Model Pengembangan Kurikulum Hilda Taba Jumat, 06 Januari 2012 Published by My Self A. Kurikulum Kurikulum menurut Hilda Taba adalah: “ a curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the learning process and the development of individual has bearing on the shaping of the curriculum”. kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh karena itu, konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan perkembangan individu individu dapat mewarnai mewarnai bentuk-bentuk bentuk-bentuk kurikulum. kurikulum.
Kurikulum tidak hanya terletak pada pelaksanaanya, tetapi pada keluasan cakupannya, terutama pada isi, metode dan tujuannya, terutama tujuan jangka panjang, karena justeru kurikulum terletak pada tujuannya yang umum dan jangka panjang itu, sedangkan imlementasinya yang sempit termasuk pada pengajaran, yang keduanya harus kontinue. Kurikulum merupakan pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar. Hilda Taba berpendapat berpendapat bahwa pada hakikatnya tiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Berbeda dengan model yang dikembangkan dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitik beratkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatau proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam kurikulum ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan model pengembangan Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut terutama penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam pegembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum. Merupakan karakteristik dalam model pengembangan pengembangan Taba. Pengembang kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang dimulai dari langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar, merumuskan desain kurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum didalam kelas. Perekayasaan kurikulum secara tradisional dilakukan oleh suatu panitia yang dipilih. Panitia ini bertugas: 1.
Mempelajari daerah-daerah fundasional dan mengembangkan rumusan kesepakatan
fundasional.
2.
Merumuskan Desain kurikulum secara menyeluruh berdasarkan kesepakatan yang telah
dirumuskan. 3. Mengkonstruksi unit-unit kurikulum sesuai dengan kerangka desain. 4. Melaksanakan kurikulum pada tingkat atas. Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pambaruan kurikulum. Oleh karena itu, menurut Hilda Taba, sebaiknya kurikulum dikembangkan secara terbalik ( inverted) yaitu dengan pendekatan induktif. Taba percaya bahwa esensial proses deduktif ini cenderung untuk
mengurangi
kemungkinan-kemungkinan
inovasi
kreatif,
sebab
membatasi
kemungkinan mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Taba menyatakan bahwa : 1.
Bila perubahan nilai dari mendesain ulang kerangka yang menyeluruh maka sebelumnya
harus ditetapkan lebih dahulu suatu pola yang akan dipelajari dan diuji. 2.
Panitia penyusunan kurikulum yang tradisional itu dapat mendukung rencana-rencana
kurikulum yang bermanfaat, bagian dari desain itu sendiri hanya atas dasar logika bukan empirik. 3.
Karena mereka tidak melakukan pengujian secara empirik, kurikulum yang dihasilkan
cenderung merupakan skema / sket bagan yang sangat umum dan abstrak dan sedikit membantu untuk melaksanakan praktek instruksional. Ketiga masalah tersebut menunjukkan efesiensi perekayasaan kurikulum yang tradisional dan kesenjangan antara teori dan praktek. Suatu contoh adanya disfungsi dalam teori praktek terdapat pada core kurikulum yang dirancang untuk mengajukan Integrasi isi / materi, Hubungan dengan kebutuhan siswa. Jalannya praktek core tersebut umumnya hanya merupakan reorganisasi administratif, block of time mata ajaran-mata ajaran yang terpisahpisah, dan dimana masalah-masalah kehidupan terisolasi dari materi (content) yang valid. Bentuk core yang dilaksanakan berdasarkan rekayasa deduktif menghasilkan pemisahan teori dan praktek. Taba mengajukan pandangan yang berlawanan dengan urutan tradisional dengan mengembangkan inverted model, yakni langkah awal dimulai dari perencanaan unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan diawali dengan desain kerangka (framework) yang umum. Unit-unit tersebut diuji / dilaksanakan dalam kelas, yang ada pada gilirannya digunakan sebagai dasar empirik untuk menentukan desain yang menyeluruh (overall design). Keuntungan digunakannya inverted sequence ini ialah :
1.
Membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi
unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis. 2.
Kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru
lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh urutan tradisional. 3.
Kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih
berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada. B. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu
A. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru : Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan 1. Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat, dan 2. Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit – unit eksperimen ini harus dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum dimulai dengan
menentukan kebuttuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis tentang berbagai kekurangan (deficiencies ), dan perbedaan latar belakang siswa. Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutuhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan.
Merumuskan tujuan khusus. Setelah kebuttuhan-kebutuhan siswa didiagnosis,
selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. Rumusan tujuan akan meliputi: -
Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
-
Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
-
Cara befikir untuk memperkuat,
-
Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan meerupakan langkah
berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan yang harus dicapai s esuai dengan langkah
kedua,
akan
tetapi
juga
harus
mempertimbangkan
segi
validitas
dan
kebermaknaannya untuk siswa.
Mengorganisasi isi . Melalui penyeleksian, selanjutnya isi kurikulum yang telah
ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalaman-pengalaman belajar
yag harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
Mengorganisasi pengalaman belajar . Guru selanjutnya menentukan bagaimana
mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu kedalam paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Menentukan alat evaluasi dan prosedur yang harus dilakukan siswa. Peda penentuan alat
evaluasi guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum.
Menguji keseimbangan isi kurikulum . Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa. B. Menguji unit eksperimen Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan. C. Mengadakan revisi dan konsolidasi Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal-hal yang umum dan tentang konsistensi teori-teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersana-sama dengan coordinator kurikulum maupun ahli kurikulum. produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah diuji dilapangan. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas. D. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum ( developing a frame work ) Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum. Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini. -
Apakah lingkup isi telah memadai
-
Apakah isi telah tersusun secara logis
-
Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual,
keterampilan dan sikap -
Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya kemampuan intelektual dan emosional. Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan. E. Implementasi dan desiminasi Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek. Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
C.
CIRI KHAS MODEL HILDA TABA
Hilda Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal dengan model terbalik. Dikatakan model terbalik karena pengembangan kurikulumnya tidak didahului oleh konsep-konsep yang datangnya secara deduktif. Dalam kurikulum Hilda Taba sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut, terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan yang kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
Model Taba sebagai model pembelajaran secara induktif yang terdiri atas langkahlangkah terstruktur yang dibagi menjadi tujuh fase. Guru menjadi motor penggerak untuk menjangkau fase demi fase melalui pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan kepada siswa secara sambung-menyambung. Tujuan utama model iniadalah pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa di samping penguasaan secara tuntas topik yang dibicar akan. Mo del Taba berorient asi pada pendekatan proses.
DAFTAR PUSTAKA :
Asfari Rifai, Soekirno, Soedarminto Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Bahan Belajar I; 1-9 PMAK8160/3 SKS, Jakarta, Universitas Terbuka, 1999, Cet. 3, H. 3. http:// MotipastiBlog.blogspot.com / http:// rifda-aither.blogspot.com/
1. 3.
Model Hilda Taba
Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh Taba yaitu dengan memodifikasi model dasar Tyler agar lebih representatif terhadap perkembangan kurikulum diberbagai sekolah. Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi kurikulum). Langkah-langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba adalah: Step 1 : Diagnosa kebutuhan Step 2 : formulasi pokok-pokok Step 3 : Seleksi isi Step 4 : Organisasi isi Step 5 : Seleksi pengalaman belajar Step 6 : Organisasi pengalaman belajar Step 7 : penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara melakukannya Taba mengklaim bahwa bahw keputusan keputusan-keputusan pada elemen mendasar harus dibuat valid. Kriteria mungkin berasal dari berbagai sumber yakni, dari tradisi, tekanan tekanan sosial dan kebiasaan-kebiasaan yang ada. Agar kurikulum menjadi berguna pada pengalaman belajar murid, bahwa sangatlah penting mediagnosis berbagai kebutuhan anak. Hal ini merupakan langkah penting pertama dari Taba. Tentang apa yang anak didik inginkan dan perlukan untuk belajar. Langkah kedua yakni, formulasi yang jelas dan tujuan tuuan yang komprehensif untuk membentuk dasar pengembangan elemen-elemen berikutnya. Taba berpendapat bahwa hakikat tujuan akan menentukan jenis pelajaran yang perlu untuk diikuti. Langkah 3 dan 4 diintegrasikan dalam realitas meskipun untuk tujuan mempelajari kurikulum. Taba membedakan diantara keduanya, untuk menggunakan langkah-langkah ini pendidik perlu menformulasikan dulu tujuan-tujuan, sebagaimana halnya mengetahui secara mendalam terhadap isi kurikulum. Begitu juga dengan 5 dan 6 yang berhubungan dengan tujuan dan isi. Untuk menggunakan langkah ini secara efektif taba menganjurkan para pengembang kurikulum untuk memperoleh suatu pengertian terhadap prinsip-prinsip belajar tertentu, strategi konsep yang dipakai, dan urutan belajar. Pada langkah terakhir (7) Taba menganjurkan para pengembang kurikulum untuk mengonsepkan dan merencanakan berbagai strategi evaluasi. Model kurikulum Tyler dan Taba dikategorikan kedalam Rational Model atau Objectives Model. Kelebihan dari model Taba dan model Tyler ini yakni, Rational Model yang logis strukturnya menjadikan sebagai dasar yang berguna dalam perencanaan dan pemikiran kurikulum. Model ini telah menghindari kebingungan, sebuah tugas yang susah dari perspektif kebanyakan pengembang kurikulum. Para pendidik dan para pengembang kurikulum yang bekerja dibawah model rasional (rational model) memberikan suatu jalan yang tidak berbelit-belit dan mempunyai pendekatan waktu yang efisien. Dalam mengevaluasi proses kurikulum, satu
hal yang dapat diargumenkan adalah tyler dan taba telah mendapatkan sesuatu yang sifatnya rasional, yang menyokong pembangunan kurikulum setidaknya dari perspektif rasional.
21. Model Kurikulum Taba 1962 ► Juga menenkan objektif sebgagi platform untuk aktiviti di sekolah
–kenali sbg kurikulum ► Objektif memandu keputusan kurikulum spt apa yang perlu disampaikan, pa yang perlu ditekankan, pa jenis isi kandungan yang perlu dipilih dan apa jenis penglalaman pembelajaran yang perlu dititikberatkan ► Juga dikenali sebagai model pembangunan konsep & mengutamakan penyusunan bahan-bahan pengajaran dlm proses P&P. ► Merupakan kaedah yg berkesan utk mengajar kandungan kurikulum dlm bentuk generalisasi & diskriminasi. ► Model ini mengesyorkan 4 strategi pengajaran utk menggalakkan pemikiran kritis di kalangan murid. ► Model objektif merupakan satu terjemahan kajian pendidikan kepada amalan pendidikan ► Digunakan dalam perkembangan kurikulum dan kajian akademik pendidikan