“SUMBER FISIS”
MODALITAS ELEKTROTERAPI ELEKTROTERAPI
Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran
BAB I KAJIAN TEORI A. SWD (Short Wave Diathermy) 1. Pengertian SWD (Short Wave Diathermy)
Short wave diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy, yaitu : 1) Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter. 2) Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter. 3) Frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter. Frekuensi yang sering digunakan pada SWD pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter. 2. Arus SWD (Short Wave Diathermy)
Short Wave Diathermy yang digunakan dalam pengobatan mempunyai 2 arus yaitu arus Continuos SWD dan Pulsed SWD. 1) Continous Short Wave Diathermy (CSWD) Pada penerapan Continous SWD, energi thermal dominan terjadi dalam jaringan. Setiap jaringan yang menerima panas memiliki tahanan yang berbeda-beda. Jaringan lemak cepat menyerap panas daripada otot (1 : 10), sedangkan jaringan otot lebih cepat menyerap panas daripada kulit. Secara fisiologis, jaringan otot tidak memiliki “thermosensor” tetapi hanya
pada jaringan kulit, sehingga dengan adanya rasa panas di kulit saat pemberian Continous SWD maka sebenarnya sudah terjadi “overthermal” pada jaringan otot dibawahnya karena
jaringan otot lebih cepat menerima panas daripada kulit. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika panas yang diterima jaringan melebihi batas tertentu maka jaringan akan menjadi rusak; menurut Thomas H (2003) ukuran subyektif sebagai batas tertentu adalah jika penderita merasa hangat. Menurut Hollander JS (2009) bahwa para peneliti menyatakan pemberian Continous SWD pada kondisi artrose adalah kontraindikasi, dan bahkan sebagian besar penelitian melarang pemberian Continous SWD pada arthritis. Hal ini disebabkan karena didalam sendi terdapat suatu asam “Hyaluronik” yang suhu optimalnya adalah 36,7o, dan sangat
sensitif terhadap terhadap penambahan suhu. Dengan penambahan suhu 1o saja (terjadi pada pemberian CSWD) maka suhunya menjadi 37,4o, sementara pada suhu 37o saja akan mengaktifkan cairan/enzym hyaluronidase yang dapat merusak ujung-ujung tulang rawan sendi, dan kita ketahui bahwa kerusakan tulang rawan sendi tidak akan pernah mengalami regenerasi/reparasi. Continous SWD utamanya menimbulkan efek thermal, sehingga menghasilkan efek fisiologis berupa peningkatan sirkulasi darah dan proses p roses metabolisme.
2) Pulsed Short Wave Diathermy (PSWD) Sekitar tahun 2000, mulai digalakkan penelitian baru terhadap Pulsed SWD sebagai salah satu efek terapi baru bagi SWD. Dalam penelitian tersebut dilakukan penerapan Pulsed SWD pada hapusan susu, dan ternyata pada hapusan susu tersebut terlihat suatu bentuk “untaian kalung”. Kemudian bentuk tersebut juga terjadi pada cairan darah, limpha dan
eiwit. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Pulsed SWD sangat bermanfaat dalam menghasilkan efek terapeutik, sedangkan efek fisiologisnya hanya timbul sedikit (pengaruh panas hanya minimal). Pada Pulsed SWD, mempunyai mempun yai energi/power output yang maksimum sampai 1000 W. Meskipun demikian, energi/power output rata-rata adalah jauh lebih rendah yaitu antara 0,6 – 80 80 watt (tergantung pada pemilihan frekuensi pulse repetition) sehingga memungkinkan aplikasi pengobatan subthermal dengan peningkatan efek-efek biologis. Oleh karena itu, terapi Pulsed SWD sangat cocok untuk pengobatan terhadap gangguangangguan akut dimana terapi panas merupakan kontraindikasi. Jika kita menerapkan Pulsed SWD (PSWD), maka akan menghasilkan pulsasi rectangular dengan durasi pulsasi 0,4 ms. Power maksimum dari pulsasi tersebut dapat diatur sampai 1000 W. Ketika menggunakan aplikasi kondensor maka energi power dapat diatur sampai nilai maksimum. Interval pulsasi yang dihasilkan bergantung pada pemilihan frekuensi pulsasi repetition (15 – 200 Hz), sedangkan ukuran produksi panas dalam Pulsed SWD adalah mean power (watt). Mean power yang dihasilkan sangat bergantung pada pemilihan intensitas arus dan frekuensi pulsasi repetition. Semakin rendah frekuensi pulsasi repetition yang dipilih maka semakin rendah mean powernya. Dengan demikian, penerapan Pulsed SWD dapat memungkinkan kita memilih intensitas arus yang tinggi (power pulsasi) dengan pemilihan frekuensi pulsasi repetition yang selektif dan sesuai dengan kondisi penyakit/gangguan.
3. FIDE (Fisika dasar)
Arus AC dan Ocillasi.
Intensitas gelombang yang dihasilkan 5x105 cycles/detik. c ycles/detik.
EKE (External Kinetics Energy), EEM (Energy Electro Magnetic), MEM (Medan Electro Magnetic).
Frekuensinya 27 MHz dan panjang gelombangnya 11,06 m (penetrasi dalam)
Dalam perjalanannya timbul energi potensial dan energi kinetik.
Energi listrik dan energi magnetik akan menimbulkan medan listrik dan medan magnet yang saling memperkuat satu sama lain
4. BIFOR (Biofisika Elektro)
Peningkatan IKE ( Internal Internal Kinetics Energy) Panas
Panas jaringan dalam tubuh terjadi akibat : a.
Migrasi ion terjadi pada jaringan yang mengandung mengandu ng elektrolit
b.
Rotasi dipols terjadi pada jaringan konduktor
c.
Distorsi
isolator
terjadi
pada
isolator
tubuh
(seperti
jaringan
adipose/lemak)
Perubahan temperatur jaringan Disipasi panas lokal di atas level metabolisme tubuh vasodilatasi peningkatan sirkulasi darah
5. Nefro (Neurofisiologi Elektro) Sedative effect perubahan
suhu jaringan
Tipe Saraf
TIPE SARAF
KARAKTERISTIK
II
Bermyelin tebal, pa pain dum dump pi ng raba, tekan sedang
IIIa
Bermyelin sedang, pa pai n dump umping reaksi radang kronik
IIIb
Bermyelin tipis, nosciceptor radang kronik
IVa, IVb, Ivc
Bermyelin tipis, nosciceptor reaksi radang akut dan subakut
Jenis Serabut
Diameter
Cepat Hantar
Fungsi
A (α)
13 – 22
70 - 120
Motorik - Proprio ceptor otot
A (β)
8 – 13
40 - 70
Raba tekan kinestesi
A (γ)
4 – 8
15 - 40
Raba, motorik Muscles Spindle
A (δ)
1 – 4
5 - 15
Nyeri, panas/ dingin, Tek
B
1 – 3
3 - 14
Otonom Pra Ganglion
C
0,2 - 0,1
0,2 - 2
Gate control
Nyeri,gatal, panas /dingin, tekanan, pasca ganglion
Pain Depressor and Supressor
6. Efek fisiologis dan terapeutik SWD
A. Efek Fisiologis 1. Perubahan panas / temperatur a) Reaksi lokal jaringan •
Peningkatan metabolisme sel lokal ± 13% tiap kenaikan temperatur 1º C
•
Meningkatkan vasomotion sphinchter sehingga timbul homeostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.
b) Reaksi general •
Aktifnya sistem thermoreguler di hipotalamus yang mengakibatkan kenaikan temperatur darahuntuk mempertahankan temperatur tubuh secara general.
c) Consensual efek •
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama
d) Penetrasi dan perubahan temperatur lebih dalam dan lebih luas 2. Pada jaringan spesifik a) Jaringan ikat: Meningkatkan elastisitas jaringan ikat 5-10 kali lebih baik seperti jaringan collagen kulit,otot, tendon, ligament dan kapsul k apsul sendi akibat menurunnya viscositas matrik jaringan. b) Jaringan otot: Selain meningkatkan elastisitas jaringan otot, juga menurunkan tonus otot lewat normalisasi nocisensorik, kecuali hipertonic otot akibat emosional. c) Jaringan saraf: Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf, meningkatkan nerve conduction (konduktivitas saraf) dan meningkatkan ambang rangsanf/treshold.
B. Efek terapeutik 1. Penyembuhan luka/trauma pada jaringan lunak: Meningkatkan proses reparasi jaringan secara fisiologis 2. Menurunkan nyeri, hipertoni, gangguan vascularisasi v ascularisasi (normalisasitonus otot lewat efek sedatif perbaikan sistem metabolisme) 3. Kontraktur jaringan lemak: Dengan peningkatan elastisitas jaringan lemak, maka dapat mengurangi proses kontraktur jaringan,hal tersebut dimaksudkan sebagai persiapan terapi latihan. 4. gangguan konduktivitas dan treshold jaringan saraf: Apabila elastisitas dan treshold jaringan saraf semakin membaik maka konduktivitas jaringan saraf membaik pula, prosesnya lewat efek fisiologis
BAB II PROTAP A. Persiapan Pasien:
1. Perkenalkan diri pada pasien 2. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut 3. Pasien di posisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rileks, dan stabil 4. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama terapi 5. Anggota tubuh yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam atau pacemaker 6. Lakukan tes sensibilitas 7. Selalu perhatikan kondisi pasien ketika terapi berlangsung
B. Persiapan alat:
1. Siapkan modalitas dan aksesoris yang akan digunakan untuk terapi 2. Periksa modalitas (alat), kabel, dan bagian-bagian pada modalitas tersebut 3. Panaskan alat ± 5 menit 4. Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak 5. Lakukan pemasangan elektro dan sesuai kebutuhan 6. Tingkatkan intensitas secara bertahap untuk menghasilkan respon yang diinginkan 7. Jika selesai sesi terapi, jangan mengangkat elektroda aktif dari kulit tanpa mengubah intenstas ke nol C. Pemberian dosis :
1. Lama pulsasi : waktu berlangsung pulsasi/ms dari EEM intermiten di dalam jaringan , kebanyakan alat memiliki nilai lama pulsasi 0,4 ms tetapi beberapa alat yang modern mempunyai lama pulsasi yang bervariasi. 2. Frekuensi pengulangan pulsasi : jika frekuensi pulsasi tinggi, maka intensitas rata-rata juga tinggi dan sering menimbulkan panas. Frekuensi pengulangan pulsasi juga dapat menentukan efek kumulatif dari panas yang terjadi , dengan meratakan pulsasi istirahat maka kenaikan temperatur dapat dicegah dan panas bisa diatur sampai dosis submitis. 3. Intensitas : pada pemberian EEM intermiten maka intensitas dari pulsasi bisa tinggi pada beberapa alat intensiats maksimal yang di perbolehkan sampai mencapai 1000 watt. Pada alata yang lebih modern intensitas maksimalnya 200 watt 4. Lama pengobatan : pada umumnya lama pengobatan 10-30 menit 5. Frekuensi pengobatan : pada dosisyang rendah pengobatan bisa diberikan setiap hari tanpa beban terhadap sirkulasi darah terutama untuk akualitas radang yang tinggi. Pada dosis yang tinggi pengobatan bisa diberikan 2-3 kali per minggu atau 1 kali seminggu.
D. Teknik/Aplikasi
Coplanar : penempatan elektroda berdampingan di sisi yang sama dengan jarak
elektroda adequate, jarak antara dua elektro dan lebih besar dari lebar elektroda
Contra planar : penempatan elektroda paling baik, penetrasi ke jaringan lebih dalam,
ditempatkan di permukaan berlawanan dengan bagian yang diterapi
Cross fire treatment :1⁄2 terapi diberikan dengan elektroda satu posisi,
1⁄ terapi 2
diberikan elektroda dengan posisi lain, umumnya dilakukan pada organ pelvis E. Pelaksanaan pengobatan :
1. Terhadap alat: Alat di lengkapi dengan bermacam-macam paramter pebgobatan, penyesuaian (Tuning) EEM terhadap sirkuit pasien dapat dilihat dari skala meter pedoman dengan menyalakan satu atau beberapa lampu. Disamping itu tuning juga bisa dikontrol oleh fisioterapi dengan lampu detektor. Jika terjadi tuning maka gas di dalam lampu detektor ter-ionisasi sehingga menyala. 2. Terhadap pasien: Selama pengobatan fisioterapis harus mengontrol perasaan panas dari pasien yang dapat bersifat subyektif. Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi. Dosis harus dukurangi dengan menurunkan instensitasnya, juga bisa dengan jalan mengurangi frekuensi pengurangan pulsasi. Lamanya pengobatan diperpendek atau pengobatan diakhiri sebelum waktunya, hal ini berkaitan dengan adanya overdosis F. Evaluasi sesaat setelah pengobatan :
1. Terhadap pasien : jika pengobatan sudah selesai fisioterapis memeriksa reaksi umum yang ditemukan dan efek terapeutik yang dikehendaki.kadang-kadang timbul reaksi umum sesudah pengobatan. Sehingga pasien diistirahatkan terlebih dahulu, jika tujuannya untuk mengurangi proses peradangan, pada pengobatan berikutnya harus dikontrol terlebih dahulu apakah gejala-gejala klinisnya telah berkurang. 2. Terhadap alat : sesudah selesai, semua tombol dikembalikan ke posisi nol kondesator atau spoel dijauhkan (disimpan) dan harus dimatikan. G. Indikasi:
Dipengaruhi oleh: 1. Stadium patologi (akut, subakut, kronik) 2. Sifat jaringan (otot, ligament, tendon, bursa, kapsul, dll.) 3. Lokasi jaringan (superficial, profundus)
Kelainan sistem musculoskeletal, seperti strain, sprain, lesikapsul, lesikapsul, degenerative joint disease, stiffness, RA kronik
Inflamasi kronik atau infeksi, seperti tenosynovitis, bursitis, synovitis, dysmenorrhea, sinusitis
Gangguan sistem peredaran darah
H. Kontraindikasi:
Pendarahan, vena thrombosis
Logam dalam jaringan atau yang menempel pada kulit
Pacemaker
Menstruasi dan kehamilan (jika pengobatan dilakukan pada daerah pelvis
Infeksi akut dan demam (suhu tubuh lebih besar dari 37,5°C)
Gangguan sensibilitas
Maligna
Pengobatan dengan X-ray
I. Evaluasi:
Sistem (modalitas, Patologi)
Sesaat, berkala, subjektif, objektif
BAB I KAJIAN TEORI MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) A. Pengertian
HFC (High Frequency Current) adalah arus listrik bolak-balik yang frekuensinya lebih dari 500.000 cycle/detik yang tidak memberikan rangsang terhadap saraf sensorik maupun motorik. Arus ini juga sering disebut Arus Oscilasi. HFC terdiri dari Short Wave Diathermy dan Micro Wave Diathermy. -
Short Wave Diathermy berfrekuensi 27,12 MHz.
Wave D i ather her my ber fre fr ekuens kuensii 2450 2450 MH z ( E nerg nergii E lect lectrr o Magene Magenettic - Mi cro Wav 2450 2450 MH z).
Microwave diathermy adalah modalitas pemanasan dalam, mirip dengan diatermi gelombang pendek tetapi berbeda dalam fisika dan sifat mekanik. Microwave Diathermy (EEM 2450 MHz) merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan stessor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm. Micro Wave Diathermy (MWD) memiliki efek meningkatkan vasodilatasi jaringan secara lokal sehingga dapat mengangkut zat-zat zat -zat algogene yang merupakan iritan (level sensorik), meningkatkan perbaikan jaringan, dan meningkatkan metabolisme selsel melalui normalisasi nocisensorik. Juga terjadi penurunan iritasi sisa metabolisme otot serta menurunkan persepsi nyeri. Kemudian, pemberian tranverse friction pada jaringan memiliki efek untuk melepaskan abnormal crosslink yang terbentuk dan meningkatkan vasodilatasi lokal. Penurunan nyeri oleh transverse friction dengan tekanan yang keras dapat dicapai melalui rangsangan pada serabut afferen A delta dan C sehingga terjadi pelepasan sistem analgesik endorfin yang akan memblokir impuls nyeri pada cornu dorsalis medula spinalis. B. Produksi dan Penerapan
Prinsip produksi gelombang mikro (Micro Wave) pada dasarnya sama dengan arus listrik bolak-balik frekuensi tinggi yang lain, hanya disini untuk memperoleh frekuensi yang lebih tinggi lagi diperlukan valve yang lain maka magneton ini juga
memerlukan waktu untuk pemanasan. Sehingga output belum diperoleh segera setelah mesin dihidupkan. Untuk ini mesin dilengkapi dengan tombol pemanasan (mesin tetap hidup dengan dosis nol – stand by switch) pada antara pengobatan satu dengan berikutnya. Gelombang mikro dapat mengganggu komunikasi radio, sehingga konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga tidak terlalu mengganggu. Dalam pengobatan, gelombang yang digunakan ialah gelombang 12,25 cm dan 69 cm. Pada Micro Wave Diathermy, electrode yang terdiri dari serial, reflector dan pembungkus/penyangga disebut Emitter. Emitter ini bermacam-macam bentuk dan ukurannya serta sifat energy elektromagnetik yang dipancarkan. Antara Emitter dan kulit di dalam teknik aplikasi terdapat jarak berupa udara. Pada emitter yang berbentuk bulat maka medan elektromagnetik yang dipancarkan berbentuk oval dan paling padat di daerah tengah. Energy elektromagnetik yang dipancarkan dari emitter akan menyebar sehingga kepadatan gelombang akan semakin berkurang pada jarak yang semakin jauh. Berkurangnya intensitas energy elektromagnetik juga disebabkan oleh penyerapan jaringan. Jarak antara kulit dan emitter tergantung pada beberapa factor lain: jenis emitter, output mesin dan spesifikasi struktur jaringan yang diobati. Pada pengobatan daerah yang lebih luas diperlukan jarak yang lebih jauh dan memerlukan mesin yang outputnya besar. C. Fisika Dasar MWD (FIDE)
a) Frekuensi 2450 MHz b) Panjang gelombang 12,25 cm c) Penetrasi MWD 3 cm d) Arus AC, osilasi e) EKE ( External External Kinetics Energy) f) EEM (Energi Elektromagnetik) g) MEM (Medan Elektromagnetik) D. Biofisika Elektro MWD (BIFOR)
a) Peningkatan IKE ( Internal Internal Kinetics Energy) Panas b) Perubahan temperature jaringan Terjadi karena disipasi panas lokal di atas level metabolisme tubuh vasodilatasi peningkatan sirkulasi darah c) Panas jaringan dalam tubuh terjadi akibat : 1. Migrasi ionen 2. Rotasi dipols 3. Distorsi isolator E. Neuro Fisiologi MWD (NEFRO)
a) Sedative effect yakni adanya perubahan suhu jaringan.
b) Tipe Saraf TIPE SARAF
KARAKTERISTIK
II
Bermyelin tebal, pa pain dum dump pi ng raba, tekan sedang
IIIa
Bermyelin sedang, pa pai n dump umping reaksi radang kronik
IIIb
Bermyelin tipis, nosciceptor radang kronik
IVa, IVb, Ivc
Bermyelin tipis, nosciceptor reaksi radang akut dan subakut
c) Serabut Saraf Jenis Serabut
Diameter
Cepat Hantar
Fungsi
A (α)
13 – 22
70 – 120
Motorik - Proprio ceptor otot
A (β)
8 – 13
40 – 70
Raba tekan kinestesi
A (γ)
4 – 8
15 – 40
Raba, motorik Muscles Spindle
A (δ)
1 – 4 4
5 – 15
Nyeri, panas/ dingin, Tek
B
1 – 3 3
3 – 14
Otonom Pra Ganglion
C
0,2 - 0,1
0,2 – 2 2
d) Gate Control.
e) Pain Depressor & Supressor
F. Efek Fisiologis 1. Perubahan panas / temperatur a. Reaksi lokal jaringan •
Oedem.
Nyeri,gatal, panas /dingin, tekanan, pasca ganglion
b. Reaksi general •
Mungkin dapat terjadi kenaikan temperature, tetapi perlu diingat EEM 2450 MHz penetrasinya dangkal ( + 3 cm ) dan aplikasinya local (pengobatan hanya satu samping)
c. Consensual efek •
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama
d. Penetrasi dan perubahan temperatur lebih dalam terkonsentrasi pada jaringan otot sebab jaringan otot lebih banyak mengandung cairan/darah (gelombang MWD lebih banyak diserap oleh jaringan yang banyak mengandung cairan). 2. Pada Jaringan Ikat a. Jaringan Ikat: Oedem. Tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak kedalamannya + 3 cm. b. Jaringan Otot: Oedem c. Jaringan Saraf: Oedem. (Efek terhadap jaringan collagen dapat menimbulkan proliferasi jaringan). G. Efek terapeutik
1. Penurunan nyeri 2. Peningkatan elastisitas jaringan lunak mengurangi kontraktur 3. Peningkatan sirkulasi darah 4. Peningkatan konduktivitas jaringan saraf
BAB II PROTAP A. Persiapan Pasien:
1. Perkenalkan diri pada pasien 2. Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut. 3. Jelaskan efek yang akan timbul pada saat dilakukannya terapi. 4. Pasien di posisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rileks, dan stabil 5. Instruksikan pasien untuk tidak bergerak selama terapi 6. Anggota tubuh yang akan diterapi bebas dari pakaian, logam atau pacemaker 7. Lakukan tes sensibilitas 8. Selalu perhatikan kondisi pasien ketika terapi berlangsung B. Persiapan alat:
1. Siapkan modalitas dan aksesoris yang akan digunakan untuk terapi 2. Periksa modalitas (alat), kabel, dan bagian-bagian pada modalitas modalitas tersebut 3. Coba alat tersebut tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak 4. Lakukan pemasangan elektro dan sesuai kebutuhan 5. Tingkatkan intensitas secara bertahap untuk menghasilkan respon yang diinginkan 6. Jika selesai sesi terapi, jangan mengangkat elektroda aktif dari kulit tanpa mengubah intenstas ke nol.
C. Pemberian dosis :
1. Frekuensi : Frekuensi rendah (3-5 kali per minggu) Frekuensi tinggi (1 atau beberapa kali per hari) 2. Intensitas : 50-100 watt 3. Time
: 20-30 menit
4. Teknik
:
Coplanar Contra planar Cross fire treatment D. Teknik/Aplikasi
Coplanar
Contra planar
Cross fire treatment
E. Indikasi:
Indikasi klinis untuk microthermy adalah kurang lebih sama dengan short wave diathermy.
-
Trauma lesi dan inflamasi, yakni peningkatan suplai darah dan menurunkan nyeri
-
Gangguan muskuloskeletal ( sprain, sprain, strain, dll)
-
Spasme, adhesi (perlengketan), dan kontraktur otot atau jaringan lunak lainnya
-
Hernia diskus
- Arthritis -
Tenosyvitis
F. Kontraindikasi:
-
Gangguan sirkulasi darah, sebab bisa menimbulkan perdarahan, thrombosis, dan flebitis (peradangan pada pembuluh darah vena yang terjadi karena adanya injury).
-
Gangguan sensibilitas
-
Logam dalam tubuh atau yang menempel di kulit
- Pace maker -
Keganasan. Micro Wave Diathermy tidak boleh diterapkan pada wilayah pertumbuhan ganas atau infeksi TBC.
-
Maligna
G. Evaluasi:
-
Sistem (modalitas, Patologi)
-
Sesaat, berkala, subjektif, objektif
BAB 1 KAJIAN TEORI Modalitas Parafin Bath A. Definisi Parafin Bath
Hidro terapi merupakan salah satu modalitas Fisioterapis yang dalam pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanan dari zat cair. Pada pemanfaatan zat cair sebagai media terapi dengan suhu, dijumpai dua pengelompokan besar yaitu panas dan dingin. Pemanfaatan suhu zat cair dapat berupa Cryotherapy, parafin bath, contras bath, hot bath, hot pack, dll.Parafin Bath merupakan salah satu modalitas terapi yang menggunakan metode panas dan lembab, yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan, merelaksasikan jaringan lunak tubuh dan mengurangi nyeri pada otot. Terapi ini menggunakan lilin parafin yang telah dikenal dan dimanfaatkan selama berabad-abad dimulai sejak Kekaisaran Romawi. Komponen alami lilin parafin berasal dari minyak mineral mentah yang dihasilkan melalui proses penyulingan atau pemisahan lilin dari minyak mineral mentah tsb. Proses pemurniannya melalui proses perebusan, pendinginan dan penyaringan menjadi zat lilin-minyak berat dan finishing sebagai lilin parafin. Lilin tsb tidak berwarna, tidak berasa dan kadang diberi wewangian aromaterapi, tergantung dari tujuan terapi yang hendak diharapkan.Hasil uji laboratorium, lilin parafin ini cukup aman untuk penggunaan eksternal dan higienis. B. Metode Aplikasi Parafin Bath
a) Metode Deep : mencelupkan kaki/tangan kedalam cairan parafin bath -> terbentuk permukaan parafin padat dan tipis yang meliputi kulit -> tarik kembali -> ulang 810x -> sampai terbentuk sarung tengan tebal (mengisolasi bagian tubuh terhadap kehilangan panas) -> bungkus dengan handuk kering untuk mempertahankan panas > lama 15-20 menit -> setelah itu sarung tangan parafin dilepas b) Metode immersion : mencelupkan tangan/kaki secara terus-menerus kedalam cairan parafin -> terbentuk sarung tangan pada sekitar kulit -> lama 20-30 menit -> lebih efektif meningkatkan temperatur jaringan tapi resiko luka bakar c) Metoda breshing : dengan menggunakan kuas -> untuk area yang tidak dijangkau (pinggang, hip, pada regio yang besar) C. Tujuan penggunaan Parafin Bath
Preliminary atau persiapan terhadap metoda intervensi lain (mobilisasi sendi, massage), memperlancar peredaran darah, mengurangi rasa sakit, menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak sendi, dipilih untuk tangan dan kaki.
D. Fisika dasar parafin bath Menggunakan parafin.
Parafin bath merupakan salah satu metode hidroterapi
yang menggunakan parafin sebagai medianya. Biasanya parafin yang digunakan ditambahkan dengan parafin oilkemudian dipanaskan hingga meleleh dengan suhu + 55o C. Terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif tinggi (panas). Pada
prinsipnya terapi ini
merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang relatif tinggi (panas). Efek panas yang diperoleh dari lilin yang mencair akan menenangkan (merelaksasikan) jaringan lunak yang diterapi, membuka pori-pori dan meningkatkan aliran darah dan sirkulasi tubuh. Hal ini baik untuk mengurangi rasa sakit/nyeri, kekakuan otot dan sendi karena mampu menghapus kelebihan cairan di jaringan lunak sekitar.Selain itu, sifat lilin itu sendiri mampu melembabkan kulit/tubuh sehingga memberikan efek peremajaan kulit dan kulit nampak halus dan lembut. E. Biofisika Peningkatan suhu pada jaringan yang terkait. Penigkatan
suhu pada jaringan yang
berkaitan. Terjadi karena adanya stimulasi sensasi panas yang ditimbulkan dari adanya penggunaan modalitas parafin bath. Perubahan Suhu atau temperature jaringan.
Selain peningkatan suhu yang terjadi
pada jaringan yang terkait pengaruh parafin pada tubuh manusia juga yaitu adanya perubahan suhu atau temperatur jaringan akibat efek pada yang ditimbulkan dari parafin bath. F. Neurofisiologi Jenis Serabut
Diameter
Cepat Hantar
Fungsi
A (α)
13 – 22
70 – 120
Motorik - Proprio ceptor otot
A (β)
8 – 13
40 – 70
Raba tekan kinestesi
A (γ)
4 – 8
15 – 40
Raba, motorik Muscles Spindle
A (δ)
1 – 4 4
5 – 15
Nyeri, panas/ dingin, Tek
B
1 – 3 3
3 – 14
Otonom Pra Ganglion
C
0,2 - 0,1
0,2 – 2 2
Nyeri,gatal, panas /dingin, tekanan, pasca ganglion
G. Efek parafin bath
Secara umum segala bentuk rangsang akan mempengaruhi atau menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya pada penggunaan modalitas parafin bath yang menggunakan stimulasi berupa suhu tinggi.jika tubuh diberikan stimulasi berupa suhu tinggi (panas). Dengan adanya stimulasi panas maka akan menimulkan efek pada tubuh
baik itu efek fisiologis maupun efek teraupetik (efek yang diharapkan dari adanya penggunaan modalitas parafin bath). Adapun efek yang ditimbulkan yaitu:
Efek Fisiologis
a) P ada sir si r kulas ku lasii darah Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat.Hal itu disebabkan timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial tubuh yang kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul vasodilatasi maka tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja jantung juga menurun.
b) Padarespirasi Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan dangkal. Terapi dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi mudah dan dalam.
c) Pada sistem saraf Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih rendah, yang terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).
d) P ada metabo metabolili sme Efek yang terjadi pada sisem metbolisme adalah sistem metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup pada penggunaan paraffin bath.
Efek Terapeutik
a) P ada ada kulit kuli t Rangsangan panas dengan meia yang mempunya temperatur lebih besar dari 40o C pada kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena timbul vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas dengan temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya vasodilatasi sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur.
b) Pada sirkulasi darah setempat Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.
c) P ada ada jari jar i ngan ng an oto otott Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan nyeri berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot. H. Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan terpenuhi.Parafin bath indikasi terhadap:
Pasca Trauma
Pasca Fraktur
Sprain/strain
Arthritis
I. Kontraindikasi
Gangguan sensibilitas
Luka Terbuka Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan yang bersangkutan.
BAB II PENATALAKSAANAAN MODALITAS
A. Cara Penggunaan Parafin Bath
Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.
Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.
Parafin pack. Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian
dipanaskan hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55O C. Perbandingan parafin dengan parafin oilnya adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil . Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerahmerahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi massage, streching dan terapi manipulasi lunak.Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab itu sebelum digunakan digunak an temperatur parafin diturunkan hingga + 47 oC. B. Tahap-tahap penatalaksanaan Parafin Bath
Dalam
penatalaksanaan
hidroterapi
dengan
cold
pack,
tahap-tahap
penatalaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara lain kondisi patologis pasien berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis pasien ( akut atau kronis). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panasdingin, seperti berikut: a. Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat) yang lain berisi air dingin (air es). b. Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat pengujian / pengenalan ini). c. Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan. Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan menghalangi pandangannya.
2) Pemilihan metode terapi.
Metode terapi ditentukan sesuai hasil pemeriksaan pada pasien ( tahap 1 ). Apakah pasien indkasi untuk diterapi dengan metode parafin bath atau kontra indikasi. 3) Persiapan alat. Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath:
Parafin & parafin oil
Handuk
Kuas
4) Persiapan Pasien. Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan diberikan oleh terapis kepada pasien. 5) Teknik pelaksanaan. Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah penatalaksanaan parafin bath dengan metode rendaman:
Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100O C.
Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50O C.
Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam parafin cair tersebut selama beberapa detik.
Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya berkurang.
Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk.
Diamkan selama 10-15 menit.
Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian tubuh tersebut.
Rapikan peralatan. Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:
Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata, mulut dan lubang hidung).
Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan hanya satu lapis.
Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.
Begitu seterusnya
6) Evaluasi dan dokumentasi Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk: - Melihat / mengetahui efek hasil terapi - Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi - Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.
Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50 C hanya 20 menit.Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa digunakan lagi untuk terapi.Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin selain
mudah
didapat
dengan
harga
yang
murah.
Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diprbolehkan untuk digunakan terapi lagi tetapi air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui parafin bekas yang kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada.Hal itu sangat berbeda dengan air yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit kulit yang cukup besar. Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema.Eritema ini muncul sebagai efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa sensasi panas yang ditimbulkan oleh parafin cair.Eritema lebih tepatnya lagi terjadi karena respon tubuh terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan eritema. Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat. Keringat dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja, melainkan seluruh tubuh pasien.Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang sehingga memberikan respon terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam terapi ini (45O C-50O C).
BAB II KAJIAN TEORI
A. DEFINISI ARUS FARADIC Arus faradik adalah arus listrik listrik bolak-balik yang tidak simetris yang mempunyai durasi 0,01 – 1 1 ms dengan frekuensi 50 – 100 100 cy/det. Istilah faradik mula-mula digunakan untuk arus yang keluar dari faradic coil. Arus ini merupakan arus bolak-balik yang tidak simetris, tiap cycle terdiri dari dua fase yang tidak sama. Fase pertama dengan intensitasrendah dan durasi panjang, sedang fase kedua intensitas tinggi dan durasi pendek. Berfrekuensi sekitar 50 cycle/detik, durasi fase kedua sekitar 1 milli second (0,001 detik). Faradic coil semakin dikembangkan dan diperoleh Smart – Bristow Bristow faradic coil, arus yang yang diperoleh berbeda dengan arus pertama.
Sesudah kenaikan tajam
terjadilah damped oscilasi dengan frekuensi sekitar 1000 cycle/detik. Kenaikan tajam beserta oscilasi yang mengikuti merupakan grafik yang efektif untuk merangsang.Dengan menggunakan Modalitas ini maka dapat membantu memberikan kemudahan kontarksi otot, mendidik kembali kontarksi otot dan membantu dalam memperbaiki perasaan gerak dan melatih otot-otot yang paralysis, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah. B. GAMBARAN UMUM ALAT STIMULATOR Arus faradik pada umumnya dimodifikasi ke dalam bentuk surged atau interupted (terputus -putus). Bentuk Bentuk surged faradic dapat diperoleh dari mesin- mesin modern. Alat stimulator merupakan peralatan yang menggunakan listrik listrik yang berfrekuensi rendah untuk therapy (penyembuhan). Alat ini mempunyai pengaruh terhadap fungsi fungsi anggota tubuh yang terganggu karena dapat melancarkan peredaran darah. Pada alat ini untuk pemakaian dalam jangka waktu singkat dan bersifat merangsang saraf otot maka dipakai arus faradik. Macam – macam macam bentuk arus faradik dapat dilihat dibawah ini :
Kemudian untuk pengobatan awal pada penderita kelainan saraf denervated (kelumpuhan ringan) dan untuk gangguan aliran darah maka digunakan arus galvanic. Adapun bentuk arus galvanik dapat dilihat dibawah ini :
C. ELEKTRODA Untuk mengukur potensial aksi secara baik digunakanlah elektroda. Kegunaan dari elektroda ialah untuk memindahkan transmisi ion menuju penyalur elektron. Untuk mendapatkan potensial offset elektroda sekecil mungkin, elektroda tidak disambung pada amplifier tegangan searah melainkan dilapisi pasta atau jelly dan dalam pemilihan bahan elektroda sangat penting terutama bahan elektroda dapat disterilkan (oleh karena pemakaian terus menerus terhadap berbagai penderita) dan tidak mengandung racun. Prinsip dari elektroda ini dibuat untuk mencegah kontak langsung
antara logam dengan kulit. Dalam pemakaian elektroda ini masih menggunakan elektrolit pasta atau jelly.
Peletakkan elektroda pada pasien harus sesuai dengan area penyakit yang diderita pasien. Adapun peletakan elektroda pada tubuh pasien antara lain sebagai berikut.
D. PENGARUH KEJUT LISTRIK TERHADAP ORGAN TUBUH ( BIOFISIKA )
Apabila ada arus listrik yang melewati kulit kemudian masuk kedalam jaringan tubuh maka akan terlihat jelas perubahan-perubahan / pengaruh terhadap organ tubuh. Pada arus 1 mA penderita hanya merasakan geli, ini merupakan nilai ambang persepsi bagi pria dewasa (50%), untuk wanita kurang lebih 1/3 dari 1mA. Apabila arus listrik sampai 8 mA akan terjadi reaksi kejut, dimana kontraksi otot masih baik dan nyeri-nyeri belum terjadi. Arus listrik diperbesar sekitar 8 – 15mA dikenal dengan kejut tersiksa, penderita saat ini sukar / tidak dapat menarik tangan kembali dan terjadi kontraksi otot otak sadar
yang menetap.
Pada penderita dengan arus 18 – 22mA akan terjadi
pernapasan tertahan apabila arus berlangsung terus.
Arus antara 20 – 50mA 50mA otot-
otot mengalami kontraksi sangat kuat, pernapasan akan sangat sulit. Pada peningkatan arus mendekati 100mA bagian arus yang melewati jantung cukup untuk menyebabkan fibrasi ventrikel (nilai ambang fibrilasi rata-rata berkisar 70- 400 mA) dan akan mengalami kematian apabila tidak dilakukan koreksi. Apabila arus listrik cukup tinggi 1 6 Ampere maka akan terjadi kontraksi miocard yang menetap dan terjadi paralyse pernapasan / kelumpuhan pernapasan dan bila arus listrik diberhentikan secara tiba-tiba akan terjadi defibrilasi ventrikel. Arus listrik 10Ampere dengan short duration/ waktu sekejap akan menyebabkan kebakaran pada kulit, otak dan jaringan saraf akan kehilangan fungsi eksistansi/ eksitasi/ kejutan apabila ada arus yang melewatinya. E. NEURO FISIOLOGI -
Tipe Serabut Saraf (Erlanger & Gusser)
Jenis Serabut
Diameter
Cepat Hantar
Fungsi
A (α)
13 – 22
70 - 120
Motorik - Proprio ceptor otot
A (β)
8 – 13
40 - 70
Raba tekan kinestesi
A (γ)
4 – 8
15 - 40
Raba, motorik Muscles Spindle
A (δ)
1 – 4
5 - 15
Nyeri, panas/ dingin, Tek
B
1 – 3
3 - 14
Otonom Pra Ganglion
C
0,2 - 0,1
0,2 - 2
-
Nyeri,gatal, panas /dingin, tekanan,
Post excitatory depression & supressor
pasca ganglion
-
Gate Control
F. EFEK ARUS FARADISASI Jaringan tubuh dapat menghantarkan arus listrik karena cairan tubuh mengandung ion-ion dan karena itu merupakan suatu elektrolit. Dengan demikian arus-arus yang mengalir dalam tubuh merupakan convection current, terdiri dari dua arah gerakan ionion. Konduktivitas jaringan tidak sama tergantung jumlah cairan tubuh yang dikandung. Jaringan otot banyak mengandung suplay darah sehingga merupakan konduktor yang baik, sedangkan lemak merupakan konduktor yang jelek. Arus akan cenderung melalui jaringan yang bertahanan rendah, meskipun tidak selalu mungkin bahwa arus dapat menghindari jaringan yang bertahanan tinggi. Epidermis bernilai tahanan 1000 ohm, karena sedikit mengandung cairan dan tidak cepat menyerap kelembaban. Arus yang masuk tubuh harus melalui epidermis, sehingga perlu adanya usaha-usaha untuk mengurangi tahanan tersebut. Convention current dalam tubuh dapat menimbulkan perubahan-perubahan kimia yang dapat menjurus ke k e arah adanya bahaya-bahaya. bahaya -bahaya. Adapun efek – efek efek arus faradisasi antara lain sebagai berikut : 1. Efek fisiologis Efek fisiologis yang ditimbulkan arus faradik adalah sebagai berikut be rikut : a. Stimulasi Saraf Sensoris Apabila arus faradik dialirkan ke dalam tubuh timbul perasaan tertusuk-tusuk halus, ini disebabkan oleh stimulasi pada saraf sensoris. Stimulasi pada saraf sensoris mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah superficial superficial sehingga kulit nampak
kemerah- merahan (erythema). b. Stimulasi Saraf Motoris Arus faradik dapat merangsang saraf motoris. Apabila intensitas cukup besar akan menimbulkan kontraksi otot yang dipersarafi oleh saraf yang distimulasi. Apabila kontraksi tadi dibiarkan cukup lama, otot akan kelelahan sehingga arus faradik pada umumnya
diputus -putus atau disurged untuk memberikan memberikan kesempatan otot
beristirahat. c. Efek Kontraksi
Terjadi penambahan metabolisme yang menyebabkan kenaikan kebutuhan, oksigen dan sari-sari makanan serta penambahan metabolit. Metabolisme menyebabkan vasodilatasi sehingga suplay darah ke otot bertambah. Semakin otot berkontraksi dan relaksasi, timbul efek pemompaan darah vena dan lympe di dalam dan sekitar otot. Apabila kontraksi otot cukup kuat sehingga menimbulkan gerak sendi, hal ini juga memberikan efek pemompaan yang memperlancar peredaran darah vena dan lympe. d. Efek Kimia Suatu efek kimia akan terjadi pada elektroda, apabila arus searah mengalir melalui elektrolit. Jika efek kimia tadi menyentuh kulit, kulit tersebut akan terbakar, tetapi apabila arus bolak-balik ion-ion bergerak ke suatu arah pada fase berikutnya. Tetapi bila grafik tidak simetris, efek kimia tidak seluruhnya dinetralisir sehingga akan kemungkinan burn meskipun ringan. Kemungkinan ini dapat diperkecil apabila durasinya pendek. 2. Efek Teraupetik Arus Faradik Adapun efek teraupetik yang dihasilkan arus faradik antara lain sebagai berikut : a. Fasilitasi kontraksi otot b. Mendidik Kembali Fungsi Kerja Otot c. Mendidik Fungsi Otot yang Baru
d. Melatih Otot yang Paralisis e. Mencegah dan Melepaskan Perlengketan Jaringan G. METODE PENGOBATAN FARADIK Adapun metode dari pengobatan / terapy menggunakan sinyal faradik antara lain sebagai berikut : 1. Stimulasi Secara Motor Point Pada metode ini, otot dirangsang dengan meletakkan pad/electode ditiap titik motor point otot. Setiap titik motor point otot yang dirangsang biasanya 30x kontraksi dan dapat diulang 3x setiap motor point setelah itu dipindahkan ke titik motor point yang lain. Lama terapi biasanya 15 menit. Kerugian dari metode ini jika banyak otot yang akan dirangang, sulit untuk mendapatkan jumlah kontraksi yang cukup dari masing – masing otot. Keuntungan dari metode ini adalah bahwa masing – masing masing otot berkontraksi sendiri – sendiri sendiri dan kontraksinya maksimal.
2. Lasi Secara Group Pada metode ini, semua otot dari suatu group otot berkontraksi bersama, menggunakan dua electode yang difixir. Satu electode dapat dirangsang pada nerve trunk atau pada daerah origo, sedang electode yang satu lagi dipasang pada daerah motor point. Semua otot dari group otot berkontraksi bersama sehingga sangat efektif untuk mendidik otot yang bekerja secara group. Metode ini juga memungkinkan otot untuk berkontraksi lebih banyak dibanding pada metode motor point. Kerugiannya ada beberapa otot dari group itu tidak berkontraksi dengan baik karena letaknya lebih dalam. H. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ARUS FARADIK Adapaun indikasi dari arus faradik antara lain sebagai berikut : 1. Keluhan nyeri 2. Hipertonik atau spastic 3. Kelumpuhan/kelemahan 4. Gangguan vegetative Sedangkan kontra indikasi dari arus faradik antara lain sebagai berikut : 1. Penyakit arteri 2. Pembentukan thrombus 3. Infeksi akut 4. Gangguan sensibilitas
BAB III PENATALAKSANAAN
1. Persiapan pasien
Perkenalkan diri anda pada pasien.
Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut.
Pasien diposisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rilex dan stabil.
Instruksikan kepada pasien untuk tidak bergerak selama terapi.
Bebaskan dari pakaian pada anggota badan yang ingin diterapi.
Lakukan tes sensibilitas.
Selalu perhatikan kondisi pasien saat diterapi.
2. Persiapan alat
Siapkan modalitas dan aksesorisnya yang ingin digunakan untuk terapi.
Panaskan alat tersebut kurang lebih 5 menit.
Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
Lakukan pemasangan elektroda sesuai kebutuhan.
3. Dosis (FITT)
Frekuensi : Umumnya 1 X sehari, 1 X 2 hari (jika otot telah mencapai nilai 2)
Intensitas : 2 – 60 60 mA (kontraksi optimal)
Time : Tiap satu motor point pada otot perlu 30 – 90 kali rangsangan, dengan waktu 1 – 3 3 menit.
Teknik / Metode : Elektroda pasif diletakkan pada cervical 7, sedangkan elektroda aktif pada motor poin otot wajah yang lesi
`
BAB I KAJIAN TEORI
A.
Modalitas Infrared Radiation (IRR) 1. Definisi
Infrared ( inframerah) merupakan salah satu alat yang sudah lazim seklai
digunakan oleh para fisioterapis. Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan
warna
dari
cahaya
tampak
dengan
gelombang
terpanjang.
Radiasi inframerahmemiliki jangkauan dan memiliki panjang gelombang antara 0,751000 µm.. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop. Fisika dasar Infrared, yaitu : -
Klasifikasi irr
-
Daya penetrasi sinar
-
Jenis generator infrared dan mekanisme kerja
-
Hukum-hukum penyinaran
2. Sumber Sinar Infrared
Sinar Infrared selain berasal dari matahari dapat pula diperoleh secara buatan, yaitu dari : a. Bantalan Listrtik Bantalan listrik lampu non-inminous infrared, lampu pijar akan mengeluarkan sinar-sinar infrared b. Carbon pendek Carbon pendekakanmengeluarkansinar infra merahyangdisertaisinar visible danjugasinar ultra violet. 3. Klasifikasi Infrared Radiation (IRR)
Berdasarkan panjang gelombang : a. gelombang panjang (non penetrating) panjang gelombang diatas 12.000 A sampai dengan den gan 150.000 Å. Daya penetrasi sinar ini hanya sampai pada lapisan superficial epidermis,yaitu sekitar 0,5mm. b. Gelombang pendek (penetrating) Panjang gelombang antara 7.700-12..000 A.Daya penetrasi lebih dalam dari yang gelombang panjang, yaitu sampai jaringan sub cutan kira-kira dapat mempengaruhi secara langsung terhadap pembuluh darah kapiler,pembuluh limphe, ujung-ujung saraf dan jaringan lain dibawah kulit.
Berdasarkan tipe : a. Tipe A
: panjang gelombang 750-1500 mm, penetrasi dalam
b. Tipe B
: panjang gelombang 1.500-3.000 mm, penetrasi dangkal
c. Tipe C
: panjang gelombang 3.000-10.000mm, penetrasi dangkal
4. Hukum-hukum Penyinaran a. Hukum pemantulan
Hukum pemantulan : -
Sinar datang = sinar pantul sudut datang adalah sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal, begitu pula sudut sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis
normal.
Untuk setiap peristiwa pemantulan , kedua sudut tersebut besarnya sama. - Sinar yang datang dari fokus suatu cermin cekung akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama dari cermin cekung tersebut. - Sinar yang melewati sumbu utama akan dipantulkan kembali lewat sumbu utama pula. Hukum pembiasan : Jika seberkas medium satu jatuh ke medium lain, maka diantara yang ada dipatahkan atau di biaskan. Derajat pembiasan yang terjadi tergantung dari berat jenis media asal sinar dan berat jenis media dimana sinar tersebut jatuh. Sinar yang jatuh dari media dengan berat jenis rendah (kerapatan renggang), ke media yang mempunyai berat jenis tinggi (kerapatan padat), maka sinar akan dibiaskan mendekati garis normal, begitu pula sebaliknya. Besar kecilnya sudut pembiasan ditentukan oleh indeks bias dari masing-masing medium. b. Hukum kuadrat terbalik
Hukum ini menyatakan hubungan antara intensitas penyinaran terhadap jarak penyinaran dan waktu penyinaran. Jikalau pada jarak yang berlainan disinarkan sejumlah sinar pada waktu yang sama, jelas bahwa yang mempunyai jarak yang lebih dekat akan lebih besar intensitas penyinarannya dan pengaruh yang terjadi semakin besar. Ini akan sama halnya kalau kita membaca buku dengan mendapatkan sinar cukup akan tampak huruf-hurufnya dengan jelas, tetapi makin kita jauhkan jarak sumber sinar terhadap buku tadi, maka sinar akan kurang cukup dipantulakan oleh buku tadi,sehingga stimulus kepada retina mata juga berkurang, maka hurufnya tidak akan tampak dengan jelas. Didalam penggunaan klinis, bila dilakukan penyinaran maka hubungan antara factor-faktor jarak dan waktu penyinaran,makin singkat waktu yang diperlukan dan sebaliknya. Untuk ini berlaku hukum kuadrat jarak terbalik yang berbunyi sebagai berikut :” intensitas penyinaran selalu akan berbanding terbalik dengan jarak baru yang dikehendaki”. c. Hukum penyerapan / hukum grotthus
Hukum grotthus menyatakan bahwa “supaya terjadi suatu pengaruh atau efek -
efek terhadap suatu benda yang kena sinar , maka sinar tadi harus diabsorbsi oleh benda tali.
d. Quantum energi dari planck
Energi cahaya atau energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan atau diserap oleh benda adalah pekat-pekat energi atau kuantum yang besarnya berbanding lurus dengan frekuensinya. 5. Efek Fisiologis IRR
Pengaruh fisiologis sinar infra merah, jika sinar infra merah diabsorbsi oleh kulit, maka panas akan timbul pada tempat dimana sinar tadi diabsorbsi. Infra merah yang bergelombang pendek (7.700 A - 12.000 A) penetrasinya sampai pada Lapisan dermis atau sampai ke lapisan di bawah kulit, sedang yang bergelombang panjang (diatas 12.000 A) penetrasinya hanya sampai pada superficial epidermis. Dengan adanya panas ini temperature naik dan pengaruh-pengaruh lain akan terjadi. Pengaruh tersebut antara lain :
a) Meningkat Meningkatka kan n pr oses ses metabolisme lisme b) Vasodilatasi pembuluh darah c) Pigmentasi : Karena adanya perusakan pada sebagian sel-sel darah merah ditempat tersebut.
d) Pengaruh terhadap urat syaraf sensoris: Mild heating (pemanasan yang ringan) mempunyai pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung urat syaraf sensoris, sedang pemanasan yang keras justru dapat menimbulkan iritasi.
e) Pengaruh terhadap jaringan otot : Kenaikan temperature disamping membantu terjadinya relaksai juga akan meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi. Spasme yang terjadi akibat penumpukan asam laktat dan sisa-sisa pembakaran lainnya dapat dihilangkan dengan pemberian pemanasan. Hal ini dapat terjadi, mungkin oleh karena pemanasan akan mengaktifkan terjadinya pembuangan sisasisa hasil metabolisme. Sedangkan keadaan spastis (akibat kerusakan upper motor neuron) apabila diberikan penyinaran hanya akan diperoleh relaksasi yang bersifat temporer (sementara).
f) Destruksi jaringan. Penyinaran bisa terjadi apabila penyinaran yang diberikan menimbulkan kenaikan temperature jaringan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga diluar toleransi jaringan penderita.
g) Mena Menaik ikka kan n temperatur ratur tubuh. ubuh. Penyinaran yang luas yang berlangsug dalam waktu yang relative cukup lama dapat mengakibatkan kenaikan temperature tubuh. Hal ini dapat terjadi oleh karena penyinaran akan memanasi darah dan jaringan yang berada di daerah superficial kulit, panas ini kemudian akan diteruskan ke seluruh tubuh ( kebagian-bagian yang lain) dengan cara konduksi dan konveksi. Sebagai kelanjutan dari proses ini,maka disamping terjadi pemerataan panas, juga akan terjadi penurunan tekanan darah sistemik dapat terjadi penurunan tekanan darah sistemik oleh karena adanya panas akan merangsang Pusat Pengatur Panas Tubuh untuk meratakan panas yang terjadi dengan jalan timbul dilatasi yang bersifat general, vasodilatasi ini akan
mengakibatkan tahanan perifer menurun. Penurunan tahanan perifer akan diikuti dengan penurunan tekanan darah sistemik.
h) Menga Mengaktifkan ktifkan kerj kerja a kele kelenja njarr keri keri ngat ngat. Pengaruh rangsangan panas yang dibawa ujung-ujung syaraf sensoris dapat mengaktifkan kerja kelenjar keringat, di daerah jaringan yang diberikan penyinaran/pemanasan. Jika pemanasan diberikan di daerah yang luas (secara general) maka keluarnya keringat akan merata di seluruh tubuh. tubuh. Pengeluaran keringat ini kalau berlebihan (hiperproduksi) (hiperproduksi) bisa menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh. Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi, maka sebaiknya bagi penderita yang mendapatkan penyinaran general diberi minum yang cukup yang mengandung garam dapur. 6. Efek Terapeutik IRR
Pengaruh terapeutik dari sinar infra merah, secara garis besar dapat disebutkan sebagai berikut : a) Relief of pain ( mengurangi / menghilangkan rasa sakit)
Ada beberapa pendapat mengenai mekanisme pengurangan rasa nyeri ini, yaitu : -
Apabila diberikan mild heating, maka pengurangan rasa nyeri disebabkan oleh adanya efek sedative pada superficial nerve ending (ujung-ujung syaraf sensoris superfisial)
-
Apabila diberikan stronger heating, maka akan terjadi counter irritation yang akan menimbulkan pengurangan rasa nyeri.
-
Rasa nyeri ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi sisa-sisa hasil metabolisme yang disebut zat “P” yang menumpuk di jaringan. Dengan adanya sinar infra merah yang yang memperlancar sirkulasi darah, maka zat “P”
juga akan ikut terbuang, sehingga rasa nyeri berkurang / menghilang. -
Rasa nyeri bisa juga ditimbulkan oleh karena adanya rasa pembengkakan, sehingga
pemberian
sinar
infar
merah
yang
dapat
mengurangi
pembengkakan, juga akan mengurangi rasa nyeri yang ada. b) Muscle relaxation (relaksasi otot)
Seperti diketahui bahwa relaksasi akan mudah dicapai bila jaringan otot tersebut dalam keadaan hangat dan rasa nyeri, dapat juga menaikkan suhu / temperature jaringan, sehingga dengan demikian bisa menghilangkan spasme otot dan membuat relaksasi. c) Increased blood supply (meningkatkan suplai darah)
Adanya kenaikan temperature akan menimbulkan vasodilatasi, yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan darah ke jaringan setempat, hal ini terutama terjadi pada jaringan superficial dan efek ini sangat bermanfaat untuk menyembuhkan luka dan mengatasi infeksi dijaringan superficial. Dengan
demikian maka sinar infra merah ini sangat membantu meningkatkan suplai darah ke jaringan-jaringan yang diobati. d) Elimination of Waste Products (Menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme)
Penyinaran di daerah yang luas akan mengaktifkan glandula gudoifera (kelenjar keringat) di seluruh badan, sehingga dengan demikian akan meningkatkan pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme melalui keringat. Pengaruh ini sangat bermanfaat untk kondisi-kondisi arthritis, terutama yang mengenai banyak sendi. 7. Neurofisiologi Infrared a. Gate Control b. Pain Supressor and Depressor c. Tipe-tipe Saraf d. Viscero-somatic
BAB II PROTAP
A. Penggunaan Modalitas Infrared 1. Metode Aplikasi
Pada dasarnya metode pemasanan lampu diatur sedemikian rupa sehingga sinar yang berasal dari lampu jatuh tegak lurus terhadap jaringan yang diobati, baik itu untuk lampu luminous maupun non luminous. Jarak penyinaran untuk lampu non luminous antara 450 cm, sedangkan untuk lampu luminous antara 35-45 cm. Jarak ini bukanlah merupakan jarak yang mutlak, karena masih dipengaruhi oleh toleransi penderita atau besarnya watt lampu. 2. Prosedur Aplikasi a. Persiapan Alat
-
Cek kabel
-
Cek alat-alat. Untuk pengobatan lokal biasanya menggunakan reflector berbentuk parabola yang di dalamnya hanya ada 1 bolam.Sedangkan untuk general (misalnya punggung) dengan menggunakan beberapa lampu yang di pasang pada reflector semi sekuler.
-
Panaskan alat terlebih dahulu ± 5 menit
b. Persiapan penderita
-
Perkenalkan diri anda kepada pasien
-
Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan tindakan tersebut
-
Anamesis
-
Tes sensibilitas
-
Atur posisi pasien keadaan rileks
-
Area yang di terapi bebas dari kain dan logam
-
Bersihkan area yang akan di terapi dengan alkohol
-
Pasien bebas dari kontraindikasi
c. Persiapan terapis
-
Terapis berada pada posisi ergonomis
d. F.I.T.T.
-
Diberikan 1 kali dalam 2 hari pada kondisi sub acut, 1 x 3 hari pada kondisi kronik.
-
Pada penggunaan lampu luminous jarak antara 45-60 cm, Sinar diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati serta waktu antara 10-30 menit.
-
Pada penggunaan lampu luminous jarak lampu 35-45 cm. Sinar diusahakan tegak lurus, waktu antara 10-30 menit disesuaikan dengan kondisi penyakitnya.
e. Pemeliharaan lampu
-
Kontrol kabel bila ada yang lecer / terbuka
-
Bila membersihkan alat dari debu jangan sampai menimbulkan getaran pada ferecly, lampu pijar, karena dapat menimbulkan kerusakan.
-
Setelah tidak dipakai lagi tempatkan pada tempat yang aman, jangan sampai mengganggu dalam memberikan layanan fisioterapi
f.
Indikasi, Kontraindikasi dan Bahaya-bahaya Yang Harus Diperhatikan
1) Indikasi dari Sinar Infrared
-
Kondisi peradangan setelah sub-acute : kontusio, mucle strain, mascle sprain, trauma sinovitis.
-
Arthritis : Rheumatoid Arthritis, osteoarthritis, myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis.
-
Gangguan Sirculasi Darah : Thrombo-angitis obliterans, tromboplebitis, Reynold,s disease.
-
Penyakit kulit : Folliculitis, furuncolosi, wound.
2) Kontra Indikasi
-
Daerah dengan insufisiensi pada darah
-
Gangguan sensibilitas kulit
-
Adanya kecendrungan terjadinya perdarahan
-
Gangguan komunikasi karena tidak bisa mengantarkan dingin dan panas
-
Demam
-
Penyinaran pada mata secara langsung tidak boleh diberikan dapat menimbulkan katarak / konjugatif
-
Infeksi akut ( TBC, Kanker / Tumor)
-
Jaringan yang masih baru ( luka bakar)
3) Bahaya-bahaya
-
Luka bakar (burn) Infra merah dapat menimbulkan superficial heat burn yaitu kebakaran karena panas yang terjadi pada daerah superficial epidermis. Warna merah yang nyata dan bergaris-garis, kadang-kadang disertai adanya blister sewaktu atau sesudah pengobatan.
-
Electric shock Ini hanya bisa terjadi apabila terdapat kabel penghantar yang terbuka dan tersentuh oleh penderita. -
Meningkatkan keadaan gangren Pada keadaan defective arterial blood supply, dengan pemberian penyinaran infra merah justru akan membahayakan yang bersangkutan.
-
Headache Yaitu suatu perasaan pusing setelah penyinaran infra merah
-
Faintness Disini penderita menjadi pingsan atau tidak sadar secara tiba-tiba.
-
Chill atau menggigil Keadaan ini jarang dijumpai di daerah tropis. -
Kerusakan pada mata Sinar infra merah akan merupakan predisposing terjadinya cataract pada mata.
BAB I KAJIAN TEORI Interferensi
A.
Pengertian Interferensi adalah Suatu fenomena yg terjadi jika 2 atau lebih arus AC yg memiliki frekuensi berbeda yang secara bersamaan bertemu dalam satu medium. Jadi Interferensi dapat diartikan penggabungan 2 arus bolak-balik yg berfrekuensi menengah yg saling berinterferensi (berpadu) hingga menimbulkan Freq. baru.. Menurut Nemec Freq. 30005000 Hz dengan Frequency efektif yaitu 4000 Hz.
B.
Fisika Dasar (Fide) -
Arus AC dengan frekuensi 4250 Hz (medium).
-
Dua sumber arus frekuensi berbeda saling bersuperposisi membentuk frekuensi baru bersifat linear.
-
C.
Penetrasi yang cukup dalam.
Bifor a. Penetrasi dalam : -
Frequency medium
-
Modulasi dpt mencapai 100 %
-
Resistensi kulit > rendah, tdkritasi kulit
b. Mendepolarisasi saraf bermyelin tebal ( Potensial aksi saraf) tipe saraf II , IIIa, kadang saraf A gamma dan A alfa jika frekuensi kurang dari 3000 Hz. c. Dumping tipe saraf III.b, IVa,b,c via stimulasi saraf II dan IIIa, d. Relaksasi otot, pasca dumping e. Vasodilatasi vaskular, pasca dumping D. Neurofisiologi (Nefro) a. Pain depressor : - Nyeri menurun -
Vasodilatasi primer
-
Tonus menurun
b. Homeostatic Vasomotion -
Tek Hydrostatic Prox intra vasal 35 mmHg, distal 15 mmHg
-
Tek Hydrostatic Proxextravasal 15 mmHg.Distal 25 mmHg
c. Gait controll :
E.
-
Saraf tipis membuka pintu gerbang nyeri +
-
Saraf tebal mengunci pintu gerbangnyeri –
Efek Fisiologi Interferensi : a. Normalisasi ortosympatic
b. Relaksasi otot c. Vasodilatasi F.
Efek TerapeutikInterferensi : a. Mengurangi nyeri b. Mengurangi spasme otot c. Meningkatkan sirkulasi darah
G.
Dosis 1. Frekuensi interferensi
Frekuensi terapi tergantung pada derajat cedera.
Dosis tinggi, interval agak lama: 3-4 kali per minggu
Dosis rendah, interval singkat : tiap hari-beberapa kali perhari
2. Intensitas Interferensi
Berdasarkan jenis, sifat, keseriusan dan stadium kelainan/cedera
Pemilihan AMF atau frekuensi treatmen
AMF tinggi (75-150 Hz) lebih tepat pada kondisi akut, nyeri hebat atau keadaan hipersensitif. Dapat juga digunakan sebagai treatmen awal. -
AMF rendah ( 50 Hz) akan menyebabkan kontraksi tetanik. Lebih tepat pada kondisi kronik atau sub akut.
-
Pemilihan frekuensi ▪
Frekuensi 2000 Hz lebih efektif untuk stimulasi otot.
▪
Frekuensi 4000 Hz lebih efektif untuk mengurangi nyeri.
3. Teknik aplikasi interferensi •
•
Pain-point atau trigger poin application Nerve aplication
•
(Para) vertebral application
•
Muscular application
•
Transregional application
4. Time Interferensi •
10 – 15 menit ,bahkan sampai 30 menit. Apabila ditemukan titik-titik nyeri, dilakukan 5 menit/titik
H.
Indikasi •
I.
Nyeri otot
•
Kelemahan otot
•
Post traumatic
•
Spondylosis
•
Bursitis, tendonitis
•
Keadaan hypertonus
•
Penyakit-penyakit dengan gejala gangguan keseimbangan neurovegetative
Kontraindikasi •
Demam
•
Tubercolosis
•
Kehamilan
•
Thrombosis
•
Inflamasi lokasi
•
Implant metal
•
Pacemaker
•
Tumor
BAB II PROTAP
1.
2.
Persiapan Alat : •
Alat / modalitas yang digunakan Arus interferensi.
•
Pengaturan dosis berupa penentuan FITT
Persiapan Pasien : •
Tes sensibilitas tajam tumpul / nyeri
•
Posisi pasien aman dan nyaman
•
Informasikan sensasi yang akan didapatkan
•
Tentukan posisi untuk planar/coplanar
BAB I KAJIAN TEORI Short Wave Diathermy A. PENGERTIAN
SWT adalah singkatan singkatan dari Shock Wave Therapy yaitu Gelombang akustik dengan dorongan energy yang sangat tinggi. SWT berbeda dgn UST, SWT memiliki amplitudo tekanan yang sangat besar dan berpulsasi tunggal, sedangkan UST memiliki pulsasi osilasi periodic. periodic. Istilah SWT, berarti pula pulsasi tekanan mekanik yang berkembang menjadi sebuah gelombang dalam tubuh manusia (The Reverse Piezo Electric). B. FISIKA DASAR ( FIDE ) SWT
Primer dan secundary sircuits.
Converges-divergens mecanism.
Memproduksi gelombang Akustik lebih dari 20.000 Hz, dengan dorongan energi yang sangat tinggi dari pompa udara.
Memiliki amplitudo tekanan mekanik yang sangat besar yang berpulsasi tunggal.
Piezo Electric Charge pada barium titanate (PZT) Mecanical compressionrarefraction.
C. BIOFISIKA SWT
The reverce Piezo-electrical effect pada jaringan : •
Compression-rarefraction pada jaringan
•
Mechanical/micromassage effect yang lebih besar/lebih nyata Piezo Electric Charges effect (GAGs +Electrical fluids) yang lebih besar dan
•
lebih nyata Efek homeostatik metabolik lebih nyata (sirkulasi darah dan cairan tubuh, suhu,
•
kelenturan dan regenerasi jaringan, penguraian sisa metabolik serta peningkatan konduktivitas saraf). Pembentukan Neovascularisation
•
•
Memfasilitasi pain less dan recovery jaringan jaringan tubuh lebih cepat .
D. NEUROFISIOLOGI ( NEFRO )
Tipe-tipe Saraf Tipe Saraf Ia : tonus Tipe saraf Ib : Golgi Tendon (Protective overload) Tipe saraf II : Bermyelin sedang, pain dumping reaksi radang kronik Tipe saraf IIIb : bermyelin tipis, Nosciceptor radang kronik Tipe saraf IV : a,b,c : Bermyelin tipis, Nosciceptor reaksi radang akut aku t & sub akut
Jenis Serabut
Diameter
Cepat Hantar
Fungsi
A (α)
13 – 22
70 – 120
Motorik - Proprio ceptor otot
A (β)
8 – 13
40 – 70
Raba tekan kinestesi
A (γ)
4 – 8
15 – 40
Raba, motorik Muscles Spindle
A (δ)
1 – 4 4
5 – 15
Nyeri, panas/ dingin, Tek
B
1 – 3 3
3 – 14
Otonom Pra Ganglion
C
0,2 - 0,1
0,2 – 2 2
Nyeri,gatal, panas /dingin, tekanan,
MTD (Neurogenic inflamation-Axon Reflex)
Pain Depressor
Gate Control
pasca ganglion
Piezo Electric Charges.
E. APLIKASI
F. PROSUDER TERAPI •
Pastikan bahwa selalu tersedia gel transmisi yang cukup antara permukaan kulit dana plikator.
•
Waktu terapi umum adalah kira-kira 8 -12 menit ketika mengaplikasikan 3000 sekitar pulsasi pada area patologi.
•
Protocol terapeutik spesifik berbeda berdasarkan indikasi aktual tiap kondisi pa sien.
•
Posisi aplikator dan tehnik parameter dideskripsikan secara terpisah untuk tiap indikasi patologi.
•
Tehnik terapi adalah kontak langsung pada area yang ditangani.
•
Direkomendasikan interval selang sehari terapi. Tergantung pada aktualisasi kon disi.
•
Mulai aplikasi diluar area yang paling nyeri dan kemudian setelah beberapa puls dipindahkan secara langsung pada area patologis
G. PATOFISIOLOGI
H. INDIKASI
Nyeri pada bagian palmaris pergelangan tangan
Nyeri pada groin area
Jumper’s knee
Heel spur
I. KONTRAINDIKASI
J. EFEK FISIOLOGI DAN TERAPEUTIK
Efek Analgesik – menghilangkan menghilangkan nyeri -
Menurunkan tegangan otot
-
Mencegah timbulnya kejang otot
-
Meningkatkan uraian subtansi P
Mempercepat penyembuhan -
Meningkatkan produksi kolagen
-
Meningkatkan metabolisme, mikro sirkulasi, colagen dan forming
Perbaikan mobilitas. Mengatasi crosslink klasifikasi pada fibrolast
BAB I KAJIAN TEORI ULTRA SOUND (US) A. BUNYI DAN FREKUENSI
Bunyi/suara adalah peristiwa getaran mekanik dengan bentuk gelombang longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi yang variable. Berdasarkan frekuensinya bunyi/suara dibagi menjadi : Infra sonic (< 20 Hz), Audio sonic( 20 – 20.000 20.000 Hz ), Ultra sonik ( > > 20.000 Hz). Ultrasound therapy adalah suatu terapi menggunakan gelombang suara dengan frekuensi
lebih dari 20000 Hz. Bunyi ini tidak dapat didengar oleh manusia tetapi dapat berguna dalam bidang kesehatan antara lain untuk terapi pada frekuensi 0,7-3,3 MHz. Pembagian frekuensi ini sebenarnya hanya berdasarkan pada dapat didengarnya atau tidak dapat didengarnya oleh telinga manusia. Jadi pembagian ini sifatnya subyektif, karena terbatasnya pendengaran manusia akan berubah dengan bertambahnya umur. Dalam dunia medis gelombang ultrasound digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain: 1.
Diagnosis, misalnya “Doppler Blood Flow ”(frekuensi 5-10 Mz, intensitas 203 mW/cm2)
2. Pembedahan, misalnya penghancuran batu kandung kencing (frekuensi 0.10 MHz , intensitas 20-100 W/Cm2) 3. Teraupetik, disebut juga Ultrasound therapy (frekuensi 0,7 MHz – 3 3 MHz). Digunakan dalam bidang fisioterapi. B. FISIKA DASAR
1. Sifat-sifat dari bundel US Bundle/berkas gelombang US dibedakan atas dua bagian (2 zone) a. Area Konvergen , tanda-tanda area konvergen : 1) Terjadi gejala interferensi pada bundel tersebut , sehingga timbul variasi intensitas yang besar , sehingga timbul variasi v ariasi intensitas yang besar. 2) Bentuk bundelnya tidak divergensi, melainkan sedikit konvergensi b. Area Divergen , tanda-tanda area divergen : 1) Tidak terjadi gejala interferensi , sehingga bundel gelombangnya sama dengan intensitasnya semakin berkurang jika jarak treatment-head semakin dijauhkan dari tubuh yang diobati. 2) Bundel atau berkas gelombangnya berdiameter lebih bear. Ukuran tergantung pada jenis bundle US ( Divergensi atau Collimating ). 3) Penyebaran energinya lebih besar, baik oleh karena adanya divergensi ataupun karena pembagian intensitasnya yang tegak lurus terhadap axis drai bundle US. Panjang area konvergen tergantung pada diameter tranducer dan panjang gelombang. Untuk penggunaan tranducer 1 MHz , dengan diameter 5 cm, panjang area konvergen kirakira 10 cm, dan yang diameter 1 cm, panjang area konvergen kira-kira 2 cm.
Sedangkan untuk transducer 3 MHz MHz mempunyai mempunyai area area konvergen yang panjangnya 3 kali lebih panjang dibandingkan area konvergen 1 MHz, karena panjang gelombang 3 MHz lebih pendek dibanding 1 MHz. Akibat dari fenomena interferensi yang terjadi di area konvergen dapat menimbulkan terjadinya lipatan intensitas yang besarnya 5 s/d 10 kali, bahkan pada beberapa kasus dapat terjadi 30 kali lebih tinggi dari nilai intensitas yang ditentukan. Gejala yang tidak homogen tersebut dikenal dengan Beams Non Uniformity Ratio (BNR) oleh karena itu nilai BNR harus selalu tertera pada setiap tranduser sebagai konsekuensi dari hal tersebut, agar pengobatan aman, maka tranduser harus selalu digerakkan selama pengobatan berlangsung. Dengan metode dalam air (Sub. Aqua), pengaruh interferensi pada area konvergen dapat dihindari dengan cara mengatur jarak antara tranduser dan jaringan tubuh yang diterapi. 2.
Proses fisika US yang terjadi di dalam medium a.
Sifat- Sifat dari Gelombang Suara Karakter gelombang US adalah longitudinal dengan kata lain arah penyebarannya
searah dengan arah getaran. Untuk dapat menyebarkan getaran longitudinal ini membutuhkan suatu medium yang elastis. Pada prinsipnya semua medium adalah elastis kecuali udara. Gelombang longitudinal ini menimbulkan peregangan dan pemampatan didalam medium, oleh karena itu timbul variasi tekanan didalam medium. Yang dimaksud dengan medium disini adalah coupling medium dan jaringan tubuh dimana energi US tersebut menyebar. b. Panjang Gelombang US Didalam jaringan lunak dan di dalam air panjang gelombang pada 1 MHz adalah kirakira 1,5 mm, dan di dalam
jaringan tulang tulang kira-kira 3 mm. Pengaruh kecepatan
penyebaran pada 3 MHz di dalam jaringan adalah sedikit sekali. Oleh karena itu panjang gelombangnya lebih pendek, yaitu didalam jaringan lunak kira-kira 0,5 mm dan di dalam jaringan tulang kira-kira 1,0 mm . c.
Kerapatan Massa Dari Sebuah Medium Kerapatan massa dari medium (Q) adalah merupakan sebuah besaran materi yang
dinyatakan kg/m3. Bersama-sama dengan impedan akustik spesifik (specific acoustic impedance (Zs)) menentukan tahanan dalam jaringan gelombang US. Kerapatan massa ini juga ikut menentukan kecepatan penyebaran (c). Semakin rapat kerapatan massa, semakin cepat kecepatan penyebaran (lihat tabel). Nilai dari kerapatan massa ini adalah sangat penting sekali untuk menetapkan impedan akustik spesifik dan dengan demikian untuk refleksi. Table 1 : Kecepatan Penyebaran (C), Kerapatan Massa (Q) , Panjang Gelombang (n), pada mesin US 1 MHz dan 3 MHz dalam medium yang berbeda-beda Medium Alumunium
c (m/s)
Q (kg/m3)
(mm) 1MHz
5100
2,7.10
5,1
(mm) MHz 1,7
Darah
1566
1,0.10
1,57
0,52
Pembuluh Darah
1530
1,1.10
1,53
0,51
Tulang
3445
1,8.10
3,44
1,14
Kulit
1519
1,51
0,5
Tulang Rawan
1662
1,75
0,58
Udara (20)
343
0,34
0,11
Tendo
1750
1,75
0,58
Otot
1552
1,0.10
1,55
0,52
Lemak
1478
0,9.10
1,48
0,49
Air (20)
1492
1,0.10
1,49
0,5
0,0012.10
d. Impedan Akustik Spesifik Specific acoustic impedance adalah merupakan sebuah besaran materi juga, yang tergantung pada kerapatan massa dan kecepatan penyebaran. Hal ini dapat dinyatakan dalam sebuah rumus: Zs = Q.s Tabel 2 : Specific Acoustic Impedance medium
Zs (kg/m2)
Alumunium
13,8.10
Darah
1,6.10
Tulang
6,3.10
Pembuluh Darah
1,7.10
Gel
1,8.10
Kulit
1,6.10
Udara
0,0004.10
Otot
1,6.10
Lemak
1,4.10
Air
1,5.10
e. Kompresi dan ekspansi dari suatu benda Dengan frekuensi yang sama pada US , yaitu kira-kira 1.000.000 kali tiap menit. Medium (jaringan dipadatkan/kompresi dan diregangkan/ekspansi). Perubahan-perubahan tekanan yang ada ini adalah relative besar misalnya: pada intensitas 1 W/cm 2 variasi tekanannya kira-kira tekanannya kira-kira 1,7 bar ( pada frekuensi 1 MHz dan c = 1500 m.s ). Pada panjang gelombang 1,5 mm variasi tekanannya kira-kira 3,4 bar diatas jarak 0,75 mm. melihat data diatas, maka jarak antara titik pada saat ditekan (overpressure) dan pada saat tak ditekan (underpressure) adalah setengan panjang gelombang. f. Pemantulan dan pematahan Refleksi (pemantulan) gelombang US terjadi di perbatasan antara dua jaringan. Beberapa banyak energy yang dipantulkan adalah tergantung dari impedan akustik spesifik ( Zs ) dari d ari berbagai media. Pada gelombang US yang jatuhnya tegak lurus terhadap jaringan secara praktis ini berarti, bahwa semakin dekat dengan kaki refleksinya menjadi lebih kecil.
Didalam tubuh, refleksi yang berarti terjadi pada transisi antara jaringan lunak dan jaringan tulang, yaitu kira-kira 30%.impedamakustik spesifik dari tranduser kira-kira hampir tak terjadi refleksi. Secara teoritis refleksi yang terjadi diantara aluminium dan kontak medium berjumlah kira-kira 60%. Table 3 : penelitian tentang refleksi dari tiap-tiap transisi dua medium Alumunium – Udara Udara Alumunium - Kontak Medium Treatment Head - Kontak Medium
Zs (kg/m2) 13,8.10 1,6.10
Kontak Medium – Kulit
6,3.10
Kulit- Jaringan Lemak
1,7.10
Air - Jaringan Lemak
1,8.10
g. Penyebaran dari gelombang US Penyebaran gelombang US didalam tubuh timbul oleh karena adanya 2 fenomena : 1) Adanya divergensi di area divergen 2) Refleksi Di dalam jaringan bundel US dapat menyebar oleh adanya refleksi sehingga dapat timbul pula efek-efek di luar daerah d aerah pancara bundel US. Seperti yang telah disebutkan, bahwa kita harus perhatikan terhadap material-material yang sangat kuat daya refleksinya terhadap bundel US, seperti : metal, udara dan jaringan tulang, selanjutnya harus kita ketahui pula, bahwa gelombang US tidak dapat meninggalkan jaringan tubuh, karena adanya refleksi dari udara yang hampir 100%. Sebagai pengecualian disini , adalah metode sub-aqual, dimana energy US masih dapat meninggalkan jaringan tubuh lagi. Seluruh energy US yang masuk ke dalam tubuh, diubah bentuknya ke dalam energi lain. h. Interferensi pada bundel US Interferensi pada bundel US oleh karena : 1) Adanya Interferensi dalam bundel US di area konvergen. 2) Interferensi oleh karena refleksi. Bundel US yang masuk dan yang terefleksi dapat saling tumpang tindih (overlap ) , sehingga terdapat dua gelombang yang saling memperkuat maupun memperlemah. Dalam hal ini hanya penguatan oleh interferensi sajalah yang dapat mengakibatkan penambahan intensitas dari bundel US. i. Penyerapan dan penetrasi US Jika energi US masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek pertama yang dapat kita harapkan adalah efek biologis, jika energy ini diserap oleh jaringan tubuh. Oleh karena adanya penyerapan tersebut , semakindalam gelombang US tersebut masuk ke dalam tubuh, maka intensitasnya semakin berkurang.
Gelombang US diserap oleh jaringan tubuh dalam berbagai macam ukuran. Sebagai ukuran digunakan koefisien penyerapan (a). penyerapan tergantung pada frekuensi. Pada frekuensi rendah penyerapannya lebih sedikit dari pada berfrekuensi tinggi. Pada frekuensi 1 dan 10 MHz terdapat hubungan yang bersifat linier untuk semua jaringan kecuali tulang. Jadi senantiasa ada saling ketergantungan antara frekuensi , penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang US. Disamping refleksi, koefisien penyerapan mementukan penyebarluasan US di jaringan tubuh. Tabel 4 : koefisien penyerapan (a) pada frekuensi 1 MHz dan 3 MHz Medium
1 MHz
3 MHz
Darah
0,028
0,084
Pembuluh Darah
0,4
Tulang
3,22
Kulit
0,62
1,86
Tulang Rawan
1,16
3,48
Udara (20 C )
2,76
8,28
Tendo
1,12
3,38
Otot
0,76
2,28 *
0,28
0,84 **
0,14
0,42
Lemak Air ( 20 C )
0,0006
Serabut Saraf
0,2
1,2
0,0018 0,6
Dari table Nampak ada dua nilai untuk absorbsi di dalam jaringan otot. Adanya perbedaan yang penting disini adalah kemana arah bundel US terhadap jaringan otot. Pertama jika bundel US jatuh secara tegak lurus terhadap jaringan otot, sedangkan yang kedua jika bundel US berjalan ssejajar dengan jaringan otot. Pada keadaan yang kedua, nilai absorbsinya hamper 3 kali lebih kecil. Sebuah satuan yang lebih praktis dalam hal penyerapan adalah “halfvalue depth”/ jarak nilai setengah (HVD/JNS) . yang dimaksud
jarak nilai setengah adalah merupakan jarak dimana intensitas dari US dalam suatu medium tertentu tinggal separuh. Jarak nilai setengah ini ditentukan oleh koefisien penyerapan, yang dihitung dengan rumus : JNS/HVD == 0,69/a Tabel 5 : Jarak Nilai Setengah pada beberapa media Medium
1 MHz
3 MHz
Tulang
2,1 mm
Kulit
11,1 mm
4 mm
6 mm
2 mm
Udara
2,5 mm
0,8 mm
Tendo
2,5 mm
0,8 mm
9 mm
3 mm
Tulang Rawan
Otot
24,6 mm
16,5 mm * 16,5 mm
Lemak
50 mm
** 3833,3
Air
11500mm
mm
Dari tabel diatas dilihat bahwa banyak energy US diserap dalam jaringan tendon dan jaringan tulang rawan. Barangkali ini merupakan sebuah pernyataan dari hasil terapeutik yang menguntungkan pada penanganan dari jaringan semacam ini. Penetrasi terdalam, dimana efek terapeutik masih bisa kita harapkan. Dinyatakan dengan istilah “penetration depth (P)”. Ini adalah merupakan suatu titik , dimana intensitas US yang
diberikan masih tersisa 10%. Intensitas US pada penetrasi terdalam ditentukan untuk mengetahui apakah masih terdapat efek-efek terapeutik pada kedalamn tersebut. Nilai dari P ditentukan oleh : Tabel 6 : penetrasi terdalam pada tiap-tiap media Medium
1 MHz
3 MHz
Tulang
7 mm
Kulit
37 mm
12 mm
Tulang Rawan
20 mm
7 mm
Udara
20 mm
2 mm
Tendo
21 mm
7 mm
Otot
30 mm
10 mm
82 mm
27 mm
156 mm
55 mm
38330 mm
12770 mm
Lemak air
j. Media penghantar ( coupling medium ) Media penghantar yang digunakan harus memenuhi persayaratan dibawah Ini, yaitu : 1) Dalam keadaan tertentu harus sterile tetapi secara umum yang bersih. 2) Tidak terlalu cair ( kecuali metode sub-aqual) 3) Tidak terlalu cepat diserap kulit 4) Tidak menyebabkan plek-plek 5) Tidak menimbulkan iritasi pads kulit 6) Murah 7) Mudah menghantarkan gelombang US 8) Transparan
BIOFISIKA 1. Efek Mekanik Gelombang US menimbulkan adanya peregangan dan penempatan didalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dari US. Oleh karena itu terjadilah adanya variasi tekanan di dalam jaringan. Jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik yang le bih dikenal dengan istilah “micro massage” Adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan menghasilkan: a. Perubahan volume dari sel-sel tubuh sebesar 0,02% b. Perubahan permebeabilitas dari membran sel dan membran jaringan c. Mempermudah proses metabolism 2. Efek Panas “Micromassage” yang ditimbulkan oleh US akan menimbulkan efek panas dalam
jaringan. “Lehmann” mengemukakan bahwa setiap pemberian US dengan dosis waktu 1 watt/cm2 secara kontinyu dalam jaringan otot akan menaikkan temperature sebesar 0,07 derajat celcius per detik. Pada saat pemberian terapi, dimana terdapat adanya ischemia, maka kenaikan temperatur semacam itu akan terjadi. Efek panas yang disebabkan oleh kenaikan intensitas ini dapat mencapai ukuran yang sangat tinggi, sehingga akan menyebabkan adanya nyeri di dalam periosteum, problem tersebut dapat dikurangi pada aplikasi secara intermitten, karena panas yang timbul diangkut diantara pulsasi. Dengan demikian efek panasnya akan terbatas. 3. Efek Biologis Efek-efek US seperti yang telah dibicarakan adalah hasil dari micro massage (efek mekanik). Hasil dari micromassage ini tergantung pada pelaksanaannya (kontinyu atau terputus-putus). Efek-efek biologi selanjutnya dapat dilihat sebagai jawaban secara fisiologis dari pengaruh mekanik dan pengaruh termal ( panas ). Gambar 11 : skema efek biologis US
a. Meningkatkan sirkulasi darah Penyerapan dari energy US antara lain menghasilkan efek panas. Tubuh akan memberikan reaksi terhadap efek panas ini yaitu vasodilatasi. Tonus otot yang meninggi akan dapat menghambat sirkulasi darah, sementara itu dalam waktu bersamaan dibutuhkan energi yang banyak dari jaringan yang
hypertonus tadi. Dengan cara demikian kenaikan konsentrasi zat-zat pengiritasi jaringan sangat cepat, cep at, yang menyebabkan meningginya aktivitas nociceptive. nociceptiv e. Hal ini menimbulkan : bertambahnya rasa nyeri, bertambahnya ketegangan otot (tonus), dan terhambatnya sirkulasi darah. b. Relaksasi otot Perbaikan sirkulasi darah akan dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot. Oleh karena itu zat-zat pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu variasi US dapat mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah relaksasi otot c. Meninggikan permeabilitas membran Melalui mekanisme getaran gelombang ultrasound maka cairan tubuh akan didorong ke membran sel yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga mempengaruhi nilai ambang dari sel-sel. d. Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan Dengan pemberian ultrasound akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan suplai bahan makanan pada jaringan lunak dan juga terjadi peningkatan antibody yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak. Disamping itu akibat dari efek panas dan efek mekanik, ultrasound menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan secara fisiologis yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami cedera. e. Pengurangan rasa nyeri Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga berpengaruh langsung pada saraf. Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui serabut saraf tersebut. f. Efek-efek yang lain. Jika US diaplikasikan kedalam jaringan tubuh, maka akan terjadi beberapa efek antara lain : 1) Kerusakan jaringan 2) Berhentinya sel-sel pembuluh darah 3) Kelelahan 4) Kegugupan 5) Anoreksia 6) Absipasi 7) dll.
NEUROFISIOLOGI 1. Tipe-tipe Saraf dan Serabut Saraf
2. MTD (Neurogenic inflamation-Axon Reflex) 3. Pain Depressor 4. GateControl 5. Piezo Electric Charges.
APLIKASI 1. Metode aplikasi Teknik aplikasi ultrasound ada 2 yaitu : a.
Kontak langsung Kontak langsung atau tranduser menempel langsung pada area yang diterapi dengan media penghantar (coupling media). Tujuan coupling media adalah untuk memaksimalkan jumlah gelombang ultrasonic yang masuk ke tubuh.
b.
Kontak tidak langsung 1)
Sub – aqual aqual ( dalam air )
2)
Water pillow Water pillow (menggunakan kantong plastik/ karet mengandung air.
2.
Penentuan dosis Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis antara lain: a. Frekuensi Frekuensi terapi tergantung pada kondisi penyakit. Pada kondisi akut dapat diberikan setiap hari. Sedangkan pada kondisi kronis 2-3x/minggu. b. Intensitas Intensitas dapat dibagi menjadi 3 yaitu 1,2-3 1,2 -3 W/cm2 (kuat), 0,3-1,2 W/cm2 (sedang), <0,3 W/cm2 (rendah). c. Lama terapi Lama terapi tergantung pada luas ERA dan area yang akan diterapi, misalnya dalam terapi menggunakan ERA dengan luas 3 cm2 dan luas area terapi 15 cm2 maka lama waktu terapi adalah 5 menit men it (diperoleh dari luas area terapi dibagi luas ERA).
INDIKASI Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang, sendi, dan otot. Keadaan-keadaan post-traumatik seperti : contusion, distorsi, luxation. a. Fraktur Dalam hal ini berlaku kontraindikasi yanhg relative selama 24-36 jam setelah trauma. Pemberian terapi terutama diarahkan untuk menghilangkan swelling, nyeri dan untuk mempersiapkan proses pertumbuhan jaringan. Beberapa efek dari US memberikan pengaruh yang menguntungkan terhadap proses penyembuhan fraktur, antara lain pada resobrsi calcium . b. Rheumatoid arthritis pada stadium tak aktif 1) Arthritis 2) M. Becherev ( hanya lokal ) 3) Bursitis, Capsulitis, Tendinitis
c. Kelainan / penyakit saraf 1) Entrapment Neuropathy 2) Pantom Pain 3) HNP d. Kelainan / penyakit sirkulasi darah 1) M. Raynola Disease 2) M. Burger 3) Sudeck Dystrofie 4) Oedem Beberapa penelitian menyebutkan bahwa, terapi lokal pada penyakit-penyakit di atas hasilnya amat sedikit. Oleh karena itu, terlebih dahulu dipilihkan terapi segmental.
a.
KONTRAINDIKASI
Absolut Berdasarkan pertimbangan keamanan, beberapa organ tidak boleh diberikan terapi US seperti : 1) Mata Karena dapat memberikan kemungkinan terjadinya cavitasi di dalam kelenjar air mata , yang bahkan dapat sampai terjadi kerusakan 2) Jantung Pada aplikasi secara langsung bisa mengakibatkan terjadinya perubahan aksi potensial . 3) Uterus pada wanita hamil Meskipun intensitas yang dapat mencapai uterus sangatlah kecil, tetapi dari segi keamanan, daerah perut pada wanita yang hamil tak boleh diberikan US 4) Epiphyseal plates Dulu daerah ini termasuk kontraindikasi, tetapi pada pemberian secara intermetten dan intenstas yang rendah , maka pada dewasa ini pasien dibawah 18 tahun dapat pula diberikan terapi US pada daerah tersebut. 5) Testis Karena pengaruh getaran US pada jaringan ini belum dapat dipastikan, maka jaringan ini tidak boleh diberikan terapi dengan US.
b. Relatif Kontra Indikasi : 1) Post Laminectomi 2) Hilangnya sensibilitas ( Hyposensasi ) 3) EndoProthese 4) Tumor ganas 5) Post Traumatic 6) Thromboplebitis dan varices 7) Sepsit-imflamations 8) Diabetes mellitus
BAB III PENATALAKSANAAN
Sebelum diadakan terapi dilakukan penilaian awal tentang perjalanan penyakit, riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik. Penderita diminta untuk menggambarkan secara detil rasa nyeri yang dialami. Pada beberapa kasus terapi ultrasound dilakukan setelah dilakukan terapi dengan mempergunakan modalitas lain seperti bantal pemanas, bantal pendingin atau terapi listrik. 1.
Persiapan Alat
-
Mesin /alat ultrasound yang telah berfungsi dicek kesiapan alatnya,termasuk aksesorisnya.
-
Menyiapkan peralatan tes sensasi (panas-dingin)
-
Lakukan penghidupan dan pengetesan alat ultrasound . tes alat dilakukan kepada pemeriksa terlebih dahulu sebelum diberikan kepada pasien.
2.
Persiapan Pasien
-
Perkenalkan diri anda kepada pasien
-
Posisi penderita diatur senyaman mungkin disesuaikan dengan daerah yang diobati (duduk, terlentang, atau tengkurap).
-
Membersihkan area yang akan diterapi
-
Daerah yang diobati bebas dari pakaian dan perlu dilakukan test sensibilits terhadap panas dan dingin.
-
Pasien perlu mengetahui panas yang dirasakan yaitu rasa hangat,bila ternyata ada rasa panas yang menyengat penderita p enderita segera memberitahukannya pada fisioterapis
3.
Tehnik aplikasi
Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan pada terapi dengan ultrasound antara lain meliputi : a. Kontak langsung dengan kulit
Ahli fisioterapi kemudian membersihkan area yang akan diterapi. Area tersebut kemudian diberi gel sehingga terbentuk konduksi yang sempurna antara alat terapi (transducer ) dan kulit.
Gambar 19. Jenis Aplikasi Ultrasound Kontak dengan Kulit b. Penggunaan dalam air
Pada lokasi tubuh yang tidak memiliki banyak lekuk seperti pinggang, siku, lutut dan sebagainya, terapi ultrasiund dapat dilakukan dibawah air. Bagian yang cedera direndam dalam air kemudian transducer diletakkan kurang lebih 1 cm dari bagian yang akan diterapi. Pada keadaan ini air merupakan konduktor yang rapat sehinga dapat meningkatkan aliran energi. Supaya aliran energi berjalan lancar, gelembung yang terbentuk apda kulit harus segera
dibersihkan. Pada pelaksanaan terapi ini tranducer dapat digerakkan dengan arah sirkuler maupun longitudinal. Pelaksananaan terapi ini harus menggunakan tempat yang terbuat dari plastik atau karet dan menghindari tempat yang terbuat dari logam mengingat logam cenderung memantulkan gelombang. c. Penggunaan dengan medium balon beisi air ( bladd bladde er techni techni que)
Selain menggunakan medium air, pada kasus tertentu juga dapat menggunakan medium antara berupa balon yang diisi air (bladder technique). d. Kombinasi dengan obat farmakologis ( pho phono nop phor hor esis)
Kadang dilakukan teknik phonophoresis, dimana terapi ultrasound dilakukan untuk meningkatkan absorbsi obat topical kulit misalkan kortikosteroid, analgesik atau anesthetic. Jenis kortikosteroid yang berfungsi sebagai anti radang yang sering dipakai adalah hidrokortison 10%, sedangkan jenis anestetik yang sering dipakai adalah lidokain. Dosis dan Durasi Ultraso ltr asound und The Ther apy apy
4.
Frekuensi, intensitas dan durasi tergantung pada keadaan individual. Ahli terapi akan meletakkan transducer pada area yang mengalami gangguan dan kemudian melakukan gerakan memutar. Transducer harus digerakkan secara terus menerus untuk menghindari luka bakar.Terapi dapat dilakukan deegan menggunakan dua cara yakni kontinyu dan intermitten. Pada metode kontinyu,gelombang ultrasound dibuat tetap sedangkan pada metode intermitten, gelombang ultrasound terputus putus. Dengan metode intermitten resiko luka bakar dapat diminimalkan. Selama terapi penderita seharusnya merasakan rasa hangat atau tidak merasakan sensasi apapun. Apabila ada rasa tidak nyaman, terapi harus dihentikan. Biasanya waktu terapi yang dibutuhkan berkisar 5 sampai dengan 10 menit. Setelah itu penderita dapat beraktivitas seperti semula. Sebagian besar gejala memerlukan terapi selama beberapa episode tergantung evaluasi klinis dari terapis. Kemajuan terapi dapat dinilai dengan menggunakan skala nyeri atau goniometer , yang merupakan alat untuk mengukur jangkauan gerak sendi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan menentuk an dosis antara lain:
Frekuensi : Frekuensi terapi tergantung pada kondisi penyakit. Pada kondisi akut dapat diberikan setiap hari. Sedangkan pada kondisi kronis 2-3x/minggu.
Intensitas :
Intensitas dapat dibagi menjadi 3 yaitu 1,2-3 W/cm2 (kuat), 0,3-1,2
W/cm2 (sedang), <0,3 W/cm2 (rendah).
Lama terapi: Lama terapi tergantung pada luas ERA dan area yang akan diterapi, misalnya dalam terapi menggunakan ERA dengan luas 3 cm2 dan luas area terapi 15 cm2 maka lama waktu terapi adalah 5 menit (diperoleh dari luas area terapi dibagi luas ERA).
5.
Evaluasi
Evaluasi Sesaat ( Sesaat setelah diberi ultrasound) Evaluasi Berkala (Setalah diberikan beberapa kali terapi) Evaluasi Subjektif dan Objektif
BAB I KAJIAN TEORI GALVANIK
A. Arus Galvanik 1.) Pengertian Arus Galvanik Luigini Galvani (1786) meneliti stimulasi arus listrik pada saraf kodok dan dipublikasikan 1791 sebagai arus galvanism merupakan arus statik. Fabre-Palaprat (1833) penggunaan DC untuk iontophoresis.
2.) Fisika dasar : -
Arus searah (DC) konstan.
-
Tidak memiliki frekuensi.
-
Intensitasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dalam satuan miliampere.
-
DC
menghasilkan bentuk gelombang yang hanya mempunyai fase
tunggal di setiap pulsa 3.) Biofisika : -
Penetrasi superficial (bawah kulit).
-
Merangsang saraf Motorik.
-
Chemical effect tidak nyata (AC).
-
Kontraki otot, vasodilatasi, netral noxe
4.) Neurofisiologi : a. Tipe Saraf b. Pain Depressor & Supressor c. Gait Control d. Vicerosomatic
5.) Efek fisiologis dan terapeutik Arus Galvanik a.) Efek fisiologis
-
Pamping action (sirkulasi)
-
Peningkatan metabolic homeostatic
-
Meningkatkan konduktivitas saraf
b.) Efek Trapeutik
-
Kontraksi otot
-
Iontophoresis
-
Mengatasi Ggn sirkulasi darah superfisial supe rfisial
-
Memperkuat otot
BAB II PROTAP
A. Persiapan Pasien: -
Perkenalkan diri anda pada pasien.
-
Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan tersebut.
-
Pasien diposisikan dalam keadaan senyaman mungkin, rilex dan stabil.
-
Instruksikan kepada pasien untuk tidak bergerak b ergerak selama terapi.
-
Bagian badan atau anggota yang akan diterapi, kulitnya dicuci dengan sabun sampai bersih dan keringkan.
-
Bebaskan dari pakaian, logan dan pace maker pada pada anggota badan yang ingin diterapi.
-
Lakukan tes sensibilitas.
-
Informasikan kepada pasien mengenai sensasi apa yang akan dirasakan nantinya
-
Selalu perhatikan kondisi pasien saat diterapi.
B. Persiapan Alat: -
Siapkan modalitas dan aksesorisnya yang ingin digunakan untuk terapi.
-
Periksa modalitas (alat), kabel, dan bagian-bagian pada p ada modalitas tersebut. Bagian – bagian bagian alat: a. Tombol ON/OFF b. Tombol amplitudo dasar (skala 1) c. Tombol amplitudo dinamika (skala2) d. Tombol intensitas e. Tombol frekuensi f. Tombol muscular g. Tombol timer h. Pad kandungan NaCl
-
Panaskan alat tersebut kurang lebih 5 menit.
-
Coba alat tersebut terlebih dahulu untuk mengetahui apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.
-
Lakukan pemasangan elektroda sesuai kebutuhan.
-
Tingkatkan intensitas secara bertahap untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
-
Jika selesai sesi terapi, jangan mengangkat elektroda aktif dari d ari kulit tanpa mengubah intensitas ke nol.
C. Pemberian Dosis: -
Frekuensi:
Dosis tinggi, interval agak lama: 3-4 kali per minggu
-
-
Dosis rendah, interval interval singkat : tiap hari-beberapa kali perhari
Intensitas:
Berdasarkan stadium, jenis, dan sifat cidera
Akut = 2 x / hari, Kronik = 1 x / hari.
2-60 mA, Durasi arus 0,1 msc.
Time: Dilakukan selama 10-15 menit. Tiap satu otot perlu 30-90 kali rangsangan dalam waktu 1-3 menit.
D. Teknik/Pelaksanaan -
Melakukan tes VAS (Visual Analog Scale) terhadap nyeri yang dirasakan klien.
-
Melakukan tes sensasi tajam tumpul terhadap klien.
-
Melakukan penghidupan dan pengetesan alat galvanic melalui pad yang tersedia.
-
Ketika klien berada di atas bed set, dilakukan pemasangan pad dengan teknik contraplanar (disesuaikan dengan luas regio yang mengalami implikasi nyeri).
-
Disesuaikan intensitas, frekuensi, dan timernya.
-
Selalu perhatikan kondisi pasien selama terapi berlangsung
E. Indikasi: -
Peradangan sendi : OA & RA
-
“LMN Lession” baru yang masih disertai keluhan nyeri
-
Post trauma atau operasi yang konduktivitasnya belum membaik
-
Keluhan nyeri pada otot sebagai seba gai counter iritation atau awal dari suatu latihan (Preliminary exercise)
-
Inflamasi akut dan subakut pada sendi-sendi kecil
-
Lokal oedem melewati 10 hari
F. Kontraindikasi -
Setelah operasi tendon transfer sebelum 3 minggu
-
Ruptur tendon/otot sebelum terjadi penyambungan
-
Kondisi peradangan akut atau pasien yang panas tinggi diatas 37,50 C
-
Lokasi kulit yang anaesthesia
-
Lokasi kulit yang luka/ kerusakan
-
Lokasi kulit yang hipersensitif
G. Evauasi -
System (modalitas, patologi)
-
Sesaat (bandingkan kondisi sebelum dan sesudah terapi)
DAFTAR PUSTAKA
sar -Da -D asar sar F i siot si ote er api pada C eder a Olahra Olahr aga. Diakses dari: Intan Arovah MPH, Noivita. D asar http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132300162/1.%20Dasar%20%Dasar%20Fisioterapi %20Pada%20Cedera%20Olahraga.Pdf . Diunduh Pada tanggal 14 Desember 2016. Ona, Himono. Mi crow crowave D iathe iatherr my. Diakses pada tanggal 17 Desember 2016, pukul 09.41. Diakses: https://id.scribd.com/doc/160924045/Microwave-Diathermy-doc https://id.scribd.com/doc/160924045/Microwave-Diathermy-doc.. Diunduh pada tanggal 17 Desember 2016. Power Point Sumber Fisis oleh Dr.Djohan Aras,S.Ft,Physio,M.Pd,M.Kes Power Point Sumber Fisis Bunyi oleh Dr.Djohan Aras,S.Ft,Physio,M.Pd,M.Kes
Sumber F i sis. Surakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes Purbo,heru K, dkk. 1993. Sumb RI 1993.