MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG MELAKSANAKAN MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR
KODE UNIT KOMPETENSI: F.4xxxx 05.02
BUKU INFORMASI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN PEMBINAA N KON STRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Jalan Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat - Jakarta Selatan 2013
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
KATA PENGANTAR Pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sesuai standar kompetensi yang dipersyaratkan dengan bidang kerjanya. Berbagai upaya ditempuh, baik melalui pendidikan formal, pelatihan secara berjenjang sampai pada tingkat pemagangan di lokasi proyek atau kombinasi antara pelatihan dan pemagangan, sehingga tenaga kerja mampu mewujudkan standar kinerja yang dipersyaratkan di tempat kerja. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut, Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan salah satu institusi pemerintah yang ditugasi untuk melakukan pembinaan kompetensi, secara bertahap menyusun standar-standar kompetensi kerja yang diperlukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Kegiatan penyediaan kompetensi kerja tersebut dimulai dengan analisa kompetensi dalam rangka menyusun suatu standar kompetensi kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi tenaga kerja di bidang jasa konstruksi yang bertugas sesuai jabatan kerjanya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksanaannya. Penyusunan Modul Pelatihan (Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi) untuk jabatan kerja Pelaksana Lapangan Bangunan Gedung mengacu kepada SKKNI Ahli Geodesi untuk Bangunan Gedung, yang dalam penjabarannya kepada program pelatihan tertuang pada Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK). Penyusunan KPBK dilakukan dengan mengindentifikasi Unit-unit Kompetensi melalui analisis terhadap Kriteria Unjuk Kerja (KUK) yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang merupakan dasar rumusan penyusunan kurikulum dan silabus pelatihan. Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai upaya memenuhi kompetensi standar seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas, sehingga dimungkinkan adanya tambahan materi-materi lainnya untuk lebih meningkatkan kompetensi dari standar yang dipersyaratkan setiap jabatan kerja Penyusunan modul modul ini melalui beberapa tahapan diantaranya Focus Group Discusion serta Workshop yang melibatkan para nara sumber, praktisi, pemangku jabatan serta stakeholder. Dengan keterbatasan pelibatan stakeholder terkait dalam proses penyusunan modul ini, dan seiring dengan perkembangan dan dinamika teknologi konstruksi kedepan, maka tetap diupayakan penyesuaian dan perbaikan secara berkelanjutan sejalan dengan dilaksanakannya pelatihan dengan menggunakan modul ini dilapangan melalui respon peserta pelatihan, instruktur , asesor serta semua pihak. Pada kesempatan ini disampaikan banyak terimakasih kepada tim penyusun yang telah mencurahkan segala kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan modul ini, serta semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan modul pelatihan ini.
Jakarta,
Nopember 2013
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: ii dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
DAFTAR ISI Kata pengantar
………………………………………………………………………………. ii
................................................................. ............................................ ............................................ ......................................... ................... 1 Daftar Isi ...........................................
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................... .................................................................. ............................................. ................................. ........... 2 1.1
Konsep Dasar Pelatihan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ............................... ............................... 2
1.2
Penjelasan Materi Pelatihan.......................................... ................................................................. .............................. ....... 2
1.3
Pengakuan Kompetensi Terkini .................................................. ................................................................. ............... 3
1.4
Pengertian-pengertian Pengertian-pengertian / Istilah .......................................... ................................................................ .......................... .... 4
STANDAR KOMPETENSI KOMPET ENSI ............................................. ................................................................... ........................................ ..................6 2.1
Peta Paket Pelatihan .......................................... ............................................................... ........................................ ................... 6
2.2
Pengertian Pengertian Unit Standar Kompetensi............................................ .......................................................... .............. 6
2.3
Unit Kompetensi yang Dipelajari .................................. ........................................................ .............................. ........ 7
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ............................................ ............................................................... ................... 12 3.1
Strategi Pelatihan ............................... ...................................................... ............................................. ................................. ........... 12
3.2
Metode Pelatihan ........................................... .................................................................. ............................................. ......................13
3.3
Rancang Bangun Materi Pelatihan .......................................... ............................................................. ................... 18
BAB IV MELAKSANAKAN PEKERJAAN STRUKTUR ........................................... ...................................................... ........... 25
BAB V
4.1
Umum ........................................... .................................................................. ............................................ ........................................ ................... 26
4.2
Pelaksanaan pekerjaan struktur beton ........................................... ...................................................... ........... 26
4.3
Pelaksanaan Pelaksanaan pekerjaan struktur kayu ........................................... ......................................................... .............. 57
4.4
Pelaksanaan pekerjaan struktur baja ............................................ .......................................................... .............. 94
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ............................................ .................................................................. ............................................ ..................................... ............... 110 5.1
Sumber Daya Manusia .......................................... ................................................................. ..................................... .............. 110
5.2
Sumber-sumber Perpustakaan Perpustakaan ............................................ .................................................................. ......................111
5.3
Daftar Peralatan/Mesin Peralatan/Mesin dan Bahan ................................... ........................................................ ......................... .... 112
LAMPIRAN
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 1 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
BAB I PENGANTAR 1.1
Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan
berbasis
kompetensi
adalah
pelatihan
kerja
yang
menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. 1.1.2
Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
1.2
Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. a. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. b. Pelatihan individual individual / mandiri adalah pelatihan pelatihan yang dilaksanakan dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur.
1.2.2 Isi Materi Pelatihan a. Buku Informasi Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. pelatihan. b. Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 2 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
1) Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan keterampilan peserta pelatihan. pelatihan. 3) Kegiatan
penilaian penilaian
untuk
menilai
kemampuan
peserta
pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. c. Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber Sumber-sumb er yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi instruktur instruktur untuk menilai menilai setiap kegiatan kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian pencapaian keterampila keterampilan n peserta pelatihan. pelatihan.
1.2.3 Penerapan materi pelatihan a. Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: 1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sebaga i sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta peserta pelatihan memberikan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. b.
Pada Pelatihan individual individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: 1) Menggunakan
Buku
Informasi
sebagai
sumber
utama
pelatihan. Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 3 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-t ta nggapan-tanggapan anggapan dan
hasil penilaian
oleh
instruktur.
1.3
Pengakuan Kompetensi Terkini 1.3.1 Pengakuan
Kompetensi
Terkini
(Recognition
of
Current
Competency-RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan. 1.3.2. Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: a. Bekerja
dalam
suatu
pekerjaan
yang yan g
memerlukan
suatu
pengetahuan, keterampilan keterampilan dan sikap kerja yang sama atau b. Berpartisipasi Berpartisipasi dalam pelatihan pelatihan yang mempelajari mempelajari kompetensi kompetensi yang sama atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4
Pengertian-pengertian Pengertian-pengertian / Istilah 1.4.1 Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan
serta
keterampilan/keahlian
kerja
tertentu
yang
diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan. pekerjaan/jabatan. 1.4.2 Standarisasi Standardisasi
adalah
proses
merumuskan,
menetapkan
serta
menerapkan suatu standar tertentu.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 4 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
1.4.3
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai
dengan
membandingkan
bukti-bukti
yang
dikumpulkan
terhadap standar yang dipersyaratkan. 1.4.4 Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. 1.4.5 Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan. 1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 1.4.7
Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1.4.9 Sertifikat Kompetensi
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 5 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi, baik LSP maupun Badan Sertifikasi Kompetensi. 1.4.10
Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan terprogram serta dilaksanakan secara obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 6 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
BAB II STANDAR KOMPETENSI
2.1
Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit kompetensi pekerjaan struktur, Kode Unit F45 ……… 005 02, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Menerapkan keselamatan dan kesehaan kerja dan lingkungan (K3-L) di tempat kerja Melakukan Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja Melaksanakan Pekerjaan Persiapan Melaksanakan Pekerjaan Pondasi Melaksanakan Pekerjaan Struktur Melaksanakan Pekerjaan Arsitektur Membuat Laporan Pelaksanaan Pekerjaan
2.2
Pengertian Unit Standar Kompetensi 2.2.1 Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu. 2.2.2
Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan
ini adalah “ Melaksanakan Pekerjaan struktur ”. 2.2.3
Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, terfokus pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Setiap peserta pelatihan membutuhkan waktu yang berbeda untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.
2.2.4
Kesempatan untuk menjadi kompeten
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 7 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.
2.3
Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : a. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. b. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. c. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. d. Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Judul Unit
Melaksanakan pekerjaan struktur
2.3.2
Kode Unit
F.4xxxx.005.02
2.3.3
Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan pondasi.
2.3.4. Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal SOP menerapkan
K3L
ditempat
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
kerja,
melakukan
komunikasi
dan
Halaman: 8 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
kerjasama di tempat kerja, melaksanakan Pekerjaan Persiapan, melaksanakan Pekerjaan Pondasi 2.3.5
Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja
ELEMEN KOMPETENSI 1. Melaksanakan pekerjaan struktur beton
KRITERIA UNJUK KERJA 1.1 Perancah dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1.2 Acuan/cetakan beton dibuat dan dirakit sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1.3 Tulangan beton dirakit dan dipasang 1.4 Pengecoran beton struktur dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
2. Melaksanakan pekerjaan struktur kayu
2.1 Konstruksi sambungan kayu dibuat sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 2.2 Konstruksi sambungan kayu dirakit sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 2.1 Konstruksi sambungan kayu dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3. Melaksanakan pekerjaan struktur baja
3.1 Komponen struktur baja difabrikasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3.2 Komponen struktur baja dirakit sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja 3.3 Komponen struktur baja dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
2.3.6
Batasan Variabel a. Konteks variabel
1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu atau kelompok, serta menjadi dasar penentuan kemampuan, pada lingkup pekerjaan sektor kontruksi Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 9 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
utamanya
pada
Kode Modul F.4xxxx.005.02
pekerjaan
pelaksanaan
pekerjaan
gedung. 2) Unit kompetensi ini berlaku untuk melakukan komunikasi dan kerjasama terhadap tugas yang dilaksanakan di tempat kerja 3) Unit kompetensi ini juga untuk menyiapkan, menerapkan dan menegakkan tanggung jawab dalam berkomunikasi dan kerjasama dengan orang lain di tempat kerja b. Perlengkapan yang dibutuhkan
1)
Peralatan a) Alat pertukangan kayu b) Alat pertukangan batu dan beton c) Alat fabrikasi dan ereksi baja
2) Perlengkapan a) Alat pelindung diri b) Alat pengaman kerja c)
Kotak PPPK lengkap dengan isinya
c. Peraturan-peraturan yang diperlukan
1) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi 2) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa d. Norma dan standar
1) Tata Cara Perancangan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton1989 (SK.BI-1.453.1989) 2) Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982 3) Standard Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986 2.3.7 PANDUAN PENILAIAN
a. Konteks penilaian Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 10 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Metode uji yang digunakan antara lain: 1) Test tertulis; 2) Test lisan (wawancara); 3) Praktek/simulasi. 4) Porto folio
b. Persyaratan kompetensi Penguasaan unit kompetensi sebelumnya meliputi: 1) F.4xxxx.001.02 : Melaksanakan Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) di Tempat Kerja 2) F.4xxxx.003.02 : Melakukan Komunikasi di Tempat Kerja 3) F.4xxxx.004.02 : Melaksanakan Pekerjaan Persiapan 4) F.4xxxx.005.02 : Melaksanakan Pekerjaan Pondasi
c. Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 1) Pengetahuan a) Struktur beton b) Struktur kayu c) Struktur baja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 11 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
2) Keterampilan
a) Melaksanakan pekerjaan struktur beton b) Melaksanakan pekerjaan struktur kayu c) Melaksanakan pekerjaan struktur baja d. Sikap kerja yang diperlukan 1) Teliti
dalam
mengindentifikasi
kondisi
lahan
dan
berkoordinasi dengan pihak yang terkait 2) Teliti dalam menggunakan alat dan melaksanakan pekerjaan pondasi
e.
Aspek kritis 1) Ketelitian dalam melaksanakan pengukuran 2) Ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan sambungan
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 12 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN
3.1
Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar
dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun
sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3.1.1
Persiapan / perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap
belajar
dengan
tujuan
mendapatkan
tinjauan
umum
mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c.
Memikirkan
bagaimana
pengetahuan
baru
yang
diperoleh
berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan. 3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. b. Mereview
dan
meninjau
materi
belajar
agar
dapat
menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki. 3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek a. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan. 3.1.4 Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 13 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. c. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh. 3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan dengan menerapkan metode : a. Penilaian tertulis b. Penilaian lisan/wawancara c. Penilaian observasi/Praktek/simulasi 3.2
Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1
Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masingmasing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.
3.2.2 Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama
secara
teratur
dan
berpartisipasi
dalam
sesi
belajar
berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan
belajar
masing-masing,
sesi
kelompok
memberikan
interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja. 3.2.3 Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.
3.2.4 Rancang Bangun Pembelajaran Materi pelatihan Rancang banngun pembelajaran ini memberikan informasi tentang indikator kompetensi yang jabarkan ke dalam tujuan pencapaian materi pembelajaran, metode pelatihan yang dibutuhkan disetiap
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 14 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
indikator dan tahapan prosess pembelajaran, serta sumber materi yang dibutuhkan dengan alokasi waktunya.
R A A B M A P A N A N G B B A G N M A T E R PE E TIIH H A R AN NC C AN NG AN NG GU UN AT TE ER RII P ELL A AT AN N Unit Kompetensi Elemen Kompetensi
No
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
1.1 Perancah dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1)
Dapat menjelaskan jenis dan fungsi perancah
: Melaksanakan Pekerjaan struktur 1.
Melaksanakan pekerjaan struktur beton
Tujuan pembelajaran
Selesai mengikuti materi ini peserta mampu memasang perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Metode pelatihan
Ceramah Diskusi Demonstrasi / peragaan Tugas
2) Dapat menjelaskan cara mengerjakan perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3) Mampu mengerjakan perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4) Harus mampu bersikap teliti dalam memasang perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1.2 Acuan/cetakan beton dibuat dan dirakit sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dapat menjelaskan
Tahapan pembelajaran
Referensi yang disaranka n
1. Menjelaskan jenis dan fungsi perancah
Jam pelajar an indikati f (mnt) 30
2. Menjelaskan cara mengerjakan perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3. Memperagaka n cara mengerjakan perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4. Mengamati ketelitian peserta dalam memasang perancah sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu membuat dan merakit acuan/cetakan beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi Tugas
1. Menjelaskan fungsi dan persyaratan acuan/cetaka n balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
Petunjuk Praktek Bangunan gedung
30
Halaman: 15 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
2)
3)
4)
4)
1.3
Kode Modul F.4xxxx.005.02
fungsi dan persyaratan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton Dapat menjelaskan alat dan bahan untuk pengerjaan acuan/cetakan beton Dapat menjelaskan cara mengerjakan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, daan metode kerja Mampu mengerjakan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Harus mampu bersikap teliti dalam membuat dan merakit acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Tulangan beton dirakit dan dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dapat menjelaskan jenis tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 2) Dapat menjelaskan cara merakit tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
2. Menjelasakan alat dan bahan untuk pengerjaan acuan/cetaka n beton 3. Menjelaskan cara mengerjakan acuan/cetaka n balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, daan metode kerja 4. Mempraktekk an cara mengerjakan acuan/cetaka n balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 5. Mengamati ketelitian peserta dalam membuat dan merakit acuan/cetaka n balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu merakit dan memasang Tulangan beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi Tugas
1. Menjelasan jenis tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
40 Konstruksi bangunan gedung bertingkat rendah
2. Menjelaskan cara merakit tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 3. Menjelaskan cara mengerjakan
Halaman: 16 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
3) Dapat menjelaskan cara mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 4) Mampu mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 5) Harus mampu bersikap teliti dalam merakit dan memasang tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1.4. Pengecoran beton struktur dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
4. Mempraktekk an cara mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 5. Mempraktekk an cara mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu melaksanakan pengecoran beton struktur sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Dapat menjelaskan alat dan bahan untuk pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 2) Dapat menjelaskan persyaratan pelaksanaan pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 3) Dapat menjelaskan cara mengerjakan pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 4) Mampu mengerjakan pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai spesifikasi teknis,
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi Tugas
1.
Menjelasan alat dan bahan untuk pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
Petunjuk praktek bangunan gedung
30
2. Menjelaskan alat dan bahan untuk pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 3. Menjelaskan cara mengerjakan pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 4. Mempraktekk an cara mengerjakan pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
Halaman: 17 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
dan metode kerja 5) Harus mampu bersikap teliti dalam melaksanakan pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
Elemen Kompetensi
No
2
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
2.1
1)
2)
3)
4)
Konstruksi sambungan kayu dibuat sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Dapat menjelaskan jenis dan fungsi sambungan kayu Dapat menjelaskan cara mengerjakan sambungan kayu Mampu mengerjakan sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Harus mampu bersikap teliti dalam membuat sambungan konstruksi kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode
2.2 Konstruksi sambungan kayu dirakit sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
5.
2.
Mengamati ketelitian peserta dalam melaksanaka n pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
Melaksanakan pekerjaan struktur kayu
Tujuan pembelajaran
Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu membuat Konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Tahapan pembelajaran
Referensi yang disaranka n
1. Menjelaskan jenis dan fungsi sambungan kayu
Konstruk si banguna n gedung
Metode pelatihan
Ceramah Diskusi Demonstrasi / peragaan Tugas
Jam pelajar an indikati f (mnt) 50
2. Menjelaskan cara mengerjakan sambungan kayu 3.
Praktek cara mengerjakan sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
4. Mengamatai ketelitian peserta dalam dalam membuat sambungan konstruksi kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu merakit Konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi
1.
Menjelaskan maksud dan tujuan mengerjakan perakitan konstruksi sambungan kayu
Konstruksi bangunan gedung
20
Halaman: 18 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung 1) Dapat menjelaskan maksud dan tujuan mengerjakan perakitan konstruksi sambungan kayu 2) Dapat menjelaskan cara mengerjakan perakitan konstruksi sambungan kayu 3) Mampu membentuk konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4) Harus mampu bersikap teliti dalam merakit konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
2.3. Konstruksi sambungan kayu dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1)
Dapat menjelaskan sistem perkuatan konstruksi sambungan kayu 2) Dapat menjelaskan tahapan pemasangan konstruksi sambungan kayu 3) Mampu melaksanakan pemasangan konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4) Harus mampu bersikap teliti dalam memasang konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Tugas
Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu melaksanakan pekerjaan timbunan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi Tugas
2.
Menjelaskan cara mengerjakan perakitan konstruksi sambungan kayu
3.
Mempraktekk an cara membentuk konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
4. Mengamatai ketelitian peserta dalam merakit konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1. Menjelaskan sistem perkuatan konstruksi sambungan kayu
20
2. Menjelaskan tahapan pemasangan konstruksi sambungan kayu 3. Mempraktekk an cara melaksanaka n pemasangan konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4. Mengamati ketelitian peserta dalam memasang konstruksi sambungan kayu sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan
Halaman: 19 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
metode kerja
Elemen Kompetensi
No
3
Kriteria Unjuk Kerja / Indikator Unjuk Kerja
3.1
3.
Melaksanakan pekerjaan struktur baja
Tujuan pembelajaran
Komponen struktur baja difabrikasi sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Dapat menjelaskan komponen sambungan struktur baja Dapat menjelaskan cara melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja Mampu melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja Harus mampu bersikap teliti dalam melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu menjelaskan fabrikasi komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3.2. Komponen struktur baja dirakit sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dapat menjelaskan cara pemotongan komponen struktur
Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu merakit Komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja
1)
2)
3)
4)
Metode pelatihan
Tahapan pembelajaran
Ceramah Diskusi Demonstrasi / peragaan Tugas
1. Menjelaskan komponen sambungan struktur baja
Referensi yang disaranka n
Konstruk si baja
Jam pelajar an indikati f (mnt) 50
2. Menjelaskan cara melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 3. Mempraktekk an cara melaksanaka n fabrikasi komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 4. Mengamati ketelitian peserta dalam melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi Tugas
1. Menjelaskan cara pemotongan komponen struktur baja
Konstruksi baja
20
2. Menjelaskan klasifikasi sambungan komponen struktur baja
Halaman: 20 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
baja 2) Dapat menjelaskan klasifikasi sambungan komponen struktur baja 3) Dapat menjelaskan cara pembentukan komponen struktur baja 4) Mampu membentuk komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3.
Menjelasan cara pembentukan komponen struktur baja 4. Mempraktekk an cara membentuk komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 5. Mengamati ketelitian peserta dalam merakit komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
5) Harus mampu bersikap teliti dalam merakit komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3.3 Komponen struktur baja dipasang sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Dapat menjelaskan tahapan pemasangan komponen struktur baja 2) Mampu melaksanakan pemasangan komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3) Harus mampu bersikap teliti dalam memasang komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Selesai mengikuti materi pelatihan ini peserta mampu memasang komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Ceramah Diskusi Tugas kelompok Peragaan/ Demosntrasi Tugas
1. Menjelaskan tahapan pemasangan komponen struktur baja
Konstruksi banguan gedung
20
2. Memprakteka n cara melaksanaka n pemasangan komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 3.
Mengamati ketelitian peserta dalam merakit komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
Halaman: 21 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR
Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah
selesai
kemampuan
mengikuti
untuk
pelatihan
melaksanakan
ini
diharapkan
pekerjaan
peserta
struktur,
dalam
memiliki rangka
menunjang pelaksana lapangan pekerjaan gedung.
Tujuan Pembelajaran Khusus : Setelah selesai mempelajari materi pelatihan ini peserta akan mampu : 1) Melaksanakan pekerjaan struktur beton 2) Melaksanakan pekerjaan struktur kayu 3) Melaksanakan pekerjaan struktur baja
4.1
Pendahuluan Dalam sebuah pelaksanaan pembangunan konstruksi dibutuhkan pelaksana pembangunan agar
dapat diselesaikan dengan baik, tugas pelaksana
pembangunan adalah Memahami gambar, design dan spesifikasi teknis, metode kerja sebagai sebagai pedoman dan dalam melksanakan pekerjaan di lapangan Pelaksan bangunan perlu mempunyai keahlian dalam bidang bangunan agar mengetahui bagaiman mengatur jalannya setiap item pekerjaan, sehingga menghasilkan kualitas bangunan yang bagus dalam waktu yang cepat, pada pelaksanaan
skala
besar
seperti
gedung
bangunan
bertingkat
tinggi,
keberadaan pelaksana dikelompokkan lebih rinci lagi sehingga terdapat pelaksana spesialis yang ahli dalam bidangnya masing-masing, diantaranya adalah : pelaksana besi, pelaksana beton cor, pelaksana bekisting, pelaksana finishing,
pelaksana
mekanikal
elektronik,
dan
setiap
bagian
tersebut
mempunyai tanggung jawab dalam spesifikasinya masing-masing , misalnya pelaksana
bekisting
perlu
acuan/cetakan beton yang
mempelajari
bagaimana
membuat
sebuah
tidak mengalami kebocoran, serta mampu
menghasilkan hasil pengecoran beton yang halus tanpa keropos
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 22 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
4.2
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Melaksanakan pekerjaan struktur beton
Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang beton teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari beton sebagai material bangunan Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur masing-masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton
Unsur terurai Semen + Air
Matrik komposit
Pasta semen/ grout
Mortar
+
Beton
Agregat halus, misalnya pasir + Agregat kasar, misalnya kerikil Ketiga sistem tersebut dapat pula dipandang sebagai model komposit dengan 2 fase, yaitu fase matriks dan fase terurai. Kadang kata beton masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu ( admixture) untuk mengubah sifat-sifatnya ketika masih berupa beton segar (fresh concrete) atau beton keras Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tarik kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan , beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi beton bertulang ( reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi beton pratekan ( prestressed concrete)
Lingkup pekerjaan pekerjaan pembuatan struktur beton bertulang meliputi ; 4.2.1. Melakukan pemasangan perancah 4.2.2. Pembuatan dan perakitan Acuan/cetakan 4.2.3. Melakukan perakitan dan pemasangan tulangan beton 4.2.4. Pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 23 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
4.2.1
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Melakukan pemasangan perancah a. Jenis dan fungsi perancah 1) Jenis perancah Perancah biasanya berbentuk suatu sistem modular , m empunyai 2 jenis : a) Perancah terbuat dari pipa atau tabung logam b) Perancah terbuat dari bambu, dolken, dan kayu(kaso 5/7)
Gambar 4.1 Perancah terbuat dari bambu dan dari pipa
2) Fungsi perancah a) Perancah ( scaffolding ) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-bangunan besar lainnya b) Sebagai konstruksi penyanggah atau pendukung cetakan/acuan terdiri dari tiang-tiang penyanggah dan balok-balok silang c) Sebagai tempat untuk bekerja yang aman bagi tukang / pekerja sehingga keselamatan kerja terjamin. d) Sebagai pelindung bagi pekerja yang lain, seperti pekerja di bawah harus terlindung dari jatuhnya bahan atau alat.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 24 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
b. Pelaksanaan Cara mengerjakan perancah
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 25 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.2 tahapan pelaksanaan perancah 1) Memasang perancah hingga peil pada U Head a) Tempat perletakan perancah ( scaffolding) dipersiapkan, tempat harus rata dan cukup kuat menyanggah perancah b) Perancah dan
perlengkapannya
dipasang
menurut
urutan
rencana dan sesuai dengan kode, standar, peraturan dan persyaratan yang relevan dari pabrik pembuat
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 26 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
c) Pemasangan perancah dari tingkat pertama ini bisa diterapkan untuk
tingkatan
selanjutnya
yang
ada
di
atasnya.
Bila
pemasangan lebih tinggi lagi, disarankan cara pemasangan scaffolding ini tidak dilakukan sendiri. d) Pemasangan frame (scaffolding) beberapa tingkat ke atas sebaiknya dilakukan oleh 2-3 orang dengan menggunakan tali tambang sebagai pembantu menaikkan frame (scaffolding) ke tingkat atas. Utamakan keselamatan pada saat pemasangan scaffolding. e) Pemasangan
scaffolding yang
benar
untuk
beberapa
tingkatan ke atas adalah dengan menggunakan pipa penunjang scaffolding itu sendiri. Dan menggunakan pipa penunjang juga untuk mengikat scaffolding ke bangunan itu sendiri 2) Menentukan peil U Head ( ketinggian perancah), dengan cara : Peil lantai – tebal pelat – plywood – balok kayu memanjang – balok kayu melintang 3) Crossing brace dipasang dengan menghubungkan batang main frame dan mengencangkan baut pada ujung batang
4) Berikut beberapa panduan dalam penggunaan perancah di tempat kerja ; Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan, yang tidak bisa dijamin keamanannya, bila dikerjakan secara aman pada suatu ketinggian dan / atau setiap ketinggian pekerjaan yang melebihi 2 meter harus menggunakan perancah yang memenuhi standar. a) Papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah. b) Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup. c) Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan. d) Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus disimpan dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya. e) Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (safety factor) sebesar 4 kali beban maksimal.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 27 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
f)
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Perancah harus diberi tangga pengaman untuk tempat berjalan dan lain-lain fasilitas yang aman.
g) Perancah harus cukup diberi penguat (Brace). h) Semua
kerangka
berdirinya
perancah
bangunan
harus
berdasarkan standard konstruksi; mempunyai pondasi yang kuat dan cukup tertanam dan diberi penguat untuk kesetabilan. i)
Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong asap dan bahan-bahan lain yang tidak semestinya dipakai untuk penahan perancah, tidak boleh dipakai.
j)
Paku-paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan kemudian dibengkokkan.
l)
Paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.
m) Tali baja yang digunakan untuk perancah, tidak boleh terkena asam atau bahan kimia, yang memudahkan keadaan korosi (karat) dan bahan ini tidak boleh digunakan, untuk tali perancah kayu yang terbuat dari serat tidak dapat digunakan atau yang dapat mengundang bahaya. n) Bila terpaksa menggunakan perancah kayu karena ketiadaan perancah yang terbuat dari besi/pipa, maka pemilihan bahan harus berurat lurus, padat, tidak ada mata kayu yang besarbesar, kering tidak membusuk, tidak ada lubang ulat dan lainlainya yakni tidak ada kerusakan yang dapat membahayakan runtuhnya susunan perancah. o) Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas gelagar memanjang dan melintang yang dihubungkan dengan kuat pada tiang penyanggah, ke atas atau ke samping, bergantung pada pemakaiannya untuk menjamin kesetabilan sampai perancah dapat dilepas. p) Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang. q) Setiap
bentuk
dan
komposisi
perancah
harus
diperiksa
sebelumnya oleh petugas K3L untuk meyakinkan:
dalam kondisi yang stabil
bahan yang dipakai tidak rusak
cukup baik untuk digunakan, dan
sudah diberi pengaman.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 28 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
r)
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Pemeriksaan perancah harus dilaksanakan oleh petugas K3L dan didokumentasikan:
Sedkitnya seminggu sekali
sesudah
cuaca
buruk, atau
gangguan dalam
masa
pembangunan yang agak lama s) Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga tidak ada yang rusak atau membahayakan waktu dipakai. t)
Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau hal itu tetap menjamin keselamatan.
u) Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke bangunan dengan sistem jepit (rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu. v) Perancah yang tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang tertinggi,
karena
dapat
membahayakan
kesetabilan
dan
kekuatannya. w) Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada perancah:
Bagian-bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat dan kalau perlu diperkuat.
Setiap penggeseran dan penyanggah ( putlog ) harus dicegah.
Tiang penyanggah harus dihubungkan erat pada bagian bangunan yang kuat, di tempat alat pengangkat dipasang.
x) Dalam
melakukan
kegiatan
pemasangan
perancah
dan
pembongkaran perancah hanya boleh dilakukan oleh petugas yang telah memiliki keahlian dalam pekerjaan perancah dan wewenang dalam melakukan kegiatan tersebut. y) Setiap tahapan pekerjaan perancah harus mengikuti urutan sesuai ketentuan teknis yang telah ditentukan oleh petugas yang mempunyai wewenang z) Tahapan atau urutan yang dibuat oleh tenaga teknis berkeahlian pekerjaan
perancah
harus
di
dokumentasikan.
Tenaga ahli perancah yang mempunyai sertifikat perancah dan / atau Petugas K3L khusus perancah/petugas K3L konstruksi
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 29 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
c. Prosedure Cara memasang perancah 1) Pemasangan main frame dilakukan dengan cermat dan teliti 2) Pemasangan U Head harus dilakukan dengan cermat dan teliti 3) Pemasangan crossing brace harus dilakukan dengan cermat
4.2.2
Pembuatan dan perakitan Acuan/cetakan
Gambar 4.3 cetakan/acuan balok
a. Fungsi dan persyaratan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 1) Fungsi Sebagai konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak/membuat beton yang akan di cor, sesuai dengan ukuran yang diharapkan. 2) Persyaratan a) Kualitas : acuan/cetakan harus memiliki kekuatan, kestabilan, dan kestabilan, tidak mengalami deformasi, kedap air, tahan terhadap getaran vibrator, memiliki keakurasian bentuk, ukuran dan posisi. b) Keselamatan : keselamatan pekerja harus terjamin, bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup sehingga bisa menahan beban hidup dan beban mati tanpa mengalami keruntuhan. c) Praktis, mudah dipasang dan dibongkar tanpa terganggu ukurannya, dan dapat digunakan berkali-kali
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 30 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
b. Alat dan bahan untuk pengerjaan acuan/cetakan beton 1) Alat a) Palu b) Obeng c) Paku, baut dan klem besi d) Cat meni, paselin, dan stempet agar cetakan/acuan tidak melekat 2) Bahan a) Kayu ( papan, triplex, multiplex ) b) Besi c) Fiber glass ( terutama untuk bentuk-bentuk khusus )
c. Pelaksanaan mengerjakan acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 1) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk balok dan pelat lantai
a) Harus ada shop drawing sebelum pekerjaan bekisting balok/pelat lantai dimulai.
b) Material panel-panel bekisting yang telah difabrikasi diperiksa dan dipasang sesuai dengan kode-kode yang ada di dalam shop drawing.
c) Material dari bekisting balok/pelat harus dilapisi oli bekas (nonexpose) atau mold-oil & form-oil (expose). Untuk bekisting bekas harus telah di treatment (dirawat) secara memadai hingga layak dipakai kembali.
d) Jarak scaffolding, jarak horibeam, stood-stood harus sesuai dengan shop drawing.
e) Periksa jarak formties dan bracing pada balok yang cukup tinggi (tergantung dimensi).
f) Periksa posisi sparing kebutuhan M&E sesuai dengan shop drawing.
g) Pastikan ukuran dimensi bekisting balok dengan meteran. h) Periksa elevasi pelat lantai dan balok dengan alat ukur, apakah telah sesuai dengan gambar kerja dan apakah ada perbedaan elevasi antara pelat satu dengan lainnya.
i)
Periksa ketegakan sisinya dengan siku logam/unting-unting.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 31 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
j)
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Periksa kelurusan bekisting dengan tarikan benang pada balok, terutama pada balok tepi, sisi bekisting harus sejajar tarikan benang.
k)
Pada
balok
dan
pelat,
periksa
kerapatan
sambungan/pertemuan ditutup dengan sealtape/busa atau sejenisnya.
Gambar 4.4 cetakan/acuan balok dan pelat 2) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk struktur kolom; a) Pada
kolom,
pekerjaan
cetakan/acuan
pekerjaan penulangan selesai. dipotong
sesuai
membentuk
ukurannya
persegi
panjang
dilakukan
setelah
Papan plywood yang telah disatukan dengan
dengan ukuran
kayu
sesuai
5/7 yang
ditentukan. b) Kemudian dijepit dengan sabuk kolom dan dipasang pipa support dengan cara menopang pada sabuk cetakan/acuan di keempat sisi cetakan/acuan yang sekaligus berfungsi untuk mengatur posisi cetakan/acuan c) Setelah itu dipasang batas kolom sebagai batas stop pengecoran d) Sebelum pengecoran dilakukan, terlebih dahulu pengecekan oleh pengawas, mengenai baut skrup yang terpasang pada kekuatan struktur perancah dan kerapatan dari cetakan/acuan. e) Setelah dicek , sudah tidak ada kekurangan atau kesalahan, maka Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 32 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
pekerjaan penulangan dapat dimulai
CETAKAN DENGAN SABUK BAJA
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 33 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
CETAKAN KOLOM DENGAN BAND PENGIKAT
CETAKAN DENGAN NCINCIN PENGAPIT
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 34 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
BEKISTING KOLOM BULAT
Gambar 4.5 jenis-jenis cetakan/acuan kolom
3) Tahapan pekerjaan cetakan/acuan untuk struktur tangga Sebelum tangga dicor, perlu dibuat acuan, biasanya acuan terdiri dari papan yang dirangkai atau lapisan tipis yang dipres dan dibentuk sesuai dengan rencana. Contoh di bawah ini ditunjukkan acuan tangga beton dengan bentuk sederhana
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 35 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
CETAKAN TANGGA
Gambar 4.6 cetakan/acuan tangga d. Prosedur membuat dan merakit acuan/cetakan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 1) Pekerjaan perancah dilakukan dengan cermat dan teliti 2) Pekerjaan membuat cetakan/acuan dilakuakan dengan cermat dan teliti 3) Pengecekkan pekerjaan membuat cetakan/acuan dilakukan dengan cermat dan teliti
4.2.3
Melakukan perakitan dan pemasangan tulangan beton a. Jenis tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton Ada dua jenis tulangan yaitu Besi dengan bentuk yang polos dan Besi Ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip dengan permukaan yang licin serta bundar sementara Besi ulir memiliki bentuk bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai dengan pilihan pada proses pembuatannya. Besi beton pada umumnya dipakai bermutu U24. (SI.1). ukuran dan diameter besi beton yang terpasang harus sesuai dengan gambar kerja dan syarat-syarat (RKS).
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 36 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
b. Cara merakit tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 1) Penganyaman tulangan atas 2) Penganyaman tulangan bawah 3) Kedua tulangan diikatkan pada tulangan sengkang dengan kawat baja lunak c. Pelaksanaan mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton Dilakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu. Jarak-jarak ini ditandai dengan kapur/pensil pada permukaan bekisting. 1) Untuk pembesian pelat lantai dan tangga a) Pembesian pelat lantai terlebih dahulu pengayaman dilakukan pada bagian bawah yang posisinya saling bersilangan sesuai dengan jarak yang ditentukan b) Persilangan besi tersebut diikat kuat dengan menggunakan kawat baja lunak. c) Setelah penganyaman tulangan pada bagian bawah selesai maka dilanjutkan dengan penganyaman besi tulangan bagian atas, pelaksanaannya sama dengan penganyaman pada bagian bawah d) Pada penulangan/pembasian pelat dibutuhkan pengganjal atau yang lebih dikenal dengan cakar ayam e) Cakar ayam berfungsi untuk menempatkan tulangan atas pada pelat sehingga tebal selimut beton tercapai. Cakar ayam ditempatkan secara menyebar dengan ketentuan tiap 1 m2 = 3 buah
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 37 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.7 Pembesian pelat 2) Untuk pembesian pada balok a) Pengerjaan dilakukan pada tulangan bawah terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan tulangan atas, keduanya diikatkan pada tulangan sengakang dengan kawat baja lunak agar tidak bergeser pada saat pengecoran b) Tulangan balok masuk ke dalam kolom sekitar -- arah panjang agar tumpuan balok cukup kuat, dan diikat kuat dengan kawat baja lunak
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 38 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.8 Pembesian balok
3) Untuk pembesian pada kolom a) Penganyaman tulangan dilakukan dari bawah (ditempat yang disediakan), kemudian dibawa ke atas dengan tower crane untuk proses penyambungan stek kolom b) Penyambungan dengan stek kolom dilakukan dengan cara sengkang
pada
tulangan
beton
yang
akan
dipasang
dimasukkan ke dalam stek kolom yang sudah tersedia c) Pada saat penyambungan, stek kolom dilonggarkan terlebih dahulu dengan menurunkan sengkang yang ada pada stek kolom d) Tulangan utama pada kolom yang baru, diikatkan dengan sengkang yang sudah dimasukkan sebelumnya menggunakan kawat baja lunak agar tidak terjadi pergeseran e) Tulangan sengkang yang tadi dilonggarkan dikencangkan kembali
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 39 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.9 Pembesian balok dan kolom 4) Pada
penulangan
pelat,
balok,
kolom
dibutuhkan
beton
decking/tahu beton, fungsinya untuk membentuk selimut beton. Pemasangan
beton
decking
ditempatkan
menyebar
dengan
ketentuan 1m2 = 3 buah
d. Prosedur mengerjakan tulangan balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton 1) Penganyaman tulangan atas dengan cermat dan teliti 2) Penganyaman tulangan bawah dengan cermat dan teliti 3) Kedua tulangan diikatkan pada tulangan sengkang dengan kawat baja lunak dengan cermat dan teliti 4) Rakitan tulangan diganjal dengan tulangan decking/tahu beton dengan cermat
4.2.4
Pengecoran balok, kolom, tangga, dan pelat lantai beton a. Alat dan bahan yang digunakan 1) Alat a) Concrete pump b) Kompressor
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 40 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
2) Bahan a) Beton basah (ready mix)
Cara manual ( Pembuatan adukan beton di tempat ) (1) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan (2) Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm. (3) Mempersiapkan bahan-bahan
yang digunakan untuk
pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran. (4) Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya. (5) Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya (6) Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10 menit, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tabung mollen (mixer) dibalikan dan tuangkan kedalam kotak spesi
Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik ( Readymix ) (1) Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari agregat, air, semen dan zat tambahan jika diperlukan syarat khusus maka kendali proporsi material beton harus direncanakan.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 41 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
(2) Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-28342000 dan secara teoritis perencanaan campuran beton bukanlah hal yang mudah,
diperlukan laboratorium
untuk menganalisa material yang akan digunakan dan juga
diperlukan
laboraturium
untuk
menguji
hasil
perencanaan campuran beton (3) Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat benda
uji,
dengan
komposisi
material
beton
yang
direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal. Tabel 1 komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta v olume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu. Mutu Beton
Semen (kg)
Pasir (kg)
Kerikil (kg)
Air (liter)
w/c ratio
7.4 MPa (K 100)
247
869
999
215
0.87
9.8 MPa (K 125)
276
828
1012
215
0.78
12.2 MPa (K 150)
299
799
1017
215
0.72
14.5 MPa (K 175)
326
760
1029
215
0.66
16.9 MPa (K 200)
352
731
1031
215
0.61
19.3 MPa (K 225)
371
698
1047
215
0.58
21.7 MPa (K 250)
384
692
1039
215
0.56
24.0 MPa (K 275)
406
684
1026
215
0.53
26.4 MPa (K 300)
413
681
1021
215
0.52
28.8 MPa (K 325)
439
670
1006
215
0.49
31.2 MPa (K 350)
448
667
1000
215
0.48
Referensi tabel : SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept Pekerjaan Umum. Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 42 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
(4) Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix batching plant adalah sebagai berikut:
Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat beton ready mix diantaranya agregat kasar, agregat halus, semen, fly ash (additive) bila diperlukan, air, dan bahan admixture.
Pengambilan agregat
dan
kasar
pengangkutan dan
agregat
material halus
untuk dengan
menggunakan wheel loader . Material yang berupa pasir
dan
kerikil
yang
berada
pada
tempat
penumpukan material diambil dengan bucket dan diangkut
dengan
menggunakan
wheel
loader ,
kemudian dimasukan ke bin.
Penimbangan material pada Batching Plant dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen dan fly ash bila diperlukan, dan timbangan untuk air. Jumlah masing-masing material yang ditimbang sesuai dengan jumlah kebutuhan sesuai kapasitas concrete mixer truck . Dan ditambahkan bahan admixture sesuai takaran.
Mengalirkan material pada mobil ready mix , setelah semua material sudah ditimbang sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir, semen, fly ash dan bahan admixture dimasukan satu-persatu ke dalam
concrete mixer truck .
Kemudian
air
ditambahkan ke dalam concrete mixer truck sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Pencampuran semua material, setelah kerikil, pasir, semen, bahan admixture, dan air masuk ke dalam drum concrete mixer truck , tahap selanjutnya adalah pencampuran (mixing ) yang dilakukan di dalam drum concrete mixer truck. Faktor yang menentukan untuk mendapatkan adukan beton
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 43 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
yang baik adalah prosedur pengisian, ukuran batch, cara penambahan air, kecepatan mixer dan jumlah putaran b) Tulangan besi Ada dua jenis tulangan besi yaitu besi dengan bentuk yang polos dan besi ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak bersirip dengan permukaan yang licin serta bundar sementara besi ulir memiliki bentuk bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai dengan pilihan pada proses pembuatannya
b. Persyaratan pelaksanaan pengecoran 1) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya 2) Semua pekerjaan konstruksi beton pada bangunan dikerjakan dengan
mutu beton ≥ K -175. Semua pekerjaan konstruksi beton harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2834-2000 3) Adukan
beton
harus
benar-benar
rata
dan
matang
dengan
menggunakan Ready Mix . 4) Untuk beton konstruksi bermutu K-175 dapat dilakukan dengan cara manual. 5) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga c. Pelaksanaan mengerjakan pengecoran Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji kekentalan ( slump test ) dan pengambilan benda uji silinder untuk pengujian kuat tekan beton 1) Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar, agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk memeriksa kualitasnya. 2) Harus memenuh angka slum test yang telah ditentukan sehingga tercapai mutu beton yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis 3) Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk pelat, Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 44 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
balok dan kolom tidak boleh terlalu rendah , nilai slumpnya sekitar 12 cm ± 2cm a) Untuk melakukan pengujian slump test ini digunakan beberapa peralatan sebagai berikut ; (1) Cetakan yang berbentuk
kerucut dengan diameter atas
bagian dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah 20cm dan tinggi 30 cm (2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung bulat terbuat dari bahan baja tahan karat (3) Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk alas cetakan kerucut (4) Sendok semen dan meteran kecil (5) Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ; (6) Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran kecil, dan sendok aduk dekat dengan truck mixer (7) Ambil adukan beton dari mesin pengaduk ( beton molen) dalam lori ( gerobak besi ) secukupnya (8) Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap (9) Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk pelan-pelan 25 kali, sebelumnya olesi minyak didalamnya (10) Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira 2/3 bagian, sebelum memasukkan jangan lupa tetap diaduk dengan sendok dan tumbuk 25 kali (11) Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan ratakan permukaannya, buang sedikit kelebihannya agar benarbenar rata lubang kerucut (12) Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja diangkat pelan-pelan (13) Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan terbalik dan taruhlah besi penumbuk itu di muka kerucut atas hingga lewat sedikit dari beton (14) Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah jarak merosot itu dengan meteran, penurunan beton dari kerucut itulah yang disebut slump
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 45 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.10 Slump test b) Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength test biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan. c) Untuk mendapatkan uji kekuatan tekan beton Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan beton karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai dengan persyaratan. Setiap satu truck mixer dibuatkan 3 buah benda uji. Satu truck mixer bisa mengangkut 5-7 m 3 beton, beton ready mix yang akan diambil sampelnya sebagai benda uji (1) Pertama-tama
siapkan
cetakan
silinder
baja
yang
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton dari truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek dan tempatkan dalam ember (2) Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke dalam
cetakan
silinder
dan
ditusuk
25
kali
dengan
menggunakan tongkat pemadat. Hal ini dilakukan sebanyak tiga lapis hingga cetakan penuh dan massif. (3) Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang akan diuji. Beton ini dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7 hari, 14 hari dan 28 hari (4) Setelah
beton
mengeras
sekurang-kurangnya
24
jam,
lepaskan beton dari cetakannya, kemudian kita rawat dengan cara meredamnya dalam air selama 7 hari (5) Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang teduh hingga sesuai dengan umur pengujian. Benda uji pertama Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 46 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 7 hari untuk
dilakukan
pengujian
dengan
menggunakan
compression testing machine (6) Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 14 dan benda uji selanjutnya dibawa setelah berumur
28
hari
untuk
dilakukan
pengujian
dengan
menggunakan compression testing machine (7) Pengujian
dengan
machine
menggunakan
compression
testing
dilakukan hingga benda uji tersebut pecah dan
mesin dimatikan , dan hasilnya kemudian dibaca pada manometer Tabel 2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
No
Tanggal
Umur
Hasil test
Konversi
silinder 15
ke kubus
X 30 cm3
15X15X15
( kg/cm2 )
cm3 ( kg/cm2 )
Cor
Test
Hari
1
2
3
4
B
Pekerjaan Bore pile ( K- ------)
5
6
( kg/cm2)
( kg/cm2)
b-bm
(b-bm)2
7
8
1 2 3 4
∑b
bm = ∑b
n
S = √ (b-bm)2 n
bk = bm – 1,64 S
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 47 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Keterangan : b
=
Hasil kuat tekan setelah konversi
bm
=
Kuat tekan rata-rata
n
=
Banyak benda uji
S
=
Standar deviasi
=
Kuat tekan beton karakteristik
bk
( kg/cm2)
( kg/cm2)
( kg/cm2 )
4) Adukan beton yang dicorkan harus dapat mengisi semua ruang cetakan dengan padat dan dapat membungkus semua baja tulangan 5) Pelaksanaan pengecoran a) Sebelum dicor cetakan/acuan supaya disiram dengan air bersih dan sesudahnya, disiram dengan pasta semen ( air + semen PC ) agar siar-siar sambungan papan cetakan dapat rapat b) Sejak pekerjaan pengecoran dimulai harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang telah ditetapkan c) Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarangsarang krikil maka adukan beton harus dipadatkan selama pekerjaan pengecoran d) Pemadatan
ini
dapat
dilakukan
dengan
menusuk-nusuk
(menumbuk memukul – mukul dinding cetakan dengan palu kayu, tetapi
dianjurkan
untuk
senantiasa
menggunakan
alat-alat
pemadat mekanis (alat penggetar) e) Dengan digunakannya alat penggetar, maka angka slum test dari adukan beton harus menyesuaikan dan pada umumnya angka slum test tidak boleh melebihi dari 12,5 cm
f)
Pemadatan baik dengan cara penumbukan atau dengan cara mekanis(
alat
penggetar)
harus
dihentikan
apabila
pada
permukaan adukan beton yang telah dipadatkan kelihatan adanya air g) Apabila dalam pengecoran timbul buih-buih supaya dihilangkan sebelum beton menjadi kaku (mengeras), sebab buih-buih dapat menyebabkan terjadinya lubang-lubang kecil dalam beton yang Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 48 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
telah menjadi keras hingga mutu beton akan menjadi berkurang h) Alat pemadat yang paling baik adalah alat penggetar makanis (vibrator) tetapi pemadatan dengan alat ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut ; (1) Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan beton kira-kira vertikal, tetapi dalam keadaan yang khusus boleh miring sampai 45 0 (2) Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan horizontal, karena hal ini dapat menyebabkan pemisahan bahan-bahan beton (3) Selama penggetaran, jarum tidak boleh menyentuh baja tulangan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Jika tulangan tersentuh oleh jarum maka ikatan antara tulangan dengan beton dapat lepas, demikian pula getaran-getaran pada tulangan dapat merambat kebagian-bagian lain dimana betonnya sudah mengeras (4) Tebal lapisan adukan beton yang dipadatkan tidak boleh lebih dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih dari tebal 30 – 50 cm. Berhubung dengan itu maka pekerjaan pengecoran pada bagian konstruksi yang sangat tebal, harus dilakukanngan baik (5) Jarum penggetar harus ditarik ke atas apabila permukaan adukan beton disekitar jarum kelihatan ada airnya, ini menunjukkan bahwa air semen mulai memisahkan diri dai bahan tambahan pasir atau kerikil (6) Pencabutan jarum ke atas tidak boleh dilakukan terlalu cepat agar rongga-rongga bekas jarum dapat terisi penuh kembali dengan adukan beton
6) Perawatan pekerjaan beton a) Selama beton dalam proses pengikatan dan pengerasan maka beton tidak boleh diganggu dan harus mendapat perawatan yang baik, agar mutu beton dapat mencapai tingkat mutu yang maksimal sesuai yang diharapkan b) Selama 24 jam sesudah pekerjaan pengecoran selesai, beton
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 49 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, pengaliran air, getaran-getaran dan sebagainya yang dapat mengganggu proses pengikatan bahan-bahan beton ( ditutup dengan papan-papan atau seng atau kertas zak semen atau plastik/geotekstile) c) Selama 2 minggu sesudah dicor, beton harus dilindungi terhadap pengaruh
sinar
matahari
secara
langsung
dengan
jalan
membasahi secara terus menerus misalnya dengan menutupi karung-karung basah pada permukaan beton d) Apabila karung telah menjadi kering maka harus dibasahi lagi dengan disiram air, demikianlah seterusnya pekerjaan ini diulangulang sampai selama 2 minggu e) Pada pelat-pelat beton, cara membasahi terus menerus dapat dilakukan dengan menggenangi air 7) Pekerjaan pembongkaran cetakan/acuan a) Cetakan/acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang dicor telah mencapai kekuatan yang cukup kokoh untuk memikul beras sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang bekerja padanya b) Apabila
dalam
menentukan
saat-saat
pembongkaran
cetakan/acuan tanpa dibuat benda-benda uji, maka jika tidak ditentukan lain, cetakan/acuan boleh dibongkar setelah berumur 3 minggu c) Apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan/acuan dibongkar, beban yang bekerja pada bagian struktur itu tidak akan melampaui 50%
dari
jumlah
beban
rencana,
maka
pembongkaran
cetakan/acuan dapat dilakukan setelah beton berumur 2 minggu d) Jika tidak ditentukan lain, cetakan/acuan samping dari balok, kolom ( tiang ) dan dinding boleh dibongkar setelah beton berumur 3 hari e) Cetakan balok lantai boleh dibongkar jika semua kolom sebagai pendukungnya telah dibongkar, cetakan hasil pembetonannya harus baik, tidak berongga dan tidak terjadi sarang-sarang kerikil, f)
Pada bagian konstruksi yang telah dibongkar cetakannya dan ternyata terdapat rongga-rongga atau sarang-sarang kerikil, maka cacat-cacat tersebut harus diperbaiki hingga beton yang utuh
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 50 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
dengan mutu yang tidak berubah sedikitpun g) Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalan system beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, control kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahanbahan dasar cetakan dari kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka. h) Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di era millennium baru ini. Pada dasarnya system ini melakukan pengecoran komponen di tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan system ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan missal, pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik.
d. Prosedur melaksanakan pengecoran 1) Sebelum dicor cetakan/acuan supaya disiram dengan air bersih dan sesudahnya, disiram dengan pasta semen ( air + semen PC ) dengan cermat dan hati-hati agar siar-siar sambungan papan cetakan dapat rapat 2)
Pekerjaan pengecoran harus dilanjutkan dengan cermat dan teliti tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang telah ditetapkan.
3) Selama pekerjaan pengecoran, adukan beton
harus dipadatkan
dengan cermat dan teliti, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang krikil 4) Perawatan peerjaan beton dilakukan dengan cermat dan teliti 5) Pekerjaan pembongkaran cetakan/acuan dilakukan dengan cermat dan teliti
4.3 4.3.1
Melaksanakan pekerjaan struktur kayu Konstruksi sambungan kayu a. Jenis dan fungsi konstruksi sambungan kayu 1) Jenis sambungan kayu dibagi dalam 3 kelompok ialah:
a) Sambungan kayu arah memanjang Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 51 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
b) Sambungan kayu yang arah seratnya berlainan (menyudut) c) Sambungan kayu arah melebar (sambungan papan)
2) Fungsi konstruksi sambungan kayu a) Sambungan memanjang digunakan untuk menyambung balok, tembok, gording dan sebagainya. b) Hubungan kayu banyak digunakan pada hubungan-hubungan pintu, jendela, kuda-kuda dan sebagainya. c) Sedangkan sambungan melebar digunakan untuk bibir lantai, dinding atau atap b. Pelaksanaan mengerjakan konstruksi sambungan kayu Sambungan
Kayu
Arah
Memanjang
Mendatar.
Sambungan
memanjang ini terdiri dari sambungan mendatar dan tegak lurus; 1) Sambungan bibir lurus 2) Sambungan bibir lurus berkait 3) Sambungan bibir miring 4) Sambungan bibir miring berkait 5) Sambungan memanjang balok kunci 6) Sambungan memanjang kunci jepit
7) Sambungan tegak lurus. 8) Sambungan kayu yang arah seratnya berlainan (menyudut) Berikut ini digambarkan sambungan-sambungan sebagai berikut :
1. Sambungan Bibir Lurus Sambungan ini digunakan bila seluruh batang dipikul, misalnya balok tembok. Pada sambungan ini kayunya banyak diperlemah karena masing-masing bagian ditakik separuh kayu.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 52 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.11 Sambungan bibir lurus
Gambar 4.12 Sambungan Bibir Lurus
2. Sambungan Bibir Lurus Berkait Sambungan kait lurus ini digunakan bila akan ada gaya tarik yang timbul. Gaya tarik diterima oleh bidang kait tegak sebesar: L x 1/5 t x Tk Tk = tegangan tekan yang diizinkan pada kayu/serat kayu dan oleh bidang geser mendatar sebesar 1/5 t x 1 ¼ t x gs = tegangan geser yang diizinkan pada kayu gs L = lebar kayu balok
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 53 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.13 Sambungan Bibir Lurus Berkait
3. Sambungan Bibir Miring Sambungan bibir miring digunakan untuk menyambung gording pada jarak 2.5 - 3.50 m dipikul oleh kuda-kuda. Sambungan ini tidak boleh disambung tepat di atas kuda-kuda karena gording sudah diperlemah oleh takikan pada kuda-kuda dan tepat di atas kaki kuda-kuda gording menerima momen negatif yang dapat merusak sambungan. Jadi sambungan harus ditempatkan pada peralihan momen positif ke momen negatif sebesar = Q. Maka penempatan sambungan pada jarak 1/7 – 1/9 dari kuda-kuda.
Gambar 4.14 Sambungan Bibir Miring
4. Sambungan Bibir Miring Berkait Sambungan ini seperti pada sambungan bibir miring yang
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 54 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
diterapkan pada gording yang terletak 5 – 10 cm dari kaki kudakuda berjarak antara 2.50 – 3.50 m. Gaya tarik yang mungkin timbul, diterima oleh bidang geser saja sebesar: axbx
gs
gs = tegangan geser yang diizinkan pada kayu
a
= bidang kait
b
= panjang bidang geser
Gambar 4.15 Sambungan Bibir Miring Berkait
5. Sambungan Memanjang Balok Kunci Sambungan balok kunci ini digunakan pada konstruksi kuda-kuda untuk menyambung kaki kuda-kuda maupun balok tarik. Ke dua ujung balok yang disambung harus saling mendesak rata. Dalam perhitungan kekokohan bantuan baut tidak diperhitungkan. Ketahanan tarik dihitung sebagai berikut: a. Daya tahan tarik pada penampang bagian batang yang ditakik yaitu: b. ( T – a ) x L x
tr
tr = tegangan tarik yang diizinkan pada kayu
Untuk kayu jati tr = 100 kg/cm2 c.
Daya tahan tekan dari kait sebesar : a x L x Untuk kayu jati
d.
tk
tk = 100 kg/cm2
Daya tahan geser dari kait sebesar : h x L x
gs
Untuk kayu jati gs = 20 kg/cm2 Dari ke tiga hasil daya tahan tersebut di atas yang diambil yang terkecil ialah daya tahan batang tarik.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 55 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Pengaruh baut-baut tidak dihitung, hanya untuk menjepit. Pada umumnya panjang kunci 100 cm dan panjang takikan 25 cm, dalam takikan 2 cm. Jika tepat pada ke dua ujung batang dihubungkan dengan sebuah tiang kuda-kuda
(makelar), memerlukan lubang untuk
pen yang berguna untuk penjaga-an menyimpangnya batang. Bila terdapat lubang untuk pen maka disitulah bagian tarik terlemah.
Gambar 4.16 Sambungan Memanjang Balok Kunci
6. Sambungan Memanjang Balok Kunci Jepit Dengan adanya gaya-gaya, momen yang terjadi akibat adanya sambungan kunci hanya satu sisi tersebut, maka kita perlu untuk menetralkan momen-momen sekunder tersebut dengan membuat sambungan kunci rangkap yaitu dikanan dan kiri balok yang akan disambung. Hal ini dinamakan sambungan balok jepit.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 56 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.17 Sambungan Memanjang Balok Kunci Jepit
7. Sambungan Kayu Arah Memanjang Tegak Sambungan ini biasa digunakan untuk menyambung tiang-tiang yang
tinggi
dimana
dalam
perdagangan
sukar
didapatkan
persediaan kayu-kayu dengan ukuran yang diinginkan. Untuk itu perlu membuat sambungan-sambungan tiang, hal ini yang disebut sambungan tegak lurus.
Gambar 4.18 Sambungan Memanjang Tegak Lurus Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 57 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
8. Sambungan kayu arah melebar (sambungan papan) Untuk papan-papan yang akan dipergunakan sebagai lantai atau dinding bangunan, disambung terlebih dahulu agar lantai maupun dinding kayu dapat rapat dan kelihatan bersih. Akan tetapi sebelum membuat sambungan hendaknya perlu diperhatikan dahulu sisi mana yang akan disambung.
Adapun teknik penyambungannya bermacam-macam ada dengan perekat, paku, alur dan lidah dengan profil. Dengan paku sambungan akan lebih rapat walaupun terjadi susut pada papan tersebut. Bila dengan sambungan bentuk lain khawatir ada penyusutan sehingga dinding akan kelihatan jelek, maka dibuat lat atau profil untuk mengelabui, di samping untuk factor keindahan dalam pemasangan.
Gambar 4.19 Macam-macam Sambungan Papan Melebar c. Prosedur membuat konstruksi sambungan kayu Penyambungan kayu harus dilakukan dengan cermat dan teliti agar pada sambungan dapat pas dan tepat ( persisi)
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 58 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
4.3.2
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Memasang konstruksi sambungan kayu a. Maksud dan tujuan mengerjakan perakitan konstruksi sambungan kayu Yang dimaksud dengan sambungan kayu adalah dua batang kayu atau lebih yang disambung-sambung sehingga menjadi satu batang kayu panjang atau mendatar maupun tegak lurus dalam satu bidang datar atau bidang dua dimensi. Sedangkan
yang
disebut
dengan
hubungan kayu yaitu dua batang kayu atau lebih yang dihubunghubungkan menjadi satu benda atau satu bagian konstruksi dalam satu bidang (dua dimensi) maupun dalam satu ruang berdimensi tiga. Dalam menyusun suatu konstruksi kayu pada umumnya terdiri dari dua batang atau lebih masing-masing dihubungkan menjadi satu bagian hingga kokoh. Untuk memenuhi syarat kekokohan ini maka sambungan dan hubungan-hubungan kayu harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
1) Sambungan harus sederhana dan kuat. Harus dihindari takikan besar dan dalam, karena dapat mengakibatkan kelemahan kayu dan diperlukan batang-batang kayu berukuran besar, sehingga dapat merupakan pemborosan. 2) Harus memperhatikan sifat-sifat kayu, terutama sifat menyusut, mengembang dan tarikan. 3) Bentuk sambungan dari hubungan konstruksi kayu harus tahan terhadap gaya-gaya yang bekerja. b. Prosedur merakitan konstruksi sambungan kayu 1) Pada tiap titik buhul ( titik simpul, titik sambung ), garis sumbu batang dan garis kerja batang-batang harus bertemu pada satu titik 2) Beban-beban pada rangka batang hanya boleh bekerja pada titik buhul 3) Batang yang dipakai harus utuh dan lurus, agar garis sumbunya juga lurus 4) Rangkaian batang harus selalu membentuk segitiga-segitiga supaya struktur stabil c. Pelaksanaan perakitan/membentuk konstruksi sambungan kayu
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 59 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Merakit atau merakit/membentuk konstruksi sambungan kayu disebut hubungan Kayu, terdiri dari : Hubungan kayu siku-siku Hubungan kayu merupakan dua buah kayu yang saling bertemu secara siku-siku, sudut pertemuan atau persilangan. Hubungan kedua kayu tersebut selain dapat dilakukan dengan takikan ½ kayu dapat pula menggunakan hubungan pen dan lubang. Pen dibuat 1/3 tebal kayu dan lubang pen lebarnya dibuat ½ tebal kayu yang disambungkan. Untuk memperkuat hubungan kayu tersebut biasanya menggunakan penguat paku atan pen dari kayu.
Gambar 4.20 Hubungan Kayu Menyudut
Hubungan pen dan lubang terbuka, karena lubangnya dibatasi dengan 3 bidang. Apabila pada sambungan di atas bekerja gaya (gaya menekan balok B), maka pada prinsipnya gaya itu ditahan oleh lebarnya pen supaya pennya kuat, maka bagian pen itu diperlebar masuk ke balok A dan kayu A di cowak 1/8 - 1/6 lebar balok B. Hubungan ini disebut hubungan pen dan lubang pakai gigi.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 60 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.21 Hubungan Kayu Menyudut Dengan Lubang dan Gigi
Pada hubungan sudut ada yang memakai istilah ekor burung terbenam. Pemakaian hubungan ini bila tidak terpaksa karena ada gaya yang bekerja untuk melepaskan hubungan, untuk itu j angan digunakan selain dalam pengerjaannya lebih sulit.
Gambar 4.22 Hubungan Ekor Burung terbenam
Hubungan pada pertemuan dapat dibuat dengan menakik setengah tebal kayu atau dapat juga dibuat hubungan pen dan lubang yang tembus maupun tidak tembus. Bilamana pada balok tersebut menerima gaya tarik maka dapat dibuat dengan hubungan ekor burung layang. Pada bagian yang menerima gaya tarik ditakik sebelah kanan dan kiri sebesar 1/8 - 1/6 lebar balok.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 61 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.23 Hubungan Ekor Burung Layang
Bilamana hubungan ekor burung agar tidak kelihatan penampangnya dengan maksud agar kelihatan rapi maka hubungannya dibuat tidak tembus dengan jalan memotong ekor burungnya sebesar 2 cm. Dan untuk takikan ukurannya sama dengan hubungan ekor burung layang.
Gambar 4.24 Hubungan Ekor Burung Layang (tidak tembus)
Sedangkan bila pada hubungan pertemuan terjadi gaya ungkit yang bekerja maka dapat dibuat hubungannya dengan ekor burung sorong. Untuk itu bibir ekor burung ditakik ½ tebal kayu dan pada samping kanan dan kiri dibuat takikan selebar 1/8 - 1/6 lebar balok Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 62 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.25 Hubungan Ekor Burung Sorong
Apabila pada hubungan pertemuan, dapat dibongkar pasang maka hubungan dibuat pen dan lubang tersebut tembus dan dadanya dibuat takikan untuk tempat penguatan dengan pen.
Gambar 4.26 Hubungan Kayu Menyudut Dengan Lubang dan Pen
Pada hubungan persilangan antara 2 balok biasanya digunakan pada hubungan balok gording dengan kaki kuda-kuda, hubungan balok induk
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 63 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
dengan balok anak. Umumnya hubungan itu disebut loef, voorloef, dan loef voorloef. Hubungan loef artinya pada kedua balok saling bersilangan ditakik sedalam 1.5
-
2
cm dari lebarnya. Salah satu takikan ini yang
dinamakan dengan loef.
Gambar 4.27 4.3.3
Hubungan Loef
Memasang konstruksi sambungan kayu a. Sistem perkuatan konstruksi sambungan kayu 1) A l a t Pe n y a m b u n g d a la m K o n s t r u k s i K a y u :
Baut
Paku
Pasak
Perekat
•
•
•
•
2) S a m b u n g a n d e n g a n b a u t . Baut sebagai alat penyambung yang dibebani banyak dipakai meskipun sebetulnya tidak begitu baik karena: •
Efisiensi rendah
•
Deformasi besar
3) Syarat-syarat
dan
cara-cara
itu
untuk
Indonesia
telah
ditetapkan dalam PPKI Pasal 14 sebagai berikut :
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 64 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
a) Alat penyambung baut harus dibuat dari baja St. 37 atau dari besi yang mempunyai kekuatan paling sedikit seperti St. 37. b) Lubang baut harus dibuat secukupnya saja dan kelonggaran tidak boleh lebih dari 1,5 mm. c) Garis tengah baut paling kecil harus 10 mm (3/8”), sedangkan untuk
sambungan,
baik bertampang satu
maupun bertampang dua, dengaan tebal kayu lebih besar dari 8 cm, harus dipakai baut dengan garis tengah paling
kecil 12,7 mm (1/2”). d) Baut harus disertai pelar ikutan yang tebalnya minimum 0,3 d dan maksimum 5 mm dengan garis tengah 3 d, atau jika mempunyai bentuk persegi empat, lebarnya 3 d, di mana d = garis tengah baut. Jika bautnya hanya sebagai pelengkap, maka tebal pelat ikutan dapat diambil minimum 0,2 d dan maksimum 4 mm. e) Sambungan dengan baut dibagi dalam 3 golongan menurut kekuatan kayu, yaitu golongan-golongan I, II dan III. Agar sambungan dapat memberi hasil kekuatan yang sebaikbaiknya (uitgenut), hendaknya
diambil dari angka-angka
yang tertera di bawah ini (gambar 2). Golongan I : Sambungan bertampang satu : b = 4,8 S= 50 db1 (1 – 0,6 sin ) atau S = 240 d2 (1 – 0,35 sin ) Sambungan bertampang dua b = 3,8 S= 125 db3 (1 – 0,6 sin ) atau S= 250 db1 (1 – 0,6 sin ) atau S= 480 d2 (1 – 0.35 sin )
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 65 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
d1
1
S
b 2
S
•
b
1
1
b
S
b1
3
2
b
b
1
b
2 1 2
S S
Gambar 4.28 Sambungan baut
Golongan II : Sambungan bertampang satu : b = 5,4 S = 40 db1 (1 – 0,6 sin ) atau S = 215 d2 (1 – 0,35 sin ) Sambungan bertampang dua : b = 4,3 S = 100 db3 (1 – 0,6 sin ) atau S = 200 db1 (1 – 0,6 sin ) atau S = 430 d2 (1 – 0,35 sin ) Golongan III : Sambungan bertampang satu : b = 6,8 S = 25 db1 (1 – 0,6 sin ) atau S = 170 d2 (1 – 0,35 sin ) Sambungan bertampang dua : b = 5,7 Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 66 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
S = 60 db3 (1 – 0,6 sin ) atau S = 120 db1 (1 – 0,6 sin ) atau S = 340 d2 (1 – 0,35 sin ) Dimana : S = kekuatan sambungan dalam kg = sudut antara gaya dan arah serat kayu b1 = tebal kayu tepi dalam cm b3 = tebal kayu tengah dalam cm d = garis tengah baut dalam cm
Penempatan baut-baut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut ; 1. Arah gaya sejajar demgam arah serat kayu. Jarak minimum: antara sumbu baut dan ujung dibebani .........7 d dan
kayu (kayu muka) yang
10 cm
antara sumbu baut dalam arah gaya.......................... 6 d antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya ….. 3 d
antara sumbu baut dengan tepi kayu......................... 2 d
2. Arah gaya tegak lurus arah serat Jarak minimum : antara sumbu baut dengan tepi kayu yang dibebani.. 5 d
d d 2 d 3 d 2
6d
6d
d dan > 10 cm untuk tar ik 2.5 d untuk tekan
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 67 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
d 5
d 2
d 5
d 5
d 2
d 5
m c d 0 7 1
3d
3d
d 6 5 d 6 5
d 6 5 d 6 5
d 2
m c d 0 7 1
d 2
d 2 d 2
3 d 3 d
Gambar 4.29 Jarak baut pada sambungan
antara sumbu baut dengan sumbu baut dalam arah gaya ..……. 5 d antara
sumbu
baut
dengan
tepi
kayu
yang
tidak
dibeban......…. 2 d Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 68 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
antara sumbu baut dalam arah tegak lurus gaya ......…... 5 d 3. Arah gaya membentuk sudut
(0o <
90o) dengan arah gaya
serat kayu, jarak minimum adalah : antara sumbu baut dan tepi kayu yang dibebani alam arah gaya, ditentukan dengan menginterpolasi lurus di antara
harga ......................…. 5 d dan 6 d tetapi harus juga dipenuhi jarak minimum antara sumbu baut dan
tepi
kayu
yang
dibebani ……………………………… 2 d antara sumbu baut dan sumbu baut dalam arah gaya ditentukan
dengan
nilai
interpolasi
lurus
di
antara
harga
……………………….. 5 d dan 6 d antara sumbu baut dan tepi kayu yang tidak dibebani
……………………………… 2 d antara baris baut dan ba ris baut dalam arah gaya … 3d
S am b u n g a n d e n g a n p a k u .
Dibandingkan dengan sambungan baut maka sambungan dengan paku : •
Mempunyai efesiensi yang lebih besar
•
Memberi pelemahan yang lebih kecil yaitu kira-kira 10%, yang sering kali diabaikan saja.
•
Kekuatan tidak tergantung arah serat, dan pengaruh cacat-cacat kayu juga kurang adalah lebih kaku beban-beban pada penampang lebih merata
•
untuk kayu yang tidak terlalu keras dan bila kayu yang harus disambung tidak terlalu tebal, maka tidak perlu dibor, sehingga dapat dikerjakan oleh setengah tukang.
Peraturan sambungan paku menurut PKK I adalah sebagai berikut : a. Sambungan bertampang satu :
S
1
bd
S
3,5 d
b
kd
2 2
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
kd
7d
7d b
Halaman: 69 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
paku tampang Satu 1>25b1 b1
b2
paku
paku
paku
tampang satu 1> 25b1 1>b1+b2+3d b1 b2
tampang satu 1> 25b1
tampang satu
1>b1+b2+3d b2 b1
b1
b2<15b1 B
b1=b2 A
paku tampang dua
>b1
> b1 1>2b1+b2 d 1>b1+b2 1>2,5b1 b1
Kode Modul F.4xxxx.005.02
paku tampang satu 1>2,5b1 1>2,5b2 1>b 1+b2+31
b1+b2>1>2,5b1
paku tampang dua
b2
b1
b1 b2 b2 b1=b2
b2>15b1 D
>b1
>b1
paku tampang dua
paku tampang dua
paku tampang dua
!>2b 1+b2
!>2b 1+b3
!>2b 1+b2
b1 b2 b3
b1 b 2 b 3
b1 b2 b3
b1
b1
b1
paku tampang satu
b2 b3 b1
Gambar 4.30 sambungan menggunakan paku
b. Sambungan bertampang dua: S
1
bd
kd
2 S
3,5 d
2
kd
b
7d
7d b
S = gaya yang diperkenankan per paku b1 = tebal kayu d = diameter paku (Daftar Va.) kd
= kokoh desak kayu
c. Ujung
paku
yang
keluar
dari
sambungan
dibengkokkan tegak lurus arah serat,
asal
sebaiknya
pembengkokan
tersebut tidak akan merusakkan kayu.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 70 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
d. Apabila dalam satu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku, maka kekuatan paku harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi dengan 20%. e. Pada sambungan dengan paku, paling sedikit harus digunakan 4 batang paku. f.
Jarak paku minimum harus memenuhi
syarat-syarat
seperti
ditunjukkan dalam gambar : 1. Dalam arah gaya 12 d untuk tepi kayu yang dibebani d untuk tepi kayu yang tidak dibebani 10 d jarak antara paku dalam satu barisan 2. Dalam arah tegak lurus arah gaya d untuk jarak sampai tepi kayu d untuk jarak barisan paku
u y a k i p e i t n k a u b t e d n b u i 2 d d 1 d 2 g 0 1 n 1 d a y 0 d 5
1 d 0 1
5 d 5 5 d d 5 5 d d 5 d
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 71 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.31 sambungan dengan pak
Sambun gan Gigi
SAMBUNGAN
h
d
h
v
V = 8 – 9 x d < 60 *
>60*
d=h/4
h>h
d = h/6
Gambar 4.32 Syarat sambungan gigi
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 72 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Sambungan gigi tunggal
GAYA PADA KAKI KUDA-KUDA
Gambar 4.33 Sambungan gigi tunggal
Gambar 4.34. sambungan gigi rangkap
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 73 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Apabila sambungan gigi tunggal tidak memenuhi syarat ( kurang kuat ), maka untuk mengatasi antara lain dapat dibuat sambungan gigi rangkap Sambungan gigi rangkap biasanya gigi bagian muka dibuat gigi membagi sudut luar sama besar, sedang gigi bagian belakang dibuat gigi tegak lurus batang diagonal
SAMBUNGAN GIGI YANG DIPERKUAT
-BAUT TEGAK LURUS BIDANG L -DIAMT. LUBANG ~ DIAMT. BAUT ( 5/8 “
– ¾”
-RING BERGUNA UNTUK MENGURANGI RUSAKNYA KAYU
Gambar 4.35 Sambungan gigi yang diperkuat
b. Tahapan langkah pemasangan konstruksi sambungan kayu 1) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan hingga siap pakai (tajam
dan tidak dalam kondisi rusak) 2)
Menyiapkan bahan yang diperlukan.
3) Membuat
sketsa-sketsa
pemasangan
konstruksi
sambungan kayu 4) Membuat Balok Pengunci 5) Pasangkan setiap sambungan secara terpisah, periksa ketepatan
menyatunya
bahu-bahu,
kesikuan
dan
menyatunya garis antara tiang dan ambang 6) Sambungan-sambungan harus disatukan dengan erat menggunakan alat penyambung
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 74 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
7) Membenahi
kekurangan-kekurangan
Kode Modul F.4xxxx.005.02
yang
ada
sehingga
sambungannya benar-benar rata (tidak baling) dan rapat 8) Meratakan sambungan menggunakan ketam halus
c. Tahapan pemasangan konstruksi sambungan kayu ; 1) Pemasangan konstruksi atap 2) Pemasangan talang 3) Pemasangan kusen 4) Pemasangan plafon 5) Pemasangan lantai 6) Pemasangan tangga
Gambar 4.35 Sambungan kaki dengan balok kuda-kuda
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 75 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.36 Sambungan talang
Gambar 4. 37 Sambungan talang di tembok Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 76 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
d.
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Pelaksanaan pemasangan konstruksi sambungan kayu
1.ATAP
Gambar 4.38 Rencana atap
Gambar 4.39 Hubungan pelat tarik dengan sekup dan kaki kuda-kuda
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 77 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.40 Bumbungan
Gambar 4.41 Detail A
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 78 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.42 Detail B
Gambar 4.43 Detail C
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 79 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
2. PEMASANGAN KUSEN
Gambar 4.44 kusen
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 80 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
3. PEMASANGAN PLAFON
Gambar 4.45 Pemasangan plafon
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 81 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
4. PEMASANGAN LANTAI
Gambar 4.46 lantai kayu
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 82 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.47 Detail
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 83 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.48 Detail B
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 84 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.49 Detail C
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 85 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
5. PEMASANGAN LANTAI
Gambar 4.50 Denah dan tampang tangga
Gambar 4.51 Nama dan bagian tangga
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 86 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.52 Langkah naik pertama dengan ubin
Gambar 4.53 Hubungan ibu tangga tangga dengan tiang sandaran
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 87 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
e. Prosedur memasangan konstruksi sambungan kayu 1)
Membuat sketsa konstruksi sambungan kayu
2) Siapkan kayu dengan ukuran-ukurannya 3) Tandai setiap potong dengan jelas dalam huruf cetak 4) Pasangkan
setiap
sambungan,
periksa
ketepatan
menyatunya bahu-bahu, kesikuan dan menyatunya garis antara tiang dan ambang 5) Sambungan-sambungan harus disatukan dengan erat, dengan cermat dan teliti
4.4 4.4.1
Melaksanakan pekerjaan struktur baja Fabrikasi komponen struktur baja a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil 2) Baja pelat atau baja pilah b.
Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1)
Penandaan atau pengukuran ( marking ) material baja
2) Pemotongan material baja 3) Pembuatan lubang 4) Perakitan ( fit-up ) 5) Pengelasan 6) Pengecatan
c. Pelaksanaan fabrikasi komponen struktur baja 1) Tahapan-tahapan fabrikasi tersebut juga apabila fabrikasi dilakukan di lapangan. Fabrikasi di workshop mempunyai banyak kelebihan dikarenakan fasilitas di workshop umumnya lebih lengkap bila dibandingkan dilaksanakan dilapangan 2) Penandaan atau marking material baja merupakan tahap awal fabrikasi struktur baja, pengukuran dan penandaan dilaksanakan sesuai dengan shopdrawingyang sudah disetujui oleh pihak yang berwenang. Penandaan bukan hanya untuk menandai ukuran potongan baja, tetapi meliputi juga pemberian kode dari potongan untuk menghindari kesalahan dalam indentifikasi untuk perakitan ataupun untuk ereksi nantinya Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 88 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
3) Proses pemotongan merupakan tahap berikutnya, Banyak cara dalam proses pemotongan diantaranya dengan menggunakan api ( flame cutting) yaitu pemotongan dengan menggunakan oxygen yang dicampur dengan gas metan (LPG). Pemotongan dengan metode ini paling banyak digunakan mengingat cepatnya proses pemotongan dan dapat dilakukan untuk berbagai ukuran, ketebalan dan bentuk potongan, sehingga lebih fleksibel dalam pelaksanaannya 4) Pembuatan lubang untuk baut merupakan tahap berkelanjutan. Lubang untuk baut pada struktur baja umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin punching, membuat lubang dengan metode ini sangat terbatas ketebalannya, AISC sendiri mensyaratkan tebal material yang dilubangi adalah diameter lubang ditambah 1/8 inc. Metode lain ialah menggunakan mesin bor, proses pembuatan lubang dengan metode ini akan lebih lama dibandingkan dengan mesin punching, Untuk menjaga keakuratan jarak antar lubang banyak workshop yang sudah menggunakan mesin CNC ( Computer numerically controlled ) 5) Material yang sudah dipotong dan dilubangi tersebut kemudian dilakukan perakitan dengan cara dilas cantum ( tack weld ) atau dikenal dengan proses fit-up atau assembly. Proses perakitan harus dilaksanakan lebih hati-hati harus sesuai dengan shopdrawing baik itu dimensi, orientasi ataupun jenis potongan itu sendiri, dikarenakan apabila terjadi kesalahan pada tahap ini dan material telah selesai dilas maka proses perbaikannya akan lebih sulit lagi 6) Proses
pengelasan
merupakan
tahapan
berikutnya,
setelah
perakitan. Proses pengelasan terdiri dari berbagai proses, umumnya proses pengelasan untuk struktur baja dengan proses SMAW ( Shielded
Metal
Arch
Welding
),
tetapi
banyak
juga
yang
menggunakan proses GMAW ( Gas Weld Arch Welding ), FCAW ( Flux Cored Arch Welding ) ataupun SAW ( Sub merged Arch Welding ). Proses pengelasan SMAW yang paling banyak digunakan merupakan
proses
pengelasan
manual
dengan
menggunakan
elektroda, busur elektroda terbentuk di antara ujung-ujung elektroda logam berlapis dan komponen baja yang akan dilas
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 89 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
7) Proses terakhir dari fabrikasi adalah pengecatan, hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecatan ialah material cat yang dipakai dalam proses pengecatan itu sendiri. Tujuan dari pengecatan adalah untuk melindungi baja dari bahaya kropos disamping juga estetika
d. Prosedur melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja 1) Memahaman gambar kerja dengan cermat dan teliti 2) Melaksanaan pekerjaan pengukuran dan penandaan dengan cermat dan teliti pada material baja 3) Melaksanakan pekerjaan pemotongan dengan teliti 4) Melaksanakan pembuatan lubang dengan cermat dan teliti untuk kebutuhan perakitan 5) Melaksanakan perakitan dengan cermat dan teliti sesuai nomor urut yang telah ditentukan 6) Melaksanaan pekerjaan pengelasan dengan cermat dan teliti
4.4.2
Perakitan komponen struktur baja (1) Pemotongan komponen struktur baja Pemotongan hanya boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali tidak diperkenankan. Semua bekas pemotongan komponen baja harus rapih dan rata. (2) Klasifikasi sambungan komponen struktur baja 1) Sistem sambungan dan bentuk rangka baja terdiri dari : a) Tipe penyambungan antara kolom dan beam b) Tipe pengikat (bracket), las di tempat, dengan plat gusset c)
Tipe sambungan antar kolom
d) Tipe splice, pengelasan & dasar kolom
2) Metode penyambungan: a) Sambungan paku keling dan baut b)
Sambungan baut tegangan tinggi dan
c)
Sambungan las.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 90 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
a) Sambungan dengan Paku keling dan baut mur (1) Garis tengah lubang dari pelat yang akan dikeling selalu dibuat 1mm lebih lebar dari pada diameter paku (2) Batang paku mempunyai kepala pada ujung yang satu, dan pada ujung yang lain lurus (3) Setelah batang paku dibakar hingga berwarna merah membara, kemudian paku dimasukkan ke dalam lobang pelat yang akan dikeling (4) Pada kepala paku ditahan dengan penahan yang berbentuk seperti kepala pakunya, dan ujung yang lain dipukul dengan alat pistol yang digerakkan oleh kompresor (5) Terakhir bagian yang dipukul dibentuk kepala dengan ujung pistol hingga batang paku mempunyai kepala kembar, hingga sambungan yang dikeling terikat rapat (6) Sedapat mungkin dihindari pengelingan di tempat pekerjaan yang telah didirikan di lapangan ( karena pelaksanaannya sulit), kondisi tersebut penyelesaiannya dari bagian-bagiannya menggunakan baut mur b) Sambungan dengan las (1) Kawat las yang biasa dipakai ada 3 jenis : Diameter 2,6 mm untuk Pelat baja tipis, diameter 3,2 mm, dan 4,0 mm untuk plat baja yang lebih tebal Selain itu type Kawat RD 460 dan RD 260, yang biasa dipakai adalah type RD 460. (2) Energi /daya yang digunakan untuk pengelasan yang sempurna : Untuk kawat diameter 2,6 mm -----> 3.000 Watt - 8.000 Watt Untuk kawat diamater 3,2 dan 4,0 mm ----------> 5.000 Watt 12000 Watt (3) Dihindarkan
adanya
pengelasan
pokok
setelah
kap
baja
terpasang terhadap bahaya keruntuhan. Yang sangat penting hasil dari cara melas adalah keserbasamaan (keseragaman) dan rupa las, serta kematangan pengelasan. (4) Setelah pengelasan biasanya akan timbul kerak-kerak las ini harus dibersihkan dengan cara diketok-ketok dengan palu
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 91 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
(hammer).
(3) Pembentukan komponen struktur baja 1) Menghilangkan lapisan karat pada pelat atau profil 2) Merubah bentuk dalam keadaan dingin atau dalam keadaan panas, seperti mendatarkan pelat-pelat, melempangkan, melengkungkan, dan menekuk batang-batang dengan menekannya diantara rol-rol atau memukulnya keras-keras 3) Menggunting atau memotong menurut ukuran 4) Mengetam dan mempres 5) Membentuk profil 6) Menggerek atau meluaskan lubang-lubang untuk paku-paku atau baut-baut dengan sebuah mesin bor 7) Mengeling paku-paku keeling 8) Mengelas otogin dan mengelas listrik
(4) Pelaksanaan membentuk komponen struktur baja a. Atap baja
Gambar 4.50 Rencana Atap
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 92 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.51 Detail B
Gambar 4.52 Detail C
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 93 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.53 Detail E
b. Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan . Pemasangan kuda-kuda baja ringan di atas struktur pendukungnya (kolom atau ringbalk) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar rangka atap baja ringan terpasang sesuai dengan persyaratannya. Persyaratan teknis rangka atap baja ringan di antaranya adalah: 1)
Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur (dynabolt)
2)
pada kedua tumpuannya.
3)
Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ringbalk.
4)
Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda rata.
5)
Sisi miring atap rata (tidak bergelombang).
6)
Tidak ada kerusakan lapisan pelindung.
7)
Tidak terjadi deformasi (perubahan bentuk) akibat kesalahan pelaksanaan pekerjaan.
4.4.3
Pemasangan komponen struktur baja 1) Tahapan langkah pemasangan komponen struktur baja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 94 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
a) Periksa peralatan bantu ereksi (tower crane/ mobile crane/ tripod, katrol/ chain block/ takel, dan kunci momen yang sudah dikalibrasi) dan gambar kerja yang telah disetujui. b) Pengangkutan material ke tempat ereksi tidak boleh menyebabkan material cacat. c) Material (baja profil, baut, mur, angkur dan kawat las) dan jumlahnya yang akan dirakit harus diperiksa. d) Periksa sambungan las baja profil. e) Periksa angkur kolom pada struktur beton harus sudah terpasang dengan tepat f)
Ereksi dimulai dari pemasangan kolom-kolom yang mana angkur kolomnya sudah terpasang dengan tepat
g) Kolom-kolom yang telah terpasang diikat segera dengan tie beam/ gelagar/ ring balok. h) Rafter yang telah dipasangkan harus segera diikat dengan gording/ purlin secukupnya, semua baut harus segera dipasangkan. i)
Pemasangan struktur baja tambahan lain dilakukan setelah pemasangan kolom dan rafter selesai.
j)
Pelaksanaan lot rangka baja dilakukan sebelum pekerjaan grouting. Bila terdapat ketidakcocokan lot dan posisi as, sebainya perakitan ditunda sampai posisi as dan lot sesuai, supaya tidak terjadi puntiran material baja yang telah terpasang.
k) Pengencangan angkur dan baut dilakukan setelah pengelotan.
2) Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan . Pemasangan kuda-kuda baja ringan di atas struktur pendukungnya (kolom atau ringbalk) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar rangka atap baja ringan terpasang sesuai dengan persyaratannya. Persyaratan teknis rangka atap baja ringan di antaranya adalah: a) Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur (dynabolt) b) pada kedua tumpuannya. c) Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ring balk. d) Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda rata.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 95 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
e) Sisi miring atap rata (tidak bergelombang). f)
Tidak ada kerusakan lapisan pelindung.
g) Tidak terjadi deformasi (perubahan bentuk) akibat kesalahan pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 4.54 contoh sistem tumpuan Wall-Plate, Kuda-kuda ditumpukan pada boxed C75.100 , diikat dengan grip segitiga b. Pelaksanaan pemasangan komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( sp an/rafter)
a) Tiang Kolom menggunakan WF 300.150.6,5.9. b) Span / Rafter memakai bahan Baja WF ukuran 250.125.6.9 dilengkapi monitor pada bagian atas memakai bahan Baja WF 100.50.5.7, dibantu alat berat Crane. 2) Erection kuda-kuda rangka atap baja ringan
1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter) (1) Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting
dari proses ereksi. Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar menggunakan baut jangkar ditempatkan di beton sesuai gambar ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom tunggal harus sesuai dengan pola lubang baut di base plate.
(2) Span sudah mulai diangkat Crane Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 96 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
(3) Pada bagian ujung Span di ikat tambang untuk mengarahkan posisi
(4) Terlihat sebelah kanan sudah tepat pada posisi yang diinginkan,
(5) Sebelah kiri terlihat posisi mulai mendekat dan tukang mulai menarinya. Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 97 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
(6) Hasil akhir Erection terlihat sudah terpasang kuda-kudanya
(7) Hasil akhir Erection Konstruksi Baja
2) Pemasangan kuda-kuda harus mengikuti beberapa langkah kerja sebagai berikut: Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 98 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
2) Erection kuda-kuda rangka atap baja ringan a) Persiapan kerja (1) Menyiapkan gambar rencana atap dan perletakkan kuda-kuda, dan tidak diperkenankan menggunakan gambar draft sebagai panduan. (2) Menyiapkan
semua
peralatan
perlengkapan
keselamatan
dan
kesehatan kerja, dan memperhatikan petunjuk tentang persyaratan melakukan pekerjaan di atas ketinggian (lihat bagian keselamatan kerja). (3) Menyiapkan semua perlengkapan untuk pemasangan kuda-kuda, antara lain: bor dan hexagonal socket, meteran, selang air (waterpass), alat penyiku, mesin pemotong, gergaji besi, palu, dan sebagainya. b) Leveling dan marking (1) Memastikan seluruh permukaan atas ring balok dalam keadaan rata dan siku, dengan menggunakan selang air (waterpass) dan penyiku sebagai alat bantu.
Gambar 4.55. Kontrol siku dan leveling ring balok
(2) Memastikan bahwa rangkaian ring balok telah mengikat semua bagian bangunan dan tersambung secara benar ( monolith) dengan kolom yang ada di bawahnya. (3) Memberi tanda posisi perletakan kuda-kuda ( truss), sesuai dengan gambar rencana atap. (4) Mengukur jarak antar kuda-kuda.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 99 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.56. Pemberian tanda posisi perletakan kuda-kuda dan pengukuran jarak antar kuda- kuda c) Pengangkatan dan pemasangan kuda-kuda (1) Mengangkat kuda-kuda secara hati-hati, agar tidak mengakibatkan kerusakan pada rangkaian kuda-kuda yang telah selesai dirakit.
Gambar 4.57. Pengangkat kuda-kuda secara manual (2) Memasang kuda-kuda sesuai dengan nomornya di atas ring balok atau wall-plate, berdasarkan gambar kerja.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 100 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.58. Pemasangan kuda-kuda di atas ring balok (3) Memastikan posisi kiri dan kanan (L-R) kuda-kuda tidak terbalik. Sisi kanan dan kiri kuda-kuda dapat ditentukan dengan acuan posisi saat pekerja melihat kuda-kuda, dengan mulut web dapat dilihat oleh pekerja. Bagian di sebelah kiri pekerja disebut sisi kiri, sedangkan yang berada di sebelah kanannya adalah sisi kanan. (4) Mengontrol posisi berdirinya berdirinya kuda-kuda agar tegak lurus dengan ring balok menggunakan menggunakan benang dan lot (unting - unting) .
Gambar 4.59. Kontrol posisi kuda-kuda tegak lurus terhadap ring balok d) Mengencangkan Mengencangkan kuda-kuda kuda-kuda dengan plat L (L (L bracket), dengan menggunakan menggunakan 4 buah screw 12 – 14 x 20 HEX.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 101 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Gambar 4.60. Pengecangan kuda-kuda di atas ring balok
(1) Mengencangkan plat L dengan ring balok menggunakan dynabolt, dan menambahkan balok penopang sementara, agar posisi kudakuda tidak berubah. (2) Mengulangi langkah langk ah ke-1 sampai ke-6 ke -6 untuk mendirikan mend irikan semua kudakuda, (3) sesuai dengan posisinya posisinya dalam gambar kerja. (4) Memeriksa ulang jarak jarak antar kuda-kuda dari as ke as (maksimum 1,2 meter). (5) Memeriksa kedataran (leveling) semua puncak kuda-kuda (Apex), dan memastikan garis nok memiliki ketinggian yang sama (datar).
Gambar 4.61. Kontrol ketinggian kuda-kuda (Apex) e) Memasang balok nok.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 102 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
(1) Memasang bracing (pengikat) sebagai perkuatan, jika bekerja beban angin. Bracing dipasang di atas top-chord dan di bawah reng. (2) Bila menggunakan mengg unakan aluminium foil, lapisan lapisa n ini dipasang dipas ang terlebih terleb ih dahulu di atas truss, jurai dan rafter.
Gambar 4.62. Pemasangan screw pada reng (Roof Battens)
f)
Memasang reng (roof battens) dengan jarak menyesuaikan jenis penutup atap yang digunakan. Setiap pertemuan reng dengan kuda-kuda diikat memakai screw ukuran 10-16x16 sebanyak 2 (dua) buah
Gambar 4.63. Pemasangan screw pada reng (Roof Battens)
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 103 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
g) Memasang outrigger (gording tambahan setelah kuda-kuda terakhir yang menumpu ringbalk). Pada atap jenis pelana, outrigger dapat dipasang sebagai overhang dengan panjang maksimal 120 cm dari kuda-kuda terluar, dan jarak antar outrigger 120 cm. outrigger harus diletakkan dan di-screw dengan dua buah kuda-kuda yang terdekat.
Gambar 4.64. Pemasangan outrigger overhang pada kudakuda pelana terakhir
c. Prosedur memasang komponen struktur baja sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja 1) Memasangan
urutan
komponen-komponen
struktur
pada
bangunan bertingkat seperti kolom, balok, braching, sangat tergantung dari perakitan yang digunakan dan tipe dari strukturnya sendiri 2) Apabila penyambungan dengan menggunakan las, bukan baut, maka prosedurnya akan berbeda dengan penyambungan yang menggunakan dengan baut. Dengan menggunakan las harus diperhitungkan efek akibat proses pemanasan pada saat pengelasan, proses penyusutan dipastikan akan terjadi setelah proses pengelasan, untuk menghindari penyusutan tersebut
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 104 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
dengan member tambahan panjang pada komponen yang akan dilas 3) Akhir pekerjaan, pengecekkan dimensi, termasuk vertical kolom, kelurusan balok. Toleransi dari penyimpangan yang diijinkan diatur oleh standar seperti AISC
BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
5.1.
Sumber Daya Manusia
5.1.1. Instruktur Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah untuk : a. Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. b. Membimbing
peserta
melalui
tugas-tugas
pelatihan
yang
dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 105 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. f.
Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.
5.1.2. Penilai Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : a. Melaksanakan
penilaian
apabila
peserta
telah
siap
dan
merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta. b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta. c. Mencatat pencapaian / perolehan peserta.
5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga
dalam
membangun
semangat
tim
dalam
lingkungan
belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.
5.2.
Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi ) 5.2.1.Sumber pustaka penunjang pelatihan Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini. Sumber-sumber tersebut dapat meliputi : Buku referensi (text book)/ buku manual servis Lembar kerja
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 106 dari 110
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Gedung
Kode Modul F.4xxxx.005.02
Diagram-diagram, gambar Contoh tugas kerja Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain. Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi. Prinsip-prinsip dalam Pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/tidak ada.
5.2.2. Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan: Judul
:
Teknologi Beton
Pengarang
:
Paul Nugraha , Antoni
Penerbit
:
LPPM dan Penerbit ANDI
Tahun terbit
:
Juli 2007
Judul
:
Konstruksi Bangunan Gedung
Pengarang/Peng-
: Ir. Imam Subarkah
himpun Penerbit
:
Idea Dharma Bandung
Tahun terbit
:
Januari 1980
Judul
:
Konstruksi Baja
Pengarang
:
Ir.A.P.Potma, Ir. J.E. De Vries
Penerbit
:
PT. Pradnya Paramita
Tahun terbit
:
September 1994
Judul
:
Konstruksi Bangunan Gedung
Judul Modul: Melaksanakan pekerjaan struktur Buku Informasi Edisi: 2-2013
Halaman: 107 dari 110