PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
a. Mengetahui definisi proyeksi stereografis dan proyeksi kutub b. Memecahkan masalah geometri bidang dan geometri garis secara stereografis c. Menggunakan proyeksi stereografis sebagai alat bantu dalam tahap awal analisis data yang diperoleh di lapangan untuk berbagai macam data struktur
Proyeksi stereografis adalah penggambaran yang didasarkan pada perpotongan bidang/garis dengan suatu permukaan bola. Unsur struktur geologi akan lebih nyata, lebih mudah dan cepat penyelesaiannya bila digambarkan dalam bentuk proyeksi permukaan bola. Permukaan bola tersebut meliputi suatu bidang dengan pusat bola yang terlihat pada bidang tersebut maka bidang tersebut memotong permukaan bola sepanjang suatu lingkaran, yaitu lingkaran besar. (
menunjukkan perbandingan antara proyeksi orthografi
dengan proyeksi permukaan bola.
N W
E S N W
E S
perbandingan perbandingan antara proyeksi ort ografi dengan proyeksi stereografi
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
34
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Yang dipakai sebagai gambaran posisi struktur di bawah permukaan adalah belahan bola bagian bawah. Selanjutnya proyeksi permukaan bola digambarkan pada permukaan bidang horisontal dalam bentuk proyeksi stereografis. Hal tersebut didapat dari perpotongan antara bidang horisontal yang melalui pusat bola dengan garis yang menghubungkan titik-titik pada lingkaran besar terhadap titik zenithnya. Gambaran proyeksi yang didapat disebut dengan stereogram dan hubungan sudut di dalam proyeksi stereografi seperti nampak pada
. Dari gambar tersebut tampak bahwa
pengukuran besar sudut selalu dimulai dari 0° di tepi lingkaran (lingkaran primitif) dan 90° di pusat lingkaran. Hubungan antara proyeksi permukaan bola dengan pembuatan lingkaran besar dan lingkaran kecil seperti pada
Zn Zn
Bidang dasar N
Stereografis E
W S
0
0
20
20
45
45 70
90
70
hubungan sudut di dalam proyeksi stereografi
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
35
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Hubungan antara proyeksi permukaan bola dengan pembuatan lingkaran besar dan lingkaran kecil
Macam-macam proyeksi sterografi : 1. Equal angle projection net atau Wulf net. 2. Equal area projection net atau Schmidt net. 3. Orthographic net. Dalam proyeksi ini, penggunaan ketiga jaring tersebut pada prinsipnya sama, yaitu 0° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran.
Misalkan pada bidang kedudukan N 000° E/ 45° terletak garis dengan arah N 045° E. Maka hubungan antara proyeksi gambaran orthografi, stereografis, dan stereogramnya dapat dilihat pada
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
36
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Zn
b
a N B
F
C
0
W
N E
B
W
E
C
S B
B
C
C S
N
c
F
B’
O
C’
E
S
Penggambaran stereografis Keterangan gambar : Struktur bidang: strike = NS (gambar a, b, & c) dip = sudut COC' (gambar b) atau EC' (gambar c) Struktur garis OB': bearing = busur NF (gambar c) rake/pitch = busur NB' (gambar c) plunge = B'F (gambar c) Stereogram struktur bidang adalah busur NB'C'S (gambar c) Stereogram struktur garis adalah garis OB' (gambar c)
Stereogram struktur bidang selalu diwakili oleh lingkaran besar, sehingga besar sudut kemiringan selalu diukur pada arah E - W jaring, yaitu 0° pada lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran. Contoh: Penggambaran stereogram bidang N 045° E/30 0 sebagai berikut: LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
37
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Letakkan kertas kalkir di atas stereonet dan gambarkan lingkaran primitifnya. Beri tanda N, E, S, dan W serta titik pusat lingkaran.
Gambar garis strike melalui pusat lingkaran sesuai dengan harganya
Putar kalkir sampai garis strike berimpit dengan garis N - S jaring. Lalu gambar garis busur lingkaran besar sesuai dengan besarnya dip (ingat prinsip aturan tangan kanan)
Putar kalkir sehingga N kalkir berimpit dengan jaring, maka nampak stereogram dari bidang N O45° E / 30° a
b N
45
0
E
N
Dip 30
E
S O
S
c
N
W
E
D i p
S
Tahapan penggambaran stereogram bidang N 045° E/30 0
Stereogram struktur garis berupa suatu garis lurus dari pusat lingkaran. Besarnya plunge dihitung 0° pada lingkaran primitif dan 90° di pusat lingkaran dan diukur pada kedudukan bearing berimpit dengan N-S atau E-W jaring. Contoh: LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
38
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Penggambaran stereogram garis kedudukan 30°, N 045° E sebagai berikut:
Tentukan titik pada lingkaran primitif sesuai harga bearing, dan hubungkan dengan pusat lingkaran, sehingga merupakan garis lurus
Putar kalkir sehingga garis tersebut berimpit dengan N-S atau E-W jaring, kemudian ukur besarnya plunge
Putar kalkir sehingga N-kalkir berimpit dengan N-jaring maka OD merupakan stereogram garis kedudukan 30°, N 045° E a
b N
45
0
F F
E
D E
O
O
S
S
N
45
W
3O F D
S
E
0
F
c
Plunge D
O
E
S
Penggambaran stereogram garis kedudukan 30°, N 045° E
Aplikasi metode Stereografis yang akan diterapkan pada praktikum ini yaitu : A. Menentukan Apparent Dip, Plunge dan Rake Suatu Garis B. Menentukan Kedudukan Bidang Dari Dua Kemiringan Semu C. Menentukan Kedudukan Garis Potong Dari Dua Bidang Yang Berpotongan Di bawah ini diberikan contoh-contoh cara penyelesaian kasus A – C diatas. LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
39
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
1. Alat tulis lengkap, stereonet dan paku pines 2. Kalkir ukuran 20 x 20 cm ( 4 lembar )
Suatu bidang kedudukan N 050° E/50°. Tentukan apparent dip pada arah N 080° E! Penyelesaian:
Gambar stereogram bidang N 050° E/50° dan garis arah apparent dip N 080° E
Putar kalkir sampai garis arah N 080° E tersebut berimpit dengan E-W jaring dan baca besarnya apparent dip pada garis tersebut dimana 0° pada lingkaran primitif
Jika pada bidang N 050° E/50° ini terletak garis yang arahnya N 080° E, dengan cara seperti di atas didapat besarnya plunge garis tersebut adalah 31° . Sedangkan besarnya rake/pitch didapat sebagai berikut: a. Putar kalkir sehingga garis strike bidang N 050° E/ 50° berimpit dengan N-S jaring. Dan besarnya rake dihitung pada busur lingkaran besar bidang tersebut dengan menggunakan lingkaran kecil serta dipilih yang lebih kecil dari 90°, yaitu dimulai dari N-jaring sampai ke perpotongan garis dengan busur lingkaran besar bidang tesebut, besarnya didapat 12°
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
40
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
a
b N
N 50°
80° O
F
O
31
E
°
F
apparent dip
E
5 0
S
S
Penggambaran stereogram bidang N 050° E / 50° dan garis arah apparent dip N 080° E
N 50°
N
80°
F
O
E
O 31
°
5 0
S
F E
plunge
S
(a) a
b(b)
rake
4 2
°
c
(c)
Penentuan plunge dan rake/ pitch dari garis N 080° E pada bidang N 050° E / 50°
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
41
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Dua kemiringan semu suatu lapisan batupasir diketahui sebagai berikut: A. 25° pada arah N 010° E B. 34° pada arah N 110° E Tentukan arah kedudukan batupasir tersebut! Penyelesaian :
Gambar masing-masing arah kemiringan semunya, yaitu N 010° E dan N ll0° E
Putar kalkir sehingga arah kemiringan semu N 010° E berimpit dengan E-W jarring, plot besar kemiringan semu 25° dihitung dari lingkaran primitif, yaitu titik A
.
Begitu juga untuk kemiringan semu 34° pada arah N llO° E, yaitu titik B
Kalkir diputar-putar sehingga titik A dan B terletak dalam satu lingkaran besar. Dan gambar lingkaran besar tersebut beserta garis strike-nya, serta hitung besarnya dip, yaitu didapat 42°
Putar kalkir sehingga N kalkir berimpit dengan N jaring maka kedudukan batupasir dapat dibaca, yaitu N 340° E / 42°
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
42
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
N
N 10o
o
1 0
A
E o
11 0
W
E
W
o
110
S
S
N
N 10o
o
1 0
A
A
d i p o 4 2
E
W
o
11 0
E
B
W
B
o
110
S
S
N A
d i p
W
E
B
S
Tahapan menentukan Kedudukan Bidang Dari Dua Kemiringan Semu
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
43
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Suatu bidang A kedudukan N 010° E / 30° berpotongan dengan bidang B kedudukan N 130° E/ 50°. Tentukan kedudukan garis potonganya! Penyelesaian :
Gambarkan stereogram kedua bidang tersebut
OB adalah stereogram garis potongnya, sedangkan busur NEF adala h bearing OB yang diukur pada saat N kalkir berhimpit N jaring.
Busur BF adalah plunge, diukur pada posisi OF berhimpit dengan E-W / N-S jaring
Busur CB adalah rake OB pada bidang N 010° E / 30°, diukur pada posisi strike bidang tersebut berimpit dengan N-S jaring. Begitu juga busur DB adalah rake OB pada bidang S 050° E / 50° SW
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
44
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Menentukan Kedudukan Garis Perpotongan Dari Dua Bidang
Proyeksi kutub suatu bidang berupa suatu titik hasil proyeksi permukaan bola
sedangkan proyeksi kutub suatu garis merupakan suatu titik
tembus suatu garis terhadap permukaan bola pada bidang horizontal .
Pengeplotan proyeksi kutub struktur bidang 0° dimulai dari pusat lingkaran sedangkan 90° dimulai atau terletak pada lingkaran primitif.
Pengeplotan proyeksi kutub struktur garis 0° dimulai dari lingkaran primitif, sedangkan 90° terletak pada pusat lingkaran. LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
45
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Dibuat berdasarkan luas daerah yang sama dari titik-titik proyeksi pada kedudukan tertentu yang tercakup di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari distribusi yang tidak merata apabila diadakan pengukuran dalam jumlah yang besar dalam analisa secara statistik. Suatu bidang dengan jurus N-S dan dip ke arah E, proyeksi kutubnya digambarkan sebagai titik pada garis E-W ke arah barat dimana harga dip -nya dihitung 0° dari pusat lingkaran sedangkan 90° pada lingkaran primitif . Sedangkan suatu garis dengan plunge tepat ke arah selatan, proyeksi kutubnya berupa titik pada garis N-S jaring sebelah selatan dengan harga plunge 20° dimulai dari lingkaran primitif dan 90° pada pusat lingkaran, dihitung dari S-jaring
.
Proyeksi kutub struktur bidang
Proyeksi kutub struktur garis
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
46
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
a
b
(a) Proyeksi kutub dan stereografi bidang (P), (b) Proyeksi kutub struktur garis (P) dengan bearing ke arah S dan plunge 20o
Perbedaan Utama : yaitu lingkaran besar dan lingkaran kecil didapat dari proyeksi permukaan bola ke arah titik zenit. yaitu lingkaran besar dan kecil dibuat berdasarkan luas yang mendekati kesamaan dari jaring yang dihasilkan oleh perpotongannya sehingga interval tiap lingkaran akan merata pada setiap kedudukan.
1. Penggambaran struktur bidang: Contoh: Struktur Bidang N 135° E / 60°
Memutar kalkir berlawanan dengan arah jarum jam sehingga N kalkir berimpit dengan harga strike.
Kemudian menentukan proyeksi kutubnya berdasarkan besar dip (90° dari dip) , dimana 0° dimulai dari pusat lingkaran.
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
47
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
Memutar kalkir hingga N kalkir berimpit dengan jaring maka kedudukan titik pada jaring (titik P) merupakan proyeksi kutub dari bidang dengan kedudukan N 135° E/ 60°.
N E
S
P P E
W
N W
S
Penggambaran proyeksi kutub pada Schmidt Net untuk bidang dengan kedudukan N 135° E / 60°
2. Penggambaran struktur garis: Contoh: Struktur garis 30°, N 225° E
Memutar kalkir berlawanan dengan arah jarum jam sehingga N kalkir berimpit dengan harga bearing-nya.
Kemudian menentukan proyeksi kutubnya berdasarkan besar plunge (90° dari plunge), dimana 0° dimulai dari lingkaran primitif.
Memutar kalkir hingga N kalkir berimpit dengan N jaring maka kedudukan yang diperoleh kedudukan titik P merupakan proyeksi kutub dari garis 30°, N 225° E.
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
48
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
N
S
P
W
E
W P
E
N
S
Penggambaran proyeksi kutub pada Schmidt Net untuk struktur garis 30°, N 225° E
Dalam pengeplotan penggambarannya, kertas kalkir posisinya tetap (tidak diputar-putar). Prinsip dan hasilnya sama dengan bila menggunakan Schmidt Net, tetapi di sini lebih praktis. 1. Struktur bidang dengan sistem azimuth Untuk mempermudah penggambarannya maka pembagian derajat pada jaring dimulai dari titik W (jurus 0°) searah dengan jarum jam. Sedangkan besar kemiringan 0° dihitung dari pusat lingkaran dan 90° pada tepi lingkaran. Proyeksi kutubnya berupa titik. 2. Struktur garis dengan sistem azimuth dan kwadran pembagian derajat pada jaring dimulai dari titik N (bearing 0°) searah dengan jarum jam. Sedangkan besar penunjaman 0° dihitung dari lingkaran luar (Lingkaian primitif) dan 90° pada tengah lingkaran. Proyeksi kutubnya berupa titik.
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
49
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
N 80
90
70 60 50 40 30
20
P 10
W0
180
270
Cara penggambaran proyeksi kutub suatu bidang dengan kedudukan N040°E / 60° N 0
10 20 30 40 50 60
70
P 80
W
90
E
P
S
Cara penggambaran proyeksi kutub suatu garis dengan kedudukan 40°, N 60°E
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
50
PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
* Struktur Bidang. - Strike
: 0° dimulai dari arah utara / North (N) pada Wulf Net.
- Dip
: 0° dimulai dari lingkaran primitiv (tepi) dan 90° berada di pusat Wulf Net.
* Struktur Garis. - Bearing
: 0° dimulai dari arah utara North (N) pada Wulf Net.
- Plunge
: 0° dimulai dari lingkaran primitiv (tepi) dan 90° berada pada pusat Wulf Net.
* Struktur Bidang. - Strike
: 0° dimulai dari arah utara / North (N) pada Smicdth Net.
- Dip
: 0° dimulai dari lingkaran primitiv (tepi) dan.90° berada di pusat Smicdth Net.
* Struktur Garis. - Bearing
: 0° dimulai dari arah utara / North (N) pada Smicdth Net.
- Plunge
: 0° dimulai dari lingkaran primitiv (tepi) dan 90° berada pada pusat Smith Net.
* Struktur Bidang. - Strike
: 0° dimulai dari sisi West (W) pada Polar equal area net.
- Dip
: 0° dimulai dari pusat dan 90° berada di lingkaran primitiv (tepi)
* Struktur Garis. - Bearing
: 0° dimulai dari North (N).
- Plunge
: 0° dari ligkaran primitiv (tepi) dan 90° berada di pusat
LABORATORIUM GEOLOGI STRUKTUR UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
51