Menembus Penerbit (Cukup) dengan Proposal Naskah 1 Muhyidin Albarobis 2
Writing is not a job; it’s a business. (Dan Poynter)
M
enulis, selain merupakan sebuah aktivitas yang dapat membawa pelakunya menuju ‘orgasme intelektual’—entah karena level teratas dari
hierarkhi hierarkhi kebutuhan kebutuhan dasar ala Maslow-nya terpenuhi, atau karena misi dan pesannya tersampaikan—sesungguhnya juga merupakan sebuah
kegiatan kegiatan ekonomi ekonomi yang menyejahterakan menyejahterakan.. Inilah yang membuat membuat menulis menulis menjadi menjadi sebuah sebuah kegiatan kegiatan yang menarik. menarik. Secara sederhana, sederhana, dapat dikatakan dikatakan bahwa menjadi penulis itu selain memper memperoleh oleh popula popularit ritas as juga juga bisa bisa mendap mendapatk atkan an kekaya kekayaan. an. Ini tentu tentu suatu suatu keuntu keuntunga ngan n duniawi yang tidak remeh. Di balik itu, menulis juga menawarkan ‘keuntungan’ ukhrawi
yang menggiurkan. menggiurkan. Melalui tulisan, tulisan, kita dapat menyebarkan menyebarkan ilmu yang mencerdaska mencerdaskan. n. Kita juga dapat membantu banyak orang dengan mengangkatnya dari kebodohan dan mengentask mengentaskanny annyaa
dari
kesulitan kesulitan
hidup. hidup.
Bahkan, Bahkan,
dengan dengan
tulisan, tulisan,
kita
dapat
mengka mengkampa mpanye nyekan kan kebaik kebaikan an dan melaku melakukan kan kritik kritik atas atas pelbag pelbagai ai ‘ketid ‘ketidakb akberes eresan’ an’ yang yang menggejala di sekitar kita (baca: amar ma’ruf nahi munkar ). ). Tetapi, Tetapi, seluruh seluruh benefit di atas hanya hanya akan akan muncul muncul apabil apabilaa tulisa tulisan n kita kita terseb tersebar ar dan kemudian dibaca oleh banyak orang. Atau ketika pesan yang terkandung di dalam tulisan kita sampai sampai kepada kepada audien audienss yang yang menjad menjadii sasara sasaran n tulisa tulisan n kita. kita. Dengan Dengan kata kata lain, lain, kita kita akan akan memperoleh keuntungan-keuntungan tersebut apabila tulisan kita diterbitkan. Di sinilah letak permasalahan permasalahannya. nya. Bagi sementara orang, menulis menulis saja sudah sudah sesuatu sesuatu yang teramat sulit, sulit, apalagi menulis naskah yang bisa diterima oleh penerbit. Maka tak heran jika banyak calon penulis yang memilih untuk sama sekali tidak menulis ketimbang naskah yang akan mereka tulis itu nantinya nantinya ditolak oleh penerbit. penerbit. Sebab, jika naskah naskah ditolak, ditolak, tidak hanya rasa kecewa yang akan mereka dapatkan, tetapi juga kerugian material yang pasti mereka derita. Betapa tidak, tidak, untuk menulis berpuluh-puluh berpuluh-puluh atau beratus-ratus beratus-ratus halaman naskah, naskah, seorang seorang penulis penulis harus menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang tidak sedikit. Tentu saja ia akan
1
Makalah, pernah disampaikan pada Seminar Nasional “Profesionalisme Penulisan dan Penerbitan Buku”, STAIN Salatiga, 3 Agustus 2010; disampaikan disampaikan kembali pada acara Pesantren Pesantren Buku di Perpustakaan Perpustakaan Kota Yogyakarta, 23 Agustus 2010. 2
GM Penerbitan Insan Madani Yogyakarta; Pengurus IKAPI Daerah DIY.
1
merasa kecewa dan rugi, bahkan bisa jadi tidak terima, manakala naskahnya ditolak oleh penerbit. Pertanyaann Pertanyaannya ya kemudian kemudian adalah: adalah: mengapa mengapa penerbit penerbit menolak menolak naskah naskah yang mungkin menurut penulisnya sudah bagus? Bagaimana seorang penulis meyakinkan penerbit untuk menerima naskahnya? Penerbit memiliki dunia yang berbeda dengan dunia penulis—bukulah yang kemudian menyatukan dunia mereka. Oleh sebab itu, untuk mengetahui alasan penerbit menerima atau menolak sebuah naskah, penulis mestilah mengenal dan memahami dunia penerbitan. Dengan pemahaman yang baik tentang dunia penerbitan, penulis dapat memperbesar peluang naskah naskahnya nya diterim diterima, a, sekali sekaligus gus memper memperkec kecil il kemung kemungkin kinann annya ya ditola ditolak. k. Beberap Beberapaa catatan catatan berikut barangkali dapat membantu para calon penulis, khususnya yang merasa diri masih pemula, dalam mengenali dunia penerbitan.
Penerbit: Antara Idealisme dan Bisnis
Hampir dapat dipastikan bahwa setiap penerbit lahir dengan membawa sebuah misi. Misi itu bisa berupa cita-cita besar bernama idealisme yang diyakini oleh pemiliknya, bisa sebuah orientasi bisnis yang profitable , bisa pula perpaduan keduanya. Tidak ada aturan baku yang mengatur masalah ini. Karenanya, sah-sah saja sebuah penerbit menetapkan seperti apa jati dirinya dan memperkenalkannya kepada khalayak melalui buku-buku yang diterbitkannya. Yang pasti, misi penerbit itu secara ideal akan mempengaruhi cara pandangnya, dan secara operasional operasional akan berpengaruh berpengaruh pada SOP-nya—ter SOP-nya—termasuk masuk dalam memilih memilih dan menyeleksi menyeleksi naskah naskah yang yang akan akan diterb diterbitka itkan. n. Oleh Oleh sebab sebab itulah itulah,, setiap setiap penerb penerbit it memili memiliki ki standa standarr yang yang berbeda tentang, misalnya, kriteria kelayakan sebuah naskah yang akan mereka terbitkan. Penerbit yang memiliki idealisme tertentu, terkait dengan ideologi misalnya, tentu akan mengedepankan kriteria ini dalam proses penyeleksian naskah-naskahnya. Ini tentu berbeda dengan penerbit yang sekadar berpikir pragmatis atau semata-mata bisnis, profit oriented , yang tentunya akan menerima setiap naskah yang ‘berbau duit’; soal ideologi, paham, atau idealisme, tentu bukan masalah yang perlu dipusingkan. Begitu juga penerbit yang memiliki standar kualitas yang tinggi untuk buku-buku terbitannya, tentu akan berbeda dengan penerbit yang hanya menetapkan standar kuantitas terbitan dengan sekian judul per bulannya. Lalu penerbit buku pelajaran akan berbeda dengan penerbit buku-buku nonpelajaran, penerbit buku-buku fiksi berbeda dengan penerbit buku-buku nonfiksi, penerbit buku agama berbeda
2
dengan penerbit buku umum, demikian seterusnya. Karakteristik penerbit-penerbit seperti itulah yang mesti dikenali oleh seorang penulis, agar ia tidak salah menawarkan naskahnya. Adalah sebuah kekeliruan jika seorang penulis berpikir bahwa semua penerbit sama saja. Kekeliruan persangkaan ini akan mengakibatkan penulis kehilangan sensitivitasnya dalam mengenali karakter penerbit, dan ini pada gilirannya akan membuatnya salah sasaran. Tentu tidak tidak tepat tepat sasaran sasaran jika Anda Anda menuli menuliss tentan tentang g Che Guevar Guevaraa atau Karl Marx, Marx, misaln misalnya, ya, kemudian menawarkan naskah Anda kepada “penerbit Islam” seperti GIP atau Aqwam. Atau Anda menulis tentang tafsir Al-Qur’an tapi mengirimkan naskah tersebut kepada penerbit buku lembar kerja siswa (LKS). Sekali lagi, setiap penerbit memiliki karakter khas yang mesti dikenali oleh penulis. Kekhasan itu bisa jadi terletak pada sempitnya batasan bukubuku terbitannya (batasan itu bisa berupa ideologi, paham keagamaan, tema, jenis buku, segmen pembaca, dan lain-lain), tapi bisa juga pada keluasan—atau bahkan ketiadaan— batasan tersebut. Pada umumnya, penerbit membuat batasan yang relatif longgar baik dari aspek tema, jenis buku, segmen pembaca, maupun paham keagamaan. Lalu, agar brand penerbit utama penerbit mudah dikenali karakternya, dibuatlah lini-lini penerbitan ( imprint ) yang berfungsi untuk menampung dan menerbitkan naskah di luar arus utama. Cara ini ditempuh karena tuntutan industri buku yang pada akhirnya harus mempertimbangkan kebutuhan pasar. Sebab, jika hal ini diabaikan, kelangsungan hidupnya akan terancam. Masih ada, memang, penerbit yang bertahan hanya dengan idealisme dan mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan bisnis. Namun, di zaman ketika penerbitan buku sudah menjadi industri seperti saat ini, kalkulasi bisnis hampir menjadi suatu keniscayaan. Saya rasa prinsip ini tidak hanya penting bagi penerbit, namun juga bagi penulis. Sebab, seperti dikatakan Dan Poynter, “Menulis bukanlah pekerjaan; menulis adalah bisnis.”
Cukup Proposal Naskah!
Setelah Anda mengenali dunia penerbitan, langkah berikutnya yang tak kalah penting adalah menemukan kiat untuk menembusnya. Banyak kiat yang bisa ditempuh, juga tidak sedikit formula yang telah berhasil dirumuskan, dalam rangka menembus penerbitan buku. Di antara kiat-kiat tersebut, salah satunya yang membuat saya amat terkesan adalah apa yang dituli dituliss oleh oleh Angela Angela Booth Booth dalam dalam bukuny bukunya, a, 7 Days yang edis edisii baha bahasa sa Days to EasyEasy-Mon Money ey, yang Indonesianya diterbitkan oleh Insan Madani (2009). Dalam buku yang sangat inspiratif ini, Booth menegaskan menegaskan bahwa untuk menembus penerbit, penerbit, seorang seorang penulis penulis tak perlu menulis 3
naskah naskah buku berpuluh-puluh berpuluh-puluh atau beratus-ratus beratus-ratus halaman. Cukup dengan dengan proposal proposal naskah naskah yang disusun secara terencana dan sistematis dalam tujuh hari ( 7 days), ia dapat memperoleh proyek proyek penuli penulisan san naskah naskah dari dari penerb penerbit. it. Ide inspir inspirati atiff Booth Booth inilah inilah yang yang membua membuatt saya saya terkesan. Selama ini, amat banyak calon penulis yang batal menulis gara-gara khawatir naskahnya, setelah selesai ditulis nanti, tidak dapat menembus penerbit; sementara ia sudah mengeluarkan banyak ‘modal’, termasuk dana pembelian buku-buku rujukan yang dipakai dalam menulis. Saya menjumpai banyak (calon) penulis seperti ini, dan pada umumnya mereka tetap seperti itu karena belum menemukan solusi yang tepat. Maka, ketika saya sampai sampaikan kan kiat kiat Booth Booth di atas, atas, pada pada umumny umumnyaa mereka mereka merasa merasa sangat sangat berunt beruntung ung dan menganggap menganggap saran Booth itu sebagai sebagai sesuatu sesuatu yang mencerahkan. mencerahkan. Saya sendiri sendiri sudah sudah menerapkan kiat “cukup membuat proposal” ala Booth ini dan merasakan keefektifannya. Yang juga penting dicatat adalah bahwa kiat Booth ini tidak hanya menguntungkan penulis, tetapi juga memudahkan penerbit dalam menyeleksi naskah dan merencanakan bukubuku yang akan diterbitkan. Sebab, bagi redaksi penerbit, menelaah naskah proposal setebal 20-an halaman tentu lebih mudah ketimbang naskah buku setebal 200-an halaman. Selain itu, dengan proposal naskah ini, penerbit sangat terbantu justru pada aspek yang relatif paling memusingkan mereka: marketing. Betapa tidak, melalui proposal itu penerbit sudah bisa melihat prospek pasar, daftar pesaing, keunggulan buku, bahkan gambaran strategi promosi! Booth membagi proposal naskah menjadi tujuh bagian, ditambah bagian lampiran yang bersifat tentatif, sehingga membuatnya nyaris sempurna di mata penerbit. Berikut sistematika proposal yang dianjurkan oleh Booth dalam 7 Days (hlm. 57-58): bagian pertama berisi judul buku (berikut anak judulnya, jika ada), nama penulis, perkiraan jumlah kata atau jumlah halaman naskah jadi, dan perkiraan waktu untuk menyelesaikannya. Salah satu hal yang penting pada bagian ini adalah masalah judul buku. Banyak penerbit yang segera memutuskan memutuskan menerima naskah karena judulnya judulnya yang menarik menarik atau provokatif. provokatif. Tidak jarang pula, pula, penerb penerbit it merasa merasa kesuli kesulitan tan membua membuatt judul judul yang yang bagus bagus untuk untuk sebuah sebuah naskah naskah yang yang menarik. Karena itu, merupakan sebuah nilai tambah tersendiri ketika proposal naskah yang Anda buat menawarkan beberapa alternatif judul sekaligus.
Bagian kedua berisi tinjauan (overview ), yakni gambaran sosok buku; panjangnya bisa satu satu paragr paragraf af sampai sampai beberap beberapaa halama halaman. n. Pada Pada bagian bagian ini, ini, tercak tercakup up deskri deskripsi psi (gamba (gambaran ran ringkas) buku, alasan yang membuat buku itu penting, serta beberapa hal terkait isi buku
4
yang mungkin perlu ditonjolkan. Bagian ketiga berisi profil singkat penulis yang berkaitan dengan isi buku yang akan ditulis. Di sini Anda bisa sedikit “menyombongkan diri” dengan menunjukka menunjukkan n kelebihan-ke kelebihan-kelebih lebihan an Anda yang ada hubungan hubungannya nya dengan dengan buku yang akan ditulis. Uraian pada bagian ini akan memberikan alasan mengapa Anda adalah orang yang tepat untuk menulis buku tersebut.
Bagian keempat berisi gambaran mengenai persaingan pasar buku tersebut. Pada bagian ini Anda Anda dimint dimintaa menamp menampilk ilkan an 4-5 judul judul buku buku sejeni sejeniss yang yang sudah sudah ada di pasaran pasaran,, apa kelebihan dan kekurangannya, lalu di mana posisi buku yang akan ditulis (untuk keperluan ini, Anda bisa berkunjung ke toko buku, perpustakaan, atau toko buku online ). Pada bagian ini pula, dijelaskan potensi pasar mana saja yang bisa disasar oleh penerbit. Bagian kelima berisi gambaran strategi promosi yang dapat dilakukan, baik sebelum maupun sesudah buku terbit. Bagian keenam merupakan merupakan garis besar bab (chapter outline ), berisi uraian mengenai mengenai rencana isi buku. Bentuknya bisa semacam daftar isi tentatif yang dilengkapi dengan uraian singkat masing-masing bab. Bagian ketujuh adalah contoh naskah, yakni contoh naskah 1-2 bab (biasanya Pendahuluan dan Bab 1). Fungsi utama bagian ini adalah untuk menunjukkan kualitas tulisan, baik dari aspek isi maupun kebahasaan. Dengan menyusun proposal naskah seperti saran Booth di atas, penulis tidak hanya menjadi lebih ringan pekerjaannya, namun lebih dari itu peluang naskahnya diterima penerbit juga lebih besar. So, tunggu apa lagi?
5