1
Membaca dan Menerjemahkan Teks Berbahasa Arab
1. Kompetensi
Pembahasan ini memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk: a. Menjelaskan faktor-faktor yang perlu diperhatikan ketika membaca dan menerjemahkan teks berbahasa Arab b. Menerapkan teori-teori penerjemahan dalam membaca teks-teks berbahasa Arab 2. Pendahuluan
Membaca merupakan proses transfer informasi dari teks tertulis ke dalam pemahaman pembaca, sehingga mendorongnya untuk mengambil sikap tertentu terkait dengan informasi yang telah dibacanya itu. Ketika yang dibaca adalah teks berbahasa asing, maka proses transfer informasi tersebut sedikit lebih panjang karena harus melalui proses penerjemahan terlebih dahulu. Sebagaimana kita ketahui bahwa penerjemahan pada hakekatnya hakekatnya adalah proses transfer ide/ pikiran / gagasan penulis dalam bahasa sumber menjadi ide/ pikiran/ gagasan yang sepadan dalam bahasa sasaran. Oleh karenanya, hal yang paling penting dalam setiap proses penerjemahan adalah bagaimana terjemahan tersebut semaksimal mungkin dapat mengalihkan pikiran seorang penulis dalam bahasa Arab ke dalam pemahaman pembaca dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, aktifitas penerjemahan seyogyanya tidak hanya difokuskan pada pengalih bahasaan saja, tetapi lebih dari itu penerjemahan harus mampu membuat pembaca mengerti dan menangkap menangkap pesan si penulis secara maksimal. Berkaitan dengan upaya pengalihan pesan/ ide/ gagasan penulis dari bahasa Arab ke dalam pemahaman pembaca dalam bahasa Indonesia, maka perlu diperhatikan hal-hal tekhnis sebagai berikut: 1) Faktor-faktor penerjemahan, dan 2) Kasus-kasus dalam proses penerjemahan.
2
Makalah sederhana ini, akan menjelaskan dua hal di atas secara singkat dengan memberikan beberapa contoh praktis. 3. Faktor-Faktor Penerjemahan Penerjemahan
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh penerjemah ketika akan melakukan proses penerjemahan. Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor pendukung keberhasilan keberhasilan penerjemah dalam mentransfer gagasan penulis ke dalam bahasa sasaran. Namun sebaliknya, apabila faktor-faktor tersebut tidak dimiliki oleh si penerjemah, maka ia akan menjadi faktor penghambat dalam penerjemahan. Secara umum terdapat dua faktor yang harus diperhatikan oleh penerjemah ketika akan menerjemahkan teks berbahasa asing ke dalam bahasa lainnya. Faktoor tersebut adalah : 1) faktor-faktor kebahasaan dan 2) faktor-faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan adalah hal-hal yang terkait dengan penguasaan segala aspek kebahasaan, baik dalam bahasa sumber ataupun bahasa sasaran. Adapun faktor non kebahasaan adalah hal-hal yang terkait dengan wawasan si penerjemah tentang seni menterjemah dan tentang kandungan teks berbahasa asing tersebut. A. Faktor-Faktor Kebahasaan
Adapun faktor-faktor yang terkait dengan aspek-aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai dengan memadai oleh penerjemah adalah: 1) Kosa kata (
دات )
Tidak mungkin kita akan dapat menerjemahkan teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Indoenesia dengan baik dan benar, apabila kita tidak memiliki kosa kata (mufradaat) yang memadai, baik dalam kedua bahasa. Sebuah kosa kata di dalam kamus ternyata memiliki beberapa makna, baik dalam bentuk sinonim (mutaraadifaat), antonym (adhdaad), makna leksikal (ma‟naa mu‟jamy), ataupun makna fungsional dalam struktur kalimat (ma‟naa maqaamy).
3
Dalam menerjemahkan teks-teks berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, kita membutuhkan sebuah kamus yang kaya dengan uraian tentang tebaran makna suatu kosa kata dalam bahasa sasaran. Bahkan kita perlu melihat pula kamus-kamus kontekstual, untuk melihat makna fungsional kosa kata tersebut dalam berbagai variasi kalimat. Misalnya kata
tidak selamanya
berarti “bersaksi” sebagaimana kita pahami dalam konteks syahadat selama ini. Namun ia bisa berarti : a) Mengikuti b) Melihat
ا ا ر إ إ
ا ا
c) Menyatakan/ menegaskan d) Bersaksi
إ إ إ إ أ أ ا ا
أ أ و
Demikian pula dalam memahami kata-kata sambung dalam bahasa Arab yang memiliki banyak kemungkinan padanan dalam bahasa Indonesia, misalnya kata bi (
) ب, yang biasanya dipahami dengan kata “dengan”, padahal banyak
kemungkinan kemungkinan maknanya, antara lain:
a)
dengan (
b) Pada/ di ( c) Atas (
)
ق ) ا ا ت ا ا ى إ إ ر
ء) ا ا ئ رئ
2) Idiom (
ا ا رات )
Adalah ungkapan-ungkapan yang memiliki makna yang tidak mungkin dipahami hanya dengan memahami makna kata-per kata secara terpisah. Idiom dalam bahasa Arab memiliki dua model:
4
a) kata kerja dan kata sandang secara bersamaan (fi‟il wa harf jar), misalnya:
, , atau saja, begitu pula kata م saja, م ب , atau م, masingmasing kata di atas akan dipahami salah (tidak pas pemahamannya) apabila diterjemahkan satu-persatu. Oleh karenanya penerjemah harus mengetahui secara pasti kemungkinan makna yang terjadi akibat penggabungan fi‟il dan harf jar ini, dan ini hanya akan bisa diperoleh dengan mengakses kamus-kamus yang memberikan contoh-contoh penggunaan kata-kata tersebut dsalam kalimat. b) Ungkapan tertentu yang mencerminkan budaya penuturnya. Ia bisa berupa perumpamaan, metaphor, dan sebagainya yang harus dipahami berdasarkan konteks sosiologis dan budaya mereka. Dalam hal ini, penerjemah harus mengalihkan ungkapan ini ke dalam ungkapan serupa yang sesuai dengan budaya pembaca. Ungkapan
ل ا ا misalnya tidak akan kita pahami
apabila kita artikan “pedang telah mendahului keadilan”, ungkapan ini lebih tepat diterjemahkan menjadi “nasi sudah menjadi bubur” dalam bahasa Indonesia, karena ungkapan di atas dalam foklor Arab menjadi ungkapan bagi kesalahan yang sudah terjadi dan tidak bisa diulang kembali untuk memperbaikinya. Begitu pula ungkapan
ئا ءا tidak akan dengan
tepat dipahami apabila kita terjemahkan menjadi “sebelum memanah tempat busur diisi terlebih dahulu” karena ungkapan ini dalam foklor Arab dipakai untuk menunjukkan keharusn bersiap diri sebelu melakukan sesuatu, sehingga lebih tepat diterjemahkan menjadi “sedia payung sebelum hujan”.
3) Pola-pola Kata (struktur morfologis) Merupakan keharusan bagi penerjemah, untuk memahami dan menguasai pola- pola kata dan implikasi pemaknaanya, karena kesalahan “menebak” akar kata atau pola kata akan berimplikasi pada kesalahan penerjemahan kata tersebut. Pernah suatu ketika seorang penceramah agama di TV sedang menjelaskan
5
pengertian taqwa, lalu dia mengatakan bahwa taqwa berasal dari kata qawiya yang berarti kuat, tangguh, dan sebagainya, lalu mulailah ia mengeksplor pengertian taqwa dari qawiya sampai selesai ceramahnya. Sungguh tragis apabila kita salah “menebak” akar kata. Tidak hanya itu, penerjemah harus menyadari bahwa setiap perubahan struktur atau pola akan mengakibatkan perubahan makna, yang bisa jadi masih berdekatan tetapi kadangkala sangat berjauhan ( Kata qabila (
ا دي إ ا ).
) berbeda maknanya dengan aqbala ()أ, qaabala (), qabbala
ّ), dan istaqbala ( )ا, meskipun kesemuanya berasal dari satu akar kata q-b-
(
l. Untuk itu penerjemah harus jeli melihat implikasi perubahan makna akibat perubahan struktur dalam penerjemahan. 4) Kedudukan kata dalam kalimat dan model-model kalimat (struktur sintaksis) Faktor kebahasaan terakhir yang harus dikuasai oleh penerjemah adalah kemampuan melihat kedudukan kata dalam kalimat. Dalam bahasa Arab kemampuan melihat kedudukan kata dalam kalimat terindikasi dengan kemampuan untuk meng I‟rab kata-kata tersebut dalam suatu struktur kalimat. Dengan kemampuan ini penerjemah mengetahui secara pasti kata-kata mana yang berkedudukan sebagai subyek, predikat, obyek, atau keterangan, sehingga hasil terjemahannya tidak membingungkan pembacanya. Kesalahan I‟rab seringkali menimbulkan masalah besar, misalnya ketika kita salah membaca
رyang seharusnya dibaca „wa iz ibtalaa Ibraahiima
اإ ا وإذ
rabbuhu, tetapi kita abaca wa
iz ibtalaa Ibraahiimu Rabbahu. Yang pertama Ibrahim sebagai obyek dan Allah sebagai Subyek, artinya Allahlah yang menguji Ibrahim. Yang kedua, Ibrahim sebagai subyek sedangkan Allah sebagai obyek, artinya Ibrahimlah yang menguji Tuhan.
6
Terkadang pula, penerjemah kehilangan “kontek” dengan I‟rab yang dia lakukan karena ternyata kalimat tersebut banyak diselingi oleh kalimat-kalimat atau kata-kata lain yang membuat subyek terpisah jauh dari predikat, atau predikat terpisah jauh dari obyek dan sebagainya. Untuk itu penerjemah harus menyadari terlebih dulu pola-pola kalimat yang dipakai penulis, apakah ia termasuk pola sederhana atau kompleks? Di sini dituntut kejelian penerjemah untuk membedakan mana yang pokok (utama) dan mana yang sekedar tempelan. Permaslahan-permasalahan di atas baru sekedar permaslahan pembacaan yang berimplilkasi pada pemahaman penerjemah terhadap teks. Permasalahan berikutnya adalah bagaimana menyampaikan pesan yang sudah terformat dalam struktur gramatika Arab tersebut agar dapat dipahami dalam struktur bahasa Indonesia, karena adanya beberapa struktur gramatika yang berbeda antara kedua bahasa. Sebagai contoh, pola kalimat yang biasa dalam bahasa Arab adalah Predikat-Subyek sedangkan dalam bahasa Indonesia Subyek-Predikat, dalam kasus ini, ketika hendak menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka pola PS harus diubah menjadi S-P, kecuali pada kasus-kasus khusus. B. Faktor-Faktor Non Kebahasaan
Faktor-faktor
non
kebahasaan
yang
penting
diperhatikan
oleh
penerjemah adalah: 1) Penguasaan terhadap teori dan metode terjemah Penerjemah harus mengetahui ada beberapa tehnik yang bias dilakukan ketika menerjemahkan. Tehnik-tehnik tersebut adalah: a) Taqdiim, yaitu memajukan suatu kata atau ungkapan dalam teks bahasa Arab ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Seperti dicontohkan di atas, bila kalimat bahasa Arab berstruktur P-S, maka dalam terjemahan S harus di taqdiim(dimajukan). Misalnya:
با أ
dalam terjemahannya kata
Muhammad harus dikedepankan atas qara‟a sehingga menjadi “Muhammad telah membaca buku itu” bukan “telah membaca Muhammad akan buku itu”
7
b) Ta‟khiir, yaitu memundurkan suatu kata atau ungkapan dalam teks bahasa Arab ketika di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam kasus di atas telah terjadi pen ta‟khiiran (pemunduran) predikat yang dalam bahasa Arab terletak d depan subyek tetapi dalam bahasa Indonesia menjadi di belakang subyek.
Seringkali konteks kalimat menghendaki beberapa komponen
kalimat di ta‟khir atau di taqdiimkan karena factor budaya bahasa seperti:
وإ( ذpulang-pergi), راو (siang-malam), ءا ( اnabi yang paling utama) dan sebagainya. c) Hadzf, yaitu penghilangan suatu kata atau ungkapan yang ada dalam teks bahasa Arab ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ini bisa dilihat ketika komponen penyusun kalimat yang semula berjumlah lebih banyak ketika diterjemahkan menjadi berkurang jumlahnya. Contoh: kata) menjadi “memancing” (1 kata),
ر ا ذ
ا
(2
(5 kata) menjadi “Allah
menghilangkan cahaya mereka” (4 kata). d) Ziyadah, yaitu penambahan suatu kata atau ungkapan terhadap terjemahan teks Arab dalam bahasa Indonesia. Artinya, struktur kalimat atau kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi bertambah. Misalnya:
ب
(2 kata) diterjemahkan menjadi “sebuah buku yang baru” (4 kata), (2 kata) diterjemahkan menjadi “Hasan adalah seorang mahasiswa” (4 kata). e) Tabdiil, yaitu perubahan makna secara total terhadap teks bahasa Arab ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga teks terjemahannya nampak berbeda maknanya dengan teks aslinya. Sebagai contoh adalah
وا ا غ ” lebih tepat
ungkapan-ungkapan peribahasa seperti “
diterjemahkan menjadi “keledai tidak akan terperosok ke dalam lobang yang
8
sama dua kali”,
طا ا
lebih tepat diterjemahkan menjadi
“sesuatu yang mustahil”. 2) Latar belakang tema Di samping penguasaan akan teori tarjamah, penerjemah harus pula memahami tema atau topik teks yang akan diterjemahkan. Apabila akan menerjemahkan teks Fiqh, maka ia harus memiliki wawasan dan pemahaman yang memadai tentang fiqh, begitu pula jika akan menerjemahkan masalah tehnik, maka ia harus memahami hal-hal berkaitan dengan tehnik. Hal itu karena bidang yang berbeda memiliki peristilahan yang berbeda pula. Istilah
ة
dalam teks berbahasa Arab yang mendeskripsikan ajaran
Kristen tentunya tidak tepat diterjemahkan menjadi “sholat” dalam tradisi Islam,
” dalam
akan tetapi lebih tepat diterjemahkan “doa” atau “missa”. Istilah “ sains tentunya berbeda dengan penerjemahan di Tasawuf. 3) Konteks budaya
Faktor non kebahasaan terakhir yang harus dikuasai penerjemah adalah pemahaman tentang konteks budaya yang dipergunakan dalam teks yang akan diterjemahkan.
Mengingat
bahasa
adalah
cerminan
budaya
dan
logika
penggunanya, maka menerjemahkan teks Arab harus dibarengi dengan pemahaman budaya Arab. Melalui pemahaman kedua budaya yang berbeda itu, maka dalam proses terjemah terkadang harus dilakukan proses transformasi teks Arab agar sesuai dengan budaya bahasa Indonesia. Dalam penerjemahan
misalnya, harus dilakukan perubahan
ا
makna mengingat perbedaan
budaya Arab dan Indonesia, sehingga ungkapan tersebut lebih tepat diterjemahkan dengan “waktu adalah uang”.
9
4. Penutup
Membaca teks berbahasa Arab memerlukan pemahaman tentang kiatkiat penerjemahan yang baik dan benar, sehingga gagasan yang tertuang di dalamnya dapat dipahami dan disikapi dengan baik dan benar pula. Kelemahan yang paling menonjol dalam pembacaan dan penerjemahan teks-teks berbahasa Arab selama ini adalah keterikatan terhadap penerjemahan harfiah, penerjemahan bersifat parsial, dan pengabaian terhadap perbedaan konteks budaya kedua bahasa. 5. Latihan
1) Apakah faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika kita akan menerjemahkan teks berbahasa Arab? 2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik-teknik penerjemahan? 3) Bagaimana anda menerjemahkan kalimat berikut dengan menggunakan kiat dan teknik yang telah dipahami?
ا ب ) 1 ت و ر ا ) ذ2 وا إ نر م ) 3
10
TEKS I : TAKWA 1. Kompetensi
Setelah mempelajari pokok bahasa ini, mahasiswa diharapkan mampu: a. Membaca teks tentang takwa dengan baik dan benar b. Menerjemahkan teks tentang takwa dengan baik dan benar c. Memahami pengertian takwa secara etimologis dan terminologis menurut rujukan-rujukan utama dalam literatur Islam. d. Menjelaskan variasi pengertian takwa dalam ayat-ayat al Qu r‟an dan al Hadits sesuai dengan konteksnya masing-masing e. Menjelaskan implementasi takwa dalam konteks modern
2. Teks Bacaan
:غ ىا
ل ا )ى ق و( دة ذ هو ءا روا ا ا و ء أا و ل )و( دةا وا ، ء ء د أي ا ا : و ا و ا ذا ءوا ءا وا )ة و را اا( و ا ا لو ، و ا .)را( و و )ةا أي( ا أراد ر ا ا و و ذ ءا ا : اا لو و ا ىوا )ا اب وو( : ذ و ، ءا وا ءا ىوا ى رة فا ث ف أ( : ذ و و ا إذا ن ا :لو ، ء
11
ء روأن أ ة و ) 24 ا( )ا م ابا ء .و ا م ابا ن :ا ىا
،تا ك وذ ث ا :عا رف ىا :اا ل ىا :ا لو . أن ا ل ر و اموا لا :روي ا ازا : و ،ر ك واا اد ا و صا اد ا آداب ا :و ، ك أو ا ا و .ىا و ا ظ ك :و ا ءا و ا لوا ا و ر ب ا :ا ا ىا :ديوزاا لو لو ،ك أو ث ا و . و ض إ ذ ن ا ووا ا بوا إ وبوا را ىا :ا .تذ را إو را ا و ىا ادا آنا ي ىا ي
:أو خ ا آنا ىا ورد : وا فا
)1 ا(
-1
12
: دةا
-2
)2 ا( : ا ك
-3
أي )18 ةا( : ا
-4
13
أي ) 3 اتا( : صا
-5
)3 ا( :رعوا ىا
: و أن إ رعا رب ىا د رعوا ة أ ىا
-1
ا ن رعوا ا ىا
-2
ف رعوا و ا و نا ازا ىا
-3
. ط ا : آنا رات ش
14
: ة رات ا ا آنا ةوا ا و با و وا وا وا ةوا نا ا ةوا ا اا زقا و وا ا وج واا وا وا و اوإ ا و ق ا دةو ،اد زوا وا ا و ةا وا نوا توا ا ما و ،دا لو ءوا ا لل وا ا )ابا اا( نا تووا ا فوا ن ا وزوال ا و ا .ر ق زا ا ةا با ا وأ ىا ي اردةا تا :ت ا -1
15
)5-1 ةا( -2
16
)177 ةا( -3
17
)138-133 ان آل( بذا كو يا ا هز ىا -1
18
)103-101 ةا(
19
-2
شوا فا ىا -1
20
)48-47 ةا( -2
21
)99-96 افا( ا ىا -1
آل( )76-75 ان -2
22
)132-130 طه( دةا ىا -1
)128 افا(
23
-2
)2-1 ا( نوا ا ىا -1
ءسا( )131
24
-2
)32-30 ما( صخا ىا
25
-1
)109-107 ا(
26
-2
27
28
)26-18 حا( ا جزاء -1
)198-196 ان آل( -2
29
)64-61 ( ىا ي اردةا ثدا
م ت ا ن ا اا :ل ا لر أن ا ر ة أ
-1
ءد ا أن ح ن أ ا ن ا ا واا )2578 ( ر اوا اا :ل داعا ا لر ل ا ر أ أ ا أ ذا اوأ اأ ة ز وأدوا او خ ا ور ا )616 ي (ا ر
-2
30
ة و را اا :ل ا لر ل ا ر ي
-3
)1417 ريا( ل أو ل ء ر أن ا ر ريا أ
-4
ء و رأس ا ى أو :ل ا لر ءا رو آنا وةو ا و ما ر د )3-82 ا أح( رضا كوذ اةا ة ا لر و :ل ا ر ر ضا
-5
إن:ر ل با وو نا ذر وإن وا وا ا ى أو ل ؟ا لر إ ذا دع ،ر ا تو وإ ا ا ى ش ا ا اا ءا و ذ أدرك )يا ( ا ىا ي اردةا ءا الوأق را
ا ا إ ءا ر أن ل ا ر أ ر أ و ن ت ىا إن أ :ل ا ر م و وا وو نا ق ء وا ء وا ء و
31
ن وإن ا أ إ ح ا أ ن ن اقا ق ما وإ آنا )لا ( ا أ إح ا أ ذرة ل ا ا أن ىا م ا ر رداءا أ ل را( اما و ن ا ن أن أ ى ك و لو . ا :ا ل و . ) را ر ا ك ىوا ا رح ءر ا ر ا ا ىا : ) أ ا( اب ا ا 3. Kosa Kata Baru
ا-1 ذي- آذى-2 ل ا-3 - ا-4 -5 4. Latihan
ىا ائ اذ-1 صا ى ا ت د -2 ة و را اا :و ا ىا -3 رعا ى ا -4 ؟اا ا ا فأو اذ-5
32
TEKS 2: AMANAH 1. Kompetensi
Setelah mempelajari pokok bahasa ini, mahasiswa diharapkan mampu: a. Membaca teks tentang amanah dengan baik dan benar b. Menerjemahkan teks tentang amanah dengan baik dan benar c. Memahami pengertian amanah secara etimologis dan terminologis menurut rujukan-rujukan utama dalam literatur Islam. d. Menjelaskan variasi pengertian amanah dalam ayat- ayat al Qur‟an dan al Hadits sesuai dengan konteksnya masing-masing e. Menjelaskan implementasi amanah dalam konteks modern
2. Teks Bacaan
:غ ا
ل ا )أ م ن( دة ذ ور أ أيأ أ ر ا ، وا نا ر ا لو .وأ وأ أ ا أ :لو ا ن :و و .ا و أ ا ا ا لو .ا وا
33
3
ذا أراد:قإ أ ل ) 125 ةا(
.وا وأ أ ور وأ وأ آ ،أ ا ا رةو ا نا ن ا ا رة نا و
: نا
: ا ل و ) 28 لا(
و ا وف و ا او ا ،) 2 ابا( فو اا يو ا يا ا ن ،ا و ا ا و، ا ق ،ا وف . )نا( و ،
34
ا ائ ا ائا ا ئو ا ا لو و و دائ الا تأ : الأ وا ،د ا لو أةا اؤ أن ا و ،ل اأ ةأ ائا أ ج ذ و ا و م ا و ة ا ا وأ ا ا و ،أ وا أ واأ وا أ نوا أ وا أ ذنوا و أن ر ئا وا لوا رضوا اتا ا أود .وا ا ذ ن ادوا و نا إ و
3. Kosakata Baru
4. Latihan