n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
ANALISIS TEGANGAN Ridho K. Wattimena Laboratorium Geomekanika FIKTM – ITB
©RKW
1
Mengapa mempelajari tegangan? n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Pada Pada mass massa a batu batuan an terd terdap apat at kond kondis isii tega tegang ngan an awal awal yang harus dimengerti, baik secara langsung maupun sebagai kondisi tegangan yang diterapkan pada analisis dan desain. • Sela Selama ma dila dilaku kuka kan n peng pengga gali lian an pada pada mass massa a batu batuan an kondisi tegangan akan berubah secara dramatik karena batuan batuan yang tadinya mengalami tegangan tegangan telah digali sehingga tegangan akan diredistribusikan. • Tegangan Tegangan merupakan merupakan besara besaran n tensor dan tensor tidak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. ©RKW
2
1
Skalar, Vektor, dan Tensor n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Skalar merupakan merupakan besaran yang hanya memiliki besar (contoh: suhu, waktu, massa). • Vektor Vektor merupa merupakan kan besaran besaran yang memiliki besar besar dan arah (contoh: gaya, kecepatan, percepatan) • Tensor Tensor merupak merupakan an besaran besaran yang memiliki besar besar dan arah serta bergantung kepada bidang tempat bekerjanya (contoh: tegangan, regangan, permeabilitas).
©RKW
3
Definisi Tegangan n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah titik O titik O dalam dalam suatu benda dapat diterangkan sebagai berikut • Untuk Untuk seti setiap ap arah arah OP melalui OP melalui O dapa dapatt dian diangg ggap ap bahw bahwa a bend benda a dapa dapatt dipo dipoto tong ng mela melalu luii suat suatu u bidang bidang kecil A melalui O dan normal terhadap OP terhadap OP.. • Permuk Permukaan aan pada pada sisi sisi P disebut sisi positif , sedangkan pada sisi lainnya disebut sisi disebut sisi negatif.
©RKW
4
2
Skalar, Vektor, dan Tensor n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Skalar merupakan merupakan besaran yang hanya memiliki besar (contoh: suhu, waktu, massa). • Vektor Vektor merupa merupakan kan besaran besaran yang memiliki besar besar dan arah (contoh: gaya, kecepatan, percepatan) • Tensor Tensor merupak merupakan an besaran besaran yang memiliki besar besar dan arah serta bergantung kepada bidang tempat bekerjanya (contoh: tegangan, regangan, permeabilitas).
©RKW
3
Definisi Tegangan n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Gaya-gaya yang bekerja pada sebuah titik O titik O dalam dalam suatu benda dapat diterangkan sebagai berikut • Untuk Untuk seti setiap ap arah arah OP melalui OP melalui O dapa dapatt dian diangg ggap ap bahw bahwa a bend benda a dapa dapatt dipo dipoto tong ng mela melalu luii suat suatu u bidang bidang kecil A melalui O dan normal terhadap OP terhadap OP.. • Permuk Permukaan aan pada pada sisi sisi P disebut sisi positif , sedangkan pada sisi lainnya disebut sisi disebut sisi negatif.
©RKW
4
2
Definisi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Efek Efek dari dari gaya-g gaya-gaya aya interna internall di dalam benda adalah sama dengan dengan gaya gaya F yang dialami bend benda a pada pada sisi sisi posi positif tif.. Juga Juga akan terdapat kopel yang dapat dibaik dibaikan an karena karena A dianggap sangat kecil. • Nila Nilaii limi limitt dari dari ras rasio F/ A dengan A mendekati nol adalah vektor vektor tegangan tegangan pada pada titik titik O yang yang bek bekerja erja pada ada bidan idang g dengan normal pada arah OP arah OP.. ©RKW
5
Definisi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Vektor Vektor tegangan tegangan ini ini adalah adalah vektor vektor p pOP yang didefinisikan sebagai:
p OP
δF δ A →0 δA
= lim
©RKW
6
3
Konvensi Tanda n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Gaya-gaya Gaya-gaya yang dianggap dianggap positif positif adalah adalah gaya-gaya gaya-gaya tekan, yaitu yang yang bera berara rah h sepe sepert rtii yang yang ditunjukkan oleh F. • Hal ini ini berl berlaw awan ana an den dengan gan konvensi yang digunakan dalam teor teorii elas elastis tisita itas s dan dan meka mekani nika ka kontinu.
©RKW
7
Konvensi Tanda (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Dalam mekanik mekanika a batuan, batuan, akan lebih memuda memudahkan hkan untuk untuk menggunakan tegangan menggunakan tegangan tekan bertanda tekan bertanda positif positif karena: karena: – Kondisi tegangan tegangan (tegangan (tegangan in situ akibat overburden overburden,, tekanan pemampatan dalam peralatan-peralatan, dan tekanan fluida di dalam pori) selalu berupa tegangan tekan. – Konvensi ini digunakan digunakan juga juga di dalam dalam mekanika tanah tanah dan geologi struktur. – Banyak problem problem dalam mekanika batuan batuan menyangkut menyangkut gesekan gesekan pada permukaan dan dalam kasus ini tegangan normal pada permukaan adalah postif.
©RKW
8
4
Konvensi Tanda (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Perhatikan sebuah kubus dengan sisi paralel dengan sumbu x, y, dan z. • Tegangan-tegangan yang bekerja pada sisi kubus dapat dinyatakan dengan: – Tiga tegangan normal dan σzz
σxx, σyy,
– Enam tegangan geser τxy, τyx, τyz, τzy, τzx, dan τxz
©RKW
9
Konvensi Tanda (Lanjutan) • Arti subscript pada tegangan: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
– Subscript pertama menunjukkan arah dari normal bidang dimana tegangan tersebut bekerja. – Subscript kedua menunjukkan arah dari tegangan tersebut.
• Catatan: Untuk tegangan normal, kadang-kadang hanya digunakan satu subscript. • Sebagai syarat kesetimbangan rotasional, maka semua gaya yang bekerja pada sisi kubus harus setimbang, sehingga: τxy = τyx, τyz = τzy, dan τzx = τxz
©RKW
10
5
Konvensi Tanda (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Konvensi tanda untuk komponen tegangan dapat didasarkan pada normal kedalam (inward normal) yaitu normal dari muka kubus yang berarah ke pusat kubus. • Tegangan yang searah dengan normal kedalam adalah positif.
©RKW
11
Konvensi Tanda (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Pada muka horisontal bagian atas yang paralel dengan bidang x-y, normal kedalam berarah ke arah sumbu z negatif . • Tegangan normal zz yang bekerja pada muka ini searah dengan arah normal kedalam, sehingga dianggap positif .
©RKW
12
6
Konvensi Tanda (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• + zx dan + zy bekerja pada arah negatif sumbu x dan y. • Semua tegangan pada muka yang terlihat pada gambar di samping adalah positif. • Pada muka bagian bawah, normal kedalam berarah ke arah sumbu z positif, sehingga + zz berarah yang sama. ©RKW
13
Tegangan Dalam Dua Dimensi n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Perhatikan sebuah elemen bujursangkar dengan sisi yang sangat kecil pada bidang x-y dan tebal t. • Elemen ini mengalami tegangan normal σx, σy dan tegangan geser τxy = τyx.
©RKW
14
7
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Akan ditentukan tegangan normal dan tegangan geser yang bekerja pada sebuah bidang yang normalnya membentuk sudut terhadap sumbu x dimana σx bekerja. • Perlu digunakan prinsip kesetimbangan gaya dalam sebuah segitiga yang sangat kecil dengan tebal t. ©RKW
15
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) • Panjang sisi segitiga: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
– AB = a – OA = a sin θ – OB = a cos θ
• Untuk memenuhi kondisi kesetimbangan, seluruh gaya yang bekerja pada arah σ dan τ dalam keadaan setimbang.
©RKW
16
8
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) ΣFσ = n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
0
σ at = σx cosθ a cosθ t + τxy sinθ a cosθ t + σy sinθ a sinθ t + τyx cosθ a sinθ t
σ = σx cos2θ + σy sin2θ + 2τxy sinθ cosθ Dari trigonometri:
1 (1 + cos2θ ) 2 1 sin2θ = (1 − cos2θ ) 2 2 cos θ + sin2θ = 1 cos2θ =
2 sinθ cosθ = sin 2θ ©RKW
17
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ
=
σ
=
σ
=
σx
σy
(1 − cos2θ ) 2 σ cos2θ σx σ cos2θ σ y + x + − y + τ xy sin2θ 2 2 2 2 2
σx
(1 + cos2θ) + τ xysin2θ +
+ σ y ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟cos2θ + τ xy sin2θ + ⎜⎜ 2 2 ⎝ ⎠
©RKW
18
9
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) ΣFτ = n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
0
τ at = -σx sinθ a cosθ t + τxy cosθ a cosθ t + σy cosθ a sinθ t - τyx sinθ a sinθ t
τ = (σy-σx)sinθcosθ + τxy(cos2θ-sin2q) Dari trigonometri:
sinθ cosθ =
1 sin 2θ 2
cos2θ − sin2θ = cos2θ
©RKW
19
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
⎛ σ − σ x ⎞ ⎟⎟sin2θ + τ xycos2θ τ = ⎜⎜ y ⎝ 2 ⎠ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟sin2θ + τ xycos2θ τ = −⎜⎜ x ⎝ 2 ⎠
©RKW
20
10
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) Persamaan – persamaan : n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ
=
σx
+ σ y ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟cos2θ + τ xy sin2θ + ⎜⎜ 2 2 ⎝ ⎠
⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟sin2θ + τ xycos2θ τ = −⎜⎜ x 2 ⎝ ⎠ Memungkinkan kita untuk menentukan tegangan normal dan tegangan geser pada setiap bidang yang didefinisikan oleh untuk setiap kombinasi nilai x, y, dan xy. ©RKW
21
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Persamaan-persamaan yang diturunkan untuk σ dan τ dapat juga dilihat sebagai persamaan untuk menghitung σx’ dan τx’y’ pada sebuah sistem sumbu O,x’,y’ yang merupakan hasil rotasi sumbu O,x,y sebesar θ. • Tegangan σy’ dapat dihitung dengan mengganti θ dengan θ+90O ©RKW
22
11
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Sehingga persamaan-persamaan untuk perubahan sumbu menjadi:
σx’ = σxcos2θ + 2τxysinθcosθ + σysin2θ σy’ = σxcos2(θ+90O) + 2τxysin(θ+90O)cos(θ+90O) + σysin2(θ+90O) σy’ = σxsin2θ – 2τxysinθcosθ + σycos2θ
©RKW
23
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) Dengan menjumlahkan n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σx’ = σxcos2θ + 2τxysinθcosθ + σysin2θ dan σy’ = σxsin2θ – 2τxysinθcosθ + σycos2θ diperoleh
σx’ + σy’ = σx(cos2θ+sin2θ) + σy(cos2θ+sin2θ) σx’ + σy’ = σx + σy Jadi, hasil penjumlahan komponen-komponen tegangan normal yang saling tegak lurus adalah konstan atau invariant dengan perputaran sumbu. Ini merupakan sifat skalar dari tegangan dalam dua dimensi. ©RKW
24
12
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) Ekspresi untuk tegangan geser tidak berubah: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
1 2
τx' y ' = − (σx − σy ) sin2θ + τ xycos2θ • Arah-arah dimana τ=0 disebut sumbu-sumbu utama (principal axes) dan komponen-komponen tegangan pada arah ini disebut tegangan-tegangan utama (principal stresses) dan dinotasikan dengan 1 dan 3. • Akan terdapat satu nilai tidak ada (τ=0).
θ untuk mana tegangan geser
©RKW
25
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
⎛ σ − σ y ⎞ τ = −⎜⎜ x ⎟⎟sin2θ + τxycos2θ ⎝ 2 ⎠ ⎛ σ x − σ y ⎞ 0 = −⎜⎜ ⎟⎟sin2 θ + τ xycos2θ ⎝ 2 ⎠ ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎜⎜ ⎟⎟sin2θ = τxycos2θ ⎝ 2 ⎠ 2τxy sin2θ = cos2θ σ x − σ y 2τxy tan 2θ = σx − σy ©RKW
26
13
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Sudut 2θ merupakan sudut dari sumbu x yang menunjukkan arah tegangan-tegangan utama σ1 dan σ3. • Karena tan 2θ = tan (2θ+180O) maka – Sudut θ merupakan arah σ1 – Sudut θ+90 merupakan arah σ3.
• Setelah sudut θ diperoleh, σ1 dan σ3 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan untuk menghitung σ di depan.
©RKW
27
Tegangan Dalam Dua Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Tunjukkan bahwa σ1 dan σ3 dapat dinyatakan sebagai:
σ1 =
1 (σx 2
+ σy ) +
1 (σx 4
− σ y )2 + τ2xy
σ3 =
1 (σx 2
+ σy ) −
1 (σx 4
− σ y )2 + τ2xy
©RKW
28
14
Lingkaran Mohr Lihat kembali persamaan untuk menghitung σ dan τ n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
+ σ y ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟ cos2θ + τ xy sin2θ + ⎜⎜ 2 ⎝ 2 ⎠ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟ sin2θ + τ xycos2θ τ = −⎜⎜ x ⎝ 2 ⎠
σ
=
σx
©RKW
29
Lingkaran Mohr (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Kedua persamaan tersebut dapat ditulis kembali dengan menempatkan semua 2θ di sebelah kanan
⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟ cos2θ + τxy sin2θ = ⎜⎜ x 2 2 ⎝ ⎠ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟ sin2θ + τ xycos2θ τ = −⎜⎜ x 2 ⎝ ⎠
σ−
σx
+ σy
©RKW
30
15
Lingkaran Mohr (Lanjutan) Pengkuadratan persamaan yang mengandung σ menghasilkan: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
2 ⎞ ⎛ σ x + σ y ⎞ ⎛ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎜⎜ σ − ⎟⎟ = ⎜ ⎜⎜ x ⎟⎟cos2θ + τ xysin2θ ⎟ ⎜ ⎝ 2 ⎠ ⎟ 2 ⎠ ⎝ ⎝ ⎠ 2
2
2
⎛ σ x + σ y ⎞ ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎜⎜ σ − ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟ cos2 2θ 2 ⎠ ⎝ ⎝ 2 ⎠ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟τ xy sin 2θ cos 2θ + 2⎜⎜ x 2 ⎝ ⎠ + τ2xy sin2 2θ ©RKW
31
Lingkaran Mohr (Lanjutan) Pengkuadratan persamaan yang mengandung τ menghasilkan: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
⎛ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎞ ⎟⎟sin2θ + τ xycos2θ ⎟ τ = ⎜⎜ − ⎜⎜ x ⎟ ⎝ ⎝ 2 ⎠ ⎠
2
2
2 ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟ sin2 2θ τ = ⎜⎜ ⎝ 2 ⎠ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟τ xy sin 2θ cos 2θ − 2⎜⎜ x 2 ⎝ ⎠ + τ2xycos2 2θ 2
©RKW
32
16
Lingkaran Mohr (Lanjutan) Penjumlahan kedua persamaan hasil pengkuadratan menghasilkan: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
2 2 ⎛ σ x + σ y ⎞ ⎛ σ x − σ y ⎞ 2 ⎜⎜ σ − ⎟⎟ + τ = ⎜⎜ ⎟⎟ + τ2xy 2 ⎠ ⎝ ⎝ 2 ⎠
Persamaan apa yang mempunyai bentuk seperti ini?
PERSAMAAN LINGKARAN
©RKW
33
Lingkaran Mohr (Lanjutan) Persamaan umum lingkaran berbentuk: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
(x − a)2 + (y − b)2 = R2
©RKW
34
17
Lingkaran Mohr (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Persamaan :
2 2 ⎛ σ x + σ y ⎞ ⎛ σ x − σ y ⎞ 2 ⎜⎜ σ − ⎟⎟ + τ = ⎜⎜ ⎟⎟ + τ2xy 2 ⎠ ⎝ ⎝ 2 ⎠
adalah Persamaan Lingkaran dengan:
Sistem sumbu σ, τ
⎛ σ x + σ y ⎞ ,0 ⎟⎟ 2 ⎝ ⎠
Titik pusat : ⎜⎜
2 ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟ + τ2xy Jari - jari : ⎜⎜ ⎝ 2 ⎠
©RKW
35
Lingkaran Mohr (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
36
18
Lingkaran Mohr (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Untuk memplot tegangan geser pada Lingkaran Mohr, digunakan konvensi tanda positif dan negatif yang hanya valid untuk keperluan presentasi grafis. • Tegangan geser diplot positif jika tegangan tersebut akan memutar elemen berlawanan dengan arah putaran jarum jam. • Tegangan geser diplot negatif jika tegangan tersebut akan memutar elemen searah dengan arah putaran jarum jam.
©RKW
37
Lingkaran Mohr (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
+ + +
-
+ + + ©RKW
38
19
Lingkaran Mohr (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
39
Lingkaran Mohr (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Lingkaran Mohr merupakan metode grafis sederhana dan cepat yang dapat digunakan untuk: – Menentukan besar tegangan normal dan tegangan geser pada bidang tertentu. – Menentukan besar dan arah tegangan-tegangan utama.
©RKW
40
20
Latihan 1
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Tentukan tegangan normal dan tegangan geser (ke arah mana?) yang bekerja pada Bidang C
•
Tentukan besar dan arah tegangan utama mayor ( σ1) dan tegangan utama minor (σ3)
©RKW
41
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
42
21
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Perhatikan Bidang C Normalnya bersudut 30O counter clockwise dari arah bekerjanya
x (sumbu
x)
ATAU Bersudut 30O counter clockwise dari bidang tempat
x bekerja
(Bidang A)
PADA LINGKARAN MOHR DIUKURKAN COUNTER CLOCKWISE 2 x 30O = 60O ©RKW
43
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 Perhatikan A T
Bidang C
Normalnya bersudut 60O clockwise dari arah bekerjanya
y (sumbu
y)
ATAU Bersudut 60O clockwise dari bidang tempat
y bekerja
(Bidang B)
PADA LINGKARAN MOHR DIUKURKAN CLOCKWISE 2 x 60O = 120O ©RKW
44
22
Latihan 1 (Lanjutan) • Jadi secara grafis: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ = 23.2 MPa τ = 3.9 MPa • Dengan menggunakan persamaan-persamaan terdahulu:
+ σ y ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟ cos2 θ + τ xysin2θ + ⎜⎜ 2 2 ⎝ ⎠ ⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟ sin2θ + τ xycos2θ τ = −⎜⎜ x 2 ⎝ ⎠
σ
=
σx
©RKW
45
Latihan 1 (Lanjutan)
+ σ y ⎛ σ x − σ y ⎞ ⎟⎟cos2θ + τ xy sin2θ + ⎜⎜ 2 ⎝ 2 ⎠ 22 + 6 ⎛ 22 − 6 ⎞ +⎜ σ= ⎟ cos60O + 6 sin600 2 ⎝ 2 ⎠ σ = 14 + 4 + 5.196 = 23.196 MPa σ
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
=
σx
⎛ σ − σ y ⎞ ⎟⎟sin2θ + τ xycos2 θ τ = −⎜⎜ x ⎝ 2 ⎠ 22 − 6 ⎞ τ = −⎛ ⎜ ⎟ sin60O + 6 cos60 O ⎝ 2 ⎠ τ = −6.928 + 3 = −3.928 MPa ©RKW
46
23
Latihan 1 (Lanjutan) Secara grafis: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ = 23.2 MPa τ = 3.9 MPa
Dengan rumus: OK
σ = 23.196 MPa
OK?
τ = -3.928 MPa
©RKW
47
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
1 =
24 MPa
Bekerja pada bidang yang normalnya bersudut 18.5O counter clockwise dari arah bekerjanya x (sumbu x) ATAU Bekerja pada bidang yang bersudut 18.5O counter clockwise dari bidang tempat bekerjanya x (Bidang A) ©RKW
48
24
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
3 =
4 MPa
Bekerja pada bidang yang normalnya bersudut 108.5O counter clockwise dari arah bekerjanya x (sumbu x) ATAU Bekerja pada bidang yang bersudut 108.5O counter clockwise dari bidang tempat bekerjanya x (Bidang A) ©RKW
49
Latihan 1 (Lanjutan) • Dengan menggunakan persamaan-persamaan terdahulu: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ1 =
1 (σx 2
+ σy ) +
1 (σx 4
− σ y )2 + τ2xy
σ3 =
1 (σx 2
+ σy ) −
1 (σx 4
− σy )2 + τ2xy
©RKW
50
25
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ1,3 =
1 2
1
(σ x + σ y ) ±
4
1
1
2 σ1,3 = 14 ± 10 σ1 = 24 MPa
4
σ1,3 = (22 + 6 ) ±
(σ x − σ y )2 + τ2xy
(22 − 6)2 + 62
σ3 = 4 MPa
©RKW
51
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
2θ = tan −1
2τ xy σx
− σy
2( 6) 22 − 6 12 2θ = tan −1 16 2θ = tan −1
2θ1 = 36.87O 2θ2
(
⇒ θ1 = 18.43O
)
= 180O + 36.87O ⇒ θ2 = 108.43O
©RKW
52
26
Latihan 1 (Lanjutan) Dari rumus :
Secara grafis : n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
σ1 = 24 MPa ⇒ θ1 = 18.5O
OK
σ1 = 24 MPa ⇒ θ1 = 18.43O
σ3 = 4 MPa ⇒ θ2 = 108.5O
OK
σ3 = 4 MPa ⇒ θ2 = 108.43O
©RKW
53
Latihan 1 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
54
27
Tegangan dalam 3 Dimensi • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Tegangan-tegangan yang bekerja pada sisi kubus dapat dinyatakan dengan: – Tiga tegangan normal σxx, σyy, dan σzz – Enam tegangan geser τ xy, τyx, τzy, τzx, dan τxz
τyz,
•
Sebagai syarat kesetimbangan rotasional : τxy = τyx, τyz = τzy, dan τzx = τxz
•
Tegangan-tegangan yang bekerja cukup dinyatakan dengan enam komponen ©RKW
55
Tegangan dalam 3 Dimensi (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
• Jadi, kondisi tegangan pada sebuah titik dapat dinyatakan dengan matriks tegangan [ ], sebagai berikut:
⎡ σ x τ xy τzx ⎤ ⎢ ⎥ [σ] = ⎢τ xy σ y τ yz ⎥ ⎢τzx τ yz σ z ⎥ ⎣ ⎦
©RKW
56
28
Transformasi Tegangan
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Sumbu-sumbu referensi untuk penentuan kondisi tegangan dapat dilakukan secara bebas.
•
Sistem sumbu asal (x,y,z)
•
Sistem sumbu baru (l,m,n)
•
Orientasi dari sumbu tertentu, relatif terhadap sumbu-sumbu asal didefinsikan oleh sebuah vektor baris dari cosinus arah.
•
Cosinus arah adalah proyeksi dari vektor satuan yang paralel dengan salah satu sumbu baru (l, m, atau n) pada salah satu sumbu lama ( x, y, atau z). ©RKW
57
Transformasi Tegangan (Lanjutan) •
Cosinus arah sumbu l: lx = cos αl, ly = cos βl, lz = cos γl
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
58
29
Transformasi Tegangan (Lanjutan) •
Cosinus arah sumbu m: mx = cos αm, my = cos βm, mz = cos γm
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
59
Transformasi Tegangan (Lanjutan) •
Cosinus arah sumbu n: nx = cos αn, ny = cos βn, nz = cos γn
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
©RKW
60
30
Transformasi Tegangan (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Tetrahedron OABC adalah bagian dari kubus yang digunakan untuk menentukan kondisi tegangan sebelum ini.
•
Untuk kesetimbangan, material yang dihilangkan digantikan oleh gaya penyeimbang sebesar t per unit luas yang bekerja pada ABC.
•
Normal bidang ABC, yaitu OP mempunyai cosinus arah ( λx, λy, dan λz).
©RKW
61
Transformasi Tegangan (Lanjutan) • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Jika luas ABC adalah A, maka proyeksi ABC pada bidangbidang dengan normal sumbusumbu x, y, dan z adalah: – OAC = Ax = Aλx – OAB = Ay = Aλy – OBC = Az = Aλz
•
Anggap komponen-komponen vektor traksi t adalah tx, ty, tz.
©RKW
62
31
Transformasi Tegangan (Lanjutan) • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Syarat kesetimbangan gaya pada arah x akan menghasilkan: tx A – σx Ax – τxy Ay – τzx Az = 0 tx A – σx Aλx – τxy Aλy – τzx Aλz = 0 atau tx = σxλx + τxyλy + τzxλz
•
Dengan menggunakan syarat kesetimbangan gaya pada arah y dan z, diperoleh:
©RKW
63
Transformasi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
⎡t x ⎤ ⎡ σ x τ xy τzx ⎤ ⎡λ x ⎤ ⎥⎢ ⎥ ⎢ t ⎥ = ⎢τ σ τ y xy y yz ⎥ ⎢λ y ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎢⎣ t z ⎥⎦ ⎢⎣τzx τ yz σ z ⎥⎦ ⎢⎣λ z ⎥⎦ atau
[t ] = [σ] [λ] •
Dengan melakukan hal yang sama untuk sumbu-sumbu l, m, dan n diperoleh:
©RKW
64
32
Transformasi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
⎡ tl ⎤ ⎡ σl τlm τnl ⎤ ⎡ λl ⎤ ⎢t ⎥ = ⎢τ ⎥⎢ ⎥ ⎢ m ⎥ ⎢ lm σm τmn ⎥ ⎢λm ⎥ ⎢⎣ t n ⎥⎦ ⎢⎣ τnl τmn σn ⎥⎦ ⎢⎣ λn ⎥⎦ atau
[t *] = [σ *][λ *] •
[t], [t*], [l], dan [l*] adalah vektorvektor yang dinyatakan relatif terhadap sistem koordinat x,y,z dan l,m,n.
©RKW
65
Transformasi Tegangan (Lanjutan) • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Dari dasar-dasar analisis vektor (MA2132): Suatu vektor [v] ditransformasikan dari satu sistem sumbu x,y,z ke sistem sumbu l,m,n melalui persamaan transformasi:
⎡ vl ⎤ ⎡ l x ⎢v ⎥ = ⎢m ⎢ m ⎥ ⎢ x ⎢⎣ vn ⎥⎦ ⎢⎣ n x
l y m y n y
⎤ ⎡v x ⎤ ⎥⎢ ⎥ m z ⎥ v y ⎢ ⎥ n z ⎥⎦ ⎢⎣ v z ⎥⎦ l z
atau
[v *] = [R ][v]
©RKW
66
33
Transformasi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Matriks [R] adalah matriks rotasi yang baris-barisnya dibentuk oleh vektor baris cosinus arah dari sumbu baru terhadap sumbu asal.
•
Sifat khas matriks [R] adalah bahwa invers-nya sama dengan transpose-nya, atau:
[R]−1 = [R]T •
Kembali ke persamaan-persamaan yang menghubungkan [t] dan [t*] serta [ ] dan [ *]:
©RKW
67
Transformasi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
[t *] = [R][t ] ⇒ [t ] = [R]T [t *] dan
[λ *] = [R][λ ] ⇒ [λ ] = [R]T [λ *] sehingga
[t *] = [R ][t ] = [R ][σ ][λ ] = [R ][σ ][R ]T [λ * ] karena
[t *] = [σ *][λ *] maka
[σ *] = [R][σ ][R]T atau dalam bentuk yang diperluas :
©RKW
68
34
Transformasi Tegangan (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
⎡ σl τlm τnl ⎤ ⎡ lx ly lz ⎤ ⎡ σ x τ xy τzx ⎤ ⎡l x m x nx ⎤ ⎥⎢ ⎢τ ⎥ = ⎢m m m ⎥ ⎢τ ⎥ τ τ σm σy lm mn x y z xy yz ⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢l y m y ny ⎥ ⎢ ⎥ ⎢⎣ τnl τmn σn ⎥⎦ ⎢⎣ nx ny nz ⎥⎦ ⎢⎣τzx τ yz σ z ⎥⎦ ⎢⎣lz mz nz ⎥⎦ Jadi, dengan melakukan perkalian matriks pada ruas kanan persamaan di atas, maka komponen-komponen tegangan akibat perputaran sumbu-sumbu dapat ditentukan
©RKW
69
Tegangan Utama n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bidang utama (principal plane) adalah bidang dimana tidak terdapat tegangan geser.
•
Pada bidang ini hanya bekerja tegangan normal yang merupakan tegangan utama (principal stress), sedangkan normal dari bidang tersebut merupakan arah dari sumbu utama (principal axis).
•
Karena terdapat tiga acuan arah yang harus diperhitungkan, akan terdapat juga tiga sumbu utama.
•
Jadi, ada tiga tegangan utama dan tiga sumbu utama yang harus ditentukan untuk menggambarkan kondisi tegangan di sebuah titik.
©RKW
70
35
Tegangan Utama (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Misalkan bahwa bidang ABC pada pembahasan terdahulu mempunyai orientasi sedemikian rupa sehingga resultan tegangan yang bekerja padanya hanya tegangan normal σp.
•
Komponen-komponen traksi pada bidang ABC adalah:
⎡t x ⎤ ⎡λ x ⎤ ⎢ t ⎥ = σ ⎢λ ⎥ p ⎢ y⎥ ⎢ y⎥ ⎢⎣ t z ⎥⎦ ⎢⎣λ z ⎥⎦ •
Pada pembahasan terdahulu komponen-komponen traksi dapat dihubungkan juga dengan kondisi tegangan dan orientasi bidang:
⎡t x ⎤ ⎡ σ x τ xy τzx ⎤ ⎡λ x ⎤ ⎥⎢ ⎥ ⎢t ⎥ = ⎢τ ⎢ y ⎥ ⎢ xy σ y τyz ⎥ ⎢λ y ⎥ ⎢⎣t z ⎥⎦ ⎢⎣τzx τ yz σz ⎥⎦ ⎢⎣λ z ⎥⎦ ©RKW
71
Tegangan Utama (Lanjutan) • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Dengan mengurangkan kedua persamaan di atas, diperoleh:
⎡σ x − σp ⎢ ⎢ τ xy ⎢ τzx ⎣
τ xy σ y − σp τ yz
τzx ⎤ ⎡λ x ⎤ ⎥ τ yz ⎥ ⎢⎢λ y ⎥⎥ = [0] σ z − σp ⎥ ⎢ ⎦ ⎣λ z ⎥⎦
•
Persamaan matriks ini menunjukkan satu set dari tiga persamaan simultan yang homogen dalam λx, λy, dan λz.
•
Persamaan di atas akan mempunyai solusi non-trivial jika determinan dari matriks koefisien = 0, yang menghasilkan persamaan pangkat tiga:
©RKW
72
36
Tegangan Utama (Lanjutan) 3 σp
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
− I1σp2 + I2σp − I3 = 0 dimana I1 = σ x
I2 I3
+ σy + σz
(
= σ x σ y + σ y σ z + σ zσ x − τ2xy + τ2yz + τ2zx
= σ x σ y σ z + 2τ xy τ yz τzx −
(
2 σ x τ yz
)
+ σ y τ2zx + σ z τ2xy
)
I1 = Invariant tegangan (Stress invariant) pertama I2 = Invariant tegangan (Stress invariant) kedua I3 = Invariant tegangan (Stress invariant) ketiga
©RKW
73
Tegangan Utama (Lanjutan) • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Solusi dari persamaan 3
σp
− I1σp2 + I2σp − I3 = 0
adalah tiga tegangan utama, dengan urutan dari yang terbesar ke terkecil sebagai berikut:
σ1 = Tegangan utama mayor (Major principal stress) σ2 = Tegangan utama tengah (Intermediate principal stress) σ3 = Tegangan utama minor (Minor principal stress)
©RKW
74
37
Tegangan Utama (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Setiap tegangan utama akan berhubungan dengan sumbu utama, yang cosinus arahnya (λx,λy,λz) dapat dicari langsung dari persamaan matriks:
⎡σ x − σp ⎢ ⎢ τ xy ⎢ τzx ⎣
τ xy σ y − σp τ yz
τzx ⎤ ⎡λ x ⎤ ⎥ τyz ⎥ ⎢⎢λ y ⎥⎥ = [0] σ z − σp ⎥ ⎢ ⎦ ⎣λ z ⎥⎦
dan sifat dasar dari cosinus arah, yaitu:
λ2x + λ2y + λ2z = 1
©RKW
75
Tegangan Utama (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Brady & Brown (1993) mengusulkan bahwa untuk setiap tegangan utama σi (i =1,2,3), cosinus arahnya adalah:
(
)1 2
(
)1 2
(
)1 2
λ xi = A A 2 + B2 + C2 λ yi = B A 2 + B2 + C2 λ zi = C A 2 + B2 + C2 dengan A, B, dan C adalah:
©RKW
76
38
Tegangan Utama (Lanjutan) A
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
=
σy
τ yz σ z − σi
τ yz
B=−
C=
− σi
τ xy τ zx
τ xy τzx
τ yz σ z − σi σy
− σi
τ yz
©RKW
77
Tegangan Utama (Lanjutan) n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
•
Prosedur untuk menghitung tegangan-tegangan utama dan orientasi dari sumbu utama secara sederhana adalah penentuan nilai-nilai eigen (eigenvalues) dari matriks tegangan dan vektor eigen (eigenvector ) dari setiap nilai eigen (Ingat: MA2132)
•
Karena ketiga sumbu utama saling tegak lurus, maka hasil perkalian skalar (dot product) dari vektor cosinus arahnya sama dengan nol:
λ x1λ x2 + λ y1λ y2 + λ z1λ z2 = 0 λ x 2λ x 3 + λ y 2λ y 3 + λ z 2λ z 3 = 0 λ x3λ x1 + λ y3λ y1 + λ z3λ z1 = 0 ©RKW
78
39
Tegangan Utama (Lanjutan) • n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Karena penjumlahan komponen tegangan normal yang saling tegak lurus bersifat inv ariant (ingat materi terdahulu), maka: σ1 + σ 2
•
+ σ3 = σ x + σ y + σ z
Kedua hal ini dapat digunakan untuk memeriksa hasil perhitungan besar dan arah tegangan utama
©RKW
79
Latihan 2 n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
Tentukan besar dan arah tegangan-tegangan utama pada suatu titik jika keenam komponen tegangan pada t itik tersebut adalah
σx = 7.825 MPa τxy = 1.422 MPa σy = 6.308 MPa τyz = 0.012 MPa σz = 7.866 MPa τzx = -1.857 MPa
©RKW
80
40
Latihan 2 (Lanjutan) I1 = σ x n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
+ σ y + σ z = 22.0 MPa
( 2 z + 2τ xy τ yz τ zx − ( x τ yz +
)
I2
= σ xσ y + σ yσ z + σ zσ x − τ2xy + τ2yz + τ2zx = 155.0 MPa
I3
= σ xσ yσ
σ
2
σ y τ zx
)
+ σ z τ2xy = 350.0 MPa
sehingga persamaan pangkat tiga untuk menghitung tegangan utama menjadi: 3
σp
− 22.0 σp2 + 155.0 σp − 350.0 = 0
yang menghasilkan: σ1 σ2 σ3
= 10.0 MPa = 7.0 MPa = 5.0 MPa ©RKW
81
Latihan 2 (Lanjutan) Mencari cosinus arah σ1: n a u A t a B a k i n a k B e M 1 1 1 3 A T C
=
σy
τ yz 6.308 − 10.0 0.012 − 3.682 0.012 = = = 7.857 σ z − σ1 0.012 7.866 − 10.0 0.012 − 2.134
τ yz
=−
=
− σ1
τ xy τzx
τ xy τzx
τ yz 1.422 0.012 1.422 0.012 =− =− = 3.012 σ z − σ1 − 1.857 7.866 − 10.0 − 1.857 − 2.134 σy
− σ1
τ yz
=
1.422
6.308 − 10.0
− 1.857
0.012
©RKW
=
1.422
− 3.692
− 1.857
0.012
= −7.38
82
41
Latihan 2 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
(
)1 2 = 7.857 10.843 = 0.7246 (cos 43.60 )
(
)1 2 = 3.012 10.843 = 0.2778 (cos 73.90 )
(
)1 2 = − 6.839 10.843 = −0.6307 (cos 129.10 )
λ x1 = A A 2 + B2 + C2 λ y1 = B A 2 + B2 + C2 λ z1 = C A 2 + B2 + C2 Periksa:
λ2x1 + λ2y1 + λ2z1 = (0.7246 )2 + (0.2778) 2 + (-0.6307)2 = 1.0000
©RKW
83
Latihan 2 (Lanjutan) Mencari cosinus arah σ2: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
A
=
− σ2 τ yz
B=−
C=
τ yz 6.308 − 7.0 0.012 − 0.692 0.012 = = = −0.599 σ z − σ2 0.012 7.866 − 7.0 0.012 0.866
σy
τ xy τzx
τ xy τzx
τ yz 1.422 0.012 1.422 0.012 =− =− = −1.254 σz − σ2 − 1.857 7.866 − 7.0 − 1.857 0.866 − σ 2 1.422 6.308 − 7.0 1.422 − 0.692 = = = −1.268 τ yz − 1.857 − 1.857 0.012 0.012
σy
©RKW
84
42
Latihan 2 (Lanjutan)
(
)1 2 = − 0.599 1.881 = −0.3186 (cos 108.60 )
(
)1 2 = − 1.254 1.881 = −0.6664 (cos 131.80 )
(
)1 2 = − 1.268 1.881 = −0.6740 (cos 132.40 )
λ x 2 = A A 2 + B2 + C2
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
λ y 2 = B A 2 + B2 + C2 λ z 2 = C A 2 + B2 + C2 Periksa:
λ2x2 + λ2y2 + λ2z2 = (−0.3186)2 + (-0.6664)2 + (-0.6740)2 = 0.9999
©RKW
85
Latihan 2 (Lanjutan) Mencari cosinus arah σ3: n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
A
=
− σ3 τ yz
B=−
C=
τ yz 6.308 − 5.0 0.012 1.308 0.012 = = = 3.749 σ z − σ3 0.012 7.866 − 5.0 0.012 2.866
σy
τ xy τzx
τ xy τzx
τ yz 1.422 0.012 1.422 0.012 =− =− = −4.098 σ z − σ3 − 1.857 7.866 − 5.0 − 1.857 2.866 − σ3 1.422 6.308 − 5.0 1.422 1.308 = = = 2.446 τ yz 0.012 − 1.857 − 1.857 0.012
σy
©RKW
86
43
Latihan 2 (Lanjutan)
n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
(
)1 2 = 3.749 6.069 = 0.6177 (cos 51.80 )
(
)1 2 = − 4.098 6.069 = −0.6752 (cos 132.50 )
(
)1 2 = 2.446 6.069 = 0.4031(cos 66.20 )
λ x3 = A A 2 + B2 + C2 λ y3 = B A 2 + B2 + C2 λ z3 = C A 2 + B2 + C2 Periksa:
λ2x3 + λ2y3 + λ2z3 = (0.6177)2 + (-0.6752)2 + (0.4031)2 = 0.9999
©RKW
87
Latihan 2 (Lanjutan) Periksa ketegaklurusan sumbu utama 1 terhadap sumbu utama 2 n a u t a B a k i n a k e M 1 1 1 3 A T
λ x1λ x 2 + λ y1λ y 2 + λ z1λ z2 = (0.7246 )( −0.3186 ) + (0.2778 )( −0.6664 ) + ( −0.6307 )( −0.6740 ) = 0.009 ≈ 0 Periksa ketegaklurusan sumbu utama 2 terhadap sumbu utama 3
λ x 2λ x 3 + λ y 2λ y 3 + λ z 2 λ z 3 = ( −0.3186 )(0.6177 ) + ( −0.6664)( −0.6752) + ( −0.6740 )(0.4031) = − 0.018 ≈ 0 Periksa ketegaklurusan sumbu utama 3 terhadap sumbu utama 1
λ x3λ x1 + λ y3λ y1 + λ z3λ z1 = (0.6177 )(0.7246 ) + ( −0.6752)(0.2778 ) + (0.4301)( −0.6307 ) = 0.006 ≈ 0 ©RKW
88
44