28
28
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan metode penelitian eksperimen, populasi dan sample?
Dimana metode penelitian eksperimen, populasi dan sample dapat dilakukan?
Siapa saja yang bisa menggunakan metode penelitian eksperimen dalam penelitian?
Kapan metode penelitian eksperimen dapat dilakukan?
Mengapa metode penelitian eksperimen diperlukan?
Bagaimana cara penerapan meode penelitian eksperimen?
TUJUAN
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode penelitian eksperimen, populasi dan sample.
Untuk mengetahui dimana metode penelitian eksperimen, populasi dan sample dapat dilakukan?
Untuk mengetahui siapa saja yang bisa menggunakan metode penelitian eksperimen dalam penelitian?
Untuk mengetahui kapan metode penelitian eksperimen dapat dilakukan?
Untuk mengetahui mengapa metode penelitian eksperimen diperlukan?
Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan meode penelitian eksperimen?
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT METODE PENELITIAN EKSPERIMEN
Menurut Ngalimun (2014: 14) Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sugiyono, Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan Menurut Ali dan Muhammad Asrori (2014:73) Eksperimen adalah riset yang dilaksanakan melalului eksperimentasi atau percobaan. Eksperimen menubjukan pada suatu upaya sengaja dalam memodifikasi kondisi yang menentukan munculnya suatu peristiwa, serta pengamatan dan interprestassi perubahan-perubahan yang terjadi pada perisiwa itu yang dilakukan secara terkontrol.
Definisi Metode Penelitian Eksperimen Menurut para Ahli:
Menurut Arikunto (2006) metode penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Menurut Sugiyono (2011:72) metode penelitian eksperimen adadiartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yag terkendali.
Menurut Syaodih, Nana Sukmadinata (2010:) metode penelitian eksperimen adalah penelitian laboratorium, walaupun bisa dilakukan diluar laboratprium, tetapi pelaksanaanya menerapkan pronsip-prinsip penelitian laboratorium terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhui jalannya eksperimen.
Dari definisi diatas, pengertian metode penelitian eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat terhadap yang lain, terutama dalam pengontrolan terhadap hal-hal yang mempengaruhui jalannya eksperimen.
Metode penelitian eksperimen juga dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian eksperimen ini dilakukan dilabolatorium dan juga didalam pelaksanaannya ada perlakuan (treatment).
Metode ini sebagai bagian dari metode kuantitatif mempunyai ciri khas tersendiri, terutama demgan adanya kelompok kontrolnya. Dalam bidang fisika peneliitian ini dapat menggunakan desain eksperimen, karena variable-variabel dapat dipilih dan variable-variabel lain dapat mempengaruhi proses eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Misalnya:
Mencari pengaruh panas terhadap muai panjang suatu benda.
Dalam hal ini variasi panas dan muai panjang dapat dilakukan dilabolatorium dan diukur secara teliti sehingga pengaruh-pengaruh variable lain dari luar dapat dikontrol.
Pengaruh air lau terhadap tingkat korosi logam tertentu
Tetapi dalam penelitian-penelitian social khususnya pendidikan, desain eksperiman yang di gunakan untuk penelitian akan sulut mendapatkan hasil yang akurat, karena banyak variable luar yang berpengaruh dan sulit mengontrolnya. Misalnya: "Mencari pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid dalam pelajaran matematika"
Untuk mencari seberapa besar pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid, maka harus membandingkan pemahaman murid sebelum menggunakan metode kontekstual, dan sesudah menggunakan metode kontekstual atau dengan cara membandingkan kelas yang diajar dengan metode kontekstual dan kelas yang diajar denga metode lain.
Kecepatan pemahaman murid terhadap pelajaran matematika seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh metode menagajar saja, tetapi oleh variable lain, misalnya IQ, pengalaman, peran guru, gaya belajar dan lain-lain, sehingga mengukur seberapa jauh pengaruh metode mengajar kontekstual terhadap kecepatan pemahaman murid sulit dilakukan.
Bentuk-Bentuk Desain Eksperimen
Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: pre-eksperimental design true experimental design, factorial design, dan quasi experimental design. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1 Macam-Macam Metode Eksperimen
Pre- Experimental Design (Nondesigns)
Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih dapat variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi variabel eksperimen yang merupakan variabel dependen ini bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel control, dan sampel tidak dipilih secara random.
Bentuk pre-experimen design ada beberapa macam yaitu: one-shot case study, one-group pretest-pasttes design, dan intact-group comparison.
One-Shot Case Study
Paradigm dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan seperti berikut:
X O
X O
X= treatment yang diberikan (variabel independen)
O= observasi (variabel dependen)
Paradigma ini dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (treatment adalah sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Contoh:
Pengaruh ruang kelas ber AC (X) terhadap daya tahan belajar murid (O). Terdapat sekelompok murid yang menggunakan ruang ber AC kemudian setelah diukur daya tahan belajarnya. Pengaruh ruang kelas ber AC dapat diukur dengan membandingkan daya tahan sebelum menggunakan AC dengan daya tahan belajar setelah menggunakan AC (misalnya sebelum menggunakan ruang belajar ber AC daya tahan belajar murid selama setiap hari 4 jam, setelah menggunakan AC daya tahan belajar menjadi 6 jam). Jadi pengaruh ruang kelas ber AC terhadap daya tahan belajar murid 6-4= 2 jam.
One-Group Pretest-Posttest Design
Kalua desain no. a, tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O1 X O2
O1 X O2
O1= nilai pretest (Sebelum diberi diklat)
O2= nilai posttest (setelah diberi diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O1 – O2)
Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian. Tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setangah untuk kelompok control (yang tidak diberi perlakuan). Paradigm penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
X O1O2
X O1
O2
O1= hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan.
O2= hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan = O1 – O2
Contohnya dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi terhadap prestasi belajar murid dalam pelajaran praktek mengelas pada SMK. Terdapat 4 kelas yang praktek las. Dari empat kelas tersebut dua kelas diberi pelajaran dengan metode demonstrasi (O1) dan dua kelas lainnya diberi metode ceramah (O2). Setelah tiga bulan. Prestasi belajar diukur. Bila prestasi murid yang diajar dengan metode demonstrasi lebig tinggi daripada murid yang diajar dengan metode ceramah. Maka metode demonstrasi berpengaru positif untuk pembelajaran praktek mengelas (O1 – O2).
Seperti telah dikemukakan bahwa. Ketiga desain pre experiment itu bila diterapkan untuk penelitian, akan banyak variabel-variabel luar yang masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas material penelitian menjadi rendah.
True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai control diambil secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok control dabn sampel yang dipilih secara random.
Disini dikemukakan dua bentuk design tru experimental yaitu: posttest only control design dan pretest group design.
Posttest-Only Control Design
R X O1R O2
R X O1
R O2
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok control. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1: O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisi dengan uji beda, pakai statisitik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok control, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
Pretest-Posttest Control Group Design
R O1 X O2 R O3 O4
R O1 X O2
R O3 O4
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudia diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah peredaan antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalh (O2-O1) – (O4-O3)
Faktorial Design
Desain faktorial merupakan modifikasi dari desain true experimental yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing diberi pretest. kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, nilai setiap kelompok nilai pretest nya sama. Bila terdapat perbedaan pengaruh prosedur kerja baru terhadap kepuasan masyarakat antara kelompok kerja pria dan wanita maka penyebab utamanya adalah bukan karena treatment yang diberikan( karena treatment yang diberikan sama). Tetapi karena adanya variabel moderator, yang dalam hal ini adalah jenis kelamin, pria dan wanita menggunakan prosedur kerja baru yang sama, tempat kerja yang sama nyamannya, tetapi pada umumnya kelompok wanita lebih ramah dalam memberikan pelayanan sehingga dapat mrningkatkan kepuasan masyarakat.
Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Design ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik dari pre-eksperimental design.
Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para karyawan untuk eksperimen dan sebagian tidak. sebagian menggunakan prosedur kerja baru. Oleh karena itu untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian maka dikembangkan desain Quasi Eksperimental.
Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen yaitu time series design dan nonequivalent control group design.
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi berita sampai 4 kali dengan maksud untuk mengetahui keadaan kelompok sebelum diberi perlakuan . Berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
B. HAKIKAT POPULASI
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dapat juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan subjek, variable, konsep, atau fenomena. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan anggota populasi yang bersifat representative.
Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah maka sekolah itu merupakan populasi sekolah mempunyai sejumlah subjek dan objek yang lain.
Proses pemilihan sampel dapat dijelaskan dengan menggunakan dua lingkaran besar dan lingkaran kecil seperti yang terlihat pada gambar, lingkaran kecil berada dalam lingkaran besar. suatu populasi di wakili oleh lingkaran yang lebih besar. Jika sensus berfungsi menguji atau mengukur bagian dari populasi (sampel A1).
Walaupun pada gambar sampel tampaknya diambil dari bagian tertentu saja dari populasi, namun sesungguhnya sampel dipilih dari setiap bagian populasi. Jika suatu sampel dipilih berdasarkan panduan yang benar sehingga bersifat representative terhadap populasi maka data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Namun demikian, generalisasi data yang diperoleh dari sampel harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena adanya kesalahan (error) yang melekat pada tiap penelitian.
POPULASI A
POPULASI A
SAMPEL A1
SAMPEL A1
Manakala peneliti hendak mengambil sampel dari suatu populasi, maka ia perlu memperkirakan seberapa besar derajat perbedaan sampel yang dimilikinya dengan populasi. Karena sampel tidak menyediakan data yang tepat mengenai populasi, maka suatu kesalahan atau error harus diperhitungkan ketika kita menginterpretasikan hasil penelitian.
C. HAKIKAT SAMPLE
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. apa yang dipelajari dari Samsung itu kesimpulannya akan dapat diperlakukan untuk populasi. untuk itu sampel yang diambil dari populasi hanya betul-betul representatif.
Nilai sampai tidak representative maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan karakteristik gajah satu orang memegang telinga gajah maka ia menyimpulkan gajah itu seperti kipas, orang kedua memegang badan Raja maka ia mengumpulkan gajah itu seperti tembok besar, satu orang lagi memegang ekornya maka ia menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah tentang gajah.
TEKNIK SAMPLING
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan secara skematis, teknik macam-macam sampling ditunjukkan pada gambar 5.1.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobability samping. Probability sampling meliputi sample random, proportionate startified random meliputi sampling random, proportionate stratified ramdom, disproportionate stratified random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purpose sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.
Gambar 5.1 Macam-Macam Teknik Sampling
Gambar 5.1 Macam-Macam Teknik Sampling
Macam-Macam Teknik Sampling
Probabilitas Sampling
Probabilitas sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut daerah).
Sample yang representifPopulasi homogeny /relative homogen
Sample yang representif
Populasi homogeny /relative homogen
Diambil secara acak
Diambil secara acak
Random
Random
Gambar 5.2 Teknik Simple Random Sampling
Simple Random Sampling
Dikatakan simple atau sederhana karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. lihat gambar 5.2 berikut.
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata maka populasi pegawai itu berstrata. Misalnya jumlah pegawai yang lulus S1 = 45, S2 = 30, STM = 800, ST = 900, SMEA = 400, SD = 300. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut. Jumlah sampel dan teknik pengambilan sampel diberikan setelah bagian ini. Teknik proportionate stratified random sampling dapat digambarkan seperti gambar 5.3 berikut.
Diambil secara random
Diambil secara random
Proposional
Proposional
Gambar 5.3 Teknik Stratified Random Sampling
Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling:
Populasi mempunyai unsure heterogenitas.
Diperlukan kriteria yang jelas dalam membuat stratifikasi/lapisan sesuai dengan unsure heterogenitas yang dimiliki.
Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih (secara proporsional atau disproporsional).
Kebaikan :Semua ciri-ciri populasi yang heterogen dapat terwakili
Kelemahan :Memerlukan pengenalan terhadap populasi yang akan diteliti untuk menentukan ciri heterogenitas yang ada pada populasi
Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari unit kerja tertentu mempunyai: 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang SMU, 700 orang SMP maka tiga orang lulusan S3 dan 4 orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok teknik ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.
Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data maka pengambilan sampel yang berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Misalnya di indonesia terdapat 30 provinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 provinsi maka pengambilan 15 provinsi ini dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat karena provinsi-provinsi di Indonesia itu berstrata atau tidak sama maka pengambilan sampel nya perlu menggunakan stratified random sampling. Provinsi di indonesia ada yang penduduknya padat, ada yang tidak, ada yang mempunyai hutan banyak ada yang tidak, ada yang kaya bahan tambang ada yang tidak. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi ini dapat ditetapkan.
Tahap ITahap IIPopulasi daerahTeknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara samlping juga. Teknik ini dapat digambarkan seperti gambar 5.4 berikut.
Tahap I
Tahap II
Populasi daerah
Diambil dengan randomEBCDFGIHA
Diambil
dengan random
E
B
C
D
F
G
I
H
A
ADiambil dengan randomF
A
Diambil
dengan random
F
CD
C
D
Gambar 5.4 Teknik Clusteer Random Sampling
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
Nonprobility Sampling
Nonprobility Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama baju setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sample. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental purposive, jenuh, snowball.
Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberikan lembar urut yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, benar saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya lipatan dari bilangan 5. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 15, 10, 15, 20 dan seterusnya sampai 100. Lihat gambar 5.5
OPULASI
1
11
21
31
2
12
22
32
3
13
23
33
4
14
24
34
5
15
25
35
6
16
26
36
7
17
27
37
8
18
28
38
9
19
29
39
10
20
30
40
SAMPEL
3
24
6
27
9
30
12
33
15
36
18
39
21
Diambil secara sistematis
Diambil secara sistematis
Gambar 5.5 smpling sistematis (populasi kelipatan tiga)
Sampling Kuota
Pada sampel kuota individua tau responden dipilih untuk memenuhi suatu persentase yang sudah diketahui atau sudah di tentukan sebelumnya. Sampel kuota dapat di definisikan sebagai suatu tipe suatu penarikan sampel nonprobabilitas di mana unit sampel (responden) dipilih sebagai sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya, sedemikian rupa sehingga total sampel akan memiliki distribusi dengan karakteristik yang sama sebagaimana yang diperkirakan terdapat dalam populasi yang tengah diteliti.
Untuk melakukan penarikan sampel dengan menggunakan sampel kuota, peneliti harus mengawalinya dengan membuat suatu matriks atau tabel yang menjelaskan karakteristik dari populasi yang akan di teliti. Tergantung pada tujuan riset yang ingin di capai, peneliti terlebih dahulu harus mengetahui, misalnya, berapa jumlah laki-laki dan perempuan yang terdapat pada suatu populasi dan dari masing-masing kelompok laki-laki dan perempuan tersebut, berapa jumlah anak-anak, remaja, pemuda, dewasa, dan orangtua ; berapa jumlah yang berpendidikan sarjana, sekolah menengah (SMP/SMA), atau hanya sekolah dasar. Begitu pula, berapa jumlah orang dengan latar belakang etnis atau suku bangsa tertentu (suku jawa, sunda, batak, dll) yang terdapat dalam suatu populasi. Pada sampel kuota, setiap kelompok masyarakat tersebut harus memiliki wakilnya masing-masing dalam jumlah yang proporsional. Pada tingkat Nasional, penarikan sampel kuota terkadang harus pula mempertimbangkan sampel yang mewakili wilayah perkotaan, pedesaan, jawa atau luar jawa, kelas menengah, pribumi atau keturunan.
Sampel Kuota Berdasarkan Karakteristik Populasi
USIA
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Anak-anak
Anak-anak
Remaja
Remaja
Muda
Muda
Dewasa
Dewasa
Tua
Tua
SARJANA
Sarjana
Sarjana
SMP/SMU
SMP/SMU
SD
SD
AGAMA
Islam
Islam
Kristen
Kristen
Hindu
Hindu
Buddha
Buddha
ETNIS/SUKU
Jawa
Jawa
Sunda
Sunda
Batak
Batak
Minang
Minang
Ketika matriks atau tabel yang tersusun dari sejumlah sel yang mewakili kelompok-kelompok dalam masyarakat berdasarkan karakteristiknya masing-masing tersebut telah dapat di susun, dan jumlah anggota masing-masing tersebut telah dapat disusun, dan jumlah anggota masing-masing kelompok tersebut telah dapat disusun, dan jumlah anggota masing-masing kelompok tersebut telah dapat disusun, dan jumlah anggota masing-masing kelompok tersebut telah dapat di ketahui, maka peneliti dapat menentukan jumlah responden yang akan mewakili masing-masing sel tersebut secara proporsional.
Sampling Insidental
Sampling insidential adalah teknik penentu sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan / insidential bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data
Sampling Purposive
Samping purposive adalah teknik penentuan sampel yang dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan maka sampai sumber datanya adalah orang yang ahli makanan atau penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah maka sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampai jenuh adalah sensus di mana semua anggota populasi dijadikan sample.
Snowball Sampling
Menurut Nurdiani (2014) Snowball sampling merupakan salah satu metode dalam pengambilan sample dari suatu populasi. Dimana snowball sampling ini adalah termasuk dalam teknik non-probability sampling (sample dengan probabilitas yang tidak sama). Untuk metode pengambilan sample seperti ini khusus digunakan untuk data-data yang bersifat komunitas dari subjektif responden/sample, atau dengan kata lain oblek sample yang kita inginkan sangat langka dan bersifat mengelompok pada suatu Himpunan. Dengan kata lain snowball sampling metode pengambilan sampel dengan secara berantai (multilevel).
Teknik snowball sampling adalah suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan melalui gambar sociogram berupa gambar lingkaran-lingkaran yang dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-garis. Setiap lingkaran mewakili satu responden atau kasus, dan garis-garis menunjukkan hubungan antar responden atau antar kasus (Neuman, 2003). Pendapat lain mengatakan bahwa teknik snowball sampling (bola salju) adalah metoda sampling di mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke responden yang lainnya, biasanya metoda ini digunakan untuk menjelaskan pola-pola sosial atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas tertentu .
Cara pengambilan sampelnya :
Dalam snowball sampling, identifikasi awal dimulai dari seseorang atau kasus yang masuk dalam kriteria penelitian. Kemudian berdasarkan hubungan keterkaitan langsung maupun tidak langsung dalam suatu jaringan, dapat ditemukan responden berikutnya atau unit sampel berikutnya. Demikian seterusnya proses sampling ini berjalan sampai didapatkan informasi yang cukup dan jumlah sampel yang memadai dan akurat untuk dapat dianalisis guna menarik kesimpulan penelitian. Contoh cara pelaksanaan teknik snowball sampling ditunjukkan pada penelitian terhadap tunawisma di Jakarta. Pada awalnya sulit sekali menemukan tunawisma hanya berdasarkan wilayah, namun setelah ditemukan satu atau lebih tunawisma di suatu area, maka dengan mudah dapat ditemukan tunawisma-tunawisma lain sebagai sampel melalui teknik sampling snowball.
Prosedur pelaksanaan teknik snowball sampling dapat dilakukan bertahap dengan wawancara mendalam dan kuesioner. Dalam mewawancara responden, seorang Interviewer harus memiliki kejujuran, kesabaran, rasa empati, dan semangat yang tinggi dengan tujuan untuk menghasilkan data yang dibutuhkan. Wawancara mendalam dilakukan dengan sejumlah daftar pertanyaan. Umumnya wawancara lapangan ini memiliki karakteristik awal dan akhir yang tidak terlihat jelas. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan kondisi dan situasi di lapangan. wawancara lebih banyak bersifat informal dan fleksibel, mengikuti norma yang berlaku pada setting lokal, kadang diselipkan dengan canda-tawa yang dapat mencairkan suasana dan membina hubungan yang erat serta meningkatkan kepercayaan individu yang diteliti. Menurut Neuman (2003), konteks sosial dan setting wawancara perlu ditulis dalam catatan lapangan dan dilihat sebagai hal yang penting untuk mendukung penafsiran makna.
MENENTUKAN UKURAN SAMPLING
Ukuran sampel (sample size) adalah banyaknya individu, subyek atau elemen dari populasi yang diambil sebagai sampel. Jika ukuran sampel yang di ambil terlalu besar atau terlalu kecil maka akan menjadi masalah dalam penelitian itu. Oleh karena itu, ukuran sampel harus betul-betul diperhatikan oleh peneliti dalam melakukan penelitiannya.
Tentang berapa ukuran ideal untuk sampel penelitian, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau ketentuan yang bisa diterima secara umum. Penetapan ukuran sampel merupakan masalah yang komplek dan mencakup banyak pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Yang jelas, sampel yang baik adalah sampel yang memberikan pencerminan optimal terhadap populasinya (representative). Representative suatu sampel tidak pernah dapat dibuktikan, melainkan hanya didekati secara metodologi melalui parameter yang diketahui dan diakui kebaikannya secara teoritik maupun eksperimental.
Faktor-faktor kualitatif yang penting dipertimbangkan dalam penentuan ukuran sampel adalah:
a. Pentingnya keputusan.
b. Sifat dari penelitian.
c. Jumlah variabel
d. Sifat dari analisa.
e. Ukuran sample dalam penelitian sejenis
f. Tingkat luasnya akibat.
g. Tingkat penyelesaian.
h. Keterbatasan sumber.
Umumnya, untuk keputusan yang lebih penting, banyak informasi yang diperlukan, dan informasi yang akan diperoleh sangat tepat. Sifat dari penelitian juga mempengaruhi ukuran sample. Untuk explaratory research design, seperti yang digunakan dalam riset kualitatif, ukuran sample adalah khusus kecil. Untuk conclusive research, seperti survey deskriptif, sample besar yang akan digunakan.
Keputusan tentang ukuran yang digunakan juga ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan keterbatasan sumber daya yang tersedia, misalnya masalah biaya dan waktu yang terbatas. Keterbatasan yang lain termasuk ketersediaan personel yang berkualitas untuk mengumpulkan data. Faktor terpenting dalam menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan untuk mengestimasi sebuah parameter populasi adalah ukuran dari varians populasi. Semakin besar dispersi atau varians dalam populasi, semakin besar pula jumlah sampel yang diperlukan untuk menghasilkan ketepatan estimasi.
Walaupun periset pemasaran seringkali dipengaruhi oleh keuangan dalam keputusan terhadap ukuran sampel, pada beberapa kejadian dia akan menghitung ukuran sampel yang diperlukan dalam rangka untuk memberikan dia terhadap keluasan interval yang dia inginkan dan derajat kepercayaan yang diinginkan. Hubungan antara tiga pertimbangan ini telah siap timbul jika diketahui bahwa (untuk populasi terbatas) setengah dari lebar estimasi interval (h) adalah sama dengan z.^x. Dalam persamaan ini simbol untuk x estimasi dinyatakan sebagai z ^sx. dan h = zs^x = zs^/Ön.
Simpangan baku harus merupakan suatu angka estimasi karean sampel tidak akan terpilih sementara periset mencoba untuk memutuskan ukuran sampel. Biasanya estimasinya tentang simpangan baku akan berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dalam bekerja dengan populasi yang sama.
Tiga komponen tentang hubungan di atas membentuk dasar untuk mengijinkan periset dalam mengembangkan dua tingkat yang diinginkannya pada saat yang ketiga diijinkan untuk mencari tingkatnya sendiri. Jika periset menetapkan kepercayaan (z) yang dia inginkan dan ukuran interval, dia harus kemudian terikat pada ukuran sampel yang telah ditetapkan dengan persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk n
n = z² ^s²/h²
Contoh
Periset berharap untuk mengambil suatu sampel dari populasi tetapi sedang mencoba memutuskan berapa besar sampel yang akan diambil. Dia memutuskan untuk suatu tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan juga menginginkan lebar intervalnya tidak lebih besar dari 5. Jika dia mengestimasi bahwa populasinya memiliki suatu simpangan baku sebesar 7, berapa besar sampel yang akan diperlukan?
Pemecahan:
n = z² ^s²/h² = (1.96)²(7)²/(2.5)² = 30.1
Dengan dasar pada perhitungan ini periset akan mungkin memilih pendekatan konservatif untuk kebutuhannya dan menetapkan ukuran sampel sebesar 31.
Pada kasus populasi terbatas, harus dicatat bahwa keputusan pada ukuran sampel mungkin (jika n 0.05 N) membutuhkan penyelesaian untuk n dalam persamaan:
h = z.sx = z. .
Jika bekerja dengan proporsi maka perlu dicatat bahwa interval setengah dinyatakan sebagai:
h = z.sx
h = z
Jika diselesaikan untuk n persamaan ini:
z² (pq)
n =
h²
Karena periset belum memiliki nilai sampel untuk p dan q, dia membuat estimasi untuk kedua komponen tersebut. Kekurangan akan dasar untuk mengestimasi dia mungkin akan mengambil pendekatan konservatif untuk menjamin bahwa dia mendapatkan suatu sampel yang cukup besar. Dalam kasus estimasi sehubungan dengan proporsi, pendekatan ini memakai untu nilai p = 0.5 dan q = 0.5. Yang perlu dicatat bahwa hasil kali p dan q adalah pada tingkat terbesar jika p = 0.5. Jika hasil kali adalah pada hasil terbesarnya, ukuran sampel adalah terbesar.
MENENTUKAN UKURAN SAMPEL
Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah daerah tertentu. Kelompok masyarakat itu terdiri (1000) orang yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50. Sarjana muda = , SMK = 500 SMP = 100, SD = 50 (Populasi berstarata)
Dengan menggunakan tabel 5.1 bila jumlah populasi = 100 kesalahan 5% maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan populasi berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1= 100, SD= 50 (populasi berstrata)
S1 = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
SM = 300/1000 X 258 = 77,40 = 78
SMk = 500/1000 X 285 = 129,0 = 129
SMP = 100/1000 X 285 = 25,8 = 26
SD = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
JUMLAH = 285
Jadi jumlah sampelnya = 12,9 = 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258 jumlah yang pecahan yang bisa dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya menjadi 13 + 78 + 129 + 126 + 13 = 259.
Populasi 1000Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (tedapat koma) sebaiknya dibulatkan keatas sehingga jumlah sampelnya lebih dari 259. Hal ini lebih aman dari pada kurang 258. Gambaran jumlah populasi dan sampel dapat ditunjukkan pada gambar 5.8 berikut:
Populasi 1000
S1 = 50 SM = 300SMK = 500SMP = 100SD = 50Sampel 278
S1 = 50
SM = 300
SMK = 500
SMP = 100
SD = 50
Sampel 278
S1 = 13SM = 78SMK = 129SMP = 26SD = 13
S1 = 13
SM = 78
SMK = 129
SMP = 26
SD = 13
Roscue dalam buku Research Methods For Business (1982:253) memberikan saran-saran tentang ukurab sampel untuk penelitian seperti berikut.
Ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai 500.
Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria wanita, pegawai negri-swasta dll) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal.
Dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariatif (korelasi atau rekresi gambar misalnya) maka jumlah anggota sampel minimal 10 x jumlah variable yang diteliti misalnya variabel peneliatannya ada 5 ( independent dan dependent) maka jumlah anggota sampel 10x5 = 50.
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai 20
CARA MENGAMBIL ANGGOTA SAMPEL
Dibagian depan bab ini telah ditemukan terdapat dua teknik sampling. Yaitu probability sampling dan non nonprobabilty sampling. Probability sampling adalah teknik sampling yang memberi peluang sama dengan anggota populasi untuk memilih menjadi anggota sample. Cara demikian sering disebut random sampling atau cara pengambilan sample secara acak.
Pengambilan sampel secara random atau acak dapat dilakukan dengan bilangan random, computer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberikan nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah populasi.
Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk contoh diatas peluang setiap anggota populasi = 1/1000.
Dengan demikian cara pengambilannya nomor satu telah diambil, maka pperlu dikembalikan lagi kalau tidak dikembalikan peluang akan menjadi tidak sama lagi misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi maka peluang berikutnya menjadi 1: (1000-1)=1/999. Peluang akan semakin besar bila telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil lagi dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Ali, Mohammad & Muhammad Asrori. 2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Ngalimun. (2014). Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Nurdiani, N. 2014. Teknik Sampling Snowball Dalam Penelitian Lapangan. Binus University: Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&d. Bandun: Penerbit Alfabeta.
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2010. Meode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.