MINA PADI Teknologi A lt ern atif Peni Peni ngkatan Pendapatan Pendapatan Petani Petani Padi Sawah Sawah dan Solusi Peme Pemenuh nuh an Permi Permi ntaan/Kebutuhan ntaan/Kebutuhan I kan Ai r Tawar diPropinsi NAD
Oleh : M. Nasir dan Nazariah Pendahuluan
Arah pembangunan pertanian secara umum adalah mewujudkan pertanian yang yang tangguh, maju dan efisien, yang yang dicirikan dengan kemampuan mensejahterakana petani serta mendorong sektor sektor lain secara secara keseluruhan. Strategi pembangunan pertanian bukan hanya meningkatkan produksi, tetapi adopsi penerapan sistem usaha usaha pertanian secara terpadu dan berkelanjutan sehingga petani semakin semakin mampu memanfaatkan peluang berusahatani yang berorientasi pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Salah satu komoditi yang tidak pernah lekang dari peradaban manusia khususnya masyarakat Indonesia adalah padi sawah. Sawah merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis, sampai saat saat ini lahan sawah masih merupakan merupakan tulang punggung produksi padi nasional, yang merupakan pangan pokok utama bagi Indonesia. Meskipun optimasi produktivitas padi terus ditingkatkan dengan penerapan teknologi yang sesuai dengan karakteristik agroekologi setempat, Bila dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh apabila bekerja di sektor industri, pendapatan usahatani pada lahan sawah jauh lebih rendah. Akan tetapi masyarakat tetap tidak bergeming dari usaha produksi padi sawah, kecintaan petani dalam berusahatani padi sawah semata-mata hanya disebabkan oleh kebutuhan mereka akan makan nasi. Oleh sebab itu, kendati bercocok tanam padi sawah lebih sering merugikan petani bila dikaji dari aspek ekonomi akan tetapi petani Indonesia umumnya dan masyarakat Aceh khususnya masih tetap bertanam padi. Menyikapi hal tersebut, dalam upaya meningkatkan nilai guna lahan sawah dan pendapatan petani, maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan mina padi, yaitu pemeliharaan ikan di sawah bersamaan dengan penanaman padi. Mina padi sebenarnya bukan hal baru lagi bagi petani karena melalui program diversifikasi usahatani yang telah diperken alkan beberapa waktu yang lalu, telah dianjurkan untuk melaksanakan usaha budidaya padi dan ikan secara bersamaan pada petak sawah yang sama. Mina padi dapat memberikan keuntungan ganda pada petani, yaitu hasil panen padi sebagai tanaman utama dan panen ikan dengan ukuran tertentu per musim tanam. Pemeliharaan ikan di sawah sangat dianjurkan, karena di sawah terdapat terdapat jasad jasad renik hewani dan nabati yang langsung dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai bahan makanan. Pemupukan padi secara seca ra tidak langsung sangat menguntungkan men guntungkan dalam pemeliharaan ikan, yaitu dengan ban yaknya tumbuh makanan alami yang langsung dapat dimanfaatkan oleh ikan. Begitu pula sebaliknya, kotoran ikan dapat meningkatkan kesuburan tanah dan sisa-sisa sisa-sisa makanan tambahan yang yang diberikan kepada ikan dapat berfungsi sebagai pupuk bagi tanaman padi. Tidak semua sawah dapat dipergunakan untuk memelihara ikan. Syarat utama dalam sistem mina padi adalah cukup tersedianya air. Oleh karena itu sawah tadah hujan atau sawah yang tidak mempunyai sistem pengairan yang baik (irigasi) sulit menerapkan
1
prinsip pemeliharaan ikan secara intensif. Apabila tidak ada lahan sawah yang beririgasi teknis penuh, areal sawah dengan sistem pengairan setengah teknis dan sistem pengairan sederhana masih memungkinkan dilaksanakan pemeliharaan ikan dengan baik.
Potensi
Potensi lahan sawah irigasi yang tersedia di Provinsi NAD mencapai 228,719 ha, terdiri dari irigasi teknis 75.066 ha (32,82 %) irigasi semi teknis 51.026 ha (22,31 %), irigasi sederhana 40.367 ha (17,65 %) dan irigasi desa 62.260 ha (27,22 %) (Distan Provinsi NAD, 2004). Melihat pada potensi diatas, hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan pemeliharaan ikan pada lahan sawah. Karena selain sebagai daerah pengembangan budidaya air payau dan air laut, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk pengembangan budidaya ikan air tawar. Produksi ikan air tawar diperkirakan dapat mencapai 3.000 ton per tahun namun sampai sekarang baru mencapai hasil 1.481,1 ton per tahun. Daerah pengembangannya meliputi ; Kabupaten Bireuen, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Besar dan Aceh Singkil (Annonimous. 1996). Umumnya masyarakat membudidayakan ikan air tawar dengan cara tradisional sehingga hasil yang dapatkannya sedikit, padahal permintaan terhadap ikan air tawar terus meningkat dari waktu ke waktu. Untuk memenuhi permintaan pasar, diperlukan usaha peningkatan produksi. Hal ini dapat ditempuh dengan cara perbaikan teknologi budidaya, dari tradisional ke moderen baik semi intensif atau intensif (Lingga. 1993). Salah satu cara meningkatkan produksi hasil ikan air tawar adalah dengan mengintegrasikannya dengan tanaman padi (mina padi). Dengan sistem ini banyak keuntungan yang dapat diperoleh petani. Karena sistem mina padi secara teknis mudah dilakukan, memberikan hasil tambahan bagi petani, membudidayakan padi secara lebih intensif, pengolahan lahan lebih ringan karena tanah petakan tidak mengeras, pertumbuhan rumput berkurang sehingga tenaga buruh untuk pengolahan tanah sawah berkurang. Beragam jenis ikan dapat dibudidayakan dengan sistem minapadi, salah satunya adalah ikan mas (Cyprinus Carpio L), jenis ikan ini sangat digemari masyarakat karena merupakan sumber protein hewani, selain itu mudah dipelihara dan respon terhadap pakan buatan (Nasir, 1991). Menurut Sumantadinata (1981) kandungan gizi ikan mas lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan segar lainnya. Untuk per 100 gram bahan, ikan mas mengandung: kadar air sebanyak 69,6; energi 116 kalori; protein 25,2 gram; lemak 1,7 gram; karbohidrat 0; mineral 3,6; kalsium 62 mg; fosfor 176 mg; dan besi 0,9 mg. Disamping itu pertumbuhan ikan mas lebih cepat dibandingkan dengan jenis ikan air tawar lainnya, karena ikan mas menyukai segala jenis makanan. Kelebihan lain yang dimiliki ikan mas adalah tidak bersifat kanibal sehingga dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi terutama pada sistem air mengalir.
2
Persyaratan 1. Petakan sawah mempunyai pematang keliling yang kuat, dapat menahan air dan tidak bocor. Lebar pematang 30-50 cm dan tingginya 40-50 cm. 2. Saluran pemasukan dan pengeluaran dilengkapidengan saringan (kawat, bambu dan lainnya). 3. Bentuk parit / caren dan lebarnya disesuaikan dengan luas petakan sawah, yaitu 23 %. Dalam parit adalah 20-30 cm. Berbagai bentuk parit adalah sebagai berikut:
Parit Keliling
Parit Keliling Tengah
Parit Tengah
Parit Keliling Diagonal
Parit Diagonal
Parit Silang
4. Penanaman padi aturannya disesuaikan dengan ketentuan 10 (sepuluh) unsur paket teknologi, yaitu: Pengelolaan tanah meliputi: penggenangan, perbaikan pematang, pembabadan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan permukaan tanah. Tataguna air yang sesuai dengan jumlah dan waktu kebutuhan tanaman dan diatur secara bergiliran. Menggunakan benih berlabel biru dan memilih yang tahan terhadap genangan. Pemupukan berimbang, dimana dosis per hektar adalah UREA (200 kg), TSP (100 kg), KCL (75 kg), dan ZA(100 kg). Pengendalian hama secara terpadu tanpa membahayakan bagi kehidupan ikan. Pengaturan jarak tanam, pada musim hujan adalah 30 x 15 cm dan 22 x 22 cm untuk musim kemarau. Tiap rumpun padi terdiri dari 3 batang. Pengaturan pola tanam bertujuan untuk memotong siklus hidup hama. Pergiliran varietas padi yang ditanam.
3
Panen dan pascapanen yang meliputi waktu panen, cara panen, perontokan, pembersihan, pengeringan dan penyimpanan. Penggunaan pupuk pelengkap cair atau zat pengatur tumbuh.
5. Penanaman ikan. Penebaran ikan dilakukan lebih kurang 4 hari setelah penanaman padi. Padat penebaran ikan adalah : - ukuran (2-3) cm sebanyak 2-3 ekor/m2, - ukuran (3-5) cm sebanyak 1-2 ekor/m2. Pemberian makanan tambahan dapat berupa dedak sebanyak 2-4 kg/ha/hari. 6. Panen Panen dapat dilakukan selektif setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Panen raya dapat dilakukan setelah 3 (tiga) bulan pemeliharaan, dengan perkiraan berat 250 – 300 gram per ekor, atau 3-4 ekor per kilogram. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan seminggu sebelum tanam padi berikutnya agar pengolahan tanah dan penyiangan dapat dilakukan dengan mudah. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Alat yang digunakan waring atau happa, serok, ember, plastik, karet gelang, timbangan dan oksigen.
4