Abdul Mujib dan Jusuf Muzakkair, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hlm.12-13.
Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM PRESS, Cetakan Pertama, 2004) hlm. 1.
M. Djumransjah, Filsafat Pendidikan (Malang, Bayumedia Publishing, edisi kedua cetakan pertama, 2006), hlm. 116.
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-MALANG PRESS: Cetakan Pertama, 2008), hlm. 133.
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta : Kalam mulia, 2009), hlm. 209.
Shalih Abd. Al Aziz, at tarbiyah wa thuriq al tadris, kairo, maarif, 119 H, hal. 196 dalam Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), hlm. 2-3.
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 379.
Surakhmad, Pengantar interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1998), hlm. 96.
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), hlm. 52.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm. 3
Omar Mohammad, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 553
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 184.
Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.hlm 24-27.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 40-41.
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit., hlm. 216.
Al-Qur'anul Karim Surat al-Isra' ayat 9.
Al-Qur'anul Karim Surat an-Nahl ayat 89.
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Edisi Baru, hlm. 146.
http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/03/pengertian-fungsi-dan-macam-macam.html diakses tanggal 02 November 2012 jam 13.17 WIB
(Depag RI, Al-Qur'an dan terjemahnya, 1993).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op Cit., hlm. 193.
Lihat juga Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2011), hlm 117-121.
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Ibid., h. 289
Al-Qur'anul Karim Surat an-Nahl (16) ayat 123.
Hasbi Ash - Shiddieqy, Tafsir Al- Qur'anul Madjid"Annur" juz xv,(Jakarta: Bulan Bintang, 1969), h. 157
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan al-Maraghi Jilid 14 , (Semarang: Toha Putra, 1994), hlm. 287
Mahmud Yunus, Kamus Arab –Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989), h. 127.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Sayuthi, Terjemahan Tafsir Aljalalain jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 733
Ja'far Muhmaad ibn Jarir Ath-Thobarii, Tafsir Ath-Thobari ; Jami'ul BAyan Ta'wilul Qur'an, (Bairut-Libanon : Darul kutubul Ilmiuah, 1996), hlm. 663.
Ahmad Mustofa Al-Maraghi, Op. Cit., hlm. 283.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1994), hlm. 142 – 143.
Armai Arief, Op Cit., hlm. 118 -119.
Imam Abi Al-Farj Jamaluddin Abd. Ar Rahman, Kitab Zadul Masir fi 'Ilmuttafsir, (Bairut, Libanon: Darul Kitab Al – 'Amaliyah, 1994), hlm. 359
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 6, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 775
Jalaluddin as-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, Tafsir Jalalain: Berikut Asbabun Nuzul Ayat, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1997) hlm. 173.
Al-Qur'anul Karim Surat al-A'raaf (7) ayat 176-177.
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan al-Maraghi Jilid 9 , (Semarang: Toha Putra, 1994), hlm.199.
Ibid., hlm. 201.
Ibid., hlm. 203.
Al-Qur'anul Karim Surat ar-Ra'd (13) ayat 3, ar-Ruum (30) ayat 21, az-Zumar (39) ayat 42 dan al-Jasyiyah (45) ayat 12.
Al-Qur'anul Karim Surat Yunus (10) ayat 24.
Maksudnya: bumi yang indah dengan gunung-gunung dan lembah-lembahnya telah menghijau dengan tanam-tanamannya
Maksudnya: dapat memetik hasilnya
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Op. Cit., hlm. 204
http://farhansyaddad.wordpress.com/2010/06/09/metode-pendidikan-islam/ diakses tanggal 02 November 2012 jam 15.15 WIB
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., hlm. 194
http://farhansyaddad.wordpress.com/2010/06/09/metode-pendidikan-islam/ diakses tanggal 02 November 2012 jam 15.15 WIB
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., hlm. 210-218.
Ibid., hlm. 189-190.
33
TAFSIR TARBAWI:
METODE PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
Disusun oleh: Alfi Wandi & Dodi Irwandi
Pendahuluan
Pendidikan dapat diartikan dengan proses transformasi ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti dan pribadi yang luhur. Pendidikan juga dapat diartikan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari pengertian di atas dapat digarisbawahi, bahwa dalam pendidikan ada
sebuah proses dan transformasi pengetahuan dari pendidik terhadap peserta didik.
Sehingga terjadi suatu perubahan ke arah yang positif pada peserta didik, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomutorik. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu sistem, antara sub sistem dangan yang lainnya saling berkaitan.
Dalam syair dikatakan bahwa "al-Thariqatu Ahammu Minal Mâdah" maksudnya bahwa metode itu dianggap lebih penting dari pada menguasai materi.
Rasionalisasi dari pernyataan di atas adalah apabila seorang pendidik menguasai
banyak materi, namun tidak memahami bagaimana materi tersebut bisa dididikkan ke peserta didik (tidak menguasai metode), maka proses transformasi pewarisan nilai-nilai pendidikan Islam sulit dicapai. Namun sebaliknya, apabila seorang pendidik hanya menguasai sejumlah atau sedikit materi, tetapi menguasai berbagai macam cara/ stratergi/ teknik pendidikan, maka dimungkinkan peserta didik akan kreatif dalam mencari dan mengembangkan materi sendiri dan tidak harus menerima dari pendidikannya.Jadi adanya metode dalam pendidikan sangat penting, agar kemudian pelaksanaan pendidikan bisa berjalan maksimal.
Pertanyaan mendasar yang menjadi problem pokok dalam makalah ini adalah "metode pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an." Dari pertanyaan pokok ini dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan khusus sebagai berikut. (1) Bagaimana hakikat dari metode pendidikan? (2) apa dasar metode pendidikan? (3) apa saja fungsi metode pendidikan? (4) apa saja bentuk-bentuk metode pendidikan? (5) bagaimana prinsip-prinsip penerapan metode pendidikan?
Pada dasarnya, secara keseluruhan ayat-ayat Al-Qur'an merupakan penjelasan bagi umat manusia (QS. Ali `Imrân (3) : 138). Namun, dalam Al-Qur'an terdapat ungkapan-ungkapan yang secara eksplisit dan spesifik digunakan untuk menunjukkan makna "metode". Oleh karena itu, untuk membahas rumusan masalah di atas makalah ini dibatasi hanya pada ayat-ayat Al-Qur'an yang memuat ungkapan-ungkapan dimaksud dengan menggunakan pendekatan tafsir tematik
Pengertian Metode Pendidikan
Secara Etimologi
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi (bahasa), kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti "melalui dan hodos berarti "jalan" atau "cara". Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Secara Terminologi
Menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, yaitu:
Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur
Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran
Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka
Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan
Abd. al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran
Ahmad Tafsir, mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat jalan atau cara yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik bisa mencapai tujuan pembelajaran dan kompetensi tertentu.
Sementara itu, pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Sedangkan pendidikan Islam dalam arti sempit, adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang kmudian disebut pendidik., terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik. Terlepas dari apa dan siapa yang membimbing, yang pasti pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia dari berbagai aspek dan dimesnsinya, agar ia berkembang secara maksimal. Pendidikan juga adalah usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan islam adalah suatu jalan atau cara untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi.
Dasar Metode Pendidikan
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam banyak menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur'an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanaannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur'an dan Hadits. Allah berfirman:
...
Artinya: "Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus".
Artinya: "Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
Adalah amat jelas dari ayat-ayat tersebut bahwa dalam al-Qur'an terdapat banyak ayat yang mengandung berbagai ragam metode pendidikan yang bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan metode pendidikan saat ini.
Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
Fungsi Metode Pendidikan
Fungsi mtode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu.
Dari dua pendekatan tersebut dapat dilihat pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agara pengajaran dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam Al-Qur'an sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini, metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli sebagaimana dijumpai dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa anak dalam menerima pelajaran.(Blog MTs Bahrul Ulum, Tasik Malaya).
Dalam menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik sebagaimana disebutkan di atas perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptaannya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang dengan mengarahkannya agar menjadi orang yang sempurna. Karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan oleh Al-Qur'an senantiasa mengarah kepada pengembangan jiwa, akal, dan jasmani manusia itu, hingga dijumpai ayat yang mengaitkan keterampilan dengan kekuasaan Tuhan, yaitu ayat yang berbunyi :
… وما رميت إذ رميت ولكنّ الله رمى … (الانفال : ۱٧
Artinya:"Dan bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (QS. Al-Anfal [8]:17).
Macam-macam Metode Pendidikan
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur'an dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:
Metode al-Hikmah, Mau'izah al-Hasanah dan al-Mujadalah
Ketiga metode ini tergambar dalam Surat al-Nahl (16) ayat 125, yaitu:
Artinya:"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Tafsir (Pendapat Ulama)
Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dianjurkan untuk meniru Nabi Ibrahim yang memiliki sifat-sifat mulia, yang telah mencapai puncak derajat ketinggian martabat dalam menyampaikan risalahnya. Allah berfirman:
Artinya: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif." dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Seruan disini dengan macam-macam nasihat dan pengajaran yang telah Allah terangkan dalam Al-Qur'an untuk menjadi hujjah terhadap mereka, dan debatlah dengan cara yang paling baik.
Pada awalnya ayat ini (an-Nahl: 125) berkaitan dengan dakwah Rasulullah Saw. Kalimat yang digunakan adalah fiil amr "ud'u" (asal kata dari دعا – يدعو - دعوة) yang artinya mengajak, menyeru, memanggil. Adapun arah ajakan dan seruan tersebut adalah kepada jalan Tuhan yaitu agama Islam.
:
Adapun cara yang disebutkan adalah dengan hikmah yaitu dengan Al-Qur'an.Makna umum dari ayat ini bahwa nabi diperintahkan untuk mengajak kepada umat manusia dengan cara-cara yang telah menjadi tuntunan Al-Qur'an yaitu dengan cara Al-hikmah, Mau'izhoh Hasanah, dan Mujadalah. Dengan cara ini nabi sebagai rasul telah berhasil mengajak umatnya dengan penuh kesadaran. Ketiga metode ini telah mengilhami berbagai metode penyebaran Islam maupun dalam konteks pendidikan. Proses serta metode pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi filsafat lebah (An-Nahl) berarti membangun suatu sistem yang kuat dengan "jaring-jaring" yang menyebar ke segala penjuru. Analogi ini bisa menyeluruh ke peserta didik, guru, kepala sekolah, wali murid, komite sekolah dan instasi lain yang terkait. Sehingga menjadi komponen pendidikan yang utuh, menjadi satu sistem yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
Metode Al-Hikmah ( الحكمة )
Dalam bahasa Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah, kebijaksanaan, dan uraian yang benar. Al-hikmah berarti mengajak kepada jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek, sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode dengan memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.
Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan "kalimat yang lemah lembut". Beliau menulis dalam tafsirnya :
وأمره أن يدعو إلى دين الله وشرعه بتلطف ولين دون مخاشنة وتعنيف, وهكذا ينبغي أن يوعظ الم لمون إلى يوم القيامة 21
Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada "dinullah" dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan pengajaran.
Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa, Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kepada siswanya untuk berkembang.
Al-Hikmah dalam Tafsir At-Tobari adalah menyampaikan sesuatu yang telah diwahyukan kepada nabi. Ath-Thobari menguraikan :
يقول بوحى بالحكمة وكتابه الذى نزله عليك الله الذى يوحيه اليك 22
Hal ini hampir senada dengan Mustafa Al-Maroghi bahwa Al-Hikmah yaitu perkataan yang kuat disertai dengan dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan kesalah pahaman. Demikian pula dalam tafsir Al-Jalalain Al-hikmah diartikan dengan Al-Qura'nul kariem sebagai sesuatu yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud Al-hikmah adalah tanda atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qoth'i) sehingga bermanfaat bagi keyakinan.
Pelaksanaan realisasi memerlukan seperangkat metode, metode itu memerlukan pedoman untuk bertindak merealisasikan tujuan pendidikan. Pedoman itu memang diperlukan karena pendidik tidak dapat bertindak secara alamiah seja agar tindakan pendidikan dapat dilakukan lebih efektif dan lebih efisien. Disinilah teladan merupakan salah satu pedoman bertindak.Seorang guru henndaknya tidak hanya mampu memerintahkan atau memberi teori kepada siswa, tetapi lebih dari itu ia harus mampu menjadi panutan bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan.
Nampaknya yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan hikmah ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan mengunakan alasan-dalil dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi pelajaran. Materi pembelajaran bermanfaat dan berharga bagi dirinya, merasa memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang. Metode ini pleksibel bisa digunakan diberbagai kondisi, usia dan jenjang pendidikan. Tetapi menurut Quraish Shihab metode ini cenderung kepada orang yang memiliki pengetahuan tinggi (cendikiawan).
Metode Mauizhah Hasanah ( وَالْمَوْعِظَةالْحَسَنَةِ )
: - -
Mau'izhah hasanah terdiri dari dua kata "al-Mauizhah dan Hasanah". Al-mauizhah dalam tinjauan etimologi berarti "wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan bermakna pengajaran yang baik. Mau'izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan. Ibnu Katsir menafsiri Al-mauizhah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah.
At-Thobari mengartikan mauizhah hasanah dengan "Al-ibr al-jamilah" yaitu perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai kebermanfaatan bagi kehidupan para siswa. Mauizhah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da'i (guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi penstranferan nilai.
Imam Jalaludin Asy-Suyuthi dan Jalaludin Mahali mengidentikan kata "Al-Mau'izhah" itu dengan kalimat مواعظه أو القول الرقيق artinya perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat tersebut bermakna lemah lembut baik lagi baik. Dengan melalui prinsip mau'idzoh hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap dalam kalbu. Metode ini juga pleksibel bisa digunakan diberbagai kondisi, usia dan jenjang pendidikan. Menurut Quraish Shihab metode ini cocok kepada orang awam, sesuai dengan taraf pengetahuan mereka.
Metode Mujadalah ( جَادِلْهُمْ )
Kata mujadalah berasal dari kata "jadala" yang makna awalnya percekcokan dan perdebatan. Kalimat "jadala" ini banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Bahkan ada surat yang bernama "Al-Mujaadilah" ( perempuan-perempuan yang mengadakan gugatan). Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi sebagai kata berbantah-bantahan. Mujadalah berarti menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT.
Metode penyampaian ini dicontohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun ketika berdialog-diskusi dan berbantahan dengan Fir'aun. Sedangkan hasil akhirnya dikembalikan kepada Allah SWT. Sebab hanya Allahlah yang mengetahui orang tersebut mendapat petunjuk atau tidak. Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode "hiwar" (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya.
Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiyah dalam setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke "Student Centre" yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan individu para peserta didik (individual differencies) bukan "Teacher Centre". Metode ini biasanya digunakan dalam diskusi-diskusi ilmiah untuk mencari kebenaran dari beberapa pendapat yang berbeda, seperti dalam dunia perkuliahan. Menurut Quraish Shihab metode ini digunakan kepada Ahl – Kitab dan penganut agama-agama lain.
Metode Amtsal
Yaitu guru menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat suatu perumpamaan. Prinsip dasar metode tersebut terdapat dalam Al-Quran Surat al-A'raaf [7] ayat 176-177
Artinya: (176) dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (177) Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
Tafsir (Pendapat Ulama)
Bahwa (ولوشئنا لرفعنه بها) Sesungguhnya kami tinggikan (derajatnya) dengan ayat-ayat itu dan menjadikan kalian kedudukan yang tinggi melalui pengamalan ayat-ayat tersebut, akan tetapi dia cenderung kepada dunia dan harta, lebih mencintai dunia dan mementingkan kenikmatan dunia. Firman Allah:
ولكنّه اخلد إلى الأرض ولتّبع هواه
Bagi orang-orang yang belum dihadapkan dengan kenikmatan akhirat, belum diberikan petunjuk dengan ayat-ayat Allah, lahir bathinnya belum diberikan kesempurnaan dan belum bisa mensyukuri nikmat Allah dengan adanya keridhoan-Nya.
فمثله كمثل الكلب، إن تحمل عليه يلهث او تتركه يلهث
Artinya:Perumpaman orang yang seperti itu bagaikan seekor anjing yang lagi hina yaitu anjing yang apabila dihalau maka dia mengulurkan lidahnya dan apabila dibiarkan maka dia mengulurkan lidahnya juga.
Ini merupakan sifat yang jelek dan hina yang diserupakan dengan seekor anjing. Andaikan ada sifat orang yang serupa dengan seekor anjing ini merupakan kejadian yang sangat aneh/asing, yaitu merupakan bagi orang-orang hampa akan pengetahuan mengenai ayat-ayat Allah.
Dan perumpamaan yang aneh/asing ini adalah perumpamaan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan sombong kepada Allah.
Pada waktu manusia merasa bahagia karena adanya mukjizat Al-qur'an yang menampakan kejadian-kejadian orang Yahudi yang tidak menyukai adanya Nabi Muhammad Saw.
فاقصص القصص لعلهم يتفكّرون
Wahai rasul, ceritakanlah kepada orang Yahudi tentang orang yang diserupakan dengan seekor anjing karena mendustakan ayat-ayat Allah agar mereka dapat menjauhi jalan yang sesat dan kembali untuk meraih rahmat Allah, mensyukuri nikmat Allah dan mempelajari nama-nama kebesaran Allah. Jikalau mereka dipanggil oleh Allah, mereka menjawab akan tetapi mereka tidan menaati-Nya, karena hanya taat kepada selain Allah.
(لعلهم يتفكرون)Maka takutlah dengan adanya perumpamaan-perumpamaan yang seperti itu, karena Allah lebih mengetahui sifat-sifat umat Nabi Muhammad SAW dikarenakan beliau adalah manusia yang paling benar untuk diikuti dan dapat menolong manusia dari kesesatan.
ساء مثلا) (Perumpamaan orang-orang yang mendustakan dan menentang ayat-ayat Allah, diserupakan dengan seekor anjing yang tidak mempunyai apa-apa hanya memikirkan makanan dan hawa nafsunya saja.
Akhlak orang-orang yang dzalim karena penuh dengan kedustaan maka Allah akan mendzalimi mereka dengan menjauhkan diri mereka dari petunjuk Allah. Dalam sebuah hadits telah disebutkan orang diserupakan dengan seekor anjing dan telah ditetapkan dalam Soheh Kitab As-Sittah. Dari Ibnu Abbas sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda :"Bukankah orang yang hina kembali kepada kekotoran/kehinaan bagaikan seekor anjing yang mengeluarkan muntahnya". Amat buruknya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah diumpamakan dengan seekor anjing yang mengeluarkan muntahnya penuh dengan kotoran yang sangat menjijikkan.
Pada ayat diatas, terdapat isyarat bahwa betapa besar manfaat pemberian perumpamaan-perumpamaan seperti yang disebut pada ayat diatas, dalam memberi keputusan hati, dan bahwa pengeruhnya lebih kuat daripada sekedar memberi alasan-alasan dan bukti-bukti tanpa dibarengi dengan perumpamaan. Di samping itu, pada ayat lain terdapat isyarat manfaat berpikir, dan berpikir itu adalah prinsip ilmu dan jalan yang akan menyampaikan pada kebenaran. Karena itu, Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Dan firmannya:
Artinya: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.
Al-Qur'an tidak menyebutkan siapa nama orang yang dijadikan sebagai perumpamaan, dari bangsa apa, dan dari negara mana. Begitu pula dalam hadis shahih, tidak ada keterangan mengenai itu. Maka dalam memberi nasehat, kita tidak perlu menerangkan siapa namanya. Sekalipun dalam tafsir yang berdasarkan asar (tafsir bil ma'sur) para perawinya meriwayatkan banyak riwayat tentang siapa yang dimaksud.
Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abbas ra. Bahwa yang dimaksud adalah Bal'am dari Yaman. Allah telah memberinya pengetahuan tetapi ia tidak mengamalkan ayat-ayat itu. Sedang Abd bin Hamid, an-Nasai, Ibnu Jarir dan Ibnu Munzir telah mengeluarkan riwayat dari Abdullah bin 'Amir bahwa orang yang dimaksud adalah Umayyah bin Abis Salt As-Saqafi. Dan menurut suatu riwayat ayat ini turun mengenai teman kamu, Umayyah bin Abis Salt.
Juga Surat al-Baqarah ayat 17:
Artinya: "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat".
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi' dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen. Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas. Masih banyak lagi ayat Al-Quran yang membahas dan menjadi dasar dari metode tersebut.
Metode kisah
Yaitu memberikan materi pelajaran melalui kisah atau cerita. Prinsip dasar ini diambil dari Al-Quran surat Al_Qashas ayat 76.
Artinya: "Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia
berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya Berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur'an Q.S. Yunus : 23:
فَلَمَّآ أَنجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنفُسِكُم مَّتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa'id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463)
Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog). Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur'an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi :
وَقَالُوا يَاوَيْلَنَا هَذَا يَوْمُ الدِّينِ هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنتُم بِهِ تُكَذِّبُونَ احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَاكَانُوا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ
Dan mereka berkata:"Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan. Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya(kepada Malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,Selain Allah; Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S. Assafat : 20-23).
Selain itu terdapat juga dalam hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ'id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja'far dari 'Alâ' dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwassnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur'an yang berbunyi :
Artinya :(1)Hai orang yang berkemul (berselimut), (2)Bangunlah, lalu berilah peringatan!(3)Dan Tuhanmu agungkanlah!(4) Dan pakaianmu bersihkanlah, (5) Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (6) Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (7)Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang berbunyi:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakantentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan. Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ ….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu'bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: "Sebenarnya anda cukup begini". Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
Hadis di atas tergolong syarîf marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444) Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ'id ibn Abi Sa'id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa'atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan "Lâilaha illa Allah" dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49)
Selain hadits juga hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ الْجُذَامِيِّ عَنْ صَالِحِ بْنِ خَيْوَانَ عَنْ أَبِي سَهْلَةَ السَّائِبِ بْنِ خَلَّادٍ قَالَ أَحْمَدُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا أَمَّ قَوْمًا فَبَصَقَ فِي الْقِبْلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ فَرَغَ لَا يُصَلِّي لَكُمْ….
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ'ib ibn Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda "jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalian"… (Sijistani, t.t, I: 183).
Hadis di atas tergolong syarîf marfū' dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah azaly. Memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan social.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Hadis di atas tergolong syarîf marfu' dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan "celakalah", ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
Metode Pendidikan Menurut Pakar Pendidikan Islam
Para ahli didik Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan Islam diantaranya :
Al-Ghazali
Seyogyanya agama diberikan kepada anak sejak usia anak, sewaktu ia menerimanya dengan hafalan di luar kepala. Ketika ia menginjak dewasa sedikit demi sedikit makna agama akan tersingkap baginya. Jadi, prosesnya dimulai dengan hafalan diteruskan dengan pemahaman. Demikianlah keimanan tumbuh pada anak tanpa dalil terlebih dahulu.
Abdullah Nashih Ulwan
Dalam pendidikan di rumah tangga menguraikan 4 macam metode :
Menyuruh anak-anak semenjak awal membaca lailaha illallah
Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram
Menyuruh anak beribadah semenjak umur 7 tahun
Mendidik anak cinta kepada Rasul dan ahlul baitnya serta cinta dan gemar membaca al-Qur'an.
Abdul Rahman Al-Nahlawi
Al Nahlawi mengemukakannya pula metode Qur'an dan hadits yang dapat menyentuh perasaan yaitu :
Metode hiwar (percakapan)
Mendidik dengan kisah-kisah qur'ani dan nabawi
Mendidik dengan antsal qur'ani dan nabawi
Mendidik dengan memberi teladan (ushwatun hasanah)
Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman
Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauziah (peringatan)
Mendidik dengan membuat senang (targhib) dan memberi takut (tarhib)
Abdurrahman Saleh Abdllah
Mengemukakan beberapa metode pendidikan dan peranannya yaitu :
Metode cerita dan ceramah
Tujuannya adalah untuk memberi dorongan psikologis kepada peserta didik.
Metode diskusi, tanya jawab atau dialog
Tujuannya metode ini akan membawa kepada penarikan deduksi. Dalam pendidikan, deduksi merupakan suatu metode pemikiran logis yang sangat bermanfaat. Formulasi dari suatu prinsip umum diluar fakta ternyata lebih berguna sebab peserta didik akan dapat membandingkan dan menyusun konsep-konsep.
Metode perumpamaan
Tujuannya dapat memperjelas tentang konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit kepada peserta didik.
Metode hukuman
Tujuannya agar peserta didik dapat memahaminya sebagai tanda penerimaan kepribadiannya yang membuat merasa aman. Sementara hukuman yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak disukainya akan dapat menguatkan rasa aman tersebut.
Dari kutipan di atas, kita dapat melihat bahwa metode mengajar yang dikemukakan oleh para ahli di atas dilaksanakan sejak dini, bertahap, berkesinambungan dan tuntas, serta dengan cara bijaksana, penuh kasih saying, teladan yang baik, yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat membangkitkan minat dan dengan cara yang praktis.
Prinsip-prinsip Penerapan Metode Pendidikan
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. oleh karena itu, seorang pendidik perlumemperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga para pendidik mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Pada dasarnya belajar itu berujud melalui pengalaman, memberi reaksi, dan melakukan. Pembelajaran harus dilakukan melalui pembelajaran tangan pertama.
Metode tersebut harus memanfaatkan hukum pembelajaran. Berjalan dengan tertib dan efisien sesuai dengan hukum dasar pengeoperasiannya.
Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik.
Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran.
Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan individual.
Metode tersebut harus merangsang kemampuan berpikir dan nalar peserta didik.
Metode tersebut harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal keterampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan dan sikap peserta didik, karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi perkembangan.
Metode tersebut harus menyediakan pengalaman belajar yang banyak dan bervariasi.
Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik kearah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses deferensiasi dan integrasi.
Metode tersebut harus memberi peluang kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab.
Kelebihan satu metode menyempurnakan kekurangan metode yang lain.
Satu metode dapat digunakan untuk berbagai materi pembelajaran.
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibelitas dan dinamis. Sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut akan membuatnya tidak monoton dengan satu metode saja.
Kesimpulan
Pendidikan merupakan salah satu sendi dalam beragama. Ajaran Islam bisa bertahan sampai saat ini salah satunya karena ada proses pendidikan di samping dakwah tentunya. Para da'i yang menyebar ke seluruh penjuru dunia tersebut menggunakan Al-Qur'an sebagai pedoman baik dari segi orientasi, tujuan, cara atau metode penyampaian, media dan alat bahkan materi yang terkandung dalam penyampaiannya pun diambil dari Al-Quran. Al-Quran sebagai sumber segala sumber pedoman menjadikannya inspirator yang sangat kental dalam setiap gerak pemikiran umat Islam. Dalam berbagai bidang masyarakat muslim yang relegius akan selalu merujuk kepada wahyu sebagai firman Tuhan yang disampaikan melaluinya nabi-Nya.
Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran. Al-Qur'an sebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar.Ayat Al-Qur'an yang berkaitan dengan metode pembelajaran dan mengajar dalam perspektif Al-Qur'an antara lain dalam Surat an-Nahl ayat 125, Surat al-A'raaf ayat 176-177 dan lainnya.
Berbagai metode yang ditawarkan Al-Qur'an, seperti Metode Perumpamaan (Amsal), Metode Debat Aktif (Jidal), Metode Keteladanan, Metode Kisah, Metode Hikmah, yaitu mengajar dengan cara yang adil dan bijaksana, Metode Mau'izhah (uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan), Metode Mujadalah (diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah Swt).
Jadi metode-metode pembelajaran ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, dan terutama bagi pendidik dan calon pendidik, dapat memilih metode yang paling tepat, melihat siapa dan bagaimana kadar keilmuan peserta didik (objek) yang akan dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Al-Qur'anul Karim
Al-Qur'an dan terjemahnya. 1993. Depag RI
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan As-Suyuthi, Imam Jalaluddin. 1997. Tafsir Jalalain: Berikut Asbabun Nuzul Ayat. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
_________________________________________________. 1995. Terjemahan Tafsir Aljalalain jilid 2. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. 1994. Terjemahan al-Maraghi Jilid 9. Semarang: Toha Putra.
________________________. 1994. Terjemahan al-Maraghi Jilid 14. Semarang: Toha Putra.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Ash - Shiddieqy, Hasbi. 1969. Tafsir Al- Qur'anul Madjid"Annur" juz xv. Jakarta: Bulan Bintang.
Djumransjah, M.. 2006. Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia Publishing.
Echol, John M dan Shadily, Hasan. 1995. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Jarir Ath-Thobarii, Ja'far Muhmaad ibn. 1996. Tafsir Ath-Thobari ; Jami'ul Bayan Ta'wilul Qur'an, Bairut-Libanon: Darul kutubul Ilmiuah.
Jamaluddin Abd. Ar Rahman, Imam Abi Al-Farj. 1994. Kitab Zadul Masir fi 'Ilmuttafsir. Bairut, Libanon: Darul Kitab Al – 'Amaliyah.
Mohammad, Omar. 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Mujib, Abdul dan Muzakkair, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
_________. 2010. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Ramayulis dan Nizar, Samsul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta : Kalam Mulia.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah Volume 6. Jakarta: Lentera Hati.
Surakhmad. 1998. Pengantar interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-MALANG PRESS.
Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Arab –Indonesia. Jakarta: PT Hidakarya Agung.
Yusuf, Kadar M.. 2011. Tafsir Tarbawi. Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Zuhairini dan Ghafir, Abdul. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: UM PRESS.
http://bahrululummunir.blogspot.com/2011/03/pengertian-fungsi-dan-macam-macam.html diakses tanggal 02 November 2012 jam 13.17 WIB.
http://farhansyaddad.wordpress.com/2010/06/09/metode-pendidikan-islam/ diakses tanggal 02 November 2012 jam 15.15 WIB.