sumbu hanya R B dengan arah ke RB
atas o
adi
a a lintan n a tandan a adalah
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -50-
Jadi untuk menghitung gaya lintang, baik dihitung dari kiri ataupun kanan hasilnya harus sama.
2.2.6. Pengertian Tentang Gaya Normal (N) Definisi :
P A
Gaya normal adalah gaya-gaya yang
B
R A
arahnya sejajar (//) terhadap sumbu beban balok. * Jadi kalau kita lihat lih at balok yang
RB
seperti pada
Gambar 3
Gambar
2.18 yang
mana tidak ada gaya-gaya yang
Gambar 2.18. Balok tanpa beban
sejajar sumbu batang, berarti balok tersebut
P
tidak
mempunyai
gaya
P Kalau dilihat pada Gambar 3.19 dimana ada gaya-gaya yang // R A
(sejajar) sumbu batang yaitu P,
Gambar 4
RB
Gambar 2.19. Balok menerima beban gaya
maka pada batang AB ( Gambar 3.19) menerima gaya normal (N)
* Tanda Gaya Normal - Jika gaya yang ada arahnya arahnya menekan menekan balok, maka tanda gaya normalnya normalnya P
adalah negatif (-) { p
P n }.
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -51-
- Jika gaya yang ada ada arahnya menarik menarik balok, maka tanda gaya normalnya normalnya P
P p }.
adalah positif (+) { n
2.2.7. Ringkasan Tanda Gaya Dalam M
M tekan
tanda momen positif
tarik tarik
tanda momen negatif (-
tekan M
M
tanda gaya lintang positif (+)
tanda gaya lintang negatif (-)
tanda gaya normal negatif (-)
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -52-
tanda gaya normal positif (+)
Gambar 2.20. Ringkasan tanda gaya dalam
2.2.8. Contoh : Penyelesaian Soal 1
Sebuah balok statis tertentu diatas 2 perletakan dengan beban seperti pada gambar, P1 = 2 2 t (º), P2 = 6t (¶), P3 = 2t ( ´) P4 = 3t ; q 1 = 2 t/m; q 2 = 1 t/m P1 = 2 2 t
P1v = 2 t
q2 = 1 t/m
P2 = 6 ton
q1 = 2t/m
45 C P1H = 2 t A
D P = 2t 3
B RBV
6m R AV 2m
10
2m
RBH
E
P4 = 3 ton
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -53-
Gambar 2.21. Balok diatas 2 perletakan dan pembebanannya
Diminta :
Gambar bidang momen, gaya lintang dan bidang normal.
(Bidang M, N, dan D)
Jawab :
Mencari reaksi vertical
Dimisalkan arah reaksi vertical di A
R A (µ) keatas dan arah reaksi vertical di B
RB (µ) juga keatas.
Mencari R AV
dengan 7 MB = 0 (jumlah momen-momen terhadap titik B = 0)
R AV.10 P 1R.12 q 1.6.7 P 2.4 + 2.q 2.1 = 0
R AV =
2.12 2.6.7 6.4 2.1.1 10
arena tanda tanda = 13 ton ( µ)K arena
+ berarti arah sama dengan permisalan (+)
Pemberian tanda pada persamaan berdasarkan atas arah momen, yang searah diberi tanda sama, sedang yang berlawana b erlawanan n arah diberi tanda berlawanan. RBV 7 1% !
RBV.10 q2.q1 P2.6 q1.6.3 + P 1R.2 = 0
RBV =
1.2 .1 6.6 2.6.3 2.2 10
= 9 ton (µ)
Karena tanda R BV adalah positif berarti arah reaksi R BV sama dengan permisalan yaitu (µ) keatas. Untuk mengetahui apakah reaksi di A (R A) dan reaksi di B (RB) adalah benar, maka perlu memakai kontrol yaitu § V = 0
(P1R + q1.6 + P2 + q2.2) (R AR + RBR) = 0 (2 + 2.6 + 6 + 1.2) (13 + 9) = 0 Beban vertikal Reaksi vertikal
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -54-
Horizontal al Mencari Raksi Horizont
Karena perletakan A = rol Perletakan B = sendi
tidak ada R AH.
ada RBH.
Untuk mencari RBH dengan memakai syarat keseimbangan ( § H = 0)
§H = 0 RBH = P1H + P3 + P4 = 2 + 2 + 3 = 7 ton ( ³)
Menghitung dan Menggambar Gaya Lintang (D) Dihitung secara bertahap Daerah C A lihat dari kiri Gaya lintang dari C ke A bagian kiri adalah konstan D A kr = P1R = - 2 ton (gaya lintang (D) di kiri titik A, di kiri potongan arah gaya lintang kebawah (¶) D A kn (gaya lintang (D) di kanan titik A) D A kn = - P1R + R AR = -2 + 13 = 11 ton (di kiri potongan arah gaya lintang ke atas). A
D
Beban P1 = 2 2 (45°) bisa diuraikan menjadi P1 V V = 2t ( ¶) dan P1H = 2t ( ) P2 = 6 q =2 2 t
1
P3 = 2
C
D 6m R A = 13 t X
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -55-
Variabel x berjalan dari A ke D (sebelah ( sebelah kiri titik P 2), sedang beban yang dihitung dimulai dari titik C. Dx = -2 + 13 q 1 x = (-P1V + R A q1x)
Persamaan Persamaan (Linier)
Untuk x = 0
didapat
DAkn = -2 + 13 = + 11 ton
didapat Untuk x = 6 m
(di kiri potongan arah gaya D D kr= -2 + 13 12 = - 1ton lintang ke bawah)
DD kn : sedikit di kanan titik D, melampaui beban P 2.
DD kn : -2 + 13 12 6 = - 7 ton (dikiri potongan arah gaya lintang ke bawah)
Dari titik D s/d B tidak ada beban, jadi Bidang D sama senilai DD kn (konstan dari D sampai B). Daerah B-E 2m q2 = 1 B
E
P4 = 3 ton
x.2 RBV = 9 ton
Lebih mudah kalau dihitung dari kanan k anan dari E menuju B. Variabel x 2 berjalan dari E ke B. DE = 0 Dx2 = q2 . x2 = + x2 (persamaan liniear)
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -56-
DB kn kanan perletakan B (x 2 = 2 m)
DB kn = + 2 ton
(kanan
potongan
arah ke kebawah) DB kr (kiri titik B) DB kr = + 2 9 = - 7 ton (kanan potongan arah ke atas) Melewati erletakan B
MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG NORMAL (N) Daerah C-
dihitung dari kiri sampai D, P2 tidak termasuk dari C ke D nilai gaya normal konstan.
ND kr = - P1H = - 2 ton (gaya normal menekan batang)
Daerah D-
dihitung dari kiri (beban yang dihitung mulai dari titik C, batang dari D ke B nilai gaya normal konstan). konstan).
ND kn = (-2 2) ton = - 4 ton (gaya normal menekan menekan batang) NB kr = NDkn = - 4 ton Daerah B-
dihitung dari kanan, dari E ke B nilai gaya normal konstan.
NB kn = + 3 ton (gaya normal menarik batang) batang) Kalau dihitung dari kiri, dimana gaya normal dihitung dari titik C. Dari kiri
DBkn = (-4 + 7) t = + 3 ton (gaya normal menarik batang)
MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN (M) Daerah C
A
C
P1V = 2t
A
P1H = 2t 2m x
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -57-
Variabel x berjalan dari C ke A Mx = - P1v . x = - 2 x (linier)
Untuk x = 0
Mc = 0
x=2
M A = - 2.2 = - 4 tm.
(momen P1v . x mengakibatkan serat atas tertarik (-) ).
Daerah A D
sehingga tanda negatif
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -58-
Gaya-gaya yang dihitung mulai dari titik C
q1 = 2 t/m P1V = 2t A
C
D
P1H = 2t
x.1 R AV = 2
6
Variabel x 1 berjalan dari A ke D Mx1 = -P1V (2 + x1) + R A.x1 ½ q1 x1² Mx1
= -2 (2 + x 1) + 13 x1 ½ q1 x12 (persamaan parabola) = - ½ q1 x12 + 11 x1 4
MENCARI MOMEN MAXIMUM
D Mx1 !0 d x1 d Mx1 d x1
! q1 x1 11 ! 0
p x1 ! 5.5.m
Letak dimana harga M max = Letak dimana harga (D = 0) 2.22. x1 = 5.5 m
Mmax = - ½ .2 (5.5)² + 11.5.5 4 = 26.25 tm.
lihat pada Gambar
MODUL AJAR II (MEKANIKA TEKNIK) -59-
Mencari titik dimana M = 0 Mx1
= - ½ .q1.x12 + 11 x1 4 = 0 = x12 11 x1 + 4 = 0
x1 = 0.3756 m (yang dipakai) x1 = 10.62 m (tidak mungkin)
Untuk x1 = 6
MD = -36 + 66 4 = + 26 tm
Daerah E-B (dihitung dari kanan, kanan, titik E ke titik B) variabel variabel x2 berjalan dari E
q2 = 1 t/m
B
E 2m x2
Dihitung dari kanan Parabola Mx2 = - ½ q2 x22 dida at
Untuk x2 = 0
ME = 0
Untuk x2 = 2dida at
M B = - ½ . 1.4 = -2 tm
P4 = 3 t