Mekanisme Keputihan Fisiologis dan Patofisiologis
Keputihan secara fisiologis erat kaitannya dengan sekret yang sekret lendir yang dihasilkan oleh organ vagina dan cervix uterus. 1. Vagina Secara anatomis vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Mukosa pada vagina berikatan kuat dengan lapisan muskularis. Di lapisan epithelial mukosa terdapat 2 lipatan utama longitudinal. Salah satunya di anterior sedangkan sisanya di posterior. Masing – masing lipatan ini membentuk lipatan – lipatan yang lebih kecil yang meluas secara transversal pada vagina dengan kedalaman lipatan yang berbeda – beda. Lipatan – liptaan ini berkembang baik ketika seorang wanita belum pernah melahirkan. Secara histologis, epitel yang terdapat pada vagina adalah epitel squamosa tidak bertanduk. Setelah masa pubertas, epitel pada vagina mengalami penebalan dan kaya akan glikogen. Tidak seperti mamalia lain, epitel vagina pada manusia tidak mengalami perubahan secara signifikan selama siklus menstruasi. Tapi yang mengalami perubahan hanyalah kadar glikogen yang meningkat pada masa setelah ovulasi dan berkurang pada saat akhir masa siklus. Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen. Hormon ini menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan menyimpan glikogen dalam jumlah yang besar, yang kemudian dilepaskan pada lumen vagina untuk membasahi daerah sekitarnya. Secara alami, flora normal vagina akan memetabolisme glikogen membentuk asam laktat yang bertanggung jawab dalam merendahkan suasana pH vagina, terutama saat pertengahan siklus menstruasi. Suasana asa ini sangat berperan dalam mence gah invasi bakteri patologis. 2. Cervix Uterus Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan tuba tuerina melalui os external canalis cervicalis yang dilapisi oleh membran mucosa yang disebut endocervix. Bagian ini mengandung mucus yang disekresikan oleh kelenjar tubular yang dilapisi oleh epitel kolumner dan dipenuhi dipenuh i oleh sel silia. Aktivitas sekresi kelenjar pada endocervix diregulasi oleh estrogen dan mencapai jumlah maximal pada masa ovulasi. Fungsi sekret endocervicalis adalah memberi lubrikasi selama
hubungan seksual terjadi dan berperan sebagai sawar yang melindungi dari invasi bakteri. Selama ovulasi, mukus pada cervix menjadi lebih encer, berair dan pHnya lebih alkali dibanding sebelumnya, kondisi ini dibuat sedemikian rupa agar dapat mendukung migrasi sperma. Selain itu terjadi pula peningkatan jumlah ion dalam mukus sehingga terbentuk kristal – kristal yang menyerupai pakis. Secara klinis, hal ini dapat digunakan sebagai pendeteksi saat yang tepat untuk melakukan fertilisasi.Setelah masa ovulasi, mukus cervix menjadi lebih kental dan asam. Ada sejumlah flora normal pada vagina dan cervix, namun yang paling sering ditemui adalah Lactobacillus acidophilus. Bakteri ini mampu memproduksi asam laktat dengan jalan memecahkan glikogen yang berasal dari sekret vagina dan cervix. Asam laktat ini membentuk semacam lapisan asam (pH 3,0), yang dapat mencegah proliferasi bakteri patologis. 3. Kelenjar Bartholini dan kelenjar skene Sekresi pada kelenjar ini bertambah pada perangsangan, misalnya sewaktu coitus. Kelenjar-kelenjar tersebut di atas meradang misalnya karenainfeksi dengan gonococcus, maka sekret berubah menjadi fluor. Jadi secara umum, keputihan merupakan hal yang fisiologis. Namun kondisinya dapat berubah menjadi patologis ketika jumlah bakteri yang menginvasi traktus genitalia meningkat ataupun karena penurunan daya tahan tubuh pejamu. Patogenesisnya :
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang rentan terhadap infeksi, hal ini karena batas antara uretra, anus dan vagina berdekatan sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit atau virus mudah masuk. Infeksi yang sering terjadi pada vagina disebabkan karena ketidakseimbangnya ekosistem vagina, dimana ekosistem ini d ipengaruhi oleh 2 unsur : a. Estrogen yang berfungsi dalam menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi sel tubuh (glikogen). b. Lactobacillus, yang membutuhkan glikogen sebagai nutrisi yang akan digunakan untuk metabolisme pertumbuhannya.
Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman ini lactobacillus akan tumbuh subur sehingga bakteri pathogen akan mati. Bila keseimbangan ekosistem terganggu menyebabkan tingkat keasaman menurun sehingga vagina rentan terkena infeksi dan akhirnya menyebabkan fluor albous yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan. Banyak factor yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem vagina antara lain kontrasepsi oral, DM, antibiotic, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina, dan gangguan hormone saat pubertas, kehamilan atau menopause. Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Peran Lactobacillus
Meningkatkan pH vagina
Faktor anti bakteri
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menjadi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis. Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stress dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial. Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
Pengaruh Penggunaan Antiseptik Terhadap Flora Normal pada Daerah Kewanitaan
Secara normal terdapat sejumlah flora normal pada vagina dan cervix, namun yang paling sering ditemui adalah Lactobacillus acidophilus. Bakteri ini mampu memproduksi asam laktat dengan jalan memecah glikogen yang berasal dari secret vagina dan serviks yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dengan cara menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar kemudian di lepaskan pada lumen vagina untuk membasahi daerah sekitarnya. Selanjutnya flora normal vagina akan memetabolisme glikogen tersebut membentuk asam laktat yang bertanggung jawab
dalam merendahkan pH vagina
terutama saat pertengahan menstruasi. Suasana asam ini berperan dalam mencegah bakteri patologis. Penggunaan sabun antiseptic vagina secara berlebihan
akan mengganggu keberadaan
flora normal. Keadaan ini dapat merubah lingkungan genital yang pada mulanya asam menjadi alkali sehingga memudahkan pertumbuhan mikroorganisme pathogen. Secara alamiah, dalam setiap vagina terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Flora normal itu berfungsi mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina berlebihan justru membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman masuk ke vagina.
Sumber : 1. Kierzenbaum. 2004. Histology and Cell Biolog y. Mosby. 2. Gartner and Hiatt. 2004. Textbook Histology. Saunders. 3. Sastrawinata, Sulaiman. 2010. Ginekologi Edisi 2. Bandun g: FK Universitas Padjadjaran 4. Price, Sylvia A. 2007. Patofisiologi Volume 2. J akarta: EGC.