MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN
Kinerja lingkungan dapat meiliki pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan perusahan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya lingkungan yang memadai. Bagi banyak organisasi, pengelolaan biaya lingkungan menjadi prioritas utama dan minat yang intens. Ada dua alasan utama yang mendukung atas peningkatan minat tersebut, yaitu :
Di banyak negara, peraturan lingkungan telah meningkat secara signifikan, bahkan diperkirakan akan semakin ketat lagi.
Keberhasilan penyelesaian masalah-masalah lingkungan menjadi isu yang semakin kompetitif. Untuk memahami dua alasan utama tersebut, kita perlu memahami konsep yang disebut ekoefiensi.
MANFAAT EKOEFIENSI
Ekoefiensi pada intinya mempertahankana bahawa organisasi dapat memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat sambil secara simultan mengurangi dampak lingkungan yang negative, konsumsi sumber daya, dan biaya. Konsep ini mengandung paling tidak tiga pesan penting.
Perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling melengkapi.
Perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan derma, melainkan sebagai kebersaingan.
Ekoefiensi adalah suatu pelengkap dan mendukung pengembangan yang berkesinambungan.
Ekoefiensi mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi berasal dari perbaikan kinerja lingkungan. Beberapa penyebab-penyebab dan insentif-insentif untuk peningkatan ekoefiensi antara lain :
Permintaan pelanggan akan produk yang lebih bersih
Pegawai yang lebih baik dan produktivitas yang lebih besar
Biaya modal yang lebih rendah dan asuransi yang lebih rendah
Keuntungan sosial yang signifikan sehingga citra perusahaan menjadi lebih baik
Inovasi dan peluang baru
Pengurangan biaya dan keunggulan bersaing
MENGUKUR BIAYA LINGKUNGAN
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kuallitas lingkungan yang rendah, sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi yang informative untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan terutama yang berdampak pada lingkungan.
Akuntansi Biaya Lingkungan (ECA) dengan menelusuri 2 jenis :
Biaya tidak langsung (tambahan lingkungan) yaitu biaya yang harus dialokasikan pada biaya obyek, misalnya biaya pelatihan lingkungan, dan gaji untuk manager eksekutif lingkungan.
Biaya langsung (tambahan lingkungan) yaitu biaya yang dapat ditelusuri secara langsung dari biaya proyek, misalnya biaya energi dari sebuah produk, gaji, biaya buruh proses, pembelian bahan mentah produksi
Dengan penelusuran tersebut akan ditemukan biaya tersembunyi (hidden cost) yang menyebabkan dampak lingkungan. Adapun kategori biaya yang berhubungan dengan lingkungan :
Biaya pengawasan emisi dan limbah.
Biaya pencegahan dan manajemen lingkungan lainnya.
Biaya penelitian dan pengembangan.
Biaya nyata yang berkurang
Penilaian investasi lingkungan yang bertujuan untuk menghitung potensi keuntungan dengan biaya yang efektif. Penganggaran keuangan lingkungan dengan tahapan :
Penganggaran operasional keuangan lingkungan yang berfokus pada alur bahan dan energi (tingkat operasional dari organisasi), bertujuan memberikan informasi tentang pengeluaran perusahaan yang berkaitan dengan alur bahan dan energi.
Penganggaran kapital keuangan lingkungan moneter yang berfokus pada persediaan bahan dan energi, bertujuan mengidentifikasi bahan dan energi yang ramah lingkungan dan kapital.
B.1 ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT
Beberapa faktor yang mendasari diperlukannya valuasi ekonomi adalah karakteristik atau sifat-sifat khas yang melekat dari SDA antara lain ;
Sifat keterikatan
Sifat tidak terpisahkan
Sifat keterpulihan
Sifat dampak eksternal
Tujuan pokok dilakukannya valuasi ekonomi adalah untuk mengetahui nilai riil sumberdaya yang digunakan. Sedangkan pemberian nilai sumberdaya yang digunakan dilakukan dengan mempertimbanngkan dimensi waktu, karena adanya faktor dimensi waktu dalam pengelolaan SDA dan lingkungan.
Faktor – faktor yang menyebabkan tidak diperolehnya nilai rill (harga sebenarnya) dari sumberdaya yang digunakan antara lain :
Sifat – sifat dari sumberdaya itu sendiri
Adanya pasar yang terdistorsi
Tidak adanya pasar
Dan pada prinsipnya valuasi ekonomi dilakukan untuk memberikan harga atau memperhitungkan suatu nilai dari sumberdaya yang digunakan dalam bentuk uang.
MEMBEBANKAN BIAYA LINGKUNGAN
Produk dan proses merupakan sumber-sumber biaya lingkungan. Proses produksi dapat menciptakan residu. Residu ini memiliki potensi mendegradasi lingkungan. Maka dari itu residu merupakan penyebab biaya kegagalan lingkungan internal dan eksternal. Selain itu pengemasan juga merupakan sumber biaya lingkungan. Produk sendiri juga dapat menjadi sumber biaya lingkungan. Setelah menjual produk, penggunaan, dan pembuangan oleh pelanggan dapat mengakibatkan degradasi lingkungan. Hal ini contoh biaya lingkungan pasca pembelian (environment postpurchase cost).
C.1 Biaya Produk Lingkungan
Penghitungan biaya lingkungan penuh (full environmental product costing) adalah pembebanan semua biaya lingkungan, baik yang bersifat privat maupun sosial, keproduk. Penghitungan biaya privat penuh (full privat costing) adalah pembebanan biaya privat ke produk individual. Jadi penghitungan biaya privat membebankan biaya lingkungan yang disebabkan oleh proses internal organisasi produk. Penghitungan biaya privat mungkin merupakan titik awal yang baik bagi perusahaan. Biaya privat dapat dibebankan dengan menggunakan data yang dihasilkan didalam perusahaan. Biaya penuh memerlukan pengumpulan data yang dihasilkan di luar perusahaan. Ketika perusahaan mulai berpengalaman dengan penghitungan biaya lingkungan, pembebanan biaya produk dapat diperluas dan mengimplementasikan pendekatan yang disebut penilaian biaya siklus hidup (life-cyclecost assessment). Pembebanan biaya lingkungan pada produk dapat menghasilkan informasi manajerial yang bermanfaat. Dengan membebankan biaya lingkungan yang tepat, juga dapat diketahui apakah produk tersebut menguntungkan atau tidak.
C.2 Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi
Dengan menggunakan definisi biaya lingkungan dan kerangka kerja klasifikasi yang baru dikembangkan, biaya lingkungan pertama-tama harus dipisahkan kedalam kelompok biaya lingkungan. Setelah dipisahkan dalam kelompok sendiri, penghitungan biaya berbasis fungsi (functional-based costing) akan membebankan biaya tersebut ke produk individual dengan menggunakan penggerak tingkat unit seperti jumlah jam tenaga kerja dan jam mesin. Pendekatan ini dapat berjalan dengan baik untuk produk yang homogen akan tetapi dalam perusahaan yang memiliki produk yang bervariasi, pembebanan berbasis fungsi dapat menyebabkan distorsi biaya.
C.3 Pembebanan Biaya lingkungan Berbasis Aktivitas
Munculnya penghitungan biaya berbasis aktivitas (activity-based costing) ikut memfasilitasi penghitungan biaya lingkungan. Untuk perusahaan yang menghasilkan beragam produk, pendekatan berbasis aktivitas lebih tepat. ABC membebankan biaya ke aktivitas lingkungan dan kemudian menghitung tingkat atau tariff aktivitas. Tingkat ini digunakan untuk membebankan biaya lingkungan ke produk. Untuk aktivitas-aktivitas lingkungan ganda, setiap aktivitas akan dibebankan biaya, dan tingkat aktivitas akan dihitung. Tingkat ini kemudian digunakan untuk membebankan biaya lingkungan ke produk berdasrkan penggunaan aktivitas. Penelusuran biaya lingkungan ke produk-produk yang menyebabkan biaya-biaya tersebut merupakan syarat utama dari system akuntansi lingkungan yang baik.
C.4 Penilaian Biaya Siklus Hidup
Biaya produk lingkungan dapat menunjukan kebutuhan untuk meningkatkan pembenahan produk perusahaan. Pembenahan produk (product stewardship) adalah praktik mendesain, membuat, mengolah dan mendaurulang produk untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap lingkungan. Penilaian siklus hidup adalah sarana untuk meningkatkan pembenahan produk. Penilaian siklus hidup (life-cycle assessment) mengidentifikasi pengaruh lingkungan dari suatu produk disepanjang siklus hidupnya dan kemudian mencari peluang untuk memperoleh perbaikan lingkungan. Penilaian biaya siklus (life-cycle cost assessment) membebankan biaya dan keuntungan pada pengaruh lingkungan dan perbaikan.
C.5 Siklus Hidup Produk
EPA mengidentifikasikan empat tahap dalam siklus hidup produk ekstraksi sumber daya, pembuatan produk, penggunaan produk, serta daur ulang dan pembuangan. Tahap lain yang mungkin ada, namun tidak disebutkan dalam garis petunjuk EPA, adalah Pengemasan Produk. Jika sistem akuntansi biaya akan memainkan peranan dalam penilaian siklus hidup, maka langkah yang paling nyata adalah menilai dan membebankan biaya lingkungan yang disebabkan oleh produsen dalam setiap tahapan siklus hidup.
C.6 Tahapan penilaian
Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal :
Analisis Persediaan
Menyebutkan jenis dan jumlah input bahan baku dan energy yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam bentuk rsidu padat, cair, dan gas. Anylisis ini mencakup seluruh siklus hidup produk.
Analisis Dampak
Menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan menyediakan peringkat relative dari pengaruh-pengaruh tersebut
Analisis Perbaikan
Bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditunjukkan oleh tahap persediaan dan dampak Penilaian Biaya
Analisis persediaan (inventory analysis) menyebutkan jenis dan jumlah input bahan baku dan energi yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam bentuk residu, padat, cair, dan gas. Analisis persediaan mencakup seluruh siklus hidup produk. Analisis dampak (impact analiysis) menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan menyediakan peringkat relatif dari pengaruh-pengaruh tersebut. Analisis perbaikan (improverment analysis) bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditunjukkan oleh tahap persediaan dan dampak. Analisis Lingkungan penilaian dampak lingkungan dalam istilah operasional dan keuangan menetapkan tahap untuk langkah terakhir, yaitu mencari cara untuk mengurangi dampak lingkungan dari alternatif-alternatif yang dipertimbangkan atau dianalisis. Langkah inilah yang berhubungan dengan sistem pengendalian organisasi. Perbaikan kinerja lingkungan dari produk dan proses yang ada merupakan tujuan keseluruhan dari sistem pengembalian lingkungan.
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN LINGKUNGAN BERBASIS STRATEGI
Tujuan keseluruhan dari perbaikan kinerja lingkungan mengusulkan bahwa kinerja perbaikan berkelanjutan untuk pengendalian lingkungan adalah yang paling sesuai. Dalam kenyataanya, sebuah perspektif lingkungan kemungkinan adalah perspektif kelima dari kerangka kerja Balanceed Scorecard.
Sistem manajemen lingkungan berbasis strategi (strategic-based environmental management system) menyediakan kerangka kerja operasional untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Sebagai contohnya, perspektif lingkungan perlu dihubungkan dengan perspektif proses untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Pengetahuan mengenai akar penyebab dari aktivitas lingkungan merupakan dasar untuk setiap perubahan desain proses yang dibutuhksn untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Jadi, kerangka kerja balanced scorecard menyediakan tujuan dan ukuran terpadu untuk mencapai keseluruhan tujuan dari perbaikan kinerja lingkungan. Penilaian biaya siklus hidup membebankan biaya ke dampak lingkungan dari beberapa desain produk. Biaya ini adalah fungsi dari penggunaan bahan baku, energy yang dikonsumsi, dan pelepasan ke lingkungan yang berasal dari manufaktur produk. Sebelum menilai pembebanan produk ini, pertama-tama perrlu dilakukan analisis persediaan yang memberikan perrincian bahan baku, energy, dan pelepasan ke lingkungan. Analisis ini dilakukan di sepanjang siklus hidup produk. Setelah selesai, dampak keuangan dan operasional dapat dinilai dan langkah-langkah dapat diambil untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Langkah terakhir ini juga disebut dengan analisis lingkungan.
PERSPEKTIF LINGKUNGAN
Kita dapat mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima tujuan inti dari perspektif lingkungan :
Meminimalkan penggunaan bahan baku atau bahan yang masih asli
Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya
Meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan produk
Meminimalkan pelepasan residu padat, cair, dan gas
Memaksimalkan peluang untuk daur ulang.
Ada dua tema lingkungan yang terkait dengan bahan baku dan energi (tiga tujuan ini utama) :
Tidak ada lagi energi atau bahan baku yang digunakan melebihi dari yang dibutuhkan (isi konservasi).
Harus dicari sarana untuk menghilangkan penggunaan bahan baku atau energi yang merusak lingkungan (isu zat yang berbahaya).
Ukuran kinerja harus mencerminkan kedua tema ini. Jadi, ukuran-ukuran yang memungkinkan adalah berapa jumlah kuantitas total dan perunit dari berbagai bahan baku dan energi (misalnya, berat bahan kimia beracun yang digunakan), ukuran produktivitas (output/bahan baku, output energi), dan biaya bahan (energi) berbahaya yang dinyatakan sebagai persentase total biaya bahan baku.
Tujuan inti keempat dapat direalisasikan dalam salah satu dari dua cara berikut :
Mengunakan tekhnologi dan metode untuk mencegah pelepasan residu, ketika diproduksi.
Menghindari produksi residu dengan mengidentifikasi penyebab dasar dan mendesain ulang produk dan proses untuk menghilangkan penyebab-penyebabnya.
Dari kedua metode tersebut, metode yang kedua lebih disukai. Metode pertama mirip dengan pemerolehan kualitas produk melalui pemeriksaan dan pengerjaan ulang (memeriksa kualitas).
Tujuan kelima menekankan konservasi sumber daya yang tdak dapat diperbarui melalui penggunaan kembali. Daur ulang mengurangi permintaan untuk ekstraksi tambahan bahan baku. Daur ulang juga mengurangi degradasi lingkungan dengan mengurangi pembuangan sampah oleh pemakai akhir. Ukurannya mencakup berat bahan baku yang di daur ulang, jumlah bahan baku yang berbeda-beda (semakin sedikit, semakin banyak untuk daur ulang), persentase unit yang dibuat ulang, dan energi yang diproduksi dari pembakaran.
PERAN MANAJEMEN AKTIVITAS
Analisi aktivitas lingkungan penting untuk sistem pengendalian lingkungan yang baik. Identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian biayanya merupakan persyaratan untuk penghitungan biaya lingkungan berbasis aktivitas. Pengetahuan mengenai biaya lingkungan dan produk atau proses apa yang menyebabkan nya merupakan hal yang
sangat penting sebagai langkah pertama untuk pengendalian. Selanjutnya, aktivitas
lingkungan harus diklasifikasikan sebagai bernilai tambah (value-added) dan tak
bernilai tambah (nonvalue-added).
Aktivitas tak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak perlu ada jika perusahaan beroperasi secara optimal dan efisien. Aktivitas gagal bukanlah satu-satunya aktivitas yang bernilai tambah. Banyak aktivitas deteksi seperti pemeriksaan jug merupakan aktivitas tak bernilai tambah.
Biaya lingkungan tak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas tak bernilai tambah Biaya ini mewakili keuntungan yang dapat ditangkap dengan cara memperbaiki kinerja lingkungan. Kunci untuk menangkap keuntungan ini adalah dengan mengidentifikasi akar penyebab aktivitas yang tak bernilai tambah dan kemudian mendesain ulang produk dan proses untuk meminimalkan dan akhirnya menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut.
DESAIN UNTUK LINGKUNGAN
Pendekatan desain khusus ini disebut desain untuk lingkungan (design for the environment). Merupakan pendekatan khusus yang menyentuh produk, proses, bahan baku, energy, dan daur ulang. Dengan kata lain, keseluruhan daur hidup produk dan pengaruhnya terhadap lingkungan harus dipertimbangkan. Dalam konsep ukuran keuangan, perbaikan lingkungan harus menghasilkan keuntungan keuangan yang signifikan. Jika keputusan ekoefisien dibuat, maka total biaya lingkungan harus terhapus bersamaan dengan perbaikan kinerja lingkungan. Diperlukan keberhati-hatian dalam mengukur biaya dan tren. Pengurangan biaya harus terkait dengan perbaikan lingkungan dan bukan sekadar menghilangkan kewajiban terhadap lingkungan. Jadi, biaya kegagalan eksternal harus mencerminkan kewajiban tahunan rata-rata yang berasal dari efisiensi lingkungan saat ini. Kemungkinan penghitungan lain adalah dengan menghitung biaya lingkungan total sebagai persentase penjualan dan menelusuri nilai tersebut selama beberapa periode. Dalam hal ini maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan ekoefisiensi harus menghasilkan konsekuensi keuangan yang menguntungkan yang dapat diukur dengan menggunakan tren biaya lingkungan tak bernilai tambah dan tren total biaya lingkungan.
1