12
MAKALAH
MODIFIKASI PERILAKU
"REINFORCEMENT"
OLEH :
Fierda Kemala Wahab : 14.11.1001.3510.004
Evan Bastian : 14.11.1001.3510.036
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Modifikasi Perilaku tentang Teori Reinforcement dengan tepat waktu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Teori Reinforcement. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Samarinda, 14 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Reinforcement Theory (Teori Penguatan) 4
B. Teknik Reinforcement Dalam Modifikasi Perilaku 5
C. Contoh Kasus 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain. Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku dibagi dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Upaya pemahaman dan perubahan tingkah laku sampai saat ini masih terus dikembangkan. Seperti yang kita semua tau perilaku seseorang sebagian muncul karena stimulus dari lingkungannya dan sebagian lagi adalah faktor internal dari manusiannya sendiri. Kondisi individu yang berperilaku buruk dan menyimpang diharapkan akan dapat diubah dengan penerimaan isyarat atau rangsangan yang diprogram
Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat reinforcement (penguatan) positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat reinforcement (penguatan) negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Reinforcement (penguatan) adalah sebuah proses di mana konsekuensi, penguat, diberikan setelah perilaku yang diinginkan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku akan terjadi lagi dalam kondisi yang sama. Penguatan dirancang untuk digunakan secara sistematis dan kontinjensi. Ada banyak jenis reinforcers; yang dipilih berdasarkan pada situasi tertentu. Setiap orang memiliki keinginan untuk diberikan penghargaan atas yang telah dilakukannya. Melalui penghargaannya yang diberikan seseorang akan merasa dihargai usahanya, penghargaan tidak selalu berupa materi akan tetapi bisa dilakukan dalam bentuk-bentuk lain. Penghargaan tersebut bisa disebut juga sebagai reinforcement (penguatan).
Reinforcement Theory ini merupakan suatu pendekatan psikologi yang sangat penting bagi manusia. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang itu dapat menentukan, memilih dan mengambil keputusan dalam dinamika kehidupan. Teori ini bisa digunakan pada berbagai macam situasi yang seringkali dihadapi manusia. Teori penguatan ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia itu adalah hasil kompilasi dari pengalaman-pengalaman yang telah ditemui sebelumnya.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud reinforcement (penguatan)?
Bagaimana pelaksanaan tehnik reinforcement (penguatan) dalam modifikasi perilaku?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui teori reinforcement (penguatan).
Untuk pelaksanaan tehnik reinforcement (penguatan) dalam modifikasi perilaku.
BAB II
PEMBAHASAN
Reinforcement Theory (Teori Penguatan)
Teori penguatan atau reinforcement theory of motivation dikemukakan oleh B. F. Skinner (1904-1990) dan rekan-rekannya. Pandangan mereka menyatakan bahwa perilaku individu merupakan fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya (rangsangan – respons — konsekuensi). Teori ini didasarkan atas semacam hukum pengaruh dimana tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
Teori ini berfokus sepenuhnya pada apa yang terjadi pada seorang individu ketika ia bertindak. Teori ini adalah alat yang kuat untuk menganalisis mekanisme pengendalian untuk perilaku individu. Namun, tidak fokus pada penyebab perilaku individu.
Dalam kehidupan sehari-hari peristiwa penguatan maupun penghilangan tingkah laku banyak terjadi secara alamiah, yang disebut natural consequence. Namun dalam program pengubahan tingkah laku, penguatan tidak dibiarkan terjadi secara alamiah, tetapi diatur sedemikian rupa agar menjadi konskuen bagi tingkah laku yang ingin ditingkatkan atau dipelihara. Kaidah penguatan tidak selamanya mudah dilakukan dan kadang rumit. Seringkali suatu penguat positif begitu sangat ampuh, tetapi seringkali tidak efektif sama sekali. Apa yang menjadi penguatan bagi seseorang dalam lingkungan tertentu, mungkin sama sekali tidak punya arti apa-apa bagi orang lain. Kerumitan dalam memberikan penguatan tersebut sebenarnya terjadi karena pengubah kurang cermat dalam mengamati.
Pada umumnya ada dua jenis penguatan, positif dan negatif. penguatan positif mengacu pada peningkatan frekuensi perilaku mendatang karena penambahan stimulus. Misalnya, kue diberikan kepada anak (penambahan stimulus) setiap kali ia duduk dengan benar, dan frekuensi anak duduk dengan benar akan meningkat. Di sisi lain, penguatan negatif mengacu peningkatan frekuensi perilaku mendatang akibat penghapusan stimulus. Sebagai contoh, sebuah lagu yang tidak enak didengar akan dimatikan (stimulus) setiap kali anak bangun pagi, dan perilaku bangun pagi anak meningkat.
Teknik reinforcement dalam modifikasi perilaku
Penguatan Positif
Menurut Muh Uzer Usman (dalam Jumarin: 2005) teknik pemberian penguatan agar efektif, yaitu:
Penguatan kepada pribadi tertentu yang jelas
Diberikan dengan segera atau langsung, yaitu setelah munculnya tingkah laku yang diharapkan
Penguatan kepada kelompok
Penggunaan penguatan dengan bervariasi
Agar penguatan positif dapat berjalan efektif Soetarlinah Soekadji (dalam Jumarin: 2005) mengemukakan beberapa hal yang harus dilakukan agar penguatan positif dapat berjalan efektif, antara lain:
Menyajikan penguatan seketika
Penguatan diberikan segera setelah tingkah laku berlangsung akan lebih efektif dibandingkan yang tertunda.
Memilih penguatan yang tepat
Tidak semua stimulus yang memenuhi kebutuhan fisiologis dapat menjadi penguatan yang tepat. Setiap orang mempunyai selera sendiri-sendiri, dan setiap situasi dapat menimbulkan perubahan selera.
Soetirlah Soekaji (dalam Jumarin: 2005) menyatakan bentuk pilihan penguatan yang dapat digunakan antara lain:
Makanan, semua orang menyukai makanan atau minuman yang cocok dengan seleranya.
Benda-benda, setiap orang akan senang jika mendapatkan suatu benda yang menarik, memiliki kenangan apalagi berharga.
Aktivitas atau acara, setiap orang senang melakukan suatu aktivitas sesuai dengan minatnya, sehingga acara yang menyenangkan dapat dijadikan sebagai penguatan.
Tindakan sosial, dihadirkan oleh orang lain dala konteks sosial, baik verbal maupun non verbal. Contohnya seperti pujian, sapaan, komentar positif, senyuman, anggukan, jabat tangan, dan lain-lain.
Mengatur Kondisi Situasional
Tidak setiap tingkah laku perlu diulang setiap waktu. Banyak tingkah laku yang telah terbentuk dipelihara, ditingkatkan hanya cocok dilaksanakan pada kondisi dan situasi tertentu.
Menentukan Kuantitas Penguatan
Suatu penguatan akan efektif apabila diberikan dalam kuantitas yang tepat yang perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Jenis penguat yang akan diberikan
Keadaan deprivasinya (berapa lama penguat tidak diberikan atau diperoleh)
Usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan satu kali penguat
Kualitas tingkah laku yang sudah terbentuk. Jika tingkah lakunya terbentuk relatif kuat, maka kuantitas penguatannya dapat dikurangi
Faktor internal subyek yang diubah, seperti pengalaman-pengalamannya, kesadarannya, dan sebagainya.
Memilih Kualitas dan Kebaruan Penguatan
Orang akan cenderung memilih sesuatu yang berkualitas tinggi, dan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru cenderung menghilangkan kebosanan atau kejenuhan, sehingga akan menjadi penguat yang baik.
Memberikan Sampel Penguatan
Terhadap sesuatu yang baru, belum dikenal atau sesuatu yang asing, sebagian orang akan menghadapinya dengan senang penuh perhatian, tetapi ada pula yang menghadapinya dengan keragu-raguan, kecurigaan bahkan ketakutan.
Menanggulangi Pengaruh Saingan
Beberapa reaksi yang berupa penguatan dari lingkungan terhadap tingkah laku seseorang kadang lebih kuat daripada penguatan yang diberikan oleh pengubah, bahkan ada yang saling bertentangan dan bersaing, sehingga menimbulkan konflik.
Mengatur Jadwal Penguatan
Pemberian penguatan harus diberikan dalam waktu yang tepat, kapan suatu tingkah laku perlu mendapatkan penguatan. Jadwal pemberian penguatan dapat dilakukan secara terus-menerus.
Penguatan Negatif
Pada penguatan negatif, meningkatnya atau kemungkinan berulangnya tingkah laku yang diharapkan, disebabkan oleh dikurangi atau dihilangkannya stimulus yang tidak mengenakkan sebagai konskuensi dari tingkah laku tersebut. Jadi tingkah laku mendapatkan penguatan negatif, jika tingkah laku itu meningkat atau terpelihara karena berkaitan atau dihilangkan suatu stimulus.
Penguatan negatif ini dapat bermacam-macam bentuknya. Segala hal yang secara potensial tidak menyenangkan dapat menjadi penguatan negatif. Namun perlu dicermati bahwa setiap orang memiliki pandangan yang berbeda apakah suatu benda atau perlakuan yang dijadikan penguatan itu menyenangkan atau tidak. Didiamkan, disindir, tidak dihiraukan dan sebagainya dapat menjadi penguatan negatif yang sifatnya sosial.
Dalam penerapan pengubahan tingkah laku, penggunaan penguatan negatif hendaknya jangan terlalu sering, dan sebaiknya dikombinasikan dengan penguatan positif sebagai penggantinya. Diantara keterbatasan penguatan negatif adalah:
Penyajian penguatan negatif seringkali tidak menyenangkan pengubah sendiri.
Penyajian stimulus aversi yang berulang-ulang seringkali menjadikan anak kebal.
Efek penguatan negatif seringkali berpengaruh pada tingkah laku yang bukan menjadi sasarannya.
Tidak berbeda dengan penggunaan penguatan positif, maka penggunaan penguatan negatif juga memerlukan pengamatan dan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kuantitas dan kualitas, jenis, jadwal, dan sebagainya.
Ada dua tipe dari penguatan negatif :
Escape Conditioning
Yaitu pengondisian yang terjadi dikarenakan sesuatu yang negatif berhenti.
Avoidance Conditioning
Yaitu pengondisian yang dilakukan dengan cara menghindar dari sesuatu yang negatif. Pengondisian ini terjadi karena perilaku mencegah terjadinya sesuatu yang negatif.
Contoh Kasus
Dalam suatu kelas yang terdiri dari 30 orang siswa ternyata sebagian besar dari siswa di kelas prestasi akademik rendah di sekolahnya. Seorang guru yang memperhatikan hal tersebut akhirnya memberikan tantangan dan hadiah kepada siswa-siswanya, yaitu jika semua siswa di kelasnya mendapat nilai minimal 7 (tujuh) pada mata pelajaran tertentu saat ujian akhir semester maka akan diadakan karya wisata keluar kota (reinforcement positif).
Seorang ibu memarahi anaknya setiap pagi karena tidak merapikan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekuensi sikap kemarahan dari ibunya. (reinforcement negative).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Reinforcement (penguatan) merupakan usaha untuk memberikan stimulus kepada individu yang menjadi konskuensi tingkah lakunya sehingga mengakibatkan tingkah laku baru sering muncul, meningkat atau diperkuat.
Reinforcement ada dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negatif. Penguatan positif adalah peristiwa atau sesuatau yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk diulang-terjadi lagi. Penguatan negatif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki, peluang tingkah laku itu untuk diulangi lebih kecil.
Agar penerapan penguatan positif efektif, maka perlu dipertimbangkan beberapa syarat yaitu, penyajian penguatan seketika, memilih penguatan yang tepat, mengatur kondisi situasonal, menentukan kuantitas penguatan, memilih kualitas dan kebaruan penguatan, memberikan sampel penguatan, menanggulangi pengaruh saingan, mengatur jadwal penguatan. Dalam penerapan pengubahan tingkah laku, penggunaan penguatan negatif hendaknya jangan terlalu sering, dan sebaiknya dikombinasikan dengan penguatan positif sebagai penggantinya. Diantara keterbatasan penguatan negatif adalah, penyajian penguatan negatif seringkali tidak menyenangkan pengubah sendiri, penyajian stimulus aversif (stimulus yang tidak menyenangkan) yang berulang-ulang seringkali menjadikan anak kebal, efek penguatan negatif seringkali berpengaruh pada tingkah laku yang bukan menjadi sasarannya.
Untuk contoh kasus di atas, penguatan positif terjadi saat guru memberikan tantangan pada siswa-siswa dengan diiming-imingi reward, dengan konsekuensi akan terjadi perubahan pada proses belajar siswa-siswa tersebut agar mendapatkan nilai minimal 7 (tujuh) dalam mata pelajaran tertentu. Contoh kasus kedua yang diberikan penguatan negatif adalah ketika ibu memarahi anaknya karena tidak merapikan tempat tidur saat bangun pagi, ibu yang memarahi anaknya merupakan aversif atau stimulus yang tidak menyenangkan, yang mana tujuannya adalah untuk membuat perilaku merapikan tempat tidur sendiri tanpa harus dimarahi ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press
Jumarin, 2005. Tingkah Laku Manusia dan Pengubahannya. Yogyakarta: Talenta.
Roen, Ferry. 2012. Teori Penguatan. Diakses pada tanggal 14 September 2016, di
http://perilakuorganisasi.com/teori-penguatan.html
TARGET: TEXAS GUIDE FOR EFFECTIVE TEACHING REINFORCEMENT.
Journal Texas Statewide Leadership for Autism Updated 12/31/2009. Diakses pada
tanggal 14 September 2016, di https://www.gvsu.edu/cms4/asset/64CB422A-ED08-43F0 F795CA9DE364B6BE/reinforcement.pdf