BAB III BAHAN PENGISI (AGREGAT) DAN PERSYARATANNYA 3.1 Persyaratan Agregat
Agregat yang digunakan dalam campuran beton, terdiri dari 60% sampai 75% dari volume totalnya, oleh karena itu perlu perhatian terhadap bahan ini, sebab sifat-saifatnya sangat mempengaruhi hasil pembuatan beton. Dari sisi ekonomi, egregat relatif murah harganya, oleh karena itu disarankan agar menggunakan bahan ni sebanyak mungkin agar beton yang dihasilkan ekonomis. Disamping itu pemakaian banyak agregat juga dapat mengurangi penyusutan akibat mengerasnya (mengeringnya) beton dan juga dapat mengurangi ekspansi akibat panas. 3.1.1 Agregat untuk beton ada 2 macam yaitu :
- Agregat halus berupa pasir, adalah agregat yang semua butir menembus ayakan 4,80 mm.
- Agregat kasar berupa kerikil atau batu pecah, adalah agregat yang semua butir tertinggal diatas ayakan 4,80 mm. Agregat untuk beton harus memenuhi syarat dari ketentuan sebagai berikut : a. ”Spesifikasi Agregat untuk Beton” ( ASTM – C 33 ). b.
SNI-03-2461-1991,
spesifikasi
Agregat
Ringan
untuk
beton
struktur
( ASTM – C 330 ). Agregat yang sesuai dengan spesifikasi ASTM tidak selalu mempunyai nilai pakai yang ekonomis dan sebagai contoh material yang tidak disetujui tetapi memiliki penampilan yang baik. Dengan demikian material yang tidak sesuai
membutuhkan
persetujuan secara khusus, apabila dikehendaki bukti penampilan yang dapat diterima sebagai kelengkapan. Bagaimanapun juga, bukti spesifikasi agregat yang sesuai untuk perhitungan selalu dibutuhkan. 3.1.2 Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi :
a. 1/5 jarak terkecil antara sisi cetakan. b. 1/3 ketebalan pelat lantai. c. ¾ jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan, kawat-kawat bundel tulangan atau tendon-tendon pratekan atau selongsong-selongsong yang ada.
III - 1
Pembatasan ukuran nominal agregat adalah untuk melengkapi jaminan terbungkusnya tulangan dan mengurangi adanya kekeroposan pada beton. Catatan pembatasan ukuran maksimum nominal agregat adalah merupakan keputusan sarjana di lapangan yang menetapkan bahwa pada saat pengecoran, beton mudah dikerjakan dan dipadatkan tanpa kemungkinan terjadi adanya kekeroposan atau rongga-rongga udara didalamnya.
3.2 Agregat Untuk Campuran Beton
Agregat dalam campuran beton merupakan bagian yang jumlahnya terbesar, maka sebelum dipakai untuk campuran beton kualitas (mutu) agregat harus diutamakan. Persyaratan mutu agregat dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 seperti di bawah: Tabel 3.1 Syarat mutu agregat menurut SII 0052-80 Agregat halus
Agregat kasar
1.5 – 3.8
6.0 – 7.1
5%
1%
warna standar
-
-
5%
< 2.2
-
-
lihat tabel..
a. Natrium Sulfat
< 10%
< 12%
b. Magnesium Sulfat
< 15%
< 18%
-
Na2O< 0.6%
-
< 20% berat
BS 882-1983
BS 882-1983
1
Modulus kehalusan
2
Kadar lumpur
3a
Kadar zat organikditentukan dengan larutan sulfat 3%
3b
Kadar yang diuji dengan goresan batang tembaga
4a
Kekerasan batu dibanding dengan pasir bangka
4b
Kekerasan Los Angeles
5
Sifat kekal benda uji dengan larutan jenuh garam sulfat
6
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali, bila semen Na2O > 0,6%
7
Batuan pipih
8
Susunan Grading
III - 2
Tabel 3.2 Syarat kekerasan Agregat Kekerasan dengan bejana Rudolf bagian
Kekerasan denan
hancur menembus ayakan 2 mm
bejana geser Los
Maks %
Angeles bagian
Kelas dan mutu beton
Beton klas I
mutu BO dan B1
hancur menembus
Fraksi butir
Fraksi butir
19 – 30 mm
9.5 – 19 mm
22 - 30
24 - 32
4 – 50
14 – 22
16 – 24
27 – 40
< 14
< 16
< 27
ayakan 1.7 mm, maks %
Beton kelas II
beton mutu K 125, K 175, K 225 Beton kelas III
beton mutu diatas K 125 atau beton pratekan
Hubungan antara kekuatan tekan hancur kubus 15 x 15 x 15 cm 3 dan silinder Ø 15 – 30 cm adalah sebagai berikut:
f’c =
⎡ ⎛ f ' ck ⎞⎤ + 0 , 76 0 , 2 log ⎜ ⎟⎥ f ' ck ⎢ ⎝ 15 ⎠⎦ ⎣
dimana : f’ck = kekuatan tekan hancur karakteristik dari kubus 15x15x15 cm
3
f’c = kekuatan tekan hancur karakteristik dari silinder Ø 15 – 30 cm
3.2.1 Agregat Halus
Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari kedua pasir tersebut. Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002, bahwa agregat halus merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00 mm. Adapun syarat-syarat agregat halus (pasir) untuk campuran beton adalah sebagai berikut:
III - 3
a. Kadar lumpur Atau bagian butir yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no 200) dalam % berat maksimum:
Untuk beton yang mengalami abrasi, 3 %.
Untuk beton jenis lainnya, 5.0 %.
b. Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan (Friable partikel), maksimum 0,5 %. c. Kandungan arang dan lignit d. Bebas dari zat organik yang merugikan beton. e. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat halus digunakan untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar alkalinya dihitung setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K 2O) tidak lebih dari 0,6 %, atau dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat membahayakan oleh karena reaksi alkali-agregat tersebut. f. Sifat kekal, diuji dengan larutan garam sulfat 1) Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian hancur maksimum 10 %. 2) Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian hancur maksimum 15 %. g. Susunan besar butir (grading) Agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam batas-batas berikut : Tabel 3.3 Persentase lolos agregat pada ayakan Ukuran lubang ayakan (mm)
Persen lolos kumulatif
9,60
100
4,80
95 – 100
2,40
80 – 100
1,20
50 – 85
0,60
25 – 60
0,30
10 – 30
0,15
2 – 10
III - 4
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari 45 % pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. Modulus kehalusan tidak boleh kurang dari 2,3 dan lebih dari 3,1.
3.2.2 Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil, pecahan kerikil, batu pecah, terak tanur tiup atau beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002, bahwa agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm sampai 40 mm. Agregat kasar (kerikil/batu pecah) yang akan dipakai untuk membuat campuran beton harus memenuhi persyaratan-persyaratansebagai berikut : a. Kerikil atau batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori serta mempunyai sifat kekal (tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik matahari atau hujan). Agregat yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya. b. Tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali jika agregat kasar digunakan untuk membuat beton yang akan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah basah. Agregat yang reaktif terhadap alkali boleh untuk membuat beton dengan semen yang kadar alkalinya dihitung setara Natrium Oksida tidak lebih dari 0,6 %, atau dengan menambahkan bahan yang dapat mencegah terjadinya pemuaian yang dapat membahayakan oleh karena reaksi alkali-agregat tersebut. c. Sifat kekal dari agregat kasar dapat diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut : 1) Jika dipakai natrium sulfat (Na2SO4), bagian yang hancur maksimum 12% berat agregat. 2) Jika dipakai magnesium sulfat (MgSO 4), bagian yang hancur maksimum 12% berat agregat. d. Agregat kasar tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat merusak beton seperti bahan-bahan yang reaktif sekali dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dengan laruta NaOH.
III - 5
e. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (terhadap berat kering) dan apabila mengandung lebih dari 1%, agregat kasar tersebut harus dicuci. f. Kekerasan dari agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff dengan beban pengji 20 ton dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24% berat. 2) Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% berat. g. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan ayakan standard ISO harus memenuhi syarat sebagai berikut. h. Besar butir agregat kasar maksimum tidak boleh lebih daripada 1/5 jarak terkecil antarabidang-bidang samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau ¾ dari dari jarak bersih minimum antara batang-batang atau berkas tulangan. 3.3 Jenis-Jenis Batuan 3.3.1 Batuan Endapan
Batuan jenis ini terjadi timbunan endapan serta akibat angin. Endapan itu dapat terdiri dari batuan karang, pecahan-pecahan mineral, butiran-butiran dari berbagai macam ukuran seperti : konglomerat, batu pasir, batu tulis. Disamping itu dapat terdiri pula dari sisa-sisa produk yang dihasilkan oleh binatang atau tumbuhan seperti : batu kapur dan arang batu. Dapat terdiri dari hasil persenyawaan kimia atau penguapan seperti garam, gips. Sebagian dari bahan-bahan endapan dapat terdiri dari butiran yang dimuntahkan gunung berapi, kemudian diendapkan didalam air atau diatas tanah. Struktur dari batuan endapan mempunyai ciri khas yaitu berlapis-lapis. Batuan endapan jenisnya cukup luas, dari jenis keras sampai lunak, dari jenis berat sampai ringan dari jenis padat sampai berpori. Jenis-jenis batuan endapan adalah sebagai berikut : a. Batu pasir jenis keras dan padat digunakan sebagai agregat. Akan tetapi harus diingat bahwa ada juga jenis padat yang mudah pecah, serta berpori akibat proses pengendapan yang tidak sempurna. Apabila tercampur dengan lempung maka batu pasir itu akan menjadi lunak, mudah pecah, serta mudah menyerap air. b. Batu tulis adalah jenis batu pasir atau batu kapur yang mengandung kadar lempung sangat tinggi, biasanya merupakan agregat yang jelek karena
III - 6
batuan ini bersifat lunak, ringan serta berbentuk pipih bilamana terurai menjadi pasir. c. Konglomerat bertendensi untuik pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil selama pengangkutan, pemnbongkaran dan prossesingnya. d. Flint merupakan bahan dasar dari agregat yang sebagian besar terdiri atas kerikil. Flint didapat sebagai bahan galian dan berpori banyak. Bahan agregat jenis ini dapat digunakan sebagai agregat untuk beton biasa. Harus tetap diiingat bahwa bahan ini berpori banyak serta tidak tahan terhadap air. e. Cherts adalah bahan silica koloidal, biasanya jenis ini juga jenis flint mengandung bahan agregat yang dapat bereaksi dengan alkali, berupa Ba20 dan K2O dalam semen. Reaksi ini menyebabkan mengembangnya “ge1” silica yang pada akhirnya akan menimbulkan ekspans, retak kemudian cepat rusaknya konstruksi beton yang bersangkutan. f. Batu kapur sangat bervariasi dalam mutu serta kekuatan tekannya, akan tetapi dengan mengandalkan seleksi yang cermat dapat digunakan sebagai bahan campuran beton yang culup baik. Beton dengan menggunakan bahan ini tahan terhadap api serta mempunyai koefisien ekspansi yang rendah terhadap panas. Perlu kita perhatikan, bahwa batu kapur
sama halnya
dengan pasta semen dapat bereaksi dengan air tanah asam atau air lunak (bisa netral atau asam) yang mengandung banyak larutan CO2 bebas. Apabila ada keragu-raguan untuk menggunakan batu kapur sebagai bahan campuran beton yang harus berhubungan dengan air tanah, sebaiknyua periksakan air tanah tersebut. Kemudian tentukan derajat kesadahannya (air sadah bersifat basis serta banyak mengandung Na), kadar CO2 bebas dari nilai pH-nya. Pada umumnya air yang derajat kesadahannya tinggi, atau sedang tidak menuibulkan kesukaran-kesukaran. Sebaiknya ambilah batu kapur yang padat dengan daya absorbsi kurang dari 2% 3.3.2 Batuan Vulkanik
Batu volkanik terjadi akibat pendinginan diikuti oleh pembekuan bahan-bahan magma yang meleleh. Bahan ini kemudian dimuntahkan dari bawah kerak bumi atau tersekap didalamnya. Batuan volkanik dapat dibagi dalam :
III - 7
a. Batuan extrusif, terjadi karena tertuangnya bahan-bahan itu pada permukaan bumi antara lain akibat meletusnya gunung berapi. Jenis batuan ini dapat dikenal dengan memperhatikan strukturnya yang menyerupai gelas seperti rhyolit, andesit, basalt. b. Batuan intrusif, terjadi akibat pendinginan dan pembekuan bahan didalam kerak bumi, susunan batuan ini seluhnya berbentuk kristal seperti granit, diorit, gabro. Walaupun terbentuk dalam kerak bumi, jenis batuan ini seringkali dijumpai dalam keadaan tersingkap akibat gerakan bumi serta erosi. Pada umumnya batuan volkanik adalah keras dan padat, serta merupakan bahan agregat yang sangat baik. Akan tetapi ada jenis batuan volkanik yang berpori seperti lava dan tuf, bahan jenis ini dapat digunakan sebagai lightweight aggregate, misalnya pumica, perlit. 3.3.3 Batuan Metamorphik
Batuan metamorfik pada umumnya terbentuk akibat modifikasi dari batuan endapan dan batuan volkanik yang dihasilkan akibat tekanan-tekanan kuat disebabkan oleh gerakan bumi disertai panas yang sangat tinggi yang menyebabkan penghancuran serta pelarutan. Faktor-faktor yang menyebabkan modifikasi demikian itu sangat komplek, sehingga bentuk asal batuan yang telah berubah itu seringkali sukar dapat ditentukan. Jenis – jenis batuan metamorfik seperti : a. Marmer, guartsit, biasanya kuat serta padat dan merupakan bahan agregat yang baik. b. Schist, biasanya lunak karena mengandung lempung dan berbentuk pipih bila dipecah. c. Gneiss, biasanya awet dan kaku tetapi dapat pula bersifat sama seperti schist. d. Slate, berlapis-lapis tipis dan tidak dapat digunakan sebagai agregat Ciri khas dari batuan metamorfik adalah bahan strukturnya terdiri dari bidang bidang paralel yang mengandung bahan-bahan mineral, sebagai bahan dasar jenis batuan ini. Susunan demikian ini disebut foliasi.
III - 8
Bidang-bidang pararel merupakan daerah-daerah lemah sehingga batuan ini mudah dibelah melalui bidang tersebut. Contoh dari batuan ini adalah : 1) Gneiss (modifikasi dari batuan volkanik) 2) Schist (modifikasi dari batuan volkanik) 3) Slate (modifikasi dari batu tulis) 4) Marmer (modifikasi dari batu kapur, padat) 5) Quartist (modifikasi dari batu pasir, padat) 3.4 Cara penilaian agregat
Menilai jenis agregat yang akan digunakan sebagai bahan campuran beton, bergantung kepada : a. Mutu dari agregat b. Tersedianya agregat dari quarry c. Harga agregat d. Jenis kosntruksi yang akan menggunakan bahan tersebut Penilaian cocok tidaknya bahan agregat itu ditetapkan antara lain sebagai berikut : 1.
Ukuran serta gradasinya Ukuran maksimum agregat yang optimum untuk beton, berdasarkan pengalaman
adalah ¾”. Akan tetapi sering juga dipakai ukuran maksimum 1½ “ dan 3/4 ”, malahan yang lebih besar sampai 6” digunakan pula untuk pembetonan massal. Seperti telah diterangkan lebih dahulu, pada umumnya akan lebih ekonomis bila dalam beton digunakan ukuran maksimum agregat sebesar mungkin, oleh karena itu dengan demikian jumlah pemakaian semen dapat dikurangi, sehingga harga beton menjadi semakin murah, sedangkan panas hidrasi yang timbul akan berkurang. Namun ukuran maksimum agregat dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut : -
Ukuran bagian konstruksi tidak boleh kurang dari 4 kali ukuran maksimum agregat
-
Lapisan penutup beton harus lebih tebal dari ukuran maksimum agregat
-
Ukuran agregat kasar tidak boleh lebih besar dari 1/6 jarak terkecil antara bidang bidang samping dari acuan
-
Tidak boleh lebih besar dari ¾ kali jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.
-
Tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali besar plat
III - 9
Agregat dapat bergradasi baik, jelek (celah), seragam seperti dilihat dibawah ini :
Agregat bergradasi baik
Agregat bergradasi celah (gap graded)
Agregat bergradasi seragam (uniform) 2.
Kebersihan Agregat
Agregat pada umumnya tidak bebas dari bahan-bahan kotoran yang dapat : -
Menyukarkan pembuatan serta pengecoran beton
-
Menghasilkan
beton
yang
tidak
awet
atau
memperlihatkan
beton
yang
permukaannya jelek -
Mengurangi kekuatan tekan
Bahan - bahan yang dapat mengotori agregat antara lain : a. Lempung dan lanau Lempung dapat menyusut atau mengembang akibat desorbsi atau absorbsi air. Apabila lempung merupakan bagian dari jenis suatu batuan makan batuan ini mudah menjadi lapuk. Kadar lempung dan lanau yang merupakan fraksi-fraksi sangat halus dalam agregat, harus dibatasi sampai suatu jumlah minimum mutlak yang tidak boleh dilewatinya Lempung dan lanau menambah kebutuhan air dalam suatu campuran beton, sehingga kekuatan beton dan keawetannya akan menurun. Lempung dapat merupakan lapisan tipis dalam permukaan agregat sehingga akan mempengaruhi ikatan antara pasta dan agregat
III - 10
b. Mika Mika sering terhadap dalam agregat dan dapat mengurangi kekuatan beton. Mika tidak stabil volumenya, jika mengalami pengeringan dan pembasahan. Disamping itu mika mudah terurai melalui lapisan-lapisannya. c. Fragmen-fragmen kayu dan arang batu Bahan-bahan ini menyebabkan terjadinya kekuatan tekan beton yang rendah dan permukaan yang kotor. d. Bahan organik Dapat berupa bahan-bahan yang mudah membusuk, seperti humus atau tanah yang mengandung bahan organik. Substansi-substansi ini biasanya mengandung asam yang dapat mencegah berlangsungnya hidrasi dari semen. Bahan-bahan organik ini lebih sering dijumpai dalam agregat halus daripada agregat kasar. e. Humus Kekuatan tekan awal dipengaruhi secara negatif oleh humus, akan tetapi setelah lewat jangka waktu yang lama, kekuatan beton akan bertambah lagi (pulih kembali). f. Garam-garam organik Garam-garam
organik
seperti
garam-garam
sulfat
tidakmengurangi
kekuatan tekan awal, akan tetapi akan merusak beton kelak dengan menyebabkannya mengembang. g. Gips Butiran-butiran gips yang sangat halus akan bereaksi sempurna dengan semen dan kemudian akan mengembang. Oleh karena itu hampir semua spesifikasi standart untuk semen portlan membatasi pembubuhan gips sampai dengan 5% dari berat semen. Butiran-butiran kasar dari gips tidak begitu membahayakan. h. Bahan organik yang lain Dapat diijumpai pula bahan lain dalam agregat asalkan jumlah ini tidak melebihi 1% dari berat semen, maka beton tidak dipengaruhinya secara negatif. Jumlah yang lebih besar dari garam ini, seperti CaCl 2 dapat menyerang tulangan hingga berkarat. Untuk mencegah buatlah beton yang
III - 11
padat sedemikian hingga tidak mudah dimasuki oleh air dan zat asam. Jumlah lebih besar dari garam-garam klorida lainnya, karbonat dan phospat dapat menyebabkan “efflorecence” yaitu pengotoran berupa bintik-bintik (deposit-deposit) putih pada permukaan beton. 3. Kekerasannya Kekerasan agregat diperlukan oleh karena pada waktu pembuatan beton bahan bahan ini harus mengalami gerakan-gerakan yang keras dalam mixer, demikian juga harus menerima gesekan pada saat pengecoran dan pemadatan. Agregat harus dapat menahan pengausan, pemecahan degradasi (penurunan mutu) serta disintegrasi (penguraian). Ketahanan agregat terhada pengausan dapat ditentukan dengan menggunakan mesin pengaus Los Angeles.Penggunaan alat ini dan cara melekukan pemeriksaan ketahan agregat terhadap pengausan diterangkan secara terperinci dalam ASTM C 13 dan AASTHO 96. Kekuatan beton yang dibuat dari agregat yang biasa dipergunakan, tidak dapat melampaui kekuatan bahan tersebut. Oleh karena ada perbedaan antara modulus elastisitas dari butiran-butiran agregat dan bahan pengikat mortar pada beton, maka tegangan yang diderita agregat dapat dua kali lebih tinggi dari tegangan rata-rata yang dipikul oleh beton. Pada titik-titik kontak, tegangan setempat bahkan lebih tinggi. Asalkan kekuatanbahan agregat itu lebih besar tiga kali dari kekuatan beton, maka yang menentukan kekuatan tekan adalahfaktor-faktor seperti kekuatan pasta semen, dan ikatan antar semen dan agregat. Kebanyakan bahan agregat yang mulus secara fisik dan kimia dapat mencapaikekuatan tekan pasta semen. Betoan yang tahan terhadap pengausan dapat dibuat dengan menggunakan jenis-jenis agregat dari : quarts, quartsit, jenis-jenis batuan vulkanik yang padat dan batuan silika. Modulus elastisitas agregat merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi sifat-sifat deformasi serta perubahan-perubahan volume beton. Beton dengan mutu tinggi yang tidak mudah mengalami deformasi serta tidak banyak menyusut harus dibuat dengan agregat yang tinggi modulus elastisitasnya. Dibawah ini daftar agregat yang biasa digunakan beserta kekuatan tekannya.
Tabel 3.4 Jenis dan kekuatan agregat
III - 12
2
Jenis Agregat
Kekuatan Tekan (kg/cm )
Granit
2650 – 1180
Falsit
5450 – 1240
Batu karang
3900 – 2080
Batu kapur (gamping)
2490 – 970
Batu pasir
2490 – 460
Marmer
2520 – 530
Quartsit
4380 – 1290
Gneiss
2430 – 970
Schist
3080 - 940
4. Kemulusan Agregat Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik, apabila agregat itu tidak mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan atau pendinginan atau pembasahan dan pendinginan. Partikel-partikel dari batuan yang seca ra fisik bersifat lunak, daya absorbsinya besar mudah dibelah atau menyusut akibat pengaruh air tidak dapat digunakan sebagai bahan agregat. Beton yang menggunakan jenis agregatdengan ciri-ciri tersebut di atas, akan rendah kekuatan tekannya, lemah ikatannya antara mortar dan agregat serta akan timbul retak-retak. Bilamana beton ini mengalami perubahan cuaca akan timbul bisul-bisul pecah, kemudian terlepas dan akhirnya meinggalkan lubanglubang kecil pada permukaannya.
Yang dapat dimasukkan kedalam kategori bahan yang tidak mulus adalah : a) Batu tulis b) Jenis batu pasir yang mudah terurai c) Batuan yang mengandung lempung d) Batuan yang mengandung mika dalam jumlah banyak e) Batuan yang mengandung kristal-kristal kasar f) Cherts Yang juga dapat mempengaruhi kemulusan fisik suatu agregat adalah derajat porositasnya, yaitu kontinuitas pori-pori serta jumlahnya. Ruang-ruang pori akan
III - 13
mengurangi volume bahan padat, mudah memasukkan air dan larutan-larutan agresif, kemudian menahannya di dalam konstruksi. Kekuatan tekan dan ketahanan terhadap pengausan akan berkurang akibat porositas agregat, demikian pula modulus elastisitas bahan akan menurun dan akibatnya akan menambah penyusutan, oleh karena itu daya lawan butiran agregat terhadap penyusutan pasta semen akan berkurang. Bahan agregat yang lunak, berpori dengan daya absorbsi besar, mempunyai berat jenis yang rendah. Bahan agregat bernutu tinggi pada umumnya mempunyai berat jenis tinggi.
Tabel 3.5 Daftar berat jenis beton dengan berbagai agregat Kategori
Jenis Agregat
Berat Jenis Beton 3
(kg/m ) Ringan
Biasa
Berat
Vermiculite
250 – 650
Perlite
300 – 800
Pumice
800 – 1300
Terak dapur tinggi
1450 – 2400
Kerikil alam
1900 – 2400
Barit
3350 – 3700
Hematit
3850 – 4150
Magnetit
3350 – 4150
Butiran baja
4650 – 6100
5. Bentuk Butiran Agregat Bentuk butiran agregat menempati kedudukan yang sangat penting dalam perencanaan suatu campuran beton. Hampir semua sifat-sifat teknis dari beton ditentukan oleh sifat fisik dan kimia bahan agregat, sedangkan sifat ekonomi beton muda ditentukan oleh bentuk butiran dan gradasi dari agregat. Dalam suatu seri percobaan dengan mengunakan butiran agregat kasar bulat dan bersudut dengan keduanya bergradasi seragam, yang kemudian dipadatkan dengan cara yang sama, terbukti bahwa :
III - 14
a. Dalam seri percobaan dengan menggunakan agregat kasar berbentuk bulat, jumlah rongga udara adalah 34 %. b. Dalam seri percobaan dengan menggunakan agregat kasar yang bersudut, jumlah rongga udara adalah 41 %. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dibutuhkan jauh lebih banyak mortar untuk agregat bersudut daripada untuk agregat berbutir bulat. Dengan sendirinya agregat yang mengandung persentase tinggi dari butiran-butiran panjang atau pipih tidak dapat digunakan dalam praktek. Bentuk butiran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 3.6 Klasifikasi Bentuk Butiran Agregat Klasifikasi
Uraian
Contoh
Bulat
Bentuk bulat akibat gesekan atau Kerikil pengausan air
Bentuk tidak beraturan
Disebabkan oleh alam, sebagian Kebanyakan terbentuk karena gesekan, bentuk
kerikil
yang
dapat dijumpai.
sisinya bulat Bersudut
Sisi-sisinya jelas terbentuk pada Agregat
sebagai
hasil
perpotongan bidang datar yang pemecahan permukaannya kasar. Pipih
Tebal bahan kecil dibandingkan dengan kedua dimensi lainnya
Memanjang
Biasanya bersudut panjang bahan jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua dimensi lainnya.
Pipih dan memanjang
Panjang bahan jauh lebih besar dari lebarnya dan lebar jauh lebih besar dibanding tebalnya.
6. Bentuk Permukaan Agregat Bentuk permukaan yang kasar dari jenis-jens agregat tertentu dapat menghasilkan beton dengan “slip resistance” yang besar.
III - 15
Pemakaian agregat yang diperoleh dari hasil pengolahan batuan banyak dipakai karena agregat tersebut mempunyai permukaan yang kasar dan tidak teratur sehingga daya lekatnya tinggi bila dipakai untuk campuran beton.
III - 16