KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah yang telah diselesaikan ini tentang “Neurosis”. Secara umum tugas ini menjelaskan mengenai semua data hasil presentasi kelompok tutorial A1 dalam kasus minggu ini yang kami rangkum dalam bentuk suatu makalah, sebagai hasil pertanggungjawaban kami terhadap kasus pada minggu ini dengan Achmad Qinthara sebagai ketua kasus dengan Dini Ayudia sebagai sekretaris kasus ini. Dalam penulisan makalah ini penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Yang terhormat dr. Octarini Prasetyowati sebagai tutor pembimbing tutorial A1 2. Serta kepada teman – teman – teman teman tutorial A1 yang selalu ada untuk berbagi dalam berbagai hal. Kami sebagai penyusun menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan makalah ini kami terima. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Juni 2013
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………… .…………1 Daftar Isi………………………………………………………………………..………… Isi………………………………………………………………………..………… ..……...2 ..……...2 Learning Progress Report…...……………………… R eport…...………………………………………………… …………………………………… ………….. ..………3 ………3 Klasifikasi Gangguan Afektif dan Neurosis menurut ICD – ICD – 10..................................................8 10..................................................8 Klasifikasi Perilaku Abnormal......................................................................................................12 Gangguan Afektif Bipolar.........................................................................................................16 Gangguan Afektif Unipolar.......................................................................................................20 Gangguan Somatoform..............................................................................................................26 Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) ................................................................................29 Gangguan Kepribadian..............................................................................................................37 Psikofarmakologi………………………………………………… Psikofarmakologi…………………… ……………………………………………………… ……………………………….44 …….44 Daftar Pustaka………………………………… Pustaka…………………………………………………………… ………………………………………………… ………………………..52 ..52
2
LEARNING PROGRESS REPORT
1.1 Skrenario Seorang wanita, ibu rumah tangga berusia 36tahun dating ditemani oleh kakaknya ke poli jiwa RSPAD Gatot Subroto, karena merasa gelisah dan takut semenjak kematian ibunya 6 bulan yang lalu setelah menderita kelumpuhan akibat stroke selama 3 tahun. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien selalu terbayang saat kematian ibunya. Selama 1 minggu setelah kematian ibunya, pasien merasa sangat sedih sehingga sulit tidur dan nafsu makan menurun. Hamper sepanjang hari pasien merasakan jantungnya j antungnya berdebar-debar, gelisah, gemetar dan merasa sesak. Pasien P asien merasa ketakutan bahwa dia akan terkena stroke lalu meninggal, tidak ada yang akan mengurus kedua anaknya dan selalu berpikir akan masa depan anaknya kalau dia meninggal. Semenjak itu pasien mengeluh sering merasa cepat lelah dan tidak bias menjalankan fungsinya sebagai istri dan juga ibu. Pasien telah berobat ke dokter dan diberi “obat penenang”. Setelah obat habis keluhan datang kembali. Riwayat Gangguan Dahulu Timbulnya perasaan gelisah, telapak tangannya berkeringat dan jantungnya berdebar mulai dirasakan pasien semenjak ibunya terkena stroke, menurut pasien itu bisa diatasi dengan cara berjalan-jalan dengan anaknya dan teman-temannya tapi kemudian kecemasan muncul kembali. Riwayat Kehidupan Pribadi Anak terakhir dari 7 bersaudara, dilahirkan normal pada saat usia ibunya 44 tahun. Usia pasien terpaut jauh dari kakaknya sehingga menurut pasien dia bisa bermanja-manja pada kakaknya dan kemana-mana harus diantar oleh kakaknya atau ibunya. Hubungan dengan ayah tidak terlalu dekat dan paling dekat dengan kakak nomor 6, karena kakaknya ini selalu memperhatikannya dan menuruti apa kemauannya. Riwayat pernikahan dari keterangan pasien dia menikah pada saat usia 20 tahun atas kemauannya sendiri, pernah bermasalah dengan suami tapi telah selesai. Riwayat pendidikan baik lulus SMA. Pada saat melanjutkan kuliah diminta berhenti oleh keluarganya karena merasa tidak bisa hidup jauh dari kakak dan ibunya. Pada saat sekolah pasien merasa lebih nyaman berteman dengan laki-laki karena katanya laki-laki bisa diandalkan saat dia membutuhkan. Pertanyaan : 1. 2. 3. 4.
Masalah apakah yang ditemukan pada pasien? Hipotesis apa saja yang bisa didapat pada pasien ini? Mengapa ditanyakan riwayat kehidupan pribadi? Informasi apa saja yang anda perlukan untuk menegakkan hipotesis? 3
Status Mental
A. Deskripsi umum 1. Penampilan
: penampilan sesuai usia,rapih, tampak gelisah
2. Kesadaran
: kompos mentis
3. Perilaku dan aktivitas motorik: gelisah, sering meremas-remas tangannya 4. Pembicaraan
: lancar, menjawab dengan baik, suara pelan, bicara lambat
5. Sikap
: kooperatif
B. Afek dan Mood 1. Afek
: Cukup luas
2. Mood
: Eutim
3. Keserasian
: Appropiate
C. Gangguan Persepsi
: tidak ditemukan
D. Fungsi Intelektual
: baik
E. Proses pikir 1. Arus pikir
: baik, lancar dan spontan
2. Isi pikiran
: ketakutan akan masa depan, waham (-)
F. Daya tilik (Insight)
: derajat 4
Pertanyaan :
Apakah informasi diatas mengubah diagnosa anda?
4
Dokter mendiagnosis : Axis I
: F41.1 Gangguan cemas menyeluruh
Axis II
: Ciri kepribadian dependen
Axis III
: Tidak ada diagnosis
Axis IV
: Masalah psikososial : kematian orang tua
Axis V
: GAF = 65
Dokter memberikan terapi
Klobazam 2 x 10 mg
Diazepam 1 x 2 mg (malam hari)
Psikoterapi suportif dan konseling keluarga
5
LEARNING PROGRESS REPORT
PROBLEM
1. Apakah hubungan antara gelisah dan takut dengan kematian ibunya? 2. Mengapa sepanjang hari pasien merasa jantungnya berdebar-debar, gelisah, gemetar, dan sesak? 3. Mengapa jika obat yang diberikan dokter habis, keluhan pasien datang kembali dan apakah ada obat pengganti yang berefek panjang? 4. Mengapa dengan berjalan-jalan keluhan pasien bisa hilang namun setelah itu muncul kembali? 5. Mengapa pasien mengeluh merasa cepat lelah dan tidak bisa berkonsentrasi serta tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu? Apakah ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi? 6. Apakah sifat manja pasien berhubungan dengan keluhan utama? 7. Apakah riwayat premorbid berpengaruh terhadap keluhan utama pasien? 8. Mengapa pasien merasa lebih nyaman berteman dengan laki-laki sedankan pasien tidak dekat dengan ayahnya? 9. Kenapa diberikan diazepam dan diberikannya pada malam hari?
HIPOTESIS
1. Gangguan kepribadian 2. Gangguan anxietas 3. Gangguan panic MORE INFO
1. Pemeriksaan fisik: - status internus - status neurologis - status psikiatri: kesadaran, keadaan umum, keadaan spesifik 2. Diagnosis multi aksial Aksis I : gangguan cemas Aksis II : dependent Aksis III : tidak ada Aksis IV : psikososial (kematian ibu) Aksis V : GAF-70 6
I DON’T KNOW
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Gangguan neurosis Gangguan afektif unipolar Gangguan afektif bipolar Gangguan Anxietas Psikofarmaka Interpret
7
Klasifikasi Gangguan Afektif Dan Neurosis Menurut Icd – 10 F 30 – 39 Gangguan mood ( afektif ) F 30.0 Hipomania F 30.1 Mania tanpa gejala psikotik F 30.2 Mania dengan gejala psikotik F 30.8 Episode manik lain F 30.9 Episode manik tidak ditentukan F 31 Gangguan afektif bipolar F 31.0 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang hipomanik F 31.1 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang manic tanpa gejala psikotik F 31.2 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang manic dengan gejala psikotik F 31.3 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang depresi ringan atau sedang 30. tanpa gejala somatic 31. dengan gejala somatic F 31.4 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang depresi berat tanpa gejala psikotik F 31.5 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang depresi berat dengan gejala Psikotik F 31.6 Gangguan afektif bipolar, episode sekarang campuran F 31.7 Gangguan afektif bipolar, sekarang dalam remisi F 31.8 Gangguan afektif bipolar lain F 31.9 Gangguan afektif bipolar tidak ditentukan F 32 Episode depresif F 32.0 Episode depresif ringan 00. Tanpa gejala somatic 01. Dengan gejala somatik F 32.1 Episode depresif sedang 00. Tanpa gejala somatic 01. Dengan gejala somatic F 32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik F 32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik F 32.8 Episode depresif lain F 32.9 Episode depresif tidak ditentukan F 33 Episode depresif rekuren F 33.0 Episode depresif rekuren, episode sekarang ringan 00. Tanpa gejala somatic 01. Dengan gejala somatik F 33.1 Episode depresif rekuren, episode sekarang sedang 00. Tanpa gejala somatic 01. Dengan gejala somatik 8
F 33.2 Episode depresif rekuren, episode sekarang berat tanpa gejala psikotik F 33.3 Episode depresif rekuren, episode sekarang berat dengan gejala psikosis F 33.4 Episode depresif rekuren, sekarang dalam remisi F 33.8 Episode depresif rekuren lain F 33.9 Episode depresif rekuren tidak ditentukan F 34 Gangguan mood ( afektif ) persisten F 34.0 Siklotimia F 34.1 Distimia F 34.8 Gangguan mood (afektif) persisten lain F 34.9 Gangguan mood (afektif) tidak ditentukan F 38 Gangguan mood (afektif) lain F 38.0 Gangguan mood (afektif ) lain 00. Episode afektif campuran F 38.1 Gangguan mood (afektif) lain 10. Gangguan depresif ringan rekuren F 38.8 Gangguan mood (afektif) lain ditentukan F 39 Gangguan mood (afektif) tidak ditentukan F 40 – 48 Gangguan neurotic berhubungan stress dan somatoform F 40 Ganguan kecemasan fobik F 40.0 Agorafobia F 40.1 Fobia sosial F 40.2 Fobia spesifik ( terisolasi ) F 40.8 Gangguan kecemasan fobik lain F 40.9 Gnagguan kecemasan tidak ditentukan F 41 Gangguan kecemasan lain F 41.0 Gangguan panik ( kecemasan paroksismal episodic) F 41.1 Ganggan kecemasan umum F 41.2 Gangguan kecemasan dan depresif campuran F 41.3 Gangguan kecemasan campuran lain F 41.8 Gangguan kecemasan ditentukan lain F 41.9 Gangguan kecemasan tidak ditentukan F 42 Gangguan obsesif – kompulsif F 42.0 Perenungan dan pikiran obsesif menonjol F 42.1 Tindakan kompulsif menonjol (ritual obsesional) F 42.2 Pikiran dan tindakan obsesional campuran F 42.8 Gangguan obsesif kompulsif lain F 42.9 Gangguan obsesif kompulsif tidak ditentukan 9
F 43 Reaksi terhadap stress berat dan gangguan penyesuaian F 43.0 Reaksi stress akut F 43.1 Gangguan stress pasca traumatis F 43.2 Gangguan penyesuaian 20. Reaksi depresif singkat 21. Reaksi depresif berkepanjangan 22. Reaksi kecemasan dan depresif campuran 23. Dengan gangguan emosi lain yang menonjol 24. Dengan gangguan tingkah laku yang menonjol 25. Dengan gangguan emosi dan tingkah laku campuran 28. Dengan gejala predominan tertentu lain F 43.8 Reaksi lain terhadap stress berat F 43.9 Reaksi terhadap stress berat tidak ditentukan F 44 Gangguan disosiatif ( konversi) F 44.0 Amnesia disossiatif F 44.1 Fuga disosiatif F 44.2 Stupor disosiatif F 44.3 Gangguan trance dan pemilikan F 44.4 Gangguan motorik disosiatif F 44.5 Kejang disosiatif F 44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif F 44.7 Gangguan disosiatif ( konversi) campuran F 44.8 Gangguan disosiatif ( konversi) lain 80. sindrom ganser 81. gangguan kepribadian ganda 82. gangguan disosiatif (konversi) transien yang terjadi pada m asa anak – anak dan remaja 83. gangguan disosiatif (konversi) yang dapat ditentukan F 44.9 Gangguan disosiatif ( konversi) tidak ditentukan F 45 Gangguan somatoform F 45.0 Gangguan somatisasi F 45.1 Gangguan somatoform tidak ditentukan F 45.2 Gangguan hhipokondriakal F 45.3 Disfungsi otonomik somatoform F 45.4 Gangguan nyeri somatoform persisten 30. Jantung dan system kardiovaskular 31. Saluran gastrointestinal bagian atas 32. Saluran gastrointestinal bagian bawah 33. Sistem pernafasan 34. Sistem genitourinarius 35. Sistem atau organ lain F 45.8 Gangguan somatoform lain F 45.9 Gangguan somatorform tidak ditentukan 10
F 48 Gangguan neurotic lain F 48.0 Neurastenia F 48.1 Sindrom depersonalisasi – derealisasi F 48.8 Gangguan neurotik lain ditentukan F 48.9 Gangguan neurotic lain tidak tergolongkan
11
Klasifikasi perilaku abnormal berdasarkan DSM IV TR dari Asosiasi Psikiatrik Amerika
GANGGUAN YANG BIASANYA MULAI TAMPAK PADA BAYI, KANAK-KANAK ATAU REMAJA
1. Gangguan Perkembangan Belajar: Gangguan membaca/Gangguan Berhitung/Gangguan Menulis Ekspresif 2. Gangguan Keterampilan Motorik: Gangguan Perkembangan Koordinasi 3. Gangguan Perkembangan Pervasif: Gangguan Autistik, Gangguan Rett,Gangguan Disintegrasi masa kanak-kanak, Gangguan Asperger 4. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Perilaku Disruptif: Gangguan Pemustaan Perhatian, Hiperaktivitas, Gangguan Sikap Menentang atau Membangkang, Gangguan Tingkah Laku 5. Gangguan Pola Makan Masa Bayi atau Masa Kanak Dini: Pica,Gangguan Ruminasi, Gangguan Makan Masa Bayi atau Masa Kanak Dini 6. Ganggaun Tic: Gangguan Tourette, Gangguan Tic Motorik atau Vokal Kronis, Gangguan Tic Sementara 7. Gangguan Berkomunikasi: Gangguan Berbahasa Ekspresif, Gangguan Berbahasa Campuran Reseptif-Ekspresif, Gangguan Fonetik,Gagap/Stuttering 8. Gangguan Eliminasi: Enskopresis, Enuresis 9. Gangguan Lainnya pada Masa Bayi, Kanak atau Remaja: Gangguan Anxietas Perpisahan, Mutisme Selektif, Gangguan Kelekatan Masa Bayi atau Masa Kanak Dini, Gangguan Gerakan Stereotipik DELIRIUM, DEMENSIA, GANGGUAN AMNESTIK DAN KOGNITIF LAINNYA
1. Delirium: Delirium Akibat Kondisi Medis Umumnya, Delirium Akibat Intoksikasi Zat, Delirium Akibat Putus Zat, Delirium Akibat Etiologi Multiple 2. Demensia: Demensia tipe alzheimer dengan onset dini jika muncul pada usia 65 tahun atau kurang dengan onset lambat jika muncul setelah usia 65 tahun, Demenisa Vaskular, Demensia Akibat Kondisi Medis Umum,Demensia Menetap Akibat Penggunaan Zat, Demensia Akibat Etiologi Multiple 3. Gangguan Amnestik: Gangguan Amnestik Akibat Kondisi Medis Umum,Gangguan Amnestik Menetap Akibat Penggunaan Zat GANGGUAN YANG BERKAITAN DENAGN PENGGUNAAN ZAT
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Alkohol Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Amfetamin Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Kafein Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Karabis Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Kokain Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Halusinogenika 12
7. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Inhalansia 8. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Nikotin 9. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Opioida 10. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan Fensiklidin 11. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat Sedatif, Hipnotika atau Anxiolitika 12. Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan banyak zat SKIZORENIA DAN GANGGUAN PSIKOTIK LAINNYA
1. Skizofrenia: Tipe paranoid, Tipe Disorganisasi, Tipe Katatonik, Tipe tak terinci, Tipe Residual 2. Gangguan Skizofreniform 3. Gangguan Skizoafektif 4. Gangguan Waham 5. Gangguan Psikotik Singkat 6. Gangguan Psikotik yang besama (Folie a Deux) 7. Gangguan Psikotik akibat kondisi medis umum: Dengan waham, Dengan Halusinasi, Gangguan Psikotik yang disebabkan zat tertentu GANGGUAN EMOSI
1. Gangguan Depersif: Gangguan Depresif Mayor, Gan gguan Distimik 2. Gangguan Bipolar: Gangguan Bipolar I, Gangguan Bipolar II (episode depresif mayor yang berulang dengan Hipomania), Gangguan Siklotimik 3. Gangguan Mood Akibat Kondisi Medis Umum 4. Gangguan Mood Akibat Penggunaan GANGGUAN ANXIETAS
1. Gangguan Panik: Tanpa Agorafobia, Dengan Agorafobia 2. Agorofobia tanpa Riwayat Gangguan Panik 3. Fobia Khas 4. Fobia Sosial (Gangguan Anxietas Sosial) 5. Gangguan Obsesif Kompulsif 6. Gangguan Stress Pascatrauma 7. Gangguan Stress Akut 8. Gangguan Anxietas Menyeluruh 9. Gangguan Anxietas Akibat Kondisi Medis Umum 10. Gangguan Anxietas Akibat Penggunaan GANGGUAN SOMATOFORM
1. 2. 3. 4.
Gangguan Somatisasi Gangguan Konversi Hipokondriasis Gangguan Dismorfik Tubuh 13
5. Gangguan Nyeri GANGGUAN BUATAN
1. Gangguan Buatan GANGGUAN DISOSIATIF
1. 2. 3. 4.
Amnesia Disosiatif Fugue Disosiatif Gangguan Identitas Disosiatif (Gangguan Kepribadian Multipel) Gangguan Depersonalisasi
GANGGUAN SEKSUAL DAN IDENTITAS GENDER
1. Disfungsi Seksual: Gangguan Nafsu Seksual, Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif, Gangguan Keengganan Seksual/Gangguan Gairah Seksual,Gangguan Gairah Seksual Wanita, Gangguan Ereksi pada Pria/Gangguan Orgasme pada Pria, Gangguan Orgasme pada Wanita,Ejakulasi Dini/Gangguan Nyeri Seksual, Dispareunia Vaginismus,Disfungsi Seksual Akibat Kondisi Medis Tertentu, Disfungsi Seksual Akibat Penggunaan z at 2. Parafilia: Eksibisionisme, Fethisisme, Froteurisme, Pedofilia, Masokisme Seksual, Sadisme Seksual, Voyeurisme, Fethisisme Transvestik 3. Gangguan Identitas Gender: Gangguan Identitas Gender pada Kanak-kanak, Gangguan Identitas Gender pada Remaja, Gangguan Identitas Gender pada Orang Dewasa GANGGUAN MAKAN
1. Anorexia Nervosa 2. Bulimia Nervosa GANGGUAN TIDUR
1. Gangguan Tidur Primer: Dissomnia; Insomnia Primer; Hipersomnia Primer, Narkolepsi, Gangguan Tidur Berkaitan Dengan Pernapasan,Gangguan Tidur Irama Tidur Sikardian, Parasomnia, Gangguan Mimpi Buruk, Gangguan Teror Tidur, Gangguan Berjalan Sambil Tidur 2. Gangguan Tidur Akibat Kondisi Medis Umum GANGGUAN PENGENDALIAN IMPULS YANG TIDAK DIKLASIFIKASIKAN DI TEMPAT LAIN
1. 2. 3. 4. 5.
Gangguan Eksplosif Intermiten Kleptomania Piromania Judi Patologis Trikotilomania
GANGGUAN PENYESUAIAN
1. Gangguan Penyesuaian Dengan Anxietas 14
2. 3. 4. 5.
Gangguan Penyesuaian Dengan Suasana Mood Depresif Gangguan Penyesuaian Dengan Gangguan Tingkah Laku Gangguan Penyesuaian Dengan Gabungan Campuran Emosi dan Tingkah Laku Gangguan Penyesuaian Dengan Campuran Anxietas dan Depresif
RETARDASI MENTAL
1. 2. 3. 4.
Retardasi Mental Ringan Retardasi Mental Sedang Retardasi Mental Berat Retardasi Mental Sangat Berat
GANGGUAN KEPRIBADIAN
1. Gangguan Kepribadian Paranoid 2. Gangguan Kepribadian Skizoid 3. Gangguan Kepribadian Skizoptikal 4. Gangguan Kepribadian Antisosial 5. Gangguan Kepribadian Ambang 6. Gangguan Kepribadian Histrionik 7. Gangguan Kepribadian Narsistik 8. Gangguan Kepribadian Menghindar 9. Gangguan Kepribadian Dependen 10. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
15
Gangguan Afektif Bipolar Definisi
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi. Gangguan bipolar adalah bunglonnya gangguan kejiwaan, mengubah tampilan gejalanya dari satu pasien ke pasien lain, dan dari satu episode ke episode lain bahkan pada pasien yang sama.“— dr.
Francis Mark Mondimore
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik.
Gangguan Mood Bipolar I I. o
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal
Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode depresi mayor sebelumnya.
o
Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
o
Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum
o
Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna
atau
menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
II.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini
o
Saat ini dalam episode manik
o
Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau campuran
o
Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan
skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik
yang tidak dapat diklasifikasikan o
Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat a tau kondisi medik umum 16
o
Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
III.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini
o
Saat ini dalam episode campuran
o
Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau campuran
o
Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
o
Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung z at atau kondisi medik umum
o
Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
IV.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini
o
Saat ini dalam episode hipomanik
o
Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran
o
Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
o
Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
V.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Depresi Saat Ini
o
Saat ini dalam episode depresi mayor
o
Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran
o
Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak
o
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
o
Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau ko ndisi medik umum
o
Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya. 17
VI. o
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat Ini
Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik, campuran, atau episode depresi.
o
Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran
o
Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai skizoafektif dan tidak
o
bertumpang tindih denganskizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
o
Gangguan Mood Bipolar II
-
Adanya riwayat satu kali atau lebih episode depresif berat
-
Adanya riwayat setidaknya satu episode hipomanik
-
Gejala klinis menimbulkan hendaya fungsi sosial
Gangguan Siklotimia : gangguan bipolar II ringan A. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan gejala – gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun. B. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu. C. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran, selama dua tahun gangguan tersebut
Tabel Pembagian Gangguan Afektif Bipolar Berdasarkan P PDGJ III (F31) F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran 18
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
TERAPI
1. Terapi non farmakologi
Psychoeducation for the patient and family
Psikoterapi
Stress reduction (relaxation, yoga, massage, etc)
Sleep, nutrition, exercise Æsupport outcomes
ECT (electroconvulsive therapy)
2. Terapi farmakologisÆmenggunakan obat-obat mood stabilizer Contoh: Lini pertama :Lithium, Valproat, dll. Lini kedua/alternatif: Carbamazepin, Gabapentin, lamotrigin, topiramat (antikonsvulsan), nimodipin, verapamil (Ca bloker), olanzapin, risperidon (antipsikotik atipikal)
19
Gangguan Afektif Unipolar Definisi
Gangguan unipolar atau gangguan depresi berat terjadi tanpa riwayat episode manik, campuran atau hipomanik. Gangguan unipolar terdiri dari gangguan depresi utama (Major Depressive Disorder) dan Gangguan Dysthylania. Ciri yang menonjol dari gangguan Depresi Utama adalah suasana hati yang murung. Penderita mengalami gejala yang disebut “depressive triad” yaitu mempunyai pandangan yang buruk tentang diri sendiri. Diri sendiri dipandang tidak berharga, pengalaman sehari-hari dan interaksi sosial dianggap menyebalkan dan masa depan dipandang dengan pesimistis. Penderita merasa putus asa, tidak ada semangat dan apatis. Dalam DSM IV dikemukakan paling sedikit harus ada 5 gejala atau lebih dan berlangsung minimal 2 minggu untuk memenuhi kriteria Gangguan Depresi Utama yaitu; 1. Suasana hati murung sepanjang hari sebagaimana dilaporkan oleh penderita (merasa sedih atau hampa) atau dari observasi orang lain (terlihat menangis). 2. Menurunnya minat dan kesenangan pada semua aktivitas secara mencolok. 3. Menurunnya atau bertambahnya berat badan secara mencolok (lebih dari 5 persen dari berat badan dalam sebulan; berkurangnya atau bertambahnya selera makan). 4. Mengalami gangguan tidur: insomnia (tidak bisa tidur) atau hipersomnia (terlalu banyak tidur). 5. Agitasi atau meningkatnya psikomotor (misalnya tidak bisa duduk dengan tenang); retardasi atau melambatnya psikomotor (misalnya gerakan tubuh yang lamb at). 6. Merasa kelelahan atau kehilangan tenaga. 7. Merasa tidak berharga atau merasa bersalah. 8. Menurunnya kemampuan untuk berfikir, konsentrasi dan mengambil keputusan. 9. Sering muncul pikiran ingin mati atau bunuh diri. Penting untuk mengenali perbedaan antara depresi klinis dengan sussana hati berkabung, misalnya karena kematian orang yang sangat dekat. DSM IV menganjurkan bahwa diagnosa depresi utama diberikan jika kematian pasangan lebih dari dua bulan dan penderita masih menunjukkan gejala depresi seperti kriteria diatas. Disamping kriteria disamping kategori depresi utama, juga dikenal kategori depresi pertengahan atau Dysthimia yang berada diantara depresi utama dan suasana hati normal. Gangguan depresi merupakan gangguan suasana hati yang serius. Gangguan ini lebih banyak ditemuui pada wanita daripada pria. Menurut penelitian salah satu alasannya adalah bahwa pria lebih banyak melakukan kegiatan yang mampu mengalihkannya dari depresi. Sebaliknya wanita
20
mempunyai keterbatasan untuk melakukan berbagai aktivitas yang mampu mengalihkan perhatian dari depresi. Depresi bisa juga terjadi pada anak dan remaja. Pada remaja depresi biasa- nya berhubungan dengan kegelisahan, tingkah laku negativistik dan aktivitas antisosial. Depresi pada orang lanjut usia biasanya disebabkan oleh kematian pasangan. Beda dengan kehilangan pada orang dewasa, kehilangan pada usia tua biasanya tidak tergantikan. Depresi berpengaruh kuat terhadap kehidupan seseorang. Penderita ada yang mengatasinya dengan penyalahgunaan obat-obatan seperti alkohol. Menurut penelitian, proses biokomia dalam otak berperan dalam per- kembangan gangguan depresi. Zat yang penting adalah amine biogenik yang bertindak sebagai neurotransmitter yaitu mentransmisikan impuls dari neuron satu ke neuron lainnya. Depresi berhubungan dengan berkurangnya catecholamin di otak. Walaupun faktor biologis berpengaruh, faktor psikososial misalnya kejadian kehidupan yang menimbulkan stres merupakan faktor penting dalam berkembang- nya gangguan suasana hati. 1) Gangguan Depresif
o
Episode Depresi : Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :
-
Afek depresif
-
Kehilangan minat dan kegembiraan
-
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
o
Gejala lainnya :
-
Kosentrasi dan perhatian berkurang
-
Harga diri dan kepercayaan berkurang
-
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
-
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
-
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.
-
Tidur terganggu
-
Nafsu makan berkurang
21
o
Episode Depresif Ringan
Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang – kurangnya 2 dari gejala lainnya. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.
o
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.
o
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.
o
Episode Depresif Sedang
Sekurang – kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.
o
Lamanya seluruh episode berlangsung minimunm sekitar 2 minggu
o
Menghadapi kesulitan nyata untuk menruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik :
o
Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada
o
Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus berintensitas berat.
o
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
o
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, bila gejala sangat berat dan beronset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
o
Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
o
o
Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik :
Memenuhi kriteria eposode depresi berat Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk
o
Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
o
Jika diperlukan, waham tau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek ( mood congruent ) 22
o
Gangguan Depresif Berulang
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari : episode depresif ringan, episode depresif sedang, episode depresif berat.
o
Episode masing – masing rata – rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.
o
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peningkatan afek dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania. Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera sesudah suatu episode depresif.
o
Episode masing – masing dalam berbagai tingkat keparahan seringkali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain.
o
Gangguan depresif berulang episode kini ringan :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan.
o
Gangguan depresif berulang episode kini sedang :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang.
o
Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala p sikotik.
o
Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.
o
Gangguan depresif berulang kini dalam remisi :
Kriteria untuk gangguan depresif berulang harus pernah dipenuhi masa lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain apapun.
23
Pada semua episode, sekurangnya ada dua episode telah berlangsung masing – masing selama minimal 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna. Pemeriksaan Status Mental 1) Episode Depresif :
Deskripsi umum : Retradasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan khususnya pada pasien lansia. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur yang membungkuk tidak terdapat pergerakan spontan, pandangan mata yang putus asa dan memalingkan pandangan.
Mood, afek dan perasaan : Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan aktifitas secara menyeluruh.
Bicara : Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan yang lambat terhadap suatu pertanyaan.
Gangguan Persepsi : Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode depresi berat dengan ciri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi adalah waham bersalah, memalukan, tidak berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar, dan penyakit somatik terminal.
Pikiran : Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri, dan kematian. Kira – kira 10% memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran dan kemiskinan isi pikiran.
Sensorium dan Kognisi : Daya ingat, kira – kira 50 – 70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan keluhan gangguan konsentrasi dan mudah lupa.
Pengendalian Impuls : Kira – kira 10 – 15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira – kira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi untuk melakukan bunuh diri saat mereka mulai membaik dan mendapatkan kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri (bunuh diri paradoksikal / paradoxical suicide).
24
Reliabilitas : Semua informasi dari pasien terlalu menonjolkan hal yang buruk dan menekankan yang baik. Terapi
Algoritma gangguan depresif berat Pasien rawat jalan tanpa penyulit fisiksehat tanpa kontraindikasi untuk antidepresan tertentu
TCA atau SSRI bergantung pada pilihan dokter
Percobaan gagal akibat respons
Respon parsial
Remisi penuh
atau efek simpang yang membatasi
Tukan TCA dengan agen alternatif TCA DAN SSRI
Pertahankan terapi Dapat diganti ke agen alternatif atau diupayakan penambahan
setidaknya untuk 4 sampai 6 bulan dalam kasus episode pertama, lebih lama daripada penyakit kambuhan
Remisi penuh
Percobaan gagal
Pertahankan
Percobaan agen lini
seperti yang
kedua dengan bukti aktivitas pada orang
dijelaskan diatas
yang tidak memberika respons terhadap TCA. Alternatif dengan terapi ECT
25
Gangguan Somatoform Definisi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguanyang memiliki gejala fisik (sebagai contoh, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh purapura yang disadari atau gangguan buatan. Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik. Meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjdi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala axietas dan depresi. Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinan penyebab keluhankeluhannya menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak. F45.0 Gangguan Somatisasi
Pedoman Diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut: a. adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun b. tidak mau menerima nesehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik, yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya c. terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak perilakunya.
F45.1 Gangguan somatoform tak terinci
Pedoman diagnostic
26
Keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi Kemungkinan ada atau tidak factor penyebab psikologis belumjelas, akan tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.
F45.2 gangguan hipokondrik
Untuk diagnose pasti, kedua hal ini harus ada: (a) keyakinan yang mentap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang serius ang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak menunjang adanya alsan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisiknya ( tidak sampai waham) (b) tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya.
F45.3 Disfungsi Otonomik Somatoform
Pedoman diagnostik
Diagnosis pati memerlukan semua hal berikut: (a) adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, sep erti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas/”fushing”, yang menetap dan menggangu, (b) gejala subjektif tambahan mengacu pada system atau organ tertentu ( gejala tidak khas) (c) preokupasi dengan dan penderitaan (stress) mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius ( sering tidak begitu khas) dari system atau organ tertentu, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemriksaan-pemeriksaan berulang, maupun penjelasan-penjelasan dari para dokter. (d) tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari system atau organ yang dimaksud
Karakter kelima : F45.30 = jantung dan system kardiovaskuer F45.31= saluran pencernaan bagian atas F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah F45.33 = system pernafasan F45.34 = system genitor-urinaria F45.38 = system atau organ lainnya F45.4 Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Pedoman diagnostic
Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik
27
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau nproblem psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alas an dalam mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang bersangkutan
F45.8 Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman diagnostic
Pada gangguan ini, keluhan-keluhanna tidak melalui system saraf otonom, dan terbatas secara spesifik pada bagian tubuh atau system tertentu. Ini sangat berbeda dengan gangguan somatisasi (f45.0) dan gangguan somatoform tak terinci (F45.1) yang menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti-ganti. Tiak ada kaitannya dengan kerusakkan jaringan. Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkan dalam kelompok ini: (a) “globus hystericus” ( perasaan ada benjolan di kerongkongan) (b) tortikolis psikogenik, dan ganggua gerakan spa smodic lainnya ( kecuali sindrom Tourette) (c) pruritus psikogenik (d) dismenore psikogenik (e) “ teeth grinding”
F45.9 Gangguan Somatoform YTT
28
Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti. Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh. Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu. Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien
untuk
menghadapi
dan
tidak
menghindari
sumber-sumber
kecemasan
mereka.
Kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV: yang sering dibahas diantaranya adalah: 1. Gangguan panik tanpa agoraphobia 2. Gangguan panik dengan agoraphobia 3. Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic 4. Phobia spesifik 5. Phobia social 6. Gangguan obsesif-kompulsif 7. Gangguan stres pasca traumatic 29
8. Gangguan stres akut 9. Gangguan kecemasan umum 10. Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi GEJALA UMUM GANGGUAN KECEMASAN
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masingmasing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya sangat mengganggu. 1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal. 2. Rasa sakit atau nyeri pada dada Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya. 3. Rasa sesak napas Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara. 4. Berkeringat secara berlebihan Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap stressor 5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual 6. Gangguan tidur 7. Tubuh gemetar Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian anggo ta tubuh yang lain. 8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat 30
9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri 10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain). TIPE-TIPE GANGGUAN KECEMASAN
Anxiety disorder memiliki beberapa pembagian yang lebih spesifik. diantaranya: A. Fobia Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita kebanyakan wanita, dimulai semenjak kecil. Agorafobia: kata yunani, agora=tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan, takut bepergian. Banyak wanita yang menderita ini dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa. Simtom: ketegangan, pusing, kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila. 90% dari suatu sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator. Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu: a.
Fobia Spesifik Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.
b.
Fobia Sosial Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
Penyebab: Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi 31
masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kanak-kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan, modeling.
B. Obsesif Kompulsif Seperti contoh Kasus dibawah ini: X adalah seorang remaja madya yang saat ini sedang sekolah disuatu SMA Negeri. Sudah beberapa hari ini ia mempunyai kebiasaan aneh yang tidak bisa ia hentikan. Kebiasannya adalah mencuci tangannya lebih dari 10x dalam satu hari. Teman-temannya juga heran mengapa ia berperilaku seperti itu. Ketika ia berkonsultasi kepada psikolog sekolahnya ia baru tahu apa yang terjadi padanya. Psikolog menanyainya apa yang menyebabkannya seperti itu, lalu X mulai menceritakan kejadian apa yang sebenarnya ia lakukan. X adalah kakak dari A. Saat kecil keduanya pernah bertengkar, X tanpa sengaja mengambil gunting dan menorehkannya ke lengan adiknya,A. akibatnya lengan A terluka dan menyebabkannya cacat. peristiwa ini membuatnya bersalah dan ia terus menerus memikirkan kesalahannya ini (obsesif), dan tiap kali ia mengingatnya ia akan mencuci tangannya berulang-ulang. Berdasarkan cerita diatas, kita bisa melihat bahwa obsesif adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus. Sedangkan kompulsif adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut. Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut. dengan mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat. obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih. Perilaku seperti ini sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah menganggap perilaku ini wajar. Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu - tampak tidak rasional tidak dapat dikontrol → mengganggu hidup. dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim, penangguhan tidak dapat membuat keputusan.pasien tidak dapat mengambil kesimpulan. Kompulsi: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi tingkah laku ritualistik berkalikali. Kompulsi sering berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita merasa apa yang dilakukannya asing. Ada 5 bentuk obsesi:
Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara baik (75% dari pasien).
Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada kejadian yang akan datang (34% dari pasien). 32
Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang memalukan (26%)
Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Ada 2 macam Kompulsif
Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan tersebut): mengontrol dorongan dengan berkali-kali menghitung sampai 10.
Penyebab: Psikoanalitik:
fiksasi
masa
anal.
Adler:
anak
terhalang
mengembangkan
kompetensinya → rendah diri → secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk membuat daerah yang dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut merasa menguasai cara menguasai sesuatu. Teori Belajar: Kondisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-akibatnya. Terapi sama dengan fobia dan GAD. C. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma) PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam. PTSD biasnya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD. Simtom dan diagnosis: Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk: perkosaan, peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan yang lampau. Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur. 33
Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, perang, serangan fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah bencana alam. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang dewasa. Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku. Riwayat psikopatologi pada keluarga memegang peranan penting Perlakuan: Dapat melalui terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari teman-temannya. D. GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan) Tanda-tanda: kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi. Penyebab: Psikoanalitik: konflik antara impuls id dan ego yang tidak disadari. Impuls itu seksual atau agresif → ingin keluar, dihalangi → tidak disadari → cemas. Teori belajar: kondisioning klasik dari rangsang luar. Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan ketidakberdayaan. Terapi: psikomatis sama dengan fobia. E.
Gangguan Panik Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong\sesak nafas, detak jantung keras, sakit di dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan teror, ketakutan akan ada hukuman. Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak nyata, ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati. Terjadinya: sering, 34
sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit. Dihubungkan dengan situasi khusus, misalnya mengendarai mobil. Laki-laki 0,7 %, wanita 1%. 4 kali serangan panik dalam 4 minggu, Satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan. Serangan panik dapat diikuti agorafobia, 80% penderita panik juga menderita gangguan kccemasan yang lain. Sering juga ada depresi. Sering penyebabnya gangguan fisiologis, misalnya gangguan jantung. Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik. TERAPI GANGGUAN KECEMASAN
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan: 1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis
humanistik
bertujuan
membantu
orang
untuk
memahami
dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang 35
sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik. Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut.
36
Gangguan Kepribadian NARCISSISTIC PERSONALITY DISORDER (GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK)
Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh sebab itu, mereka sulit menerima kritik dari orang lain. Hubungan interpersonal mereka terhambat karena kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi, dan memanfaatkan/menghendaki orang lain melakukan sesuatu yang istimewa untuk mereka tanpa perlu dibalas. Individu pada gangguan ini sangat sensitif terhadap kritik dan takut akan kegagalan. Terkadang mereka mencari sosok lain yang dapat mengidealkan karena mereka kecewa terhadap diri sendiri, tetapi mereka biasanya tidak mengizinkan siapa pun untuk benar benar berhubungan dekat dengan mereka. Hubungan personal mereka sedikit dan dangkal; ketika orang lain menjatuhkan harapan mereka yang tidak realistis, mereka akan marah dan menolak. Prevelensi gangguan ini kurang dari 1 persen. Etiologi gangguan kepribadian narsistik Penyebab gangguan kepribadian narsistik dapat dipandang dari segi psikoanalisa. Orang yang mengalami gangguan ini dari luar tampak memiliki perasaan yang luar biasa akan pentingnya dirinya. Namun dipandang dari psikoanalisa, karakteristik tersbut merupakan topeng bagi selfesteem yang rapuh. Menurut heinz kohut, self muncul pada awal kehidupan sebagai struktur bipolar dengan immature grandiosity pada satu sisi dan overidealisasi yang bersifat dependen di sisi lain. Kegagalan mengembangkan self-esteem yang sehat terjadi bila orang tua tidak merespons dengan baik kompetensi yang ditunjukkan oleh anak-anaknya. Dengan demikian, anak tidak bernilai bagi harga diri mereka sendiri, tetapi bernilai sebagai alat untuk mening katkan self-esteem orang tua. Perspektif Psikososial Mengenai Narcissistic Personality Disorder a) Psikodinamik Sigmund Freud memandang narcisme sebagai fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta mereka kepada diri mereka sendiri dan orang-orang yang berarti (significant person). Anakanak dapat terfiksasi pada fase narsistik ini, bagaimanapun, jika mereka mengalami bahwa orangorang yang mengasuhnya tidak dapat dipercaya dan memutuskan bahwa mereka hanya dapat bersandar pada diri sendiri, atau jika mereka memiliki orang tua yang selalu menuruti mereka dan menanamkan pada mereka suatu perasaan bangga atas kemampuan dan harga diri mereka. b) Behavioral Dari sudut pandang sosial learning, Millon menemukan bahwa asal dari gaya narsistik adalah evaluasi berlebihan yang tidak realistic mengenai nilai anak-anak oleh orang tua. Anak tidak mampu menggapai (live up) pada evaluasi-evaluasi orang tuanya mengenai dirinya, tetapi dia secara berkelanjutan bertindak seolah-olah dia merupakan orang yang superior. Demikian pula, Beck dan Freeman berpendapat bahwa beberapa orang narsistik membangun asumsi mengenai keberhargaan-diri (self worth) mereka yang tidak realistic dalam hal-hal yang positif sebagai hasil 37
dari penurutan dan evaluasi yang berlebihan dari significant person saat anak-anak. Orang-orang narsistik lainnya mengembangkan keyakinan bahwa mereka merupakan unik dan luar biasa dalam bereaksi untuk menjadi satu-satuny orang yang berbeda dari orang lain secara etnis, rasial, dan status ekonomi, atau sebagai upaya bertahan menghadapi penolakan oleh significant person dalam kehidupan mereka. c) Cognitive Orang narsistik cenderung terobsesi dan terpaku pada fantasi akan keberhasilan dan kekuasan, cinta yang ideal, atau pengakuan akan kecerdsan dan kecantikan. Seperti orang kepribadian hiterionik, mengejar karir dimana mereka dapat menjadi pusat perhatian dan mendapat pemujaan, seperti modeling, acting dan politik. Ambisi yang serakah membuat mereka mendedikasikan diri untuk bekerja tanpa lelah. Mereka terdorong untuk berhasil namun bukan untuk mandapatkan uang, melainkan untuk mendapat pemujaan yang menyertai kesuksesan. d) Humanistic Secara aktual orang dengan tipe ini memiliki self-esteem yang rendah. e) Interpersonal Orang dengan gangguan ini tidak dapat menjalin relasi secara mendalam karena adanya tuntutan yang dipaksakan pada orang lain, kurang memiliki rasa empati, sering mengagung-agungkan diri, dan mengeksploitasi orang lain sampai mereka puas.. ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER AND KEPRIBADIAN ANTISOSIAL DAN PSIKOPATI)
PSYCHOPATHY
(GANGGUAN
Orang dewasa yang mengalami gangguan antisosial menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab dan antisosial dengan bekerja secara tidak konsisten, melanggar hukum, mudah tersinggung, agresif secara fisik, tidak mau membayar hutang, sembrono, ceroboh, dan sebagainya. Mereka impulsif dan tidak mampu membuat rencana ke depan. Mereka sedikit atau bahkan tidak merasa menyesal atas berbagai tindakan buruk yang mereka lakukan. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dan lebih banyak terjadi di kalangan anak muda daripada dewasa yang lebih tua. Gangguan ini lebih umum terjadi pada orang dengan status sosioekonomi rendah. Sementara itu, salah satu karakteristik psychopathy adalah kemiskinan emosi, baik positif maupun negatif. Orang-orang psychopathy tidak memiliki rasa malu, bahkan perasaan mereka yang tampak positif terhadap orang lain hanyalah sebuah kepura-puraan. Penampilan psikopat menawan dan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi. Kadar kecemasan yang rendah membuat psikopat tidak mungkin belajar dari kesalahannya. Kurangnya emosi positif mendorong mereka berperilaku secara tidak bertanggung jawab dan berperilaku kejam terhadap orang lain. Etiologi gangguan kepribadian antisosial dan psychopathy Penyebab gangguan ini berkaitan dengan peran keluarga. Kurangnya afeksi dan penolakan berat orang tua merupakan penyebab utama perilaku psychopathy. Selain itu, juga disebabkan oleh tidak konsistennya orang tua dalam mendisiplinkan anak dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain. Orang tua yang sering melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya dapat 38
menyebabkan gangguan ini. Gangguan ini juga dapat disebabkan oleh kehilangan orang tua. Di samping itu, ayah dari penderita psikopat kemungkinan memiliki perilaku antisosial. Faktor lingkungan di sekitar individu yang buruk juga dapat menyebabkan gangguan ini. Perspektif Psikososial Mengenai Psichopathy a) Psikodinamik Terjadi karena dorongan-dorongan bawah sadar terhadap pemuasan id ditambah dengan rendahnya kontrolnya ego sehingga id lebih dominan dan akhirnya dia melakukan segala cara untuk memuaskan id nya seperti membunuh, dan menyakiti orang lain, atau menipu. Disamping itu, orang yang menderita gangguan tersebut mempunyai super ego yang tumpul sehingga ia tidak merasa bersalah atas apa yang telah di lakukannya meskipun perilakunya sudah merugikan banyak orang. b) Behavioral Teori behavioristik memandang bahwa gangguan kepribadian psikopat di sebabkan oleh proses belajar yang salah selama rentang kehidupanya. Ia tidak memahami perilaku mana yang benar dan perilaku mana yang salah. Anak yang tidak pernah mendapatkan reward atas hasil baik yang ia lakukan justru ia selalu mendapatkan perilaku dan pengalaman yang tidak menyenangkan saat melakukan perbuatan yang baik maupun yang buruk. Maka anak tersebut belajar bahwa, tidak ada yang namanya benar. Tetapi, apapun yang ia lakukan akan sama saja dampaknya c) Cognitive Psikopat terjadi karena mengalami distorsi kognitif. Ia berfikir bahwa ia dapat mendapatkan apa saja yang ia mau dengan melakukan apa saja yang ia inginkan untuk membawanya kepada sesuatu yang ia inginkan tersebut meskipun perilakunya membawa pengaruh atau efek buruk bagi orang lain. d) Humanistic Dalam teori humanistik, gangguan tersebut di sebabkan oleh terhambatnya dan tidak tercapainya proses menuju aktualisasi diri yang sehat. Seseorang yang menderita gangguan tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Baik kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan rasa cinta dan dicintai.
e) Interpersonal Seseorang yang psikopat biasanya cuek pada norma-norma sosial, tak peduli pada aturan, dan pemberontak. Kepribadiannya yang sulit ditebak, bisa terlihat dari ketidakstabilannya dalam hubungan interpersonal, citra diri, serta selalu bertindak menuruti kata hati. Tanpa peduli perbuatannya itu salah atau benar, mengganggu orang atau tidak. Orang seperti ini cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa pikir panjang), dan berpikiran negatif serta memiliki sifat pendendam.
39
AVOIDANT PERSONALITY MENGHINDAR)
DISORDER
(GANGGUAN
KEPRIBADIAN
Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan kemungkinan adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan, sehingga merasa enggan untuk menjalin hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia akan diterima. Individu tersebut bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan kontak interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena sangat amat takut mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda lain dari kecemasan. Ia merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak berani mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru. Berdasarkan dsm-iv-tr, kriteria dari avoidant personality disorder adalah sebagai berikut: Penghindaran terhadap kontak interpersonal karena takut kritik dan penolakan Ketidakmampuan untuk terlibat dengan orang lain kecuali ia merasa yakin akan disukai atau diterima. Kekakuan dalam hubungan yang intim karena takut dipermalukan atau dicemooh. Perhatian yang berlebihan terhadap kritik atau penolakan. Perasaan tidak mampu. Perasaan inferior. Keengganan yang ekstrem untuk mencoba hal-hal baru karena takut dipermalukan. •
•
•
•
•
•
•
Prevalensi dari gangguan ini sekitar 5 persen dan sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian dependen dan borderline. Avoidant personality disorder juga sering bercampur dengan diagnosis axis i depresi dan generalized social phobia. Gangguan ini memiliki gejala yang serupa dengan generalized social phobia, tetapi gangguan ini sebenarnya merupakan jenis generalized social phobia yang lebih kronik. Baik avoidant personality disorder atau social phobia berhubungan dengan gejala yang muncul di jepang, yang disebut dengan taijin kyoufu. ”taijin” berarti interpersonal dan ”kyoufu” berarti takut. Seperti pada avoidant personality disorder dan social phobia, individu yang mengalami taijin kyoufu sangat sensitif dan menghindari kontak interpersonal. Namun, hal yang ditakuti berbeda dengan hal-hal yang umumnya ditakuti pada diagnosis dsm. Individu dengan taijin kyoufu cenderung cemas atau malu tentang bagaimana ia mempengaruhi atau tampak di depan orang lain, misalnya takut bahwa mereka tampak jelek atau bau. Perspektif Psikososial Mengenai Avoidant Personality Disorder a) Psikodinamik Mereka memiliki perasaan rendah diri (inferiority complex), tidak percaya diri, takut untuk berbicara di depan publik atau meminta sesuatu dari orang lain. Mereka seringkali mensalahartikan komentar dari orang lain sebagai menghina atau mempermalukan dirinya. Oleh karena itu, individu dengan gangguan kepribadian menghindar biasanya tidak memiliki teman dekat. Secara umum dapat dikatakan bahwa sifat yang dominan pada individu ini adalah malumalu. Prevalensi gangguan kepribadian menghindar adalah 1-10 % dari populasi pada 40
umumnya.gangguan kepribadian ini dapat dikatakan sebagai gangguan yang umumnya dimiliki oleh individu. Bayi-bayi yang diklasifikasikan sebagai memiliki tempramen yang pemalu memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk memiliki gangguan ini daripada bayi-bayi yang aktif bergerak (berdasarkan activity-approach scales). b) Behavioral Mereka mudah sekali keliru dalam mengartikan komentar orang lain, seringkali komentar dari orang lain dianggap sebagai suatu penghinaan atau ejekan. Pada umumnya sifat dari orang dengan gangguan kepribadian menghindar adalah seorang yang pemalu. Menurut teori kognitif behavioral, pasien sangat sensitif terhadap penolakan karena adanya pengalaman masa kanakkanak, misalnya : karena mendapat kritik yang pedas dari orang tua, yang membuat mereka mencap diri mereka tidak mampu (inadequate). c) Cognitive Pada kepribadian avoidant, kandungan kognisi menjalin hubungan timbal balik patologis dengan struktur kognisi (misalnya perangkat penyusunan informasi), dimana hubungan ini yang bertanggungjawab atas terjadinya gangguan. Sifat terlalu curiga adalah pusat dari seluruh gangguan. Avoidant secara konstan memeriksa lingkungan mencari potensi ancaman. Mereka sensitif terhadap segala perasaan dan niatan orang lain terhadap mereka. Yang dihasilkan adalah sistem pemrosesan informasi yang dikuasai oleh terlalu banyak stimulus yang menghambat mereka memahami sesuatu yang biasa atau keadaan sekitar. Akibatnya, penilaian terhadap potensi bahaya menjadi sangat tinggi, bahkan kejadian yang sebenarnya tidak mengandung bahaya-pun ditandai sebagai ancaman. Karena terlalu banyak potensi ancaman yang masuk maka tidak ada satu informasi-pun yang diolah secara mendalam. Hipotesis yang menyatakan bahwa setiap sumber stimulasi itu berbahaya berlanjut sebagai akibat dari ketidakpastian, membiarkan sebuah ancaman tanpa diperiksa akan sangat berisiko. Hasilnya, kecemasan meningkat, kepekaan terhadap tanda-tanda bahaya juga meningkat dan kedalaman pemrosesan informasi makin menderita. Akibatnya, seluruh proses kognitif menjadi sangat terbebani karena menganggap segala sesuatu sebagai ancaman. Oleh sebab itu seorang avoidant harus menarik diri demi mendapatkan rasa aman. d) Humanistic Pandangan diri: melihat diri sebagai individu yang tidak mampu dan tidak kompeten dalam bidang akademis dan situasi bekerja. Pandangan tentang orang lain: melihat orang lain yang mengkritik, tidak tertarik, dan penuntut. Kepercayaan: intinya adalah “saya tidak baik...tidak berharga...tidak dicintai. Saya tidak bisa menerima perasaan yang tidak menyenangkan.” Tingkatan kepercayaan yang lebih tinggi adalah “jika orang mendekati saya, mereka akan menemukan “keaslian diri saya” dan akan menolak saya-hal ini tidak bisa diterima.” Tingkat selanjutnya, adalah kepercayaan mengenai instruksi diri (self-instructional) seperti: “lebih baik tidak mengambil resiko,” “sebaiknya saya menghindari situasi yang tidak menyenangkan”, “jika saya merasa atau berpikir sesuatu yang tidak menyenangkan, saya seharusnya mencoba keluar dengan mengacaukan diri.”
41
e) Interpersonal Perasaan utamanya adalah disphoria, kombinasi kecemasan dengan sedih, dihubungkan dengan kurangnya perolehan kesenangan yang relasi terdekat dan keyakinan diri dalam penyelesaian tugas. Penerimaan yang rendah terhadap disphoria menghambat mereka dalam mengatasi perasaan malu dan membantu mereka untuk lebih efektif. Karena mereka menghayati dan mengawasi perasaan terus menerus, mereka sensitif untuk perasaan sedih dan cemas. Ironisnya, disamping kewaspadaan yang sangat terhadap perasaan tidak nyaman, mereka malu untuk mengidentifikasi pikiran yang tidak menyenangkan itu-kecenderungan yang sesuatu dengan strategi utama yang disebut “cognitive avoidance”. Walaupun mendapatkan masalah, mereka tetap tidak mau terlibat hubungan dengan resiko kegagalan atau penolakan. DEPENDENT PERSONALITY DISORDER (GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN)
Ciri utama dari gangguan kepribadian dependen adalah kurangnya rasa percaya diri dan otonomi. Individu dengan gangguan kepribadian ini memandang dirinya lemah dan orang lain lebih kuat. Ia juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk diperhatikan atau dijaga oleh orang lain yang sering kali menyebabkan munculnya perasaan tidak nyaman ketika sendirian. Ia mengesampingkan kebutuhannya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak merusak hubungan yang telah terjalin dengan orang lain. Ketika hubungan dekat berakhir, individu yang mengalami gangguan ini segera berusaha menjalin hubungan lain untuk menggantikan hubungan yang telah berakhir tersebut. Kriteria dalam dsm pada umumnya mendeskripsikan individu yang mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif, misalnya memiliki kesulitan dalam memulai sesuatu atau mengerjakan sesuatu sendiri, tidak mampu menolak, dan meminta orang lain mengambil keputusan untuk dirinya. Bagaimanapun juga, penelitian mengindikasikan bahwa sifatsifat pasif tersebut tidak mencegah individu melakukan hal-hal penting untuk menjaga hubungan dekat, misalnya menjadi sangat penurut dan pasif, tetapi dapat juga mengambil langkah aktif untuk menjaga hubungan. Berdasarkan dsm-iv-tr, kriteria gangguan kepribadian dependen yaitu sebagai berikut: Kesulitan dalam mengambil keputusan tanpa nasihat dan dukungan yang berlebihan dari orang lain. Kebutuhan terhadap orang lain untuk memikul tanggung jawab dalam hidupnya. Kesulitan dalam mengatakan atau melakukan penolakan terhadap orang lain karena takut kehilangan dukungan dari orang lain. Kesulitan dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu sendiri karena kurang percaya diri. Melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan baginya sebagai cara untuk memperoleh penerimaan dan dukungan dari orang lain. Perasaan tidak berdaya ketika sendiri karena kurang percaya pada kemampuan diri dalam menyelesaikan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Segera mencari hubungan baru ketika hubungan yang sedang terjalin telah berakhir. Sangat ketakutan untuk mengurus atau menjaga diri sendiri. •
•
•
•
•
•
•
•
42
Prevalensi dari gangguan ini adalah sekitar 1,5 persen, lebih banyak ditemukan di india dan jepang. Hal itu kemungkinan dikarenakan lingkungan di kedua negara tersebut yang memicu perilaku dependen. Gangguan kepribadian ini muncul lebih banyak pada wanita daripada pria, kemungkinan karena perbedaan pengalaman sosialisasi pada masa kanak-kanak antara wanita dan pria. Gangguan kepribadian dependen sering kali muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian borderline, skizoid, histrionik, skizotipal, dan avoidant, sama seperti diagnosis axis i gangguan bipolar, depresi, gangguan kecemasan, dan bulimia. OBSESSIVE-COMPULSIVE PERSONALITY DISORDER (GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF)
Individu dengan obsessive-compulsive personality bersifat perfeksionis, sangat memperhatikan detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Individu yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif sangat memperhatikan detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Ia lebih berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain itu, ia juga sangat sulit mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya. Biasanya ia memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik karena keras kepala dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum digunakan sebagai julukan bagi individu seperti itu adalah “control freak”. Individu dengan gangguan kepribadian ini pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel, terutama berkaitan dengan isu-isu moral. Ia tidak mampu membuang objek yang tidak berguna, walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, ia juga pelit atau kikir. Berdasarkan dsm-iv-tr, kriteria dependent personality disorder yaitu sebagai berikut: Sangat perhatian terhadap aturan dan detail secara berlebihan sehingga poin penting dari aktivitas hilang. Perfeksionisme yang ekstrem pada tingkat di mana pekerjaan jarang terselesaikan. Ketaatan yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga mengesampingkan waktu senggang dan persahabatan. Kekakuan dalam hal moral. Kesulitan dalam membuang barang-barang yang tidak berguna. Tidak ingin mendelegasikan pekerjaan kecuali orang lain megacu pada satu standar yang sama dengannya. Kikir atau pelit. Kaku dan keras kepala. •
•
•
•
•
•
•
•
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif agak berbeda dengan gangguan obsesif kompulsif. Pada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, tidak terdapat obsesi dan kompulsi seperti pada gangguan obsesif-kompulsif. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif paling sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian avoidant dan memiliki prevalensi sekitar 2 persen.
43
Psikofarmakologi
Pengertian Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif, yang meliputi: 1. Teori biologis (somatik), mencakup: pemberian obat psikofarmaka, lobektomi dan electro convulsi therapy (ECT) 2. Psikoterapeutik 3. Terapi modalitas
Konsep 1. Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari manajemen psikoterapi 2. Perawat perlu memahami konsep umum psikofarmaka 3. Yang termasuk neurotransmitter: dopamin, neuroepinefrin, serotonin dan GABA (Gamma Amino Buteric Acid) dan lain-lain 4. Meningkat dan menurunnya kadar/konsentrasi neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental 5. Obat-obat psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan neurotransmitter 6. Sawar darah otak melindungi otak dari fluktuasi zat kimia tubuh, mengatur jumlah dan kecepatan zat yang memasuki otak 7. Obat-obat psikofarmaka dapat melewati sawar darah o tak, sehingga dapat mempengaruhi sistem saraf 8. Extrapyramidal side efect (efek samping terhadap ekstrapiramidal) terjadi akibat penggunaan obat penghambat dopamin, agar didapat keseimbangan antara dopamin dan asetilkolin 9. Anti cholinergic side efect (efek samping antikolinergik) terjadi akibat p enggunaan obat penghambat acetilkolin
Menurut Rusdi Maslim yang termasuk obat- obat psikofarmaka adalah golongan: 1. Anti psikotik, pemberiannya sering disertai pemberian anti parkinson 44
2. Anti depresi 3. Anti maniak 4. Anti cemas (anti ansietas) 5. Anti insomnia 6. Anti obsesif-kompulsif 7. Anti panik
A. Anti Psikotik Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik: neuroleptika. Mekanisme kerja: menahan kerja reseptor dopamin d alam otak (di ganglia dan substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek farmakologi: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi dan gangguan p roses berpikir. Indikasi pemberian: Pada semua jenis psikosa, Kadang untuk gangguan maniak dan paranoid
Efek samping
a. Efek samping pada sistem saraf (extrapyramidal side efect/EPSE) 1). Parkinsonisme Efek samping ini muncul setelah 1 - 3 minggu pemberian obat. Terdapat trias gejala parkonsonisme: Tremor: paling jelas pada saat istirahat Bradikinesia: muka seperti topeng, berkurang gerakan reiprokal pada saat berjalan Rigiditas: gangguan tonus otot (kaku) 2). Reaksi distonia: kontraksi otot singkat atau bisa juga lama Tanda-tanda: muka menyeringai, gerakan tubuh dan anggota tubuh tidak terkontrol 3). Akathisia Ditandai oleh perasaan subyektif dan obyektif dari kegelisahan, seperti adanya perasaan cemas, tidak mampu santai, gugup, langkah bolak-balik dan gerakan mengguncang pada saat duduk. 45
Ketiga efek samping di atas bersifat akur dan bersifat reversible (bisa ilang/kembali normal). 4). Tardive dyskinesia Merupakan efek samping yang timbulnya lambat, terjadi setelah pengobatan jangka panjang bersifat irreversible (susah hilang/menetap), berupa gerakan involunter yang berulang pada lidah, wajah,mulut/rahang, anggota gerak seperti jari dan ibu jari, dan gerakan tersebut hilang pada waktu tidur.
b. Efek samping pada sistem saraf perifer atau anti cholinergic side efect Terjadi karena penghambatan pada reseptor asetilkolin. Yang termasuk efek samping anti kolinergik adalah: • Mulut kering • Konstipasi • Pandangan kabur: akibat midriasis pupil dan sikloplegia (pariese otot-otot siliaris) menyebabkan presbiopia • Hipotensi orthostatik, akibat penghambatan reseptor adrenergik • Kongesti/sumbatan nasal
Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan: • Chlorpromazine (thorazin) disingkat (CPZ) • Halloperidol disingkat Haldol • Serenase
B. Anti Parkinson Mekanisme kerja: meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik. Efek samping: sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi. 46
Jenis obat yang sering digunakan: levodova, tryhexifenidil (THF).
C. Anti Depresan Hipotesis: syndroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu/beberapa aminergic neurotransmitter (seperti: noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP , khususnya pada sistem limbik.
Mekanisme kerja obat: • Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmiter • Menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter • Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase) sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron di SSP. Efek farmakologi: Mengurangi gejala depresi Penenang Indikasi: syndroma depresi Jenis obat yang sering digunakan: trisiklik (generik), MAO inhibitor, amitriptyline (nama dagang). Efek samping: yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik.
D. Obat Anti Mania/Lithium Carbonate Mekanisme kerja: menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas reseptor dopamin. Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.
Efek farmakologi: Mengurangi agresivitas Tidak menimbulkan efek sedatif 47
Mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea Indikasi: Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan kondisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik. Efek samping: efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare. Efek toksik: pada ginjal (poliuria, edema), pada S SP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema.
E . A nti Ansietas (Anti Cemas) Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain: diazepam (chlordiazepoxide).
F . Obat Anti I nsomnia: phenobarbital
G.Obat Anti Obsesif K ompulsif: clomipramine
H . Obat Anti Panik: imipramine
48
№.
Psikotropika
1. Antipsikosis
Obat Acuan
Chlorpromazine (CPZ)
Penggolongan
1. Antipsikosis Tipikal Chlorpromazine (CPZ) o o Levomepromazine Perphenazine o Trifluoperazine (TFP) o Fluphenazine o o Thioridazine Haloperidol o Antipsikosis Tipikal Antimania akut Pimozide o 2. Antipsikosis Atipikal Sulpiride o o Clozapine Olanzapine o Quetiapine o Risperidone o
1. Antidepresi Trisiklik Amitryptiline o Imipramine o Antidepresi Antipanik Clomipramine o Antidepresi Antiobsesif-kompulsif Antipanik Tianeptine o Opipramol o 2. Antidepresi Tetrasiklik Maprotiline o Mianserin o Amoxapine o 3. Antidepresi MAOI-Reversible / RIMA Moclobemide o Antidepresi Antipanik 4. Antidepresi Atipikal Trazodone o Tianeptine o Mirtazapine o 5. Antidepresi SSRI Efek SSRI o Antidepresi Antiobsesif-kompulsif Antipanik
2. Antidepresi
Amitriptyline
49
o
Contoh
Sertraline Paroxetine Fluvoxamine Fluoxetine Citalopram
1. Antimania Akut Haloperidol o Antipsikosis Tipikal Antimania akut Carbamazepine o Valproic Acid o Divalproex Na o 2. Obat Profilaksis Mania Lithium Carbonate o
Antimania 3. (Antigaduh gelisah)
4. Antiansietas
Lithium Carbonate
Diazepam, Chlordiazepoxide
1. Antiansietas Benzodiazepine Diazepam o Chlordiazepoxide o Lorazepam o Clobazam o Bromazepam o Oxazolam o Clorazepate o o Alprazolam Antiansietas Antipanik Prazepam o 2. Antiansietas Nonbenzodizepine Sulpiride o Buspirone o Hydroxyzine o
5. Antiinsomnia
6.
Antiobsesifkompulsif
Phenobarbital
Clomipramine
1. Antiinsomnia Benzodiazepine Nitrazepam o Triazolam o o Estazolam 2. Antiinsomnia Nonbenzodiazepine Chroral-hydrate o Phenobarbital o 1. Antiobsesif-kompulsif Trisiklik Clomipramine o Antidepresi Antiobsesif-kompulsif Antipanik 2. Antiobsesif-kompulsif SSRI
50
o
Efek SSRI Antidepresi Antiobsesif-kompulsif Antipanik Contoh Sertraline Paroxetine Fluvoxamine Fluoxetine Citalopram
o
1. Antipanik Trisiklik Imipramine o Antidepresi Antipanik Clomipramine o Antiobsesif-kompulsif Antipanik 2. Antipanik Benzodiazepine Alprazolam o Antiansietas Antipanik 3. Antipanik MAOI-Reversible / RIMA Moclobemide o Antidepresi Antipanik 4. Antipanik SSRI Efek SSRI o Antidepresi Antiobsesif-kompulsif Antipanik Contoh o Sertraline Paroxetine Fluvoxamine Fluoxetine Citalopram
7. Antipanik
Imipramine
51