Memperbaiki Amplifier OCL dengan Menguji Semua Komponen Amplifier
Pengetahuan mengenai cara memperbaiki amplifier OCL cukup penting mengingat jenis amplifier OCL sekarang sekarang mendominasi mendominasi amplifier-amplifier amplifier-amplifier dengan daya besar. Secara singkat, OCL adalah kependekan dari Output Capacitor Less yaitu sebuah sistem pada power amplifier dimana didalamnya tidak terdapat kondensator (kapasitor) kopel untuk meneruskan daya ke speaker. Selain tidak adanya kondesator, ciri dari amplifier OCL yaitu menggunakan power-supply tegangan simetrik atau disebut juga power-supply tegangan terbelah.
Karena amplifier OCL terdiri dari bermacam-macam komponen maka cara memperbaiki amplifier OCL ini harus melalui pengujian berbagai komponen tersebut. Namun kasus kerusakan paling sering ditemukan pada amplifier ini umumnya disebabkan over heat pada transistor, kabel speaker konslet, atau coil speaker yang terbakar karena tidak sanggup menampung daya dari amplifier. Cara Menguji dan Memperbaiki Amplifier OCL Butuh pengujian beberapa komponen untuk mengetahui sumber kerusakan sehingga cara memperbaiki amplifier OCL mudah dilakukan. Menguji R15 dan R16 : Cara menguji komponen ini yaitu dengan melepas salah satu kaki dari rangkaian R15 dan R16. Berikutnya diukur menggunakan multitester di skala 1 ohm atau 10 ohm. Jika jarum multitester tidak bergerak maka harus diganti dengan komponen baru. Menguji Dioda : Salah satu kaki dioda dilepaskan dari papan rangkaian kemudian kakikakinya diukur menggunakan multitester. Caranya dengan membolak-balik posisi colokan di bagian kaki anoda dan katoda. Saat colokan dibolak-balik tapi jarum multitester bergerak penuh ke kanan atau malah tidak bergerak sama sekali, maka kerusakan amplifier OCL bersumber pada dioda dan harus digantu dioda yang baru. Menguji Transistor : Cara memperbaiki amplifier OCL juga butuh pengujian konponen transistor. Lepaskan transistor dari rangkaian. Stel saklar multitester pada 1 ohm untuk menguji kaki-kaki transistor tersebut. khusus untuk Transistor NPN colokan multitester yang warna hitam harus berada di kaki basis, sedangkan yang warna merah dipindahpindah dari kaki kolektor dan emitor kemudian lihat jarum pada multitester. Jika jarum menyimpang sedikit ke kanan dari garis tengah maka bisa dipastikan transistor kondisinya masih bagus.
Begitu juga jika colokan multitester posisinya dibalik, colokan yang warna merah di kaki basis sedangkan colokan warna hitam dipindah-pindah antara kaki kolektor dan emitor maka jarum penunjuk multitester tidak akan bergerak (untuk jenis Transistor PNP berlaku sebaliknya). Jika semua komponen diatas masih dalam kondisi normal maka
kerusakan mungkin terjadi di bagian IC, terutama jika amplifier menggunakan IC 741. Anda harus mengganti IC dengan IC yang baru. Menguji Performa Amplifier OCL dari Kinerja Transistor Peran transistor sangat mempengaruhi kinerja amplifier. Jadi meskipun semua komponen yang rusak sudah diganti perlu diuji kinerja semua komponen, terutama transistor apakah posisisnya tidak terbalik antara NPN dan PNP.
Cara menguji rangkaian, pertama sambungkan amplifier OCl ke speaker. Jika power amplifier sudah stereo sedangkan hanya terdapat 1 unit speaker, pasang kabel speaker yang positif pada bagian output L dan yang negatif di output R (dalam hal ini ground tidak diperlukan) kemudian sambungkan rangkaian dengan catu daya. Untuk langkah pertama ini gunakan tegangan yang relatif kecil terlebih dahulu (misalnya 12V) kemudian tekan tombol power dan dengarkan suara speaker. Apabila terdengar suara mendengung tekan tombol OFF lalu periksa semua komponen apakah ada pemasangan yang terbalik. Periksa juga posisi transistor dan pastikan posisinya tidak tertukar antara NPN dan PNP. Segera betulkan jika memang ada yang salah lalu coba dihidupkan kembali. Jika sudah tidak terdengar suara mendengung, raba kabel input menggunakan jari. Apabila saat diraba terdengar bunyi “BRRRTTT” maka pemasangan semua komponen sudah benar dan amplifier sudah bisa digunakan kembali.
Sekilas tentang OCL. OCL adalah singkatan dari Ouput Capacitor Less , sebuah sistem audio amplifier yang meniadakan penggunaan kondensator (capacitor) kopel untuk melimpahkan daya kepada beban speaker. Sistem ini menjadi populer menindak lanjuti pendahulunya, yaitu sistem OTL sebagai amplifier yang mempunyai kemampuan menghasilkan audio hi-fi dengan baik namun tanpa melibatkan kondensator-kondensator berkapasitas besar. Amplifier OCL memerlukan power-supply tegangan terbelah, berikut adalah contoh skema rangkaiannya :
Ciri dari amplifier OCL adalah :
Menggunakan power-supply tegangan terbelah atau power-supply tegangan simetrik, yaitu power supply yang mempunyai tegangan positif, tegangan negatif dan 0 Volt (ground). Tidak ada kondensator kopel kepada speaker dari titik tengahnya (titik X) Pada tahap depan biasanya ditera pkan “differential-amplifier”.
Gambar pertama memperlihatkan contoh power-amplifier OCL yang diadopsi dari deck Polytron Big-Band. Q1 dan Q2 membentuk differential-amplifier yang emitornya saling berhubungan. R3 merupakan resistor emitor yang mengalirkan arus bagi kedua emitor Q1 dan Q2. Basis Q1 menjadi jalan masukan (input) non-inverting sedangkan basis Q2 menjadi input inverting. Penguatan keseluruhan ditentukan oleh nilai resistansi R4 (resistor basis) dan R5. Namun biasanya R4 dibuat sama dengan R1. Apabila R4 dibesarkan maka penguatan amplifier akan bertambah. Tetapi jika R4 terlalu dibesarkan maka akan dapat mengakibatkan kerja rangkaian menjadi tidak stabil. Karena itu R4 dipilih tidak terlalu besar. R5 memperkecil atau membatasi umpan balik negatif, di mana apabila nilai resistansinya dikecilkan maka penguatan amplifier juga akan bertambah. Dua dioda 1N4148 di antara basis Q5 dan Q4 berfungsi sebagai sensor panas karena sifat dioda yang akan menurun tegangan majunya apabila terkena panas pada batas suhu tertentu. Dua dioda ini berada dekat dengan keping pendingin (heatsink) transistor-transistor akhir. Di sini dua transistor akhir adalah dari tipe yang sama, yaitu 2N3055. Apabila transistor menjadi terlalu panas maka tegangan maju dioda akan turun sehingga tegangan di antara basis Q5 dan Q4 akan turun juga. Ini berefek mengurangi besar arus yang sedang mengalir di antara transistor-transistor akhir karena setelan arus stasionernya telah berubah mengecil. Dengan demikian kompensasi terhadap panas yang berlebihan tetap berjalan. Setelan arus stasioner dalam kondisi normal tanpa sinyal input disetel oleh trimpot 1k. Adapun dua dioda di basis Q4 berfungsi sebagai “limiter” apabila pembebanan terhadap amplifier terlalu kuat atau terjadi hubung singkat di jalur speaker. Titik X merupakan titik tengah power-amplifier, dari titik ini disambungkan speaker. Normalnya, di titik ini tidak terdapat tegangan DC (nol Volt) terhadap ground, karenanya aman disambungkan secara langsung kepada speaker. Ini dimungkinkan karena penerapan suplai tegangan terbelah. Bagi tegangan DC titik X seolah sama dengan ground (jalur 0V) tetapi bagi sinyal-sinyal ac audio yang telah dikuatkan oleh amplifier, titik X mempunyai perbedaan potential yang besar terhadap ground, maka yang akan mengalir pada speaker hanyalah sinyal-sinyal ac audio. Pada gambar kedua diperlihatkan skema rangkaian power-amplifier lokal yang banyak beredar. Berbagai merk amplifier lokal, amplifier rakitan dan speaker aktif menggunakan rangkaian tersebut dengan variasi yang sangat sedikit. Q1 dan Q2 membentuk differential-amplifier namun peran resistor emitor diambil alih oleh kolektor-emitor Q3. Jadi, Q3 di sini berperan sebagai penyedia arus bagi kedua emitor Q1 dan Q2. Dengan adanya D1 dan D2 di basis Q3 maka arus yang dialirkan
kepada emitor Q1 dan Q2 besarnya akan tetap, tidak berubah-ubah. Sebagai driver digunakan transistor pasangan komplementer BD139 (NPN) dan BD140 (PNP), berbeda dengan power-amplifier yang pertama, di sini digunakan transistor akhir dengan pasangan komplementer juga, yaitu MJ2955 (PNP) dan 2N3055 (NPN). Mengenai hal-hal yang lainnya tidak diterangkan lagi di sini karena telah diterangkan sebelumnya. Kerusakan umum amplifier OCL. 1.Tidak ada suara tapi power hidup 2.Ada suara tetapi cacat dan kecil disertai dengung 3.Mati total
Kerusakan pertama dan kerusakan kedua biasa disebabkan oleh adanya transistor driver atau transistor akhir yang rusak. Perlu ditekankan bahwa jika sebuah amplifier OCL rusak, jangan langsung mengetesnya dengan speaker karena speaker itu bisa saja jadi ikut rusak. Yang pertamakali harus dilakukan adalah memeriksa dengan DC Voltmeter (AVOmeter pada posisi DCV 50) apakah di terminal keluaran untuk sambungan ke speaker terdapat tegangan DC atau tidak. Pemeriksaan dilakukan tanpa sinyal input, yaitu dengan pengatur volume berada pada posisi paling minimal dan ketika dilakukan pemeriksaan speaker harus dilepas. Pada saluran keluaran ke speaker (titik X) tidak boleh ada tegangan DC meskipun kecil, harus nol Volt. Jika di situ terdapat tegangan DC maka berarti ada transistor-transistor akhir dan transistor driver yang telah rusak, perlu diperiksa satu persatu mana sajakah yang rusak untuk diganti dengan yang baru. Bagi yang belum mengerti tentang pengetesan transistor (atau diode) dengan AVOmeter dapat mengikuti tulisan terkait, silahkan telaah dan pilih ulasannya dalam : Daftar Isi . Transistor-transistor akhir yang rusak “short” akan meloloskan tegangan DC dari Vcc + atau Vcc - ke saluran speaker, apabila di situ dipasang speaker maka speaker akan teraliri arus DC yang cukup besar sehingga akan rusak. Pengetesan dengan speaker yang terpasang hanya dilakukan apabila sudah dipastikan bahwa pada saluran speaker sudah tidak terdapat tegangan DC. Pada amplifier yang “berkelas” biasanya dipasang rangkaian speaker -protector atau setidaknya sikring (fuse) pengaman di saluran speaker. Tetapi pada amplifier-amplifier murahan hal ini tidak diperhatikan. Sang perancangnya mungkin berfikir : “Jika amplifier ini rusak maka speaker harus ikut rusak juga. Rusaklah bersama-sama!” Kembali kepada gambar kedua di atas, menyertai kerusakan driver dan transistortransistor akhir perlu juga diperiksa D4, D5, R13, R14, R15 dan R16 apakah ikut rusak atau tidak. Di beberapa rancangan power-amplifier OCL yang lain peran sensor panas D3, D4 dan D5 dilakukan oleh sebuah transistor. Transistor ini juga perlu diperiksa karena kerusakan yang parah pada tingkat akhir biasanya mengikut-sertakan transistor ini untuk ikut rusak. Kerusakan ketiga adalah kerusakan yang sudah mengancam bagian power-supply. Tidak cukup hanya dengan mengganti sikring/fuse yang putus dengan yang baru. Komponen bagian power supply seperti transformator daya dan dioda-dioda penyearah perlu diperiksa juga, jika ada yang rusak diganti dengan yang baru karena bagian ini perlu diperbaiki terlebih dahulu.
Setelah itu bagian power-amplifier diperiksa. Kerusakannya tidak akan jauh dari seperti yang telah disebutkan di atas. Apabila kerusakan pada kedua bagian ini telah diperbaiki maka sikring-sikring bisa dipasang dan lalu dilakukan pengetesan dengan sumber AC 220V yang terhubung. Kerusakan lain. Ada kalanya bagian power-amplifier dipastikan tidak rusak, cara paling mudah misalnya dengan menyentuhkan ujung jari ke input power-amplifier. Pada dua gambar contoh di atas ujung jari disentuhkan ke salah satu solderan kaki elektroda C1, maka pada speaker akan terdengar suara “hum”. Jika begitu maka berarti power-amplifier masih berfungsi dengan baik. Tetapi ini dilakukan hanya apabila telah dipastikan bahwa pada titik X memang tidak terdapat tegangan DC. Namun apabila suara dari sumber sinyal audio tidak ada padahal power-amplifier masih bagus, kerusakan seperti ini bisa disebabkan oleh sambungan perkabelan atau pensaklaran input atau pensaklaran speaker yang tidak benar. Apabila semua itu setelah diperiksa ternyata tidak bermasalah, maka kemungkinan kerusakan terjadi pada tingkat depan, yaitu bagian tone-control. Rangkaian tone-control yang menerapkan IC bisa saja rusak dan ketika rusak yang terjadi akan seperti itu. Rangkaian IC OCL. Setiap rangkaian OCL mempunyai ciri khas menggunakan power-supply tegangan terbelah dan tidak menggunakan kondensator kopel dari titik X (titik tengah amplifier) ke speaker.
Untuk mengetahui apakah sebuah IC OCL masih baik atau tidak, cukup ukur antara titik X-nya dengan ground menggunakan DCV, jika ternyata terdapat tegangan DC (besar atau kecil) maka dipastikan IC tersebut telah rusak dan perlu diganti. Begitu saja, lebih mudah langkah pemeriksaannya. Gambar di atas memperlihatkan contoh skema rangkaian IC dalam konfigurasi OCL. Skema rangkaiannya diadopsi dari datasheet TDA2050 SGS Thomson. Titik X berada pada pin 4. Untuk IC yang lain mungkin akan berbeda, tetapi di sinilah kuncinya... Jika bisa mengenali manakah titik X di dalam sebuah rangkaian IC, sangat mudah untuk memastikan bahwa sebuah IC OCL itu telah rusak...
Penjelasan dan Fungsi Komponen pada Power OCL 150 Watt
R1 (100K), berfungsi meredam hum / sinyal liar yang mungkin timbul terutama pada saat amplifier dihidupkan tanpa rangkaian input. C1 (100nF), sebagai kopling, menyalurkan sinyal ac (lebih dari 20Hz) dan menahan sinyal dc. R2 (33)K, memberi bias ke basis TR1 sekaligus membuat kapasitor resonansi C2 lebih aktif. Gain bas bisa 2 hingga 4 kali lipat (sekitar 6dB) lebih kuat dari amplifier lain. R6 (33K), resistor gain. Semakin besar nilainya semakin besar pula penguatannya. Penguatan dan kejernihan suara berbanding terbalik. Jika rangkaian amplifier ini harus disupply dengan tegangan rendah, misal 12V ct 12V, maka sebaiknya R6 ini diganti dengan yang lebih kecil, misalnya dari 33K menjadi 10-12K. R3 (560), kebalikan dari R6 C2 (47uF), kapasitor resonansi/kapasitor gain/kapasitor feed back, hanya bekerja pada arus ac. Menjamin R3 supaya hanya meneruskan sinyal audio (di atas 20Hz) & menahan arus dc. TR1, TR2 (A564), Stage input yang bekerja kebalikan. TR1 penguat non-inverting, sedangkan TR2 penguat inverting. Untungnya stage ini menggunakan transistor PNP. Transistor PNP biasanya jauh lebih linier, pemilihan komponen yang cerdas. D1, D2, R4, R7, TR4, membentuk rangkaian regulator arus untuk mensupply stage input. Dioda ini tidak harus high speed, yang penting kuat membentuk tegangan sekitar 1.3V, amplifier lain malah mengganti dua dioda ini dengan satu biji led. R4 (10K), Bias D1 & D2, Semakin kecil semakin panas, semakin panas semakin jernih. Menjamin TR1 & TR2 tidak kekurangan arus. Kejernihan suara salah satunya ditentukan dari sini. Berfungsi juga untuk membuang muatan kapasitor power supply, penting pada saat rangkaian dimatikan dipegang untuk diperbaiki. R10-R11 (100), C5-C6 (47uF), membentuk rangkaian filter dengung & osilasi yang mungkin terjadi dari kaki-kaki TR3 & TR4. Osilasi biasanya berupa sinyal ultra treble halus yang bisa membuat heatsink/transistor power lebih panas. D3 D4, D5, membentuk regulator tegangan bias untuk TR5 & TR6 (pengganti baterai 1,8-2,1v) yang nilainya 3 x dioda = 1,8V - 2,1V. Pada rangkaian amplifier yang lain biasanya V bias ini di paralel dengan kapasitor 100nF-2u2 agar lebih stabil saat terkena guncangan sinyal yang berlebihan. R12 (100), menjaga supaya nilai tegangan bias tidak lebih dari 2V. Tegangan bias ini bernilai tetap, berada di titik CT (kira kira -1V hingga +1V). Tegangan tetap ini terombang-ambing ke atas dan ke bawah seperti getaran daun speaker. Sebenarnya R
ini bisa dihilangkan. Amplifier model ini bisa bekerja pada rating tegangan naik atau pun turun, tidak seperti amplifier yang menggunakan dioda zener, rewel. TR3 (D438), VAS (Voltage amplifier Stage). sebagai penguat sinyal tegangan secara unbalanced. Menarik sinyal bias ke rel negatif supply. Sedangkan yang menjaga/ menarik sinyal bias ke rel positif supply secara otomatis adalah R8 (2K2) & R9 (4K7). Output antara rel positif dan rel negatif tegangannya mendekati simetris tetapi tidak sama kekuatan arusnya, oleh sebab itu perlu rangkaian penguat arus pertama (D313) sebelum diumpan ke transistor final. Untuk amplifier mosfet biasanya tidak perlu sepasang transistor ini (D313/B507) karena transistor final mosfet sudah cukup aktif diberi arus gate kecil, 0.1mA. C3, mengatasi noise & osilasi pada TR3 C4 (47u), Bootstrap, menyesuaikan getaran tegangan bias tadi, biasanya kapasitor ini bernilai 22uF atau lebih. Jalur referensi yang dipakai bukan ground tetapi jalur speaker untuk mengimbangi getaran tegangan bias. Menyesuaikan kekuatan getaran bass pada saat konus speaker bergerak ke depan. Membantu kerja transistor final supaya tidak panas sebelah. Dan memompa/menampung tenaga untuk Volt-Amp-Stage pada saat sinyal full berada dipuncak. Saya belum mengetahui nilai yang cocok untuk ini. TR5 (B507) & TR6 (D313), sebagai penguat arus tingkat pertama. Seringnya transistor ini diganti dengan TIP41C/tip42C. R13 & R14 (330), memberi supply arus ke TR5 & TR6 lewat emitornya masing-masing. Seringnya dua resistor ini hitam terbakar karena ketidaksesuaian antara getaran yang dikeluarkan kit amplifier dengan respon loudspeaker. Transistor final tidak mampu mempertahankan tegangan yang diberikan transistor driver, beban/speaker dianggap terlalu berat buat transistor power. Sebaiknya selain ganti transistor driver/power dengan kualitas yang lebih baik, resistor 330 juga diganti dengan daya minimal 2 watt karena terhubung seri terhadap beban/speaker. R15 & R16 (0,5/5W), memberi supply ke TR7 & Tr8 lewat kaki emitor. Resitor ini bernilai kecil karena kita menginginkan arus besar, biasanya bernilai tidak lebih dari 0.5 Ohm. TR7 (MJ2955) & TR8 (2N3055), transitor daya sebagai penguat arus terakhir. Sebenarnya transistor buatan ST ini sudah lebih dari cukup bagus, tetapi karena alasan model jadul, tegangan rating maksimum rendah (maksimal 32v ct), susah memasangnya & murah harganya banyak di antara kita memilih tranistor lain yang lebih mahal. Ada banyak keuntungan menggunakan transistor logam dari pada transistor plastik terutama untuk peralatan outdoor.
Tambahan... L, menahan sinyal di atas 20Khz & memutus osilasi ke jalur speaker. Jika sinyal treble terhambat dengan adanya L maka Ra menyalurkannya ke speaker dengan nilai yang mendekati impedansi speaker, biasanya 8~10 Ohm. Rb & C, membantu kerja L & Ra. sinyal di atas 20KHz akan mengalir ke ground melalui Rb (10). Nilai C biasanya kurang dari 100nF. Sedangkan Rb biasanya mendekati nilai impedansi speaker 8 Ohm dengan daya minimal 2 Watt. Kalau Rb ini gosong berarti sinyal ultra treble/osilasi ada dan kerja . Jadi hati-hati dengan treble yang berlebihan! Ketiga komponen ini (L, Rb, C) adalah suatu cara yang tidak bersifat preventif/mencegah osilasi, dan sebenarnya lebih cocok diaplikasikan pada frekuensi tinggi dan sinyal rendah..Sinyal besar pada output amplifier besar cenderung sukar dikendalikan.
Definisi Dan Prinsip Kerja Penguat Akhir (Final Amplifier) Rangkaian penguat akhir pada system audio berfungsi sebagai penguat daya, maka
dari
itu penguat
akhir juga
disebut
sebagai penguat
daya. Rangkaian
penguat
daya terdiri dari penguat tegangan dan penguat arus. Bagian Penguat akhir pada
sistem audio terdiri dari dua bagian yaitu : 1. Pengemudi (driver), berupa rangkaian penguat tegangan dengan penguatan yang besar. Pengaturan titik kerja penguat pada klasifikasi kelas A. 2. Penguat arus, berupa rangkaian penguat daya dengan penguatan yang tidak terlalu besar, bahkan penguatannya mendekati satu. Agar mencapai effisiensi kerja yang besar, maka pengaturan kerjanya pada klasifikasi kelas AB mendekati kelas B. Rangkaian penguat daya dibuat kelas AB agar mencegah terjadinya cacat sileng (Cross Over Distortion). Blok Diagram Rangkaian Penguat Akhir
Prinsip Kerja Penguat Akhir (Final Amplifier) Secara garis besar rangkaian penguat akhir dapat digambarkan sebagai berikut : Prinsip Kerja Penguat OCL Kelas B
Rangkaian penguat OCL (Output Condensator Less) termasuk rangkaian penguat
Push-pull Complementer. Transistor Q 2 dan Q3 membentuk rangkaian Push-pull Complementer. Sinyal output dihasilkan lewat pertemuan elektroda emitter pada transistor
penguat
push-pull
Q 2 dan
Q3, dengan
demikian
penguat
Q 2 dan
Q3 membentuk konfigurasi Common Colllector yang penguatannya mendekati satu. Output penguat akhir ini adalah tanpa condensator output, berarti koplingnya adalah langsung. Oleh karena itu disebut juga penguat DC (DC Ampifier), DC berarti Direct Coupling artinya tegangan output harus tidak mengandung tegangan DC (Vdc output = 0). Agar tegangan output = 0 maka syaratnya adalah : 1. Transistor Q 2 dan Q3 harus komplemen (NPN dan PNP). 2. Tegangan antara Collector-emitter (V CE) Q2 dan Q3 sama besar. 3. Tegangan sumber dc +Vcc dan –Vcc harus sama besar. Transistor Q 1 mewakili kerja penguat tegangan kelas A yang mempunyai penguatan yang besar. Pengaturan kelas dapat digambarkan dalam daerah pengaturan kerja penguat sebagai berikut :
Pada daerah kerja kelas A semua gelombang yang diolah memerlukan arus IC. Walaupun tidak ada sinyal pada input, penguat (transistor) sudah menghantarkan arus. Sedangkan pada daerah kerja kelas b, arus diperlukan saat setengah gelombang saja. Karena saat belum ada sinyal, belum ada aliranarus pada IC, maka sering menimbulkan cacat silang (Cross Over Distortion). Untuk itu daerah kerjanya dirubah menjadi kelas AB. Pada kelas AB sebelum diberi sinyal arus IC sudah mengalir saat sinyal input = 0 (nol). Penguat kelas AB digunakan untuk menghilangkan cacat silang, gambar penguat kelas AB ditunjukkan seperti di bawah ini. Gambar Prinsip Kerja Penguat OCL Kelas AB
EVALUASI
1. Jelaskan yang dimaksud dengan Amplifier OCL ! 2. Bagaimana cara menguji dan memperbaiki Amplifier OCL. Jelaskan ! 3. Bagaimana cara menguji Resistor. Jelaskan ! 4. Bagaimana cara menguji Kapasitor. Jelaskan ! 5. Bagaimana cara menguji Dioda. Jelaskan ! 6. Bagaimana cara menguji Transistor. Jelaskan ! 7. Bagaimana cara mengukur Tegangan Kerja Basis (VB)Transistor. Jelaskan ! 8. Bagaimana cara mengukur Tegangan Kerja Colector (VC)Transistor. Jelaskan ! 9. Bagaimana cara mengukur Tegangan Kerja Emitor (VE)Transistor. Jelaskan ! 10. Bagaimana cara mengukur Tegangan Kerja Bais Emitor (VBE)Transistor. Jelaskan ! 11. Bagaimana cara mengukur Tegangan Kerja Colector Emitor (VCE)Transistor. Jelaskan ! 12. Bagaimana cara menguji Performa Amplifier OCL ! 13. Jelaskan ciri-ciri dari amplifier OCL ! 14. Jelaskan fungsi dari R3 pada Skema Rangkaian polytron Big Band OCL po-amp! 15. Jelaskan karakteristik dari R4 pada Skema Rangkaian polytron Big Band OCL po-amp! 16. Jelaskan fungsi dari R5 pada Skema Rangkaian polytron Big Band OCL po-amp! 17. Jelaskan fungsi dari Dioda 1N4148 pada Skema Rangkaian polytron Big Band OCL po-amp ! 18. Jelaskan yang dimaksud titik X pada Skema Rangkaian polytron Big Band OCL po-amp ! 19. Jelaskan peran dari Q3 pada Skema OCL po-amp lokal ! 20. Jelaskan fungsi dari D1 dan D2 pada Skema OCL po-amp lokal ! 21. Jelaskan perbedaan dari Skema Rangkaian polytron Big Band OCL po-amp dengan Skema OCL po-amp lokal ! 22. Sebutkan kerusakan umum yang terjadi pada amplifier OCL. Jelaskan penyebab kerusakan tersebut ! 23. Jelaskan cara mengatasi kerusakan pada amplifier OCL jika tidak ada suara tapi power hidup atau ada suara tetapi cacat dan kecil disertai dengung ! 24. Jelaskan cara mengatasi kerusakan pada amplifier OCL jika mati total ! 25. Apa yang terjadi jika Transistor-transistor akhir yang rusak/short. Jelaskan ! 26. Jelaskan yang dimaksud dengan rangkaian penguat akhir ! 27. Gambarkan Blok Diagram rangkaian penguat akhir ! 28. Jelaskan prinsip kerja rangkaian penguat akhir OCL ! 29. Bagaimana caranya agar tengangan output = 0. Jelaskan ! 30. Lihat skema rangkaian Power OCL 150 Watt. Jelaskan fungsi dari komponenkomponen Amplifier OCL di bawah ini : a) R1 (100K) j) R10-R11 (100) dan C5-C6 (47mF) b) C1 (100nF) k) D3,D4,D5 c) R2 (33K) l) R12 (100) d) R6 (33K) m)TR3 (D438) s) TR7 (MJ2955) & e) R3 (560) n) C3 TR8 (2N3055) f) C2 (470mf) o) C4(47mF) g) TR1,TR2 (A564) p)TIP 41C/TIP42C h) D1,D2,R4,R7,TR4 q)R13 & R14 (330) i) R4 (10K) r) R15 & R16 (0.5/5W)