SURAYA PUTRI, S.Kep 0807101190035
Definisi Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
Keterangan :
PATOFISIOLOGI Ny. S 46 tahun
Kelebihan pembentukan
Sintesa Rantai
Sintesa Rantai β diblok
rantai δ
: Pasien
α berlebihan
: Perjalanan kasus
TUMOR OTAK : Tinjauan teori
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign).
Craniotomy adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999). Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)
RPS : Pasien dirawat di ruang mamplam I dengan diagnosa Post kraniotomy meningioma. Saat ini pasien mengeluh sering sakit kepala, sesak dan muntah,
MENINGIOMA
Meningkatnya Hb A2 dalam darah
Seleksi sel Hb F yang bertahan
Menurunnya Produksi Hb A
Presipitasi kelebihan rantai α
Dalam darah CRANIOTOMY
RPD : Pasien sebelumnya telah mengalami operasi pengangkatan tumor kepala pada tahun 2006..
Peningkatan tingkat Hb F dalam darah
Peningkatan daya tarik oksigen oleh Hb
Peningkatan proliferasi sel erythroid
: Pengkajian sekunder
Gagal Cirhosis Tidak efektifnyaa pancreatic, Erythropoiesis Gagal hati
Hemolysis
ANEMIA Peningkatan produksi erytropoitin
RPK : Menurut keterangan pasien dan anggota keluarga yang lain tidak ada diantara anggota keluarga ataupun
Penyebab dalam RES
: Pengkajian primer
Dalam sumsun tulang
Defisiensi Folat Ekstra modular
Hypersplenisme
Splenomegali
: Diagnosa
: Implementasi
Transfusi
Kelebihan Besi
: Evaluasi hari ke I
: Evaluasi hari ke 2
: Evaluasi hari ke 3
Etiologi Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma 3 Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningiomas memiliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita.
Pengkajian primer Airway : pasien dapat bernafas secara normal tanpa ada sumbatan Inspeksi : pasien dapat bernafas tanpa menggunakan oksigen
Pengkajian primer Pemeriksaan reflek fisiologis Bisep ( kanan (+), kiri (+) ), trisep ( kanan (+), kiri (+) ), patella ( kanan (+), kiri (+) ), archiles ( kanan (+), kiri (+) ) Pemeriksaan reflek patologis
Klasifikasi Menurut WHO : a. Grade I Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. b. Grade II Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga. c. Grade III Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. . Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari tumor. 1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaputyang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx 2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak. 3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata. Banyak terjadi pada wanita. 4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung 5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak. 6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary. 7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai. 8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di sekitar mata cavum orbita. 9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian otak.
Pengkajian primer Breathing Inspeksi: pasien tidak menggunakan ventilator dan alat bantu oksigen perkusi: terdengar bunyi sonor pada apeks paru kanan dan kiri, RR 19 x/menit palpasi : taktil fremitus dapat dikaji hasilnya (normal) perkusi : terdengar bunyi sonor pada apeks paru kanan dan kiri/terdengar bunyi pekak/redup pada basis/bagian bawah paru kanan dan kiri auskultasi: terdegar bunyi vesikuler pada apeks paru kanan dan kiri dan tidak terdegar bunyi tambahan seperti wheezing, ronchi,dan kelainan suara nafas lainnya yang abnormal
Pengkajian primer Circulation Inspeksi : wajah pucat (-), sianosis (-), Palpasi : akral atas dan bawah teraba hangat, tidak ada edema ataupun sianosis didaerah ektermitas atas dan bawah Auskultasi : Tekanan darah 110/70 mmhg, Hr: 78x/menit suhu tubuh 37,80 C,
Pengkajian sekunder Terapi
Bed rest Alinamin Tab 2 x 1
Pengkajian primer Disability: Kesadaran compos mentis,
Manifestasi klinis a. Nyeri Kepala Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. b. Perubahan Status Mental Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma. c. Seizure Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. d. Edema Papil Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. e. Muntah Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial. f. Vertigo Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh
Pengkajian primer Exposure : pasien tidak ada luka lecet mengering, dan memar
Pengkajian primer Folley catheter: Pasien terpasang kateter
Pengkajian primer Heart Rate : 78 x/menit, teratur
kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 (ektremitas atas, bawah kanan dan kiri), - GCS= E4M6V5, Tonus otot (Normal) Skala ketergantungan : 3
Pengkajian primer Gastric tube : Pasien tidak terpasang NGT
Pengkajian primer Exposure : Pemeriksaan 12 saraf cranial 1.
Olfaktorius ( dapat mengetahui karakteristik Bau dengan kedua sisi hidung dengan baik), Optikus ( tidak ada gangguan), Okulomotorius(tidak ada gangguan penglihatan saat melihat suatu objek), Trochlear ( reaksi pupil terhadap cahaya baik), Trigeminus fungsi sensorik dan motorik pasien dalam keadaan abnormal), Abdusen ( adanya gangguan pergerakan bola mata saat dilakukan pengkajian kedua mata pasien dapat focus tepat pada objek), 7. Fasialis( sensasi rasa asam, asin, manis dan pahit dapat dirasakan secara normal, kekuatan otot pasien maksimal 2. 3. 4. 5. 6.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan sirkulasi/penekanan oleh tumor otak
dengan
kerusakan
Implementasi Mengkaji skala ketergantungan pasien Mengkaji kemampuan mobilitas yang masih mampu dilakukan oleh pasien. Melakukan miring kanan dan kiri pada pasien Melakukan latihan ROM aktif dan pasif sesuai dengan kemampuan mobilitas pasien Mengkaji adanya nyeri pada saat dilakukan ROM Menganjurkan pasien untuk melatih gerakan tangan pada sisi yang lemah Menganjurkan pasien untuk melatih gerakan pada jari yang lemah dengan meremas bola Menjelaskan pentingnya mobilisasi untuk mempertahankan fungsi tubuh dan ekstremitas yang masih baik Kolaborasi dengan fisioterapist untuk membantu tindakan ROM
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan / paralisis otot neuromuskular,
Implementasi Mengkaji kemampuan ADL pasien Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot. Memonitor tanda-tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat). Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala-gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan). Memberikan kenyamanan lingkungan: manifestasi tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan Menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).
Evaluasi Diagnosa 1 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post kraniotomy, sekunder tindakan perawatan luka
Evaluasi Diagnosa 3 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011 S:
O:
Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
S:
P : Intervensi dilanjutkan Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
Evaluasi Diagnosa 3 Hari 2 tanggal 15 Mei 2011
S: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
O: Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
Pasien mengatakan luka dikepalanya terasa gatal
Pasien tampak lemah Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma
A : Masalah belum terjadi
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan. Evaluasi Diagnosa 4 Hari 1 tanggal 15 Mei 2011
S
O:
Evaluasi Diagnosa 4 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011
O:
Evaluasi Diagnosa 2 Hari 2 tanggal 15 Mei 2011
P : Intervensi dilanjutkan Evaluasi Diagnosa 1 Hari 2 tanggal 15 Mei 2011
S:
A : Masalah belum teratasi
O:
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
Pasien tampak lemah Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma
A : Masalah belum terjadi
Evaluasi Diagnosa 2 Hari 1 tanggal 14 Mei 2 011
O:
Pasien mengeluh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah Pasien mengatakan sulit untuk duduk dan bergerak tanpa ada bantuan
S
Implementasi Meantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar. Mengkaji tanda vital dan memantau secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK Mempertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300. Memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Membantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan. Mengobservasi adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya. Mengkaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan reaksi pupil, pergerakan otot Mengkaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia kejang Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasien
Implementasi Mengkaji keadaan luka Menkaji tanda-tanda infeksi Mengganti balutan luka setiap hari Menggunakan prinsip septik dan aseptik saat mengganti balutan luka. Menjelaskan pentingnya asupan nutrisi yang baik untuk penyembuhan luka dan mempertahankan fungsi vital otak
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor, perdarahan
Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah
S:
O:
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
Evaluasi Diagnosa 3 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011
S:
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
Evaluasi Diagnosa 1 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011
Evaluasi Diagnosa 2 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011
Evaluasi Diagnosa 3 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011
S
S:
S:
Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah
O:
O:
Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
P : Intervensi dilanjutkan
S:
O:
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
A : Masalah belum teratasi
Evaluasi Diagnosa 4 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011
Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma Luka tampak kering Tidak ada tanda-tanda infeksi
A : Masalah tidak terjadi P : Intervensi dilanjutkan.
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
O:
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan : Evaluasi Diagnosa 2 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 1 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 S
Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
O:
O: Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
Evaluasi Diagnosa 4 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 2 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011
S:
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan
S: S:
Pasien mengatakan perban belum diganti
O:
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
O:
Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotom Pasien didiagnosa meningioma Luka tampak kering Tidak ada tanda-tanda infeksi
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
A : Masalah tidak terjadi A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan. Dengan modifikasi Ganti balutan Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka
P : Intervensi dilanjutkan
Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan Evaluasi Diagnosa 2 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 4 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 1 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011
S:
S
Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah
O:
Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
S:
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
O:
O:
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan
A : Masalah belum teratasi
Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444
Tumor otak
Oedema otak
Peningkatan massa otak
Perubahan suplai
Obstruksi cairan cerebrospinal
Hidrosefalus
Darah ke otak
Kompensasi 1.
Vasokontriksi pemb.drh otak
2.
Mempercepat absorpsi Cairan serebrospinalis Gangguan Body
Nekrosis jaringan
Image
Kehilangan fungsi
Gagal
secara akut
Kejang
Kemoterapi
Peningkatan TIK
Nyeri
Kerusakan integritas kulit
Perubahan perfusi jaringan otak
a.
Nyeri kepala
b.
Mual muntah proyektil
c.
Hipertensi
Kurang pengetahuan