KUNCI SUKSES BERSAMA AL- QUR’AN
Dosen: Dr. H. Syar’i Sumin Oleh:
1. Suci Windi Dewani (1710323011) 2. Lativa Tara (1710321016) 3. Rezi Monica (1710321005) 4. Sisi Ananda Putri (1710322002) 5. Suli Sri Rezeki (1710321001) 6. Nabila Triputri Adelya Adelya (1710321006) 7. Nia Nurhasanah (1710321013) 8. Yuni Arifa (1710322017) 9. Denada Titia Naldi (1710322010) 10. Hasmi Fadhila (1710321003)
Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2017 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunia-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan
ses Bersama Alqur’an makalah Pendidikan Agama dengan judul Kunci Suk ses yang insyaallah tepat pada waktunya. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dosen Dr. H. Syar’i Sumin. Mata kuliah Pendidikan Agama, yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu,
penulis
mengharapkan
kritik
dan
saran
pembaca
demi
kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Padang, 21 Agustus 2017
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................. i Daftar Isi ...................................................................................................,, ii BAB I : Pembahasan ..................................................................................... 1 1. Imtahta’a ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,... 1 a. Imani (Beriman) ........................................................................ 1 b. Milkun {Memiliki) .................................................................... 2 c. Ta’allum (Pelajari) ..................................................................... 2 d. Hifzun (Pelihara) ........................................................................ 4 e. Takrim (Ajarkan Al-Qur’an) ....................................................... 6 f. ‘amalun (diamalkan) ................................................................. 8 2. ‘itkunamaarin ................................................................................. 10 a. ‘ilmun (ilmu) ............................................................................ 10 b. Tajwid ................................................................................. ..................................................................................... .... 14 c. Qiraat ..................................................................................., ... 18 d. Nagham ..................................................................................... ..................................................................................... 21 e. Makna ........................................................................................ 22 f. Adab ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 27 g. Riyadhah ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,.... 30 BAB II : Kesimpulan.................................................................................... 31 Daftar Pustaka ............................................................................................. 32
3
BAB I PEMBAHASAN Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril. Dan
sebagai
Wahyu
pertama
yang
diterima
RasulullahSAW,
sebagaimana terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya. Al-Qu r’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak hanya untuk memperkuat kerasulannya dan sebagai kemukjizatannya yang abadi, telah diturunkannya itu mempunyai fungsi dan tujuan bagi umat manusia. Menurut seorang ulama muslim, Mahmud Yunus, Kunci Sukses bersama Al-Qur’an yaitu Imtahta’a dan ‘ itkunamaarin yg merupakan sebuah akronim dengan penjabaran sebagai berikut :
1. Imtahta’a a. I mani (Beriman) Makna iman yaitu meyakini, membenarkan dengan perkataan, perbuatan dan hati. Dengan demikian, ketika kita mengatakan kita beriman kepada Al-
Qur’an, kita mengakui bahwa hanya Al -Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah SWT yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Membenarkan dengan hati dan melaksanakan itu, mengambil dengan sekuatnya apa yang ada dalam Al-Quran. Ada beberapa hal yang harus kita ketahui dalam rangka Al Imanu Fil-
Qur’an, yaitu : 4
1. Kita mengakui bahwa hanya Al-Qur’an yang satu -satunya bisa memberi kita kebahagiaan, tidak ada yang bisa menyamai Al-Qur’an, dan tidak ada pedoman hidup yang lain selain Al-Qur’an. Hanya Al-Qur’an yang bisa menyelamatkan kita dan keluarga kita. 2. Meyakini bahwa Al-Qur’an sebagai Nuur, yaitu cahaya. 3. Kita mengimani bahwa Al-Qur’an ini adalah petunjuk, menuju surga. Barang siapa yang mencari petunjuk selain Al-Qur’an maka ia akan sesat. 4. Kita menyakini bahwa Al-Qur’an adalah sebagai pengingat/peringatan. 5. Kita meyakini Al-Qur’an ini sebagai pemberi syafa’at.
b. Milkun (Memiliki) “Kepemilikan” sebenarnya berasal dari bahasa Arab dari akar kata “malaka” yang artinya memiliki. Dalam bahasa Arab “milk” berarti kepenguasaan orang terhadap sesuatu (barang atau harta) dan barang tersebut dalam genggamannya baik secara riil maupun secara hukum. Dimensi kepenguasaan ini direfleksikan dalam bentuk bahwa orang yang memiliki sesuatu barang berarti mempunyai kekuasaan terhadap barang tersebut sehingga ia dapat mempergunakannya menurut kehendaknya dan tidak ada orang lain, baik itu secara individual maupun kelembagaan, yang dapat menghalang-halanginya dari memanfaatkan barang yang dimilikinya itu. Sebagai seorang muslim kita harus memiliki kitab suci Al- qur’an, karena merupakan pedoman hidup bagi kita semua. Kesuksesan seseorang dapat dicapai dengan setiap keputusan yg diambil. Keputusan yg terbaik dilandasi dengan Al-quran.
c. Ta’allum (Pelajari) Belajar (dalam bahasa Arab : At-Ta’allum), menurut Sunaryo dalam bukunya Strategi Belajar-Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu 5
perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tingkah laku tersebut adalah tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup atau dalam arti kata lain adalah sukses. Jadi, mempelajari al-quran adalah kegiatan seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan berdasarkan apa yang terkandung di dalam al-quran. Tujuan mempelajari al-quran: Mempelajari dan memahami al-Qur’an adalah kewajiban setiap muslim. Allah memberikan akal dan fikiran kepada manusia yang tujuannya semata-mata agar manusia memikirkan apa-apa yang telah Allah turunkan semua yang ada di alam semesta. Dengan mempelajari al-Qur’an hidup manusia akan teratur, karena al-Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk dan aturan supaya manusia terarah jalannya. Terarahnya jalan kehidupan manusia dengan al quran, maka manusia itu dapat meraih kesuksesan.
“Dan sungguh telah kami mudahkan al-Qur’an (itu) untuk menjadi pelajaran (dipelajari), maka adakah orang yang akan mengambil
pelajaran?”. (QS. al-Qamar: 22) Cara mempelajari al-quran: -
Membaca al-quran Ayat Al Quran yang pertama kali diturunkan adalah QS Al Alaq ayat 1-5 yang memiliki arti sebagai berikut: 1. "Bacalah! Dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan." 2. "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah." 3. "Bacalah! Dan Tuhanmu lah yang Maha Pemurah." 6
4. "Yang mengajar manusia dengan (perantaraan) qalam (pena)." 5. "Mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahuinya." Dari ayat tersebut dapat kita ketahui mengapa Allah SWT menurunkan ayat tentang perintah membaca sebagai wahyu pertama. Yaitu, karena membaca merupakan landasan keilmuan bagi umat manusia. -
Menghafal al-quran Dengan menghafal al-quran, maka mempermudahkan kita untuk bisa memahami makna yang terkandung dalam al-quran.
-
Memahami makna al-quran dengan tafsir al-quran Tafsir Alquran (Arab:
) adalah ilmu pengetahuan untuk
memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Alquran dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Alquran, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di pahami dan samar artinya. Dalam memahami dan menafsirkan Alquran diperlukan bukan hanya pengetahuan bahasa Arab, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang menyangkut Alquran dan isinya. -
Mengamalkan al-quran Setelah kita mempelajari al-quran alangkah baiknya kita mengamalkan apa saja yang telah kita pelajari agar hidup kita lebih berarti.
d. H ifzun (Pelihara) Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri atas dua kata yaitu pemeliharaan dan Al -
Qur’an. Pemeliharaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pembuatan, penjagaan dan perawatan. Sedangkan Al-Qur’an adalah : Kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami,
7
dan diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup umat manusia. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa yang dimaksud pemeliharaan Al-
Qur’an Adalah proses pengumpulan, penulisan dan pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga menjadi sebuah kitab seperti yang kita baca sekarang. Dasar pemeliharaan al-Qur’an : Sejak awal diturunkannya Empat belas abad yang lalu Sampai masa modern saat ini Al-Qur’an senantiasa terjaga kemurnian dan kesuciannya. Karena Al-Qur’an satu-satunya kitab yang dijaga oleh Allah keotentikannya, sebagiamana firman Allah SWT., dalam Q.S. Al-Hijr (15) Terjemahannya :
“Sesungguhnya kami telah menurunkan peringatan (Al-Qur’an) dan sesungguhnya kamilah yang memeliharanya.” Demikianlah Allah SWT., menjamin keaslian Al-Qur’an, jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh mahluk-mahluk-Nya, terutama oleh manusia. Pemeliharaan al-Qur’an, yang dimulai dengan penghafalan oleh para sahabat di zaman Rasulullah saw., pengumpulan berupa mushaf pada masa Khalifah Abu Bakar dan penulisannya pada masa Usman bin Affan manfaatnya telah dirasakan di masa sekarang ini, yaitu terpeliharanya keaslian dan keotentikan redaksi al-Qur’an. Sekiranya ayat -ayat Al-Qur’an sampai kini masih diatas pelepah tamar atau yang lainnya, maka sudah barang tentu pelepah tamar tersebut lama kelamaan akan lapuk dan hancur bercerai berai. Demikian pula yang dihafal oleh para sahabat akan hilang seiring dengan wafatnya banyak sahabat yang hafal al-Qur’an di medan perang.
8
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil oleh umat manusia dengan terpeliranya al-Qur’an yaitu : 1.Al-Qur’an menjadi satu-satunya kitab suci yang sama sekali redaksinya tidak pernah mengalami perubahan. Apa yang dibaca dari isi Al-Qur’an sekarang adalah sama dengan apa yang dibaca oleh para sahabat empat belas abad yang lalu. 2. Terpeliharanya keotentikan Al-Qur’an menjadikannya sebagai sumber pertama ajaran Islam, ia berisi nilai-nilai ajaran yang bersifat global, unversal, dan mendalam karena itu perlu penjelasan lebih lanjut. Di sinilah pentingnya peranan tafsir guna menjelaskan lebih lanjut mengenai apa yang dimaksud Al-
Qur’an. 3. Al-Qur’an menjadi al -furqan yang berarti pembeda. Dengan membaca dan memahami al-Qur’an, orang dapat membedakan dan memisahkan antara yang hak dan yang batil. Selain itu al-Qur’an juga menjadi az -zikra, yaitu peringatan yang mengingatkan manusia akan posisinya sebagai mahluk Allah yang memiliki tanggung jawab. 4.Terpeliharanya keotentikan dan keaslian redaksi Al-Qur’an, menjadikannya sebagai sumber ilmu pengetahuan. Di dalamnya terdapat berbagai petunjuk yang tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetauan. Isyarat-isyarat ilmiah al-Qur’an ternyata dapat dibuktikan kebenarannya oleh ilmuan di abad modern saat ini.
e.
Takrim (Ajarkan Al- Qur’an)
Manusia yang terbaik dalam islam adalah dia yang selalu belajar dan mengajar Al-Qur’an kepada manusia lainnya. Rasulallah saw. Bersabda: “Manusia terbaik diantara kalian adalah yang mempelajari Al- Qur’an dan mengajarkannya.” (HR.Bukhari). 9
Masih dalam hadits riwayat Bukhari dari Utsman Bin Affan ra, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi saw Bersabda: “Sesungguhnys
orang yang paling utama diantara kalian adalah yang belajar Al- Qur’an dan mengajarkannya.”
Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik diantara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur’an dan mengajarkan Al -Qur’an. Tentu, baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik disini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al- Qur’an itu sendiri. Al-Qur’an adalah kalam Allah, firman -firmannya yang diturunkan kepada Nabinya melalui perantara malaikat jibril as. Al- Qur’an adalah sumber pertama dan acuan uatma dalam ajaran islam. Karena keutamaan yang tinggi inialah, yang membuat Abu Abdirrohman As-Sulami salah seorang yang meriwayatkan hadits ini selalu belajar dan mengajarkan Al- Qur’an sejak jaman Utsman Bin Affan ra. Hingga masa Al-Hajjaj Bin Yusuf Ats-tsaqofi. Hadis ini menunjukan akan keutamaan AlQur’an. Suatu ketika Sufyan Tsauri ditannya, manakah yang engkau cintai orang
yang berperang atau yang membaca Al- Qur’an? Ia berkata yang membaca Al Qur’an, karena Rasulallah Saw. Bersabda: “Sebaik -baik kalian adalah orang yang
belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.” Imam Abu Abdurrohman As-Sulami Tetap mengajarkan Al-Qur’an selama 40 tahun di mesjid agung kuffah di sebabkan karena ia telah mendengar Hadits ini, selalu berkata: “inilah yang mendudukan aku di kursi ini.”
Al-Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Qur’an berkata, maksud dari sabda Rasulallah saw “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al- Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain” adalah, bahwa ini sifat -sifat orang mukmin yang
mengikuti dan meneladani para Rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan menyemppurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain. Dari Abdullah Bin Mas’ud ra., ia berkata: Rasulallah saw bersabda kepada ku:
bacakan Al-Qur’an kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasullah, Aku harus
10
membacakan Al-Qur’an kepada baginda, sedangkan kepada Bagindalah Al -Qur’an diturunkan? Rasulallah saw bersabda:Sesungguhnya aku senang bila mendengar dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa, ketika sampai pada ayat yang artinya: “Maka bagaimanakah halnya orang kafir nanti, jika kami
mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu dan ketika aku angkat kepalaku aku melihat beliau bercucuran air mata. Adapaun maksud dari mengajarkan Al- Qur’an yaitu mengajari orang lain cara membaca Al-Qur’an yang benar berdasarkan Hukum Tajwid. Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur’an lebih utama. Bahkan ketika Sufyan Atsauri ditanya mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah dan mengajarkan Al- Qur’an dia mengatakan bahwa mengajarkan Al- Qur’an lebih utama. Ats -Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini. Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al- Qur’an sebaik -baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca Al- Qur’an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah di pelajarinya. Dan dari Hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur’an harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar membaca Al- Qur’an sebelumnya. Sebab orang yang belum pernah belajar Al- Qur’an tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain maka apa yang di ajarkannya akan banyak kesalahan. Karena dia mengajarkan sesuatu yang tidak dia kuasai ilmunya.
f. ‘amalun (diamalkan) Syari’at Islam sebagai ajaran bagi manusia telah lengkap (QS. Al-Maidah : 3). Tidak ada kekurangan di dalamnya dari sisi manapun. Tidak ada satu masalah pun yang tidak diterangkan, termasuk bagaimana cara
11
mangamalkannya dalam setiap kondisi. Oleh karena itu, barang siapa yang mencari keridhaan pada selain syariat Islam berarti dia menganggap Allah mempunyai kelemahan dan kekurangan.
Kelengkapan syari’at dituangkan dalam kitabullah dan disebut dengan hablullah. Sebagaimana disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ali radhiyallahu ‘anhu., sabdanya: “Sesungguhnya Al -Qur’an itu adalah tali Allah yang kuat. Ia adalahcahaya yang terang. Ia adalah penuntun kepada jalan yang lurus.” (HR. Tirmidzi no. 2831). Bagaimana cara mengamalkan Al-Qur’an juga telah ditentukan dengan jelas oleh Allah: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah (seraya) berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhmusuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena ni’mat Allah menjadilah kamu orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran: 103). Cara mengamalkan Al-Qur’an pada ayat di atas diungkapkan dengan lafadz “jami’an”, artinya berjama’ah, bersama-sama, bersatu padu. Berdasarkan tinjauan bahasa, Az-Zujaj berkata: “Kalimat “jami’an” dibaca nashob karena menjadi “hal” atau cara bagaimana ber-hablullah“. (Tafsir Zaadul Masir: 1/433). Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menyebutkan
12
bahwa yang dimaksud “jami’an” adalah “Al-Jama’ah” (Tafsir Al-
Qurtuby:3/159, Tafsir Jami’atul Bayan: 4/21). Ibnu Katsir berkata, bahwa maksud ayat di atas adalah Allah memerintahkan mereka dengan berjama’ah dan melarang dengan berfirqah firqah (Tafsir Ibnu Katsir: 1/389). Jadi “jami’an” adalah cara bagaimana Muslimin seharusnya berpegang teguh kepada tali Allah, yaitu dengan berjama’ah. Berjama’ah yaitu adanya seorang imam (satu pemimpin sentral) dan adanya ma’mum yang menta’ati
dan mengikuti imam tersebut. Adalah salah kaprah jika berjama’ah itu hanya satu paham ahli sunnah dengan berbeda imam (pemimpin) tanpa adanya satu pimpinan sentral. Syeikh Yusuf Qaradhawi menyebutkan, paling tidak ada 2 hal yang harus ditempuh agar kita dapat mengamalkan Al Qur’an dengan baik dan benar. -
Pertama, kita harus memulainya dengan mengimani Al Qur’an dahulu secara kaffah, menyeluruh, totalitas, tanpa tawar-menawar.
-
Kedua, yaitu dengan memberikan perhatian kita kepada apa-apa
yang ada atau yang diperhatikan oleh Al Qur’an.
2. ‘itkunamaarin a. ‘ i lmun (ilmu) Kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “Ulum” dan “Al -Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jamak dari kata “ilmu” yang berarti ilmu -ilmu. Kata ulum yang disandarkan pada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa il mu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap
petunjuk yang terkandung di dalamnya. Jadi Ulumul qur’an adalah ilmu yang 13
membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-qur’an, baik dari aspek keberadaannya sebagai pedoman dan petujuk bagi manusia atau ilmu-ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek. Ilmu-Ilmu Yang Diperlukan Untuk Memahami Al-Qur’an 1. Ilmu Mawathin al-Nuzul. Yaitu ilmu yang menerangkan tempat-tempat turunnya ayat, masanya, awal dan akhirnya. Kitab yang membahas ilmu ini banyak. (Diantaranya ialah al-Itqan, tulisan al-Suyuthi) 2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul. Yaitu ilmu yang menerangkan dan menjelaskan masa turun a yat dan tertib turunnya, satu demi satu, dari awal turun hingga akhirnya, dan tertib turun surat dengan sempurna. 3. Ilmu Asbab al-Nuzul. Yaitu ilmu yang menerangkan sebab-sebab turun ayat. (Diantara kitab yang menjelaskan hal ini ialah Lubab al-Nazul karangan al-Suyuthi) 4. Ilmu Qira'at. Yaitu ilmu yang menerangkan rupa-rupa Qira'at (bacaan al-Qur'an yang diterima dari Rasulullah SAW). (Seindah-indah kitab untuk mempelajari ilmu ini ialah kitab al-Nasyr Fi Qira'at al-Asyr, tulisan Ibnu Jazary) 5. Ilmu Tajwid. Ilmu yang menerangkan cara membaca al-Qur'an, tempat mulai dan pemberhentiannya, dan lain-lain yang berhubungan dengan itu. 6. Ilmu Gharib al-Qur'an. Ilmu yang menerangkan makna kata-kata yang ganjil yang tidak terdapat dalam kitab-kitab biasa, atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang halus, tinggi, dan pelik. 14
7. Ilmu I'rabil Qur'an. Ilmu yang menerangkan baris al-Qur'an dan kedudukan lafal dalam ta'bir (susunan kalimat). Di antara kitab yang memenuhi kebutuhan dalam membahas ilmu ini ialah Imla al-Rahman, karangan Abdul Baqa al-Ukbary. 8. Ilmu Wujuh wa al-Nazhair. Yaitu ilmu yang menerangkan kata-kata al-Qur'an yang ban yak arti; menerangkan makna yang dimaksud pada satu-satu tempat. (Ilmu ini dapat mempelajari dalam kitab Mu'tarak alAqran, karangan alSuyuthi) 9. Ilmu Ma'rifat al-Muhkam wa al-Mutasyabih. Ilmu yang menyatakan ayat-ayat yang dipandang muhkam dan ayatayat yang dianggap mutasyabih. (Salah satu kitab mengenai illmu ini ialah al-Manzhumah al-Sakhawiyah, susunan Imam al-Sakhawy) 10. Ilmu Al-Nasikh wa Al-Mansukh. Yaitu ilmu yang menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh oleh sebagian mufassir. (Untuk mempelajari ilmu ini dapat dibaca kitab al Nasikh wa al-Mansukh, susunan Abu Ja'far al-Nahhas dan al-Itqan karangan al-Suyuthi) 11. Ilmu Bada'i Al-Qur'an. Ilmu yang membahas keindahan-keindahan Al-Qur'an. Ilmu ini menerangkan kesusasteraan Al-Qur'an, kepelikan-kepelikan dan ketinggian-ketinggian balaghah-nya. (Untuk ini dapat juga dibaca kitab al-Itqan karangan al-Suyuthi) 12. Ilmu I'dazAal-Qur'an. Yaitu ilmu yang menerangkan kekuatan susunan tutur al- Qur'an, sehingga ia dipandang sebagai mukjizat, dapat melemahkan segala ahli
bahasa Arab. (Kitab yang memenuhi keperluan ini ialah I’jaz alQur'an, karangan al-Baqillany)
15
13. Ilmu Tanasub Ayat al-Qur'an. Ilmu yang menerangkan persesuaian antara suatu ayat dengan a yat sebelum dan sesudahnya. (Kitab yang memaparkan ilmu ini ialah, Nazhmu al-Durar karangan Ibrahim al-Riqa'iy) 14. Ilmu Aqsam al-Qur'an. Yaitu ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah Tuhan atau sumpah-sumpah lainnya yang terdapat di dalam al-Qur'an. 15. Ilmu Amtsal al-Qur'an. Ilmu yang menerangkan segala perumpamaan yang ada dalam alQur'an.(Kitab yang dapat dipelajari untuk ilmu ini antara lain Amtsal al-Qur'an karangan al-Mawardi) 16. Ilmu Jidal Al-Qur'an. Ilmu untuk mengetahui rupa-rupa debat yang dihadapkan Al- Qur'an kepada kaum musyrikin dan lain-lain. Ayat-ayat yang mengandung masalah ini. (Dikumpulkan oleh Najamuddin al- Thusy) 17. Ilmu Adab al-Tilawah al-Qur'an. Yaitu ilmu yang mempelajari segala bentuk aturan yang harus dipakai dan dilaksanakan di dalam membaca al-Qur'an. Segala kesusilaan, kesopanan dan ketentuan yang harus dijaga ketika membaca al-Qur'an. Salah satu kitab yang amat baik. Cara Memperoleh Ilmu : 1. Pengamatan Melalui Indera
Dalam surat al-Ankabut : 20, Allah SWT menyuruh manusia untuk berjalan di muka bumi dan memerhatikan percipataan manusia. Dalam surat Yunus : 101, Allah SWT memerintahkan manusia untuk memperhatikan apa yang ada di langit dan memerhatikan apa yang ada di bumi. 2. Pengamatan Melalui Akal
16
Keterbatasan dan kelemahan indera, disempurnakan oleh akal. Akal dapat mengoreksi kesalahan pengetahuan inderawi sebab akal mempunyai kemampuan untuk mengetahui objek-objek abstrak yang logis. 3. Pengamatan Melalui Suara Hati
Selain indera dan akal, potensi yang dimiliki manusia untuk mengetahui pengetahuannya adalah potensi hati. Menurut Imam alGhazali yang disebut dhamir. Potensi ketiga ini dapat memberi peluang kepada manusia untuk memeroleh pengetahuan dengan lebih baik. Jika akal hanya dapat mengetahui objek abstrak yang logis, potensi hati dapat mengetahui objek abstrak yang supra logis (ghaib). Al-Ghazali menjelaskan bahwa pengetahun yang diterima para nabi dan Rasul Allah, bukanlah melalui indera dan akal, melainkan melalui hati yang disebut wahyu. Sebagaimana dalam firman- Nya : “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. asy-Syu’ara : 52).
b. Tajwid Tajwid (
) secara harfiah mempunyai arti melakukan s esuatu
dengan baik dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid ini berasal dari kata bahasa arab yaitu ” Jawwada ” (
- - ). Tajwid dalam ilmu
Qiraah mempunyai arti mengeluarkan huruf dari tempatnya dgn memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi kesimpulan dari ilmu tajwid ini adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-
17
huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya. Ketika kita membaca Al quran tidaklah sama dengan membaca koran, kita di wajibkan juga untuk bisa mengenal dan memahami tanda baca dalam tiap kalimat yang ada pada Al quran.
Ilmu tajwid sangat penting, karena kalau kita tidak bisa memahami ilmu tajwid ini maka kemungkinan kita salah arti sangat besar. Sebenarnya kegunaan tajwid ini adalah untuk mengetahui panjang atau pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca al quran.
Berikut ini adalah dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :
1. Dalil yang pertama di ambil dari ayat suci Al Quran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Muzzammil (73) yang artinya adalah “Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan/tartil (bertajwid)”. Pada Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT telah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid). 2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah atau ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a. yaitu istri Nabi Muhammad SAW, ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau
menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda Nabi muhammad S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh. Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan menunjukkan (satu) bacaan yang
18
menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits 2847 Jamik At Tirmizi). Di dalam ilmu tajwid ini terdapat beberapa istilah yang harus kita perhatikan dan kita ketahui ketika membaca Al Quran, diantaranya adalah: a. Makharijul huruf yaitu tempat keluar masuknya huruf b. Shifatul huruf yaitu cara melafalkan atau mengucapkan huruf c. Ahkamul huruf yaitu hubungan antara huruf d. Ahkamul maddi wal qasr yaitu panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran
e. Ahkamul waqaf wal ibtida’ yaitu mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Berikut ini contoh ilmu tajwid :
a. Izhar Halqi Disebut Izhar halqi apabila bertemu dgn salah satu huruf izhar maka cara melafazkan atau mengucapkannya harus jelas, apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Halqi (tenggorokan) misalnya : alif atau hamzah( ), ha’
( ), kha’ ( ), ‘ain ( ), ghain ( ), dan ha’ ( ). Izhar Halqi ini mempunyai arti dibaca jelas.
Contoh :
b. idgham Bighunnah Idgham Bighunnah mempunyai arti (dilebur dengan disertai dengung) Yaitu
memasukkan atau meleburkan salah satu huruf nun mati atau tanwin ( / )
19
kedalam huruf sesudahnya dgn disertai (ber)dengung, jika bertemu dgn salah satu huruf empat ini yaitu: Contoh:
c.Idgham Bilaghunnah Mempunyai arti (dilebur tanpa dengung) Yaitu memasukkan atau meleburkan
huruf nun mati atau tanwin ( / )kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung, jika bertemu dgn salah satu huruf lam atau ra (
)
Contoh: Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dgn keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan di dlm satu kata, conohnya , , , dan , maka nun mati atau tanwin tersebut harus dibaca jelas.
d. Iqlab Hukum bacaan ini terjadi apabila ada huruf nun mati atau tanwin bertemu
dengan huruf ba’ ( ). Di dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi mim ( ). Contoh: d. Ikhfa Haqiqi Hukum bacaan ini apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dgn huruf -huruf
seperti ta’( ), tha’ ( ), jim ( ), dal ( ), dzal ( ), zai ( ), sin ( ), syin ( ), sod (
), dhod (
), , fa’ ( ), qof ( ), dan kaf ( ), maka ia harus dibaca samar -
samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh:
20
e. Ikhfa Syafawi (
(
Apabila ada huruf mim mati ( ) bertemu dgn huruf ba ( ), maka cara membacanya harus dengan cara samar-samar di bibir dan dibaca dgn didengungkan.
Contoh: (
) (
f. Idgham Mimi (
)(
)
)
Apabila ada huruf mim mati ( ) bertemu dgn huruf mim ( ), maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib anda baca dengung. Idgham mimi disebut juga dgn idgham mislain atau mutamasilain. Contoh : ) (
)
)
g. Izhar Syafawi (
(
Apabila ada huruf mim mati ( ) bertemu dgn salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim ( ) dan ba ( ), maka cara membacanya harus dgn jelas di bibir dan mulut anda tertutup.
Contoh: (
)(
)
c. Qira’at Secara etimologi kata qiraah berarti bacaan dari kata -
-
.1[2] Secara terminologi, qiraah adalah salah satu aliran dalam pelafalan
atau pengucapan Qur’an oleh seorang iman qurra’ yang berbeda -beda dengan yang lainya. Dalam hal ucapan huruf maupun lafadznya. Secara praktis, qiraat
disandarkan kepada salah satu imam qurra’ yang tujuh, sepuluh, dan empat belas.
21
Macam-macam Qiraat : 1.
Dari Segi Kuantitas a.
Qiraah Sab’ah (Qiraat Tujuh)
Maksud Sab’ah adalah qiraat yang berjumlah tujuh, mereka adalah : 1) Abdullah bin Katsir Ad-Dari (wafat 120 H) dari Makkah. Ad-Dari berasal dari generasi At-Tabi’in. Qiraat yang ia riwayatkan diperoleh dari Abdullah bin Zubair dan lain-lain. 2) Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Na’im (wafat 169 H) dari Madinah.
Tokoh ini belajar qiraat dari 70 orang Tabi’in. 3)
Abdullah Al-Yashibi terkenal dengan sebutan Abu Amir Ad-Dimasyqi (wafat 118 H) dari Syam. Ia mengambil qiraat dari Al-Mughirah bin Abi Syaibah Al-Mahzumi.
4)
Abu Amar (wafat 154 H) dari Basrah, Irak. Ia meriwayatkan qiraat dari Mujahid bin Jabr.
5)
Ya’qub (wafat 205 H) dari Basrah, Irak. Ya’kub belajar qiraat dari Salam bin Sulaiman Al-Thawil yang mengambil qiraat dari ‘Ashim dan Abu Amar.
6)
Hamzah (wafat 188 H), ia belajar qiraat dari Sulaiman bin Mahram Al-
A’masy, dari Yahya bin Watstsab, dari Dzar bin Hubasyi, dari Utsman bin Affan, ‘Ali bin Thalib bin Mas’ud. 7)
Ashim (wafat 127 H), ia belajar qiraat dari Dzar bin Hubasyi dan Abdullah bin Mas’ud. b.
Qiraah Asyarah (Qiraat Sepuluh)
Yang dimaksud qiraat sepuluh adalah qiraat tujuh yang telah disebutkan diatas ditambah tiga qiraat berikut : 1)
Abu Ja’far, memperoleh qiraat dari Abdullah bin Ayyasy bin Rabi’ah, Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairoh. Mereka bertiga memperoleh dari
Ubay bin Ka’ba, sedangkan Ubay memperolehnya langsung dari Nabi.
22
2) Ya’qub bin Ishaq bin Yazid bin Abdullah bin Abu Ishaq Al -Hadhrami AlBashri. Ia memperoleh qiraat dari banyak orang yang sanadnya bertemu pada Abu Musa Al-Asy’ari dan Ibn Abbas, yang membaca langsung dari Razulullah SAW. 3)
Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin Tsa’lab Al -Bazzaz Al-Baghdad. Ia menerima qiraat dari Sulaiman bin Isa’ bin Habib. c.
Qiraah Arba’at Asyarah ( Qiraat Empat Belas)
Yang dimaksud qiraat empat belas adalah qiraat sepuluh diatas ditambah dengan empat qiraat dibawah ini : 1)
Al-Hasan Al-Bashri (wafat 110 H). Salah seorang Tabi’in besar yang terkenal kezahidannya.
2) Muhammad bin Abdirrahman (wafat 123 H). Ia adalah guru Abi ‘Amr. 3) Yahya bin Al-Mubarak Al-Yazidi An-Nahwi Al-Baghdadi (wafat 202 H).
Ia mengambil qiraat dari Abi ‘Amr dan Hamzah. 4) Abu Al-Fajr Muhammad bin Ahmad Asy-Syanbudz (wafat 388 H).2[5] 2.
Dari Segi Kualitas Berdasarkan penelitian A-Jazari, berdasarkan kualitasnya, qiraat dapat dikelompokan dalam enam bagian : a.
Qiraat Mutawattir
Yakni yang disampaikan sekelompok orang mulai dari awal sampai akhir sanad, yang tidak mungkin bersepakat untuk membuat dusta. Umumnya, qiraat yang ada masuk kedalam bagian ini. b. Qiraat Mansyur Yakni yang memiliki sanad sahih, tetapi tidak sampai pada kualitas Mutawattir, sesuai kaidah Bahasa Arab dan tulisan Mushaf Ustmani,
Mansyur dikalangan qurra’. Dibaca seba gaimana ketentuan yang telah
23
ditetapkan Al-Jazari dan tidak termasuk qiraat yang keliru dan menyimpang.
c.
Qiraat Ahad Yakni memiliki sanad sahih, tetapi menyalahi tulisan Mushaf Ustmani, kaidah Bahasa Arab dan ketentuan yang telah ditetapkan Al-Jazari.
d. Qiraat Syadz (menyimpang) Yakni yang sanadnya tidak sahih. Telah banyak kitab yang ditulis untuk jenis qiraat ini. e.
Qiraat Maudhu’ (palsu) Seperti qiraat Al-Khazzani dan Ash-Suyuthi kemudian menambah qiraat yang keenam.
f.
Qiraat yang menyerupai Hadits Mudraj (sisipan) Yakni adanya sisipan pada bacaan dengan tujuan penafsiran.
d. Nagham (Lagu) Naghom adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang artinya lagu/irama. Populernya istilah Naghom berasal dari paraQori’ / para Syech/ dari Mesir yang pernah mengajarkan ilmunya di Indonesia pada tahun 1973. Kata naghom yang akhirnya kemudian dirangkai dengan Al-Qur’an menjadi Naghom Al-Qur’an yang artinya melagukan Al-Qur’an, bisa juga disebut dengan Tahsin As-Shout dalam membaca Al-Qur’an (membaguskan suara dalam membaca Al-Qur’an). Naghomadalah khusus untuk tilawah AlQur’an, kemudian di Indonesia terkenal dengan sebutan Seni Baca Al-Qur’an. Kata Naghom memiliki arti yang sama dengan kata Talhin atau Lahn dan Taronnumatau Tarnim yang dalam bahasa Arab disebut dengan Murodif atau Sinonim. Namun ketiga istilah ini (naghom, talhin, dan taronnum) sama-sama menunjukkan vocal suara yang bernada seni yang indah dan sama-sama digunakan untuk istilah “Seni Baca Al-Qur’an”, 24
seperti sebutan Naghom Al-Qur’an, Talhin Al-Qur’an, dan Taronnum AlQur’an. Naghom sendiri terdiri 7 macam yaitu: bayyati, shoba, nahawand, hijaz, rost, sika, dan jiharka.
e. Makna Al-Quran bukan hanya sekedar kitab sejarah yang diturunan di masa Nabi Muhammad. Al-Quran adalah kitab sepanjang zaman yang berlaku hingga akhir zaman nanti. Tentunya Al-Quran adalah petunjuk hidup yang jika manusia meninggalkannya pasti akan tersesat dan terjerumus ke dalam jurang kesengsaraan juga kemaksiatan. Disadari atau tidak, Al-Quran memiliki makna tertentu yang sangat memberikan petunjuk kepada kehidupan manusia. Al-Quran jika dipahami dengan benar akan membuat manusia selamat dunia dan akhirat. Allah menurunkan Al-Quran bukan hendak mengekang atau menjermuskan manusia, justru menyelamatkan karena manusia dengan hawa nafsunya mudah sekali untuk berbuat dosa. Berikut adalah 5 Makna Al-Quran dalam kehidupan manusia. -
Petunjuk dan Nilai Dasar Kehidupan
Walaupun Al-Quran diturunkan di hampir 14 abad yang silam, namun nilai-nilai dalam Al-Quran tidak akan pernah berubah karena bersifat universal. Nilai-nilai universal tidak akan berubah walaupun zaman sudah berganti. Itulah yang menjadi dasar bagi kehidupan di zaman kapanpun. Untuk itu, petunjuk dan nilai dasar Al-Quran bersifat sepanjang zaman. Hal ini dijelaskan dalam beberapa ayat berikut ini. 1. Sebagai Dasar Pengetahuan Bagi Orang Beriman
25
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS
Al A’raf: 52) 2. Tempat Kembali Suatu Masalah “Hai orang -orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An Nisa : 59) 3. Jalan Kebenaran dan Keselamatan “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin- Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS Al Maidah : 16) -
Informasi Keakhiratan atau Imaterial
Jika tanpa informasi langsung dari Allah melalui Al-Quran, tentu saja pengetahuan manusia tidak akan bisa menjangkau pengetahuan tentang keakhiratan dan imaterial. Hal ini seperti masalah kiamat, akhir zaman, surga, neraka, adanya jin, malaikat, dan lain sebagainya. Akal manusia tidak akan menjangkau sesuatu yang tidak pernah ada informasi sebelumnya atau te rlihat sebelumnya oleh mereka. Manusia hanya dapat menangkap sebagiannya saja, dan jika tidak diinformasikan langsung Al-Quran hal tersebut menjadi
26
spekulatif. Untuk itu, masalah imaterial Allah sampaikan langsung kepada manusia, walaupun tidak semua manusia bisa memahami nya dan mempercayainya. Untuk itu, Al-Quran hanya untuk orang-orang yang berakal,
1. Tentang Alam Akhirat “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai- sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekalikali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran.” Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS Al-A’raf :7) 2. Tentang Makhluk Allah yang Lain “Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat- malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya” (QS Al An’am : 61) -
Informasi Kisah dan Sejarah di Masa Lalu
Al-Quran juga berisi mengenai kisah dan sejarah di masa lalu. Dari sejarah dan kisah di masa lalu tersebut, tentunya manusia harus mampu mengambil pelajaran berharga serta menjadikannya sebagai pedoman kehidupan agar tidak terulang kembali kejadian yang sama di masa lalu. Hal ini bukan hanya sejarah para nabi, namun juga para orang shaleh seperti Imran, Luqman, Umat Nabi Luth yang dilaknat dsb. 27
1. Kisah Bagi yang Berakal “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orangorang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf : 111) 2. Kisah Orang Shaleh “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman : 31) -
Sumber Ilmu Pengetahuan
Al-Quran juga memberikan informasi mengenai pengetahuan pengetahuan yang ada di alam semesta. Banyak sekali ayat Al-Quran yang berisi mengenai ilmu pengetahuan dan tentunya hal ini akan dipahami bagi orang-orang yang juga berpengatahuan serta menggalinya dengan ilmu pengetahuan. Al-Quran tidak akan mungkin bertentangan dengan realitas. Jika ada perbedaan dengan ilmu pengetahuan tentu saja pengetahuan tidak selalu benar karena pengetahuan juga hasil dari pemahaman manusia. Tetapi manfaat dan kebeanran Al-Quran akan selalu sesuai dengan realitas. Al-Quran tidak akan mungkin mengatakan bahwa kehidupan di dunia ini kekal, karena kenyataan selalu ada kematian dan kehancuran di alam semesta. 1. Mengenai Penciptaan Alam Semesta
28
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Al-Baqarah : 164) 2. Mengenai Penciptaan Manusia “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa E ngkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al Baqarah : 30) 3. Mengenai Kehidupan di Muka Bumi “Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buahbuahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS Ar Rad : 3) -
Peringatan untuk Manusia
“Itulah sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah, yang
29
menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).” (QS Al-Isra : 39)
f. Adab Adab saat membaca al-quran 1.
Hendaklah yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan berniat ingin cari dunia atau cari pujian.
2.
Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan semisalnya.
3.
Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Namun jika membacanya dalam keadaan berhadats dibolehkan berdasarkan kesepatakan para ulama. Catatan: Ini berkaitan dengan masalah membaca, namun untuk menyentuh Al-Qur’an dipersyaratkan harus suci. D alil yang mendukung hal ini adalah:
-
-
Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari
kakeknya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 122).
30
4.
Mengambil tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat anjurkan membaca Al-Qur’an di masjid. Di samping masjid adalah tempat yang bersih dan dimuliakan, juga
ketika itu dapat meraih fadhilah i’tikaf. Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat. Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut
sudah berniat untuk i’tikaf. Adab seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam (yang belum paham). Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin
langka.” (At-Tibyan, hlm. 83). 5.
Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk ketika itu dalam keadaan sakinah dan penuh ketenangan.
6.
Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan
ta’awudz menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca ta’awudz ini dihukum i sunnah, bukan wajib.
Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat, “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98) 7.
Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At -Taubah). Catatan: Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir rahim.
8.
Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur (merenungkan) setiap ayat yang dibaca. Perintah untuk mentadabburi Al-Qur’an disebutkan dalam ayat,
31
“Maka apakah mereka tidak mem perhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24) “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan tentang perintah untuk tadabbur banyak sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak tentang anjuran tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama teladan (ulama salaf) yang hanya membaca satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam hingga datang Shubuh. Bahkan ada yang membaca Al-Qur’an karena saking mentadabburinya hingga pingsan. Lebih dari itu, ada di antara ulama yang sampai meninggal dunia ketika mentadabburi Al-Qur’an.” (At-Tibyan, hlm. 86) Diceritakan oleh Imam Nawawi, dari Bahz bin Hakim, bahwasanya
Zararah bin Aufa, seorang ulama terkemuka di kalangan tabi’ in, ia pernah menjadi imam untuk mereka ketika shalat Shubuh. Zararah membaca surat hingga sampai pada ayat, (8)
(9)
“Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.” (QS. Al -Mudattsir: 8-9). Ketika itu Zararah tersungkur lantas meninggal dunia. Bahz menyatakan bahwa ia menjadi di antara orang yang memikul jenazahnya. (At-Tibyan, hlm. 87) Ingat nasihat Ibrahim Al-Khawwash bahwa tombo ati (obat hati) ada lima: 32
1. Membaca Al-Qur’an disertai tadabbur (perenungan) 2. Perut kosong (rajin puasa) 3. Rajin qiyamul lail (shalat malam) 4. Merendahkan diri di waktu sahur 5. Duduk dengan orang-orang shalih.
g. Riyadhah Riyadhoh menurut bahasa adalah olahraga, latihan. Sedangkan menurut istilah Riyadhoh adalah Latihan Penyempurnaan diri secara terus menerus melalui zikir dan pendekatan diri yang datangnya dari Allah SWT ditujukan kepada Hamba-Nya. Al-Quran gencar sekali mengingatkan bahaya memperturuti hawa nafsu. Allah memberitahu bahwa mengikuti hawa nafsu akan menyesatkan seseorang dari jalan kebaikan. Salah satu cara mengendalikan hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan adalah Riyadhoh yang terambil dari kata Ar-Riyadhu (semakna dengan At-Tamrin yang mengandung arti: latihan atau melatih diri). Maksud dari Riyadhoh adalah melatih diri untuk istiqamah dalam menjalankan ibadah, baik yang wajib maupun yang mandub (sunnah) seperti shalat, puasa, sedekah, dan berdzikir. Semua itu dengan harapan bisa membentuk pribadi-pribadi muslim yang istiqamah dalam beribadah guna meraih ridho Allah dan kebahagiaan dunia juga akhirat.
33
BAB II KESIMPULAN Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam. Umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup Wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara Malaikat Jibril. Dan sebagai Wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Al-Qur’an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya. Al-Qur’an dalam pengumpulannya mempunyai dua tahap yaitu tahap petama pengumpulan Al-qur’an dalam arti menghafal Al -Qur’an pada masa Nabi, tahap kedua dalam arti penulisan Al-Qur’an, hal ini dinamakan penghafalan dan pembukuan Al-Qur’an. Setelah Wafatnya Nabi Muhammad SAW, proses pengmpulan Al-
Qur’an terus dilaksanakan oleh para khalifah sehingga terbentuklah Mushaf Usmani seperti yang ada pada saat sekarang ini. Adapun kedudukan Al- Qur’an
dalam Islam sebagai sumber yang
asasi bagi syari’at islam. Dan peraturan-peraturan bagi setiap umat muslim untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat atau sukses dunia akhirat bersama Al- Qur’an.
34