USULAN PENELITIAN
UJI PATOGENESITAS ENTOMOPATOGEN ENTOMOPATOGEN Nomureae Nomureae rileyi TERHADAP ULAT KROP KUBIS(Crocidolomia Crocidolomia binotalis Zell) PADA TANAMAN SAWI( Brassica Brassica juncea .L)
Oleh: MUSA ROMADHON 0506120710
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2010
USULAN PENELITIAN
UJI PATOGENESITAS ENTOMOPATOGEN ENTOMOPATOGEN Nomureae Nomureae rileyi TERHADAP ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia Crocidolomia binotalis Zell) PADA TANAMAN SAWI ( Brassica Brassica juncea .L)
Oleh: MUSA ROMADHON 0506120710
Diajukan S ebagai ebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2010
USULAN PENELITIAN
UJI PATOGENESITAS ENTOMOPATOGEN ENTOMOPATOGEN Nomureae Nomureae rileyi TERHADAP ULAT KROP KUBIS (Crocidolomia Crocidolomia binotalis Zell) PADA TANAMAN SAWI ( Brassica Brassica juncea .L)
Oleh: MUSA ROMADHON 0506120710
Menyetujui:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. DESITA SALBIAH, M.Si NIP. 19611220 1988030 2003
AGUS SUTIKNO, SP.MP NIP. 196808291997021001
Mengetahui : KETUA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
Ir. ARDIAN NIP. 19600809 198703 1 002
i
KATA PENGANTAR
puji syukur kehadirat allah swt atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan judul ³Uji Patogenesitas Entomopatogen Nomureae rileyi Terhadap Ulat Krop Kubis (Crocidolomia (Crocidolomia binotalis zell) pada Tanaman Sawi ( Brassica ( Brassica juncea.L) juncea.L) Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Desita Salbiah,
Msi.Sebagai pembimbing I dan Agus Sutikno, S P, M.Si.Sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya usulan penelitian ini.Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih untuk semua rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam penyelesaian usulan penelitian ini, yang tidak bisa penulis tuliskan satu persatu. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk
kesempurnaan usulan penelitian ini.
ekanbar u, Pekanbaru,
April 2010
Musa Romadhon
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............... ....................... ............... ......... .. ................ ....................... ............... .......... ............... ................. .. i DAFTAR ISI ................ ....................... ............... .......... ............... ....................... ............... ......... .. ................ ....................... ............... ........
ii
....................... ................ .......... ............... ....................... ............... ......... .. ............... ............... DAFTAR LAMPIRAN ...............
iii
I.
II.
III.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.. Belakang......... ............... ................ ............... ....... ............... ....................... ................ .......... .............. ..............
1
1.2. Tujuan Tujuan ................ ....................... ............... .......... ............... ....................... ............... ......... .. ................ ....................... .......... ...
3
1.3. Hipotesis Hipotesis............... ....................... ................ .......... ................ ....................... ............... .......... ............... ....................... ........
3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Hama C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell ................ ....................... ............... .......... ............... ................. ..
4
2.2.Cendawan Entomop Ent omopatogen atogen Nomuraea rileyi ............... ....................... ............... ......... .. ...
7
BAHAN DAN METODE 3.1.Tempat dan Waktu........................ ........ ........................... ..... .........
9
3.2.Bahan dan Alat ....................... ......... .......................... ...... ..............
9
3.3.Metode Penelitian enelitian ............... ....................... ................ .......... ............... ...................... ............... .......... .. .......... ..........
9
3.4. Pelaksanaan Penelitian........................ ........ ........................... ..... ...
11
3.4.1.
Penanaman
Tanaman sawi sebagai makanan C rocidolomia rocidolomia
binotalis Zell ............... ....................... ................ .......... ................ ........................ ............... ......... .....
11
3.4.2.
rocidolomia Pembiakan C rocidolomia
binotalis Zelluntuk perlakuan ....
11
3.4.3.
Pembutan
Medium Cendawan Entomopatogen Entomopatogen N. N. rileyi ....
12
3.4.4.
embuatan Formulasi F ormulasi Cendawan Entomopatogen N. Entomopatogen N. Pembuatan
rileyi
13
3.4.5. Aplikasi Perlakuan erlakuan ................ ........................ ............... ......... ............... ....................... ............. .....
13
3.5. Pengamatan ........................... ..... ......................... ....... ...................
13
3.5.1. Awal Kematian Larva per Hari ........................... ..... ..........
13
3.5.2.
Persentase Mortalitas
Harian Larva (%).......................... ...
14
3.5.3.
Persentase
Mortalitas Larva Kumulatif Kumulatif (%) .......................
14
3.5.4. Lethal Consentration (LC) 50 ml ......................... ....... .......
14
3.5.5. Lethal Time (LT) 50 %/12 jam ................................ .........
15
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Jadwal Penelitian Lampiran 2: Bagan Penelitian di Laboratorium Menurut Rancangan Acak Lengkap
1
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Organisme
pengganggu tanaman hortikultura adalah semua organisme
yang dapat merusak atau menurunkan hasil tanaman pada semua jenis tanaman hortikultura.
Organisme
pengganggu tanaman ini umumnya dibedakan menjadi
gulma, hama dan mikroorganisme patogenik yang menyebabkan penyakit tanaman. Hama pada prinsipnya adalah herbivora yang memangsa tanaman budidaya sehingga menyebabkan penurunan hasil atau mengurangi nilai estetika tanaman tersebut. Tidak semua herbivora tergolong hama, karena tidak semua herbivora memangsa tanaman budidaya. Hama kadangkalamerupakan jenis hama yang pada kondisi normal hanya menimbulkan kerusakan yang tidak serius pada tanaman budidaya, tetapi jika terjadi ledakan populasinya baru akan menyebabkan penurunan secara nyata. Ledakan populasi hama ini dapat terjadi karena keadaan iklim atau kesalahan pengelolaan oleh manusia. Sebagain besar hama tanaman termasuk dalam kelas serangga.
Paling
tidak terdapat 700.000 spesies serangga
dan mungkin mungkin hanya sedikit tanaman yang dapat selamat dari spesies s pesies ± spesies serangga tersebut (Hadi Ariyantoro, 2006) Kendala yang sering dihadapkan oleh petani adalah keberadaan hama yang menyerang tanaman hortikultura pada tanaman sawi yaitu ulat krop kubis (C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell). Trizelia, (2001 ) menyatakan bahwa serangga ini dikenal juga sebagai s ebagai hama yang sangat ra kusdan larva teruta ma memakan daundaun yang masih muda, tetapi juga dapat menyerang daun yang agak tua dan kemudian menuju kebagian titik tumbuh sehingga bagian titik tumbuh habis,
2
akibatnya pembentukan krop akan terhambat atau terhenti. Kerusakan yang ditimbulkannya dapat menurunkan hasil sampai 100%.Tanaman 100%.Tanaman sawi dalam dala m stadia pertumbuhannya sangat rentan terhadap serangan hama, terutama hama ulat perusak daun (Plutella xylostella,
C rocidolomia rocidolomia
binotalis) binotalis)(Surachman E &
Suryanto WA, 2007) . Petani
sawi
dalam
mengendalikan
hamaC .
binotalis
kebanyakan
menggunakan insektisida yang beraneka ragam konsentrasi tinggi serta interval penyemprotan terlalu dekat sehingga dapat menimbulkan efek residu pestisida yang dapat mengurangi harga saing ekspor. Untung (2001) mengemukakan bahwa dampak negatif yang di timbulkan akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana antara lain adalah terjadinya resistensi hama, resurgensi hama sasaran dan residu pestisida. Ameriana, dkk (2000) menyatakan bahwa penggunaan insektisida secara terus menerus akan merusak lingkungan atau agroekosistem. Selain itu kandungan pestisida pada sayuran sangat tinggi sehingga sangat cukup membahayakan bagi para konsumen, karena itu kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran yang bebas dari pestisida. Peraturan pemerintah No 6 tahun 1995 pasal 19 dalam Kasumbogo Untung, 2007 menyatakan bahwa penggunaan pestisida sintetis dalam rangka
pengendalian organism pengganggu tanaman OP O ( PT) merupakan alternative terakhir dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Indiyani dan Gothama (1999) melanjutkan untuk mengatasi hal tersebut telah
dianjurkan untuk menggunakan konsep
Pengendalian
Hama Terpadu ( PHT)
dengan salah satu komponen adalah pengedalian hayati.Selain penggunaan parasitoid dan predator pemanfaatan entomopatogen juga merupakan bagian dari pengendalilan
hayati.
Pengendalian
hama
dengan
virus
dan
bakteri
3
entomopatogenik terbukti efektif, namun demikian patogen lain yang mulai diteliti potensinya dalam pengendalian hama adalah cendawan. Cendawan
cukup
potensial
untuk
mengendalikan
hama,
karena
diperkirakan lebih dari 500 spesies cendawan berasosiasi dengan serangga dan beberapa diantaranya menyebabkan penyakit akut pada serangga. Contohnya Nomurea rileyi (Falow) yang dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama tanaman hotikultura. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul uji patogenesitas cendawan entomopatogen Nomurea rileyi (Falow) terhadap ulat krop kubis ( C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell). 1.2.
Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
kemampuan
beberapa
konsentrasi Nomuraea konsentrasi Nomuraea rileyi untuk mengendalikan ulat krop kubis ( C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell) sebagai komponen agen hayati. 1.3.
Hipotesis Patogenesitas
beberapa konsentrasi cendawan entomopatogen Nomuraea
rileyi menunjukkan kemampuan yang berbeda dalam mengendalikan ulat krop kubis(C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell).
4
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Hama Crocidolomia binotalis. Zell
Sistematika ulat krop kubismenurut Kalshoven (1981) adalah: Filum: Arthropoda; Kelas: Insecta; rocidolomia; C rocidolomia;
Spesies:
C .
Ordo:
Lepidoptera; Famili:
Pyralidae;
Genus:
binotalis Zell.C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell merupakan
hama yang menyerang tanaman dari famili Brassicacea (C ruciferae) ruciferae) seperti kol, sawi, lobak petsai dan radish. Daerah sebaran Australia, Kepulauan
rocidolomia C rocidolomia
Pasifik,
binotalis adalah meliputi Afrika selatan,
Asia Tenggara (Kalshoven, 1981). Sedangkan
menurut Sastrosiswojo (1983) hama ini terdapat di daerah-daerah beriklim tropik seperti
Philipina,
Guam, Australia bagian Utara, Afrika Selatan, Malaysia dan
Indonesia. Asal daerah hama ini tidak diketahui dengan jelas, namun hama ini diketahui telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-20. Sedangkan di Sulawesi Selatan ditemukan di
Polmas,
Tator, Luwu, Barru, Soppeng,
Pangkep,
Bantaeng,
Sinjai, Bone, Bulukumba, Takalar, Jeneponto, Enrekang dan Gowa. C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa dan imago (Suyanto, 1994 ). Sastrosiswojo (1983) mengemukakan bahwa telur serangga ini umumnya
diletakkan berkelompok pada bagian bawah daun sawi.
Pada
awalnya telur
berwarna hijau muda, jernih dan mengkilap namun pada saat akan menetas warna telur berubah menjadi coklat muda dengan bintik hitam ditengahnya ( Suyanto, 1994).
5
Seekor betina dapat meletakkan 11 sampai 18 kelompok telur dan setiap kelompok telur terdapat 30 sampai 80 butir.Jadi selama hidupnya ngengat dapat bertelur sampai 1460 butir (Pracaya, 1992). Diameter telur 2,5 mm x 3 mm sampai 4 mm x 5 mm (Pracaya,1993).Stadia telur berlangsung selama 3 hari, 4 sampai 5 hari (Suyanto, 1994 ). Larva yang baru keluar dari telur yang baru menetas berbentuk selinder, berwarna kuning muda pucat agak transparan dengan kepala berwarna hitam dan kadang-kadang
berwarna
kehijauan.Warna
larva
sangat
bervariasi
tapi
kebanyakan hijau dengan garis dorsal warna coklat muda. Pada bagian dorsal terdapat garis yang berwarna hijau muda pada bagian lateral warna lebih tua dan ada rambut dari kitin berwarna hitam, bagian abdomen berwarna kuning dan ada juga yang berwarna hijau dengan tiga baris warna lebih muda dan dengan garis sisi yang warnanya kuning serta ra mbut hijau (Pracaya, 1991 ). Larva yang menetas berkelompok-kelompok menyerupai tanaman pada bagian bawah daun.Setelah besar larva masuk ke dalam krop dan merusak titik tumbuh atau daun-daun muda yang sedang membentuk.Larva yang baru menetas berwarna hijau kekuningan dengan kepala berwarna coklat, namun setelah ulat tumbuh sempurna warnanya warnanya coklat sampai hijau gelap dengan garisgaris pada tubuhnya ( Sudarmo, 1991 ). Larva terdiri atas 5 instar. Instar I berukuran 1 mm sampai 2 mm, sedangkan larva instar V berukuran 18 mm sa mpai 20 mm. Waktu rata-rata rata-rata setiap instar adalah 2 hari sampai 3 hari (Suyanto, 1994 ). Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik
6
tumbuh.Ulat krop dapat menyerang sejak fase awal pra pembentukan krop (0 ± 49) hari setelah tanam (hst) sampai fase pembentukan krop (49 - 85 hst) (Tarumingkeng R.C, 2007 ) Pupa
berwarna kemerah-merahan, terletak di dalam tanah dan terlindung
oleh kokon yang terbungkus oleh partikel tanah (Suyanto, 1994 ).Panjang pupa berkisar 8,5 ± 10,5 mm, berbentuk selinder, warna hijau muda dan coklat muda. Stadium pupa berlansung selama 9 sampai sa mpai 10 hari. Imago
C rocidolomia rocidolomia
binotalis berupa ngengat kecil, tidak tertarik pada
cahaya dan aktif pada malam hari.Hanya terbang pada siang hari bila ada gangguan (Sastrosiswojo, 1984). Imago berwarna coklat muda, sayap depan berwarna abu-abu dengan bintik-bintik warna kelabu pucat dan sepanjang tepi sayap agak gelap.
Panjang
sayap imago jantan berkisar antara 20 mm sampai 25
mm dan panjang tubuhnya 11 mm sampai 14 mm. Imago betina panjang sayapnya berkisar antara 18-25 mm dan panjang tuuhnya 8 mm sampai 18 mm ( Suyanto, 1994).
Siklus hidup
C rocidolomia rocidolomia
binotalis Zell, berkisar antara 26 sampai 32
hari (Sastrosiswojo, et. Al 1993). Sedangkan menurut Kalshoven (1981) , siklus hidup serangga ini pada ketinggian 250 m dpl yaitu 22 hari sampai 30.Siklus hidup
C rosidolomia rosidolomia
binotalis secara lengkap berkisar 28 hari, hal tersebut
tergantung pada temperature dan kelembaban.Imago
C rodolomia rodolomia
binotalis sangat
banyak ditemukan pada kelembaban yang tinggi dan dataran tinggi pada daerah tropis dengan tingkat kerusakan yang ditimbullkan sangat tinggi. Pada curah hujan tinggi menyebabkan menurunnya populasi larva.Selanjutnya (1984) melaporkan bahwa di Lembang, Jawa Barat populasi larva
Sudarwohadi C rosidolomia rosidolomia
binotalis Zell serta tingkat kerusakan sawi yang paling rendah terjadi pada musim
7
hujan.Jadi
curah
hujan
juga
berpengaruh
terhadap
penekanan
populasi
Nomuraea rileyi diklasifikasikan dalam Golongan: Fungi,
Phylum:
C rocidolomia rocidolomia binotalis.
2.2.Cendawan Entomopatogen Nomuraea Entomopatogen Nomuraea rileyi
Ascomycota, Ascomycota, Kelas: Hyphomycetes,
Ordo:
Moniliales,, Famili: Moniliaceae Moniliales Moniliaceae,,
Genus: Nomuraea, Nomuraea, dan Species: Nomuraea rileyi.(Anonim,2009) Cendawan entomopatogenini entomopatogenini merupakan jamur inperfek yang memiliki reproduksi dan struktur seksual tidak sempurna atau ata u belum diketahui (Mardinus, 2006). Trimurti H. dan Yeherwandi, (2006) mengemukakan bahwa jamur
inperfek ini memiliki banyak species yang bertindak sebagai entomopatogen tanaman dan umumnya memiliki banyak karakteristik sama. Beberapa genus yang penting adalah adalah Beauveria, Metarhizium, Nomuraea dan Paecilomyces Paecilomyces.Untuk .Untuk determinasi genus-genus tersebut berdasarkan struktur konidiofor, warna dan morfologi konidia.Serangga yang terserang Beauveria tubuhnya diselimuti oleh hifa yang berwarna putih sedangkan yang terserang Nomuraea hifa berwarna hijau. Genus Nomuraea memiliki ciri-ciri khusus, yaitu sel-sel pembentuk konidium pendek dengan tangkai konidium kecil dan pendek.Sel-sel pembentuk konidium tersusun secara mengelompok dan padat.Rantai konidium pendek, terdiri dari 1-3 sel, khususnya pada larva Noctuidea. Cendawan Nomuraea Cendawan Nomuraea rileyi paling efektif mengendalikan S. lituradengan lituradengan mortalitas mencapai 100% (Prayogo et al . 2002) namun juga Nomuraea rileyi dilaporkan merupakan salah satu agen hayati yang potensial untuk mengendalikan hama dari ordo Lepidoptera, walaupun juga mampu menginfeksi serangga dari
8
Suparjiyem, 2006). ordo lain (Ignofo 1981; Suryawan dan Carner 1993 dalam Suparjiyem,
Salah
satu
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Mohamed
dkk.
(1978)dalam (1978) dalamSuparjiyem Suparjiyemmelaporkan bahwa aplikasi spora jamur jamur N. rileyi pada
larva Heliothis zea, dalam waktu 1 minggu mengakibatkan mortalitas larva sebesar 71-80%. Trimurti H. dan Yeherwandi, (2006) menyatakan bahwa Nomuraea
rileyi yang ditumbuhkan pada media buatan menghasilkan konidia berwarna hijau, tetapi miselia yang tumbuh terlebih dahulu membentuk konidia berwarna putih. Karena jamur inperfek jamur inperfek dapat ditumbuhkan pada media buatan dan seringkali relatif patogenik, maka jamur ini digunakan dalam pengendalian hayati sebagai insektisida mikroba.Infeksi jamur ini pada tubuh inang dicirikan oleh adanya pertumbuhan hifa yang padat berwarna keputih-putihan yang menutupi seluruh permukaan tubuh inang, biasanya warna berubah menjadi hijau muda atau ungu keabu-abuan sampai ungu sebagai akibat terjadinya sporulasi (Lacey, 1997dalam 1997 dalam Suparjiyem, 2006).
9
III.
BAHAN DAN METODE
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
Fakultas Baru
ini akan dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan
Pertanian
Universitas Riau, kampus Bina Widya Kelurahan Simpang
Panam. Penelitian
ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari Maret
sampai dengan bulanJuni 2010.
3.2.Bahan dan Alat
Bahan yang ya ng akan digunakan di gunakan dalam dala m penelitian ini adalah; ( C rocidolomia rocidolomia binotalis Zell) instar II, tanaman sawijenis ,stater Cendawan Entomopatogen (CEP) Nomuraea rileyi media media beras, beras, dan aquades steril. Sedangkan alat yang digunakan adalah hand sprayer , tabung erlemenyer 1000ml, kotak penetasan
C .
binotalis, binotalis, pinset, kotak plastik atau stoples sebagai
tempat aplikasi cendawan entomopatogen padahamaC . binotalis, binotalis, kain tile atau kain kassa warna hitam, gelas ukur, baskom, kantong plastik tahan panas 1
berukuran /4 kg, panci/dandang, sendok plastik, timbangan, kompor, lampu bunsen, sendok inokulasi, klip, kertas saring, ruang isolasi, Termometer, Hygrometer dan alat-alat tulis.
3.3.Metode Penelitian Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sehingga diperoleh 24 unit percobaan,setiap unit percobaan terdiri dari 10 ekor larva instar II.
10
Konsentrasi Nomuraearileyi dalam mengendalikan hama tanaman sawi adalah 2-3 g/l(Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah) , maka dalam penelitian ini dipakai perlakuan adalah sebagai berikut: k0 : 0 (kontrol) k1 : 1 g/l g/l k2 : 2 g/l g/l k3 : 3 g/l g/l k4 : 4 g/l g/l k5 : 5 g/l g/l Model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut: Yij = + i + ij Dimana : Yij = Nilai tengah pengamatan pengamatan pada satuan percobaan pada perlakuan N. rileyi ke-i ke-i yang mendapatkan ulangan ke- j ke- j µ
= Nilai tengah umum
i
=
Pengaruh
perlakua n ke-i ke- i
ij
=
Pengaruh
galat pada satuan percobaan pada perlakuan N. perlakuan N. rileyi ke-i ke-i
yang mendapatkan mendapat kan ulangan keke- j j Apabila analisis ragam menunjukkan perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT ( Duncan¶s New Multiple Range Test ) pada taraf 5%.
11
3.4.Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Penanaman Tanaman Sawi Sebagai Makanan C. binotalis
Tanaman sawi sebagai bahan pakan
C .
binotalisditanam binotalisditanam sesuai dengan
tekhnik budidaya yang di anjurkan yaitu dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul sedalam 20 cm. Selanjutnya tanah di bersihkan dari gulma, dan tanah di berakan selama 1 minggu, bersamaan dengan itu dilakukan persemaian. Persemaian di lakukan pada bedengan berukuran 1x1 m yang di beri naungan. Setelah bibit sawi berumur tujuh hari, bibit di pindahkan ke bedengan yang telah di persiapkan sebelumnya dan selanjutnya di lakukan pemeliharaan tanaman.
Penanaman
dan pemeliharaan di lakukan ta npa menggunakan pestisida
untuk mengendalikan serangan hama. Daun sawi sebelum di berikan ke
C .
binotalis dicuci dengan dengan air bersih dan dan dikering anginkan.
3.4.2. Pembiakan C. binotalisuntuk binotalisuntuk perlakuan
Hama uji diperoleh dari areal pertanaman sawi Jalan Kartama.Larva dikumpulkan dan dibawake laboratorium, selanjutnya dipelihara di sangkar pemeliharaan.Telur hasil pemeliharaan dipisahkansehingga diperoleh larva uji yang homogen. Larva yangdigunakan dalam penelitian sejumlah 10 larva instar II tiap perlakuan.
3.4.3. Pembuatan Medium Cendawan Entomopatogen N. Entomopatogen N. rileyi
Cendawan entomopatogen N. rileyi yang akan digunakan di peroleh dari Badan
Proteksi
Tanaman
Pangan
dan Hortikultura
Pekanbaru
yang berasal dari
lokal Riau yang diperoleh dari ulat grayak yang terinfeksi di tanaman padi di daerah Kabupaten Kuantan Sengingi. S engingi.
12
Perbanyakan
N. rileyi menggunakan medium beraskarena menurut
Damardjati, 1998 dalamSuparjiyem, dalamSuparjiyem, dkk (2006) beras merupakan media yang
mampu menumbuhkan cendawan entomopatogen N. rileyidenganbaik denganbaik , beras memiliki nutrisi yang lebih baik dari pada jagung dan dedak dengan kandungan karbohidrat sebesar 86,09% dibandingkan dengan jagung yang hanya 82.87%, disamping itu beras juga mengandung protein, vitamin, dan mineral. Medium beras yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan media dicuci bersih kemudian ditiriskan dan direbus hingga 1/3 masak. Beras yang telah masak di masukkan kedalam kantong plastik berukuran 1/4 kg
dan dikemas
sebanyak 100gr. Setelah itu dikukus hingga 3/4 masak selama 10 sampai 15 menit. Kemudian medium beras yang telah dikemas selanjutnya disterilkan dengan cara dikukus selama 15 menit, kemudian di angkat dan dibiarkan sampai dingin. Selanjutnya entkas disemprot dengan alkohol 70% secukupnya dan dibiarkan selama10-20 menit. Inokulasi isolat N. rileyikedalam rileyikedalam medium tersebut yang steril dilakukan didalam entkas secara aseptik. Setelah dilakukan inokulasi, plastik tempat medium beras dilipat dengan posisi vertikal terhadap dasar kantong plastik dan di hekter kemudian guncang, dimaksudkan agar cendawan tercampur rata. Setelah itu medium beras di inkubasi pada rak-rak dengan suhu kamar.
13
3.4.4. Pembuatan Formulasi Cendawan Entomopatogen N. Entomopatogen N. rileyi
Cendawan entomopatogen dari hasil perbanyakan perbanyakan dan yang telah berumur berumur 2 minggu setelah masa inkubasi pada medium beras telah dapat digunakan. Cendawan Cendawan N. rileyi yang diambil sesuai dengan konsentrasi perlakuan yaitu 1gr, 2g, 3g, 4g dan 5g di campur dengan air sebanyak 1000 ml kemudian diaduk selama 1 menit setelah itu disaring, ditambahkan sedikit gula (sebagai bahan perekat cendawan) dan dimasukkan kedalam hands sprayer . Selanjutnya cendawan siap diaplikasikan pada larva uji.
3.4.5. Aplikasi Perlakuan
Dilakukan Larva
C .
binotalisinstar binotalisinstar II, larva dimasukkan sebanyak 10 ekor
per perlakuan dalam stoples bersih, dan diberi daun sawi segar non pestisida sebagai pakan dari larva, kemudian disemprot dengan larutan N. rileyi sesuai perlakuan. Daun sawi diganti setiap hari dengan daun sawi yang segar non pestisida. Saat aplikasi perlakuan, perlakuan, Hands sprayer sering dikocok agar larutan tidak mengendap.
3.5.Pengamatan 3.5.1. Awal Kematian Larva/Hari Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah hari yang dibutuhkan
untuk mematikan paling awal salah satu larva uji. Penghitungan dimulai pada hari setelah pemberian perlakuan (aplikasi N. (aplikasi N. rileyi) rileyi ) sampai kematian larva uji.
14
3.5.2. Persentase Mortalitas Harian Larva (%) Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah larva yang mati setiap
hari setelah diberi perlakuan.
Persentase
mortalitas harian larva dihitung dengan
formula: M=
X-Y X
v
100 0 0
M = Persentase mortalitas harian larva X = Jumlah larva yang di uji Y = Jumlah larva uji yang masih hidup 3.5.3. Persentase Mortalitas Larva Kumulatif (%) Pengamatan
dilakukan dengan menghitung semua jenis larva uji yang mati
setiap hari secara kumulatif dengan for mula: mula: P P
=
= Persentase mortalitas larva kumulatif
N = Pertambahan larva uji yang mati secara kumulatif n = Jumlah awal larva uji (10 ekor) 3.5.4.
Lethal Consentration
Pengamatan
(LC) 50 ml
dilakukan
dengan
menghitung
konsentrasi
cendawan
entomopatogen, entomopatogen, berapa yang ya ng dapat mematikan 50% larva uji. Pengamatan dihitung pada hari ke dua, empat, enam, delapan, sepuluh, dan dua belas setelah pemberian perlakuan.(Prayogo dan Tengkano, 2005).
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Sawi Hijau. Hijau. http://id.wikipedia.org/wiki/SawiHijau. Diakses Pada Tanggal 26 Desember 2007. Anonim.
2009. http://www.knowledgebank http://www.kno wledgebank.irri.org/Beneficials/default.h .irri.org/Beneficials/default.htm# tm# Nomuraea_r Nomuraea_r ileyi.htm diakses pada tanggal ta nggal 25 Agustus 2009
Atom. 2009. Karakteristik Ulat Titik Tumbuh pada Tanaman Sawi ( C rocidolomia rocidolomia binotalis). binotalis). http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/kumbang-phyllotretacrucipirae.html.. diakses taggal 17 Februari 2010 crucipirae.html Balai
Proteksi
Tanaman Perkebunan, 2007. Pengembangan Agens Hayati di Tingkat Petani. Petani. Jawa Barat
Fuadi
indra, 1999. Kumpulan Makalah Pelatihan Pengembangan dan Pemasyarakatan Agens Hayati. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura II Wilayah Sumbar, Riau dan Jambi Satuan Propinsi Riau: Pekanbaru.
Habazar Trimurti dan Yaherwandi, 2006. Pengendalian Hayati Hama dan Penyakit Tumbuhan. Tumbuhan. Padang :AndalanUniversity Press. Herminanto, 1995.Hama Ulat krop kubis Kubis Plutella xylostella L. dan Upaya Pengendaliannya.http://plantprot.blo engendaliannya.http://plantprot.blogspot.com/200 gspot.com/2009_05_ 9_05_01_archive.html/ 01_archive.html/ Diakses 25 Agustus 2009 Indrayani, IGAA dan Gothama, A.AA,1997. Pengaruh Konsentrasi Konidia Nomuraea rileyi (Farlow) Sampson Terhadap Mortalitas Larva Helicoverpa armigera (Hubner) (Hubner) .Hal. 159-164. 159-164.Prosiding Seminar Nasional ³Tantangan Entomologi Pada Abad XII´ : Bogor Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of crops in Indonesia . Revised and translated by P.A. van der Laan, Univ. of Amsterdam with the assistance of G.H.L. Rothschild, Jakarta: P. T. Ichtiar Baru - van Hoeve, 701 p. Kusnadi dan Sanjaya, Y. 2003. Pengujian efektifitas Starter Jamur Beauveria bassiana Terhadap Mortalitas Hypothenemus hampei.Jurnal hampei .Jurnal perlindungan Tanaman Indonesia, Vol.9, No.2, 2003; 87-91. Lubis lahmuddin, 2004. Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Kubis ( Brassica Brassica oleracca) oleracca) dan Kentang (Solanum ( Solanum tuberosum ).USU digital library : Medan Mardinus, 2006.Jamur 2006 .Jamur Pathogen Tumbuhan .Padang :AndalanUniversity Press.
16
Metusala, D. 2007. Bioinsektisida, Pengendali Hama Yang Ramah Lingkungan .http://www.distan.pemda-diy.go.id/index.php?option=conten &task=view&id=92&itemid=2. Di akses pada tanggal 21 Mei 2007. 2007. Mohammed, A.K.A., P.P Sikorowski and J.V.Bell. 1978. Histopahotlogy of Nomuraea rileyi in Larvae of Heliothis Zea and In Intro Enzymatic Activity.j, Invertebr. Pathol, 31 : 345-352. 345- 352. Nazar Amrizal, 1997. 1997. Pengaruh Tingkat Umur Biakan Jamur Nomuraea rieyi Terhadap Kematian Dasynus piperis C hina hina Pada Tanaman Lada. Lada . Prosiding.Hal. 87-90. Seminar Nasional ³Tantangan Entomologi Pada Abad XII´ :Bogor. Pracaya.
1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.
Pracaya.
1992. Hama dan penyakit Tanaman Jakarta
tkan C tkan
ke 3.
Penebar
Swadaya,
Pracaya. 1993. Hama 1993. Hama
dan penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Depok.
Pracaya.,2007. Hama racaya.,2007. Hama
dan penyakit Tanaman. Tanaman . Salatiga: Penebar Swadaya
Prayogo
Y., W. Tengkano dan Marwoto. 2005. Prospek C endawan endawan Entomopatogen Metharizium anisopliae untuk Mengendaliakan Ulat Grayak Spodoptera litura Pada Kedelai .Jurnal Litbang Pertanian, 24 (1).19-26.http:www.pustaka_deptan.go (1).19-26.http:www.pustaka_deptan.go.id/publication/p23 .id/publication/p2341053 41053.pdf. .pdf. Di akses pada tanggal tangga l 22 November 2006.
Prayogo
Y. 2006. Upaya Mempertahankan Keefektifan C endawan endawan entomopatogen Untuk mengendalikan Hama tanaman Panga n.Jurnal Litbang Pertanian.25 (2).47-54.http://www.pustaka deptan.go.id/publication/p3252062.pdf. Di akses pada tanggal ta nggal 02 02 September 2009.
Rukmana, R. 1994. Bertanam 1994. Bertanam Petsai dan Sawi .Kanisius. Yogyakarta. Rukmana, R. dan S. Saputra. 1997. Hama Tanaman dan Tekhnik Pengendalian. Pengendalian. Kanisius.Yogyakarta. Sastrodihardjo, S. 1984. Diamondback Moth in Indonesia. Institut Teknologi Bandung, Bandung. . Institut Teknologi Sastrodihardjo. 1984. Pengantar Entomologi Terapan Bandung, Bandung.
Sudarmo. 1991. Pengendalian Palawija.Kanisius.Yogyakarta. Palawija.Kanisius.Yogyakarta.
Serangan
Hama
Sayuran
dan
Sudarmo, Hamdani dan D. Prijono. 1999. Keefektifan ekstrak sederhana Aglaia odorata terhadap ulat krop kubis (C rocidolomia rocidolomia binotalis). binotalis).Prosiding
17
Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati.Pusat dan Pengembangan Tanaman Perkebunan
Penelitian
Sudarwohadi S. 1984. Correlation between planting time of cabbage and population dynamics of Plutella maculipennis Curt.andC rocidolomia rocidolomia binotalis Zell. Bull. Penel.Hort. ,3, 3-14 (in Indonesian with English Summary). Suparjiyem, dkk. 2006. Patogenesitas Jamur Nomuraea rileyi Terhadap Spodoptera litura. Sekolah Pascasarjana Agrosains: Bandung. Surachman E dan Suryanto WA, 2007. Hama Hama Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Perkebunan erkebunan Masalah dan Solusinya, Kanisius. Yogyakarta Suyanto, A. 1994. Hama 1994. Hama Sayur dan Buah, Seri PHT . PHT .Penebar enebar Swadaya. Jakarta. Tarumingkeng R.C, 2007.Serangga dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor: Bogor. http://pertanian.blogsome.com/category/hama-penyakit/. diakses tanggal 04 april 2010 Trizelia, 2001.Makalah Pemanfaatan Bacillus thuringiensis Untuk Pengendalian Hama C rocidolomia rocidolomia binotalis. binotalis. IPB: Bogor. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/03112/trizelia.htm Untung Kasumbogo, 2007. Kebijakan Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Winarto Loso dan Darmawati Nazir, 2004.Teknologi 2004.Teknologi Pengendalian Pengendalian Hama Plutella xylostella Dengan Insektisida dan Agen Hayati Pada Kubis di Kabupaten Karo. Karo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara: Medan
18
Lampiran 1: Jadwal Penelitian No
1 2
3
4
Kegiatan Persiapan
bahan dan alat Dilapangan y
Persiapan
lahan
y
Persemaian
y
Penyapihan
y
Pemeliharaan
y
O bservasi
Di laboratorium y
Penghitungan
lalat
y
embiakan P.xilostella Pembiakan P.xilostella
y
Pembuatan
medium beras
y
Pembuatan
fomulasi CEP
y
Aplikasi perlakuan
Pengamatan Penyusunan
dan pengolahan data Penulisan enulisan laporan
Bulan 1 1 2 3 4
Bulan 2 1 2 3 4
Bulan 3 1 2 3 4
19
Lampiran 2.Bagan Penelitian di Laboratorium Menurut Rancangan Acak Lengkap
P01
P11
P23
P54
P41
P22
P33
P04
P42
P21
P43
P14
P31
P44
P41
P24
P52
P12
P32
P14
P01
P53
P51
P34
Keterangan : P0 = Tanpa Perlakuan (kontrol) P1 = konsentrasi CE P 15gr/lt P2 = konsentrasi CE P 20gr/lt P3 = konsentrasi CE P 25gr/lt P4 = konsentrasi CE P 30gr/lt P5 = konsentrasi CE P 35gr/lt 1,2,3,4 = Ulangan