LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA LANJUTAN
papay aya a L.) EKSTRAKSI DAUN PEPAYA ( C ari ca pap DENGAN METODE MASERASI
DISUSUN OLEH : Nama
: Rina Ayu Krismonikawati
16.0570
Cicillia Dian
16.0564
Agastia Cicillia W
16.0575
Maryana
16.0577
Hari/Tanggal
: Kamis, 29 Febuari 2018
Dosen Pembimbing
: Margareta Retno P, M.Sc., Apt
LABORATORIUM FITOKIMIA LANJUTAN AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG 2018
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA LANJUTAN EKSTRAKSI DAUN PEPAYA ( Cari ca papaya L.) DENGAN METODE MASERASI
I.
TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan metode maserasi menggunakan simplisia daun pepaya (Carica papaya L.,) 2. Mahasiswa mampu melakukan kontrol kualitas ekstrak meliputi uji organoleptis, uji perhitungan randemen, dan uji pengujian susut pengeringan.
II.
PRINSIP
Ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel.
III.
DASAR TEORI
Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh. Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik bahan atau zat-zat yang dapat larut dalam bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair. Tujuan Ekstraksi yaitu penyarian komponen kimia atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis hewan termasuk biota laut (Tobo, 2001)
Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang mengandung mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengancara maserasi. sedangkan kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karena pemanasan dapat diekstrasi dengan metode soxhlet. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode ekstraksi : 1. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan 2. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi 3. Jenis senyawa yang akan diekstraksi 4. Sifat senyawa yang akan diekstraksi (Agoes, 2007) Ekstrak adalah sediaan cair yang dibuat deangan cara m yaitu direngekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (non polar) atau setengah air , misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Depkes RI,1995) Dalam klasifikasi tanaman, pepaya termasuk dalam family Caricacae. Family ini memiliki 4 genus, yaitu Carica, Jarila, Jacaranta, dan Cylicomorpha. Ketiga genus pertama merupakan tanaman asli Amerika Tropis, sedangkan genus keempat merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Genus carica memiliki 24 spesies, salah satu diantaranya adalah pepaya. Tanaman dari genus Carica banyak diusahakan petani kerena buahnya enak dimakan. Genus lainnya hanya lazim untuk keindahan habitusnya. Tanaman papaya
(Carica papaya L.) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : Kingdom : Plantae Ordo : Brassicales Family : Caricacae Genus : Carica Spesies : C. Papaya (Kalie, 2007) Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Metode maserasi
digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Adrian, 2000) Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan diluar sel (Ansel, 2008). Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15°-20°C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut, melarut (Ansel, 2008). Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang cocok, dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi dangan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
IV.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Bahan
1. Bejana maserasi
1. Simplisia kering daun
2. Shaker
papaya yang diserbuk
3. Cawan porselen
2. Cairan penyari etanol
4. Waterbath
96%
5. Oven 6. Botol timbang dangkal 7. Timbangan analitik 8. Kain flannel 9. Moisture analyzer 10. krus
V.
CARA KERJA 1. MASERASI
Ditimbang serbuk daun pepaya sebanyak 100 gram ↓
Ditambahkan cairan penyari sebanyak 1 liter ↓
Diutup dan dibiarkan selama 3 hari terlindung dari cahya sambil berulang- ulang diaduk tiap hari ↓
Diserai denagn kain flanel setelah 3 hari, ampas diperas ↓
Ampas ditambah cairan penyari etanol 96 %, diaduk dan diserkai ↓
Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari chaya selama 2 hari (jangan diaduk). Dipisahkan endapan dari filtrat ↓
Dibuat filtrat hasil maserasi menjadi sediaan ekstrak kental ↓
Diuapkan ekstrak diatas penangas air, dengan bantuan kipas angis sambil diaduk sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi kental
2. KONTROL KUALITAS a. UJI ORGANOLEPTIS
Disiapkan ekstrak daun pepaya ↓
Diamati bentuknya, dilihat warnanya, dicium baunya, dan dicicipi rasanya ↓
Dicatat hasil pengamatan
b. PERHITUNGAN RENDEMEN
Dibandingkan hasil ekstrak yang diperoleh (P) dengan jumlah bahan awal yang digunakan (B) ↓
Dinyatakan dalam prosentas ↓
Dihitung rendemen ekstrak dengan rumus berikut : =
100%
R = Hasil Rendemen P = Hasil ekstrak yang diperoleh B = Jumlah bahan awal yang digunakan c. UJI SUSUT PENGERINGAN
Ditimbang seksama estrak kental daun pepaya sebanyak 1- 2 gram dalam botol timbang dangkal yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu p enetapan dan ditara ↓
Diratakan ekstrak dalam botol timbang dengan cara menggoyangkan botol hingga lapisan setebal kurang lebih 5- 10 mm
↓
Dimasukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya dan keringkan pada su hu penetapan hingga bobot tetap ↓
Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam kesadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang
VI.
GAMBAR RANGKAIAN ALAT
VII.
HASIL EVALUASI
A. ORGANOLEPTIS Warna : Hijau kehitaman Rasa : Pahit, sepat Bau : Bau khas daun pepaya Bentuk : Ekstrak kental semi padat B. RENDEMEN Cawan kosong
: 135,80 gram (C 0)
Cawan + isi
: 136,83 gram (C 1)
Bobot ekstrak
: 0,03 gram
=
C−C
100% = 3,43 %
C. SUSUT PENGERINGAN Berat botol timbang kosong konstan = 36,2858 g Berat botol timbang + serbuk = 37,2858 g (berat awal) Berat botol timbang + serbuk konstan = 37,2008 g (berat akhir) susut pengeringan = =
− ℎ 7,5 − 7, 7,5
x 100%
100% = 2,83%
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum fitokimia pada pertemuan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan ekstark nabati daun pepaya (Carica papaya L.) dengan metode maserasi. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan prinsip ekstraksi sampai setimbang, maksudnya adalah proses ekstraksi yang
dilakukan dihentikan ketika telah terjadi keseimbangan konsentrasi antara pelarut dengan cairan intrasel (senyawa di dalam sel). Prinsip kerja dari maserasi adalah cairan penyari yang digunakan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan luar sel, maka larutan yang terpekat akan di desak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel. Proses ekstraksi dengan metode maserasi merupakan metode yang paling mudah dilakukan karena alat yang sederhana, yaitu toples atau bejana untuk menampung maserat, batang pengaduk untuk mengaduk maserat hasil maserasi menjadi ekstrak yang kental. Metode yang digunakan cukup mudah karena tidak perlu teknik khusus, cukup rendamkan simplisia dalam sejumlah tertentu etanol 95% sambil diaduk tiap harinya, kemudian disaring dan maseratnya dipekatkan diatas penangas air sampai menjadi ekstrak yang kental. Tujuan dari proses ekstraksi yaitu mengawetkan, maksudnya ialah apabila suatu suatu zat disimpan dalam bentuk simplisia kering, nanti dikhawatirkan akan mudah rusak. Seperti tercemar serangga atau kapang. Sedangkan apabila dalam bentuk ekstrak, sediaan akan lebih awet karena tidak mengandung air. Langkah awal metode maserasi adalah penyerbukan. Simplisia diserbuk dengan menggunakan blender hingga cukup halus. Simplisia yang telah dihaluskan kemudian diayak. Untuk proses penyerbukan ini simplisia tidak boleh diserbuk terlalu halus karena jika terlalu halus akan merusak dinding sel sehingga zatnya rusak. Pada praktikum ini digunakan 2 metode maserasi yaitu remaserasi dengan alat (seker) dan maserasi dengan pengadukan manual. Hal ini bertujuan untuk membandingkan maserat yang dihasilkan.
Pertama-tama ditimbang 30
gram serbuk simplisa daun pepaya, lalu ditambahkan 300 mL etanol 95%. Etanol 95% dipilih karena pelarut ini merupakan golongan pelarut yang bersifat polar. Tujuan dari penggunaan pelarut etanol ini dikarenakan sifat etanol yang universal, dimana dapat menarik senyawa polar, semi polar maupun non-polar. Selain itu dapat menghambat kerja enzim (kerja enzim dapat menginaktifkan zat aktif), bukan media yang baik bagi mikrobakteria untuk berkembang sehingga
kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri kecil, memperbaiki stabilitas zat aktif yang terlarut. Untuk remaserasi dilakukan 2x penggantian pelarut yang bertujuan agar menghindari kejenuhan terhadap larutan tersebut dan proses pengadukannya dilakukan dengan seker selama 1 jam. Sedangkan untuk maserasi manual, sebanyak 300mL pelarut dimasukan sekaligus dalam simplisia dan diaduk secara manual selama kurang lebih 3 jam. Tujuan dari pengadukan tersebut untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaa konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Keuntungan menggunakan seker yaitu dilihat dari kecepatan pengadukan yang konstan dan stabil dibandingkan dengan pengadukan manual dengan tangan karena kekuatan pengadukan antar individu berbeda. Selanjutnya hasil maserasi tersebut diserkai menggunakan kain. Filtrat yang telah didapat dipekatkan di atas penangas air dengan diaduk sampai terbentuk ekstrak kental. Hasil yang diperoleh disimpan dalam pot dan sebelumnya ekstrak tersebut diuji susut pengerian dalam botol timbang yang sudah ditara. Sehingga diperoleh ekstrak kental daun pepaya 1,03 gram. Susut pengeringan dilakukan untuk memberikan batasan maksimal tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Prinsip kerjanya adalah pengeringan di oven pada suhu 105°C yang bertujuan agar tidak merusak senyawa yang terkandung dalam simplisia selama 5-10 menit dan dilakukan sampai tercapai berat konstan. Hasil persentase dari susut pengeringan ini adalah 2,83%, hal ini berarti senyawa yang hilang dalam proses pengeringan maksimal adalah 2,83%. Hal ini menunjukkan ekstrak yang dihasilkan kurang maksimal karena kandungan zat aktif yang ada banyak yang menguap. Uji organoleptik bertujuan untuk mengtahui wujud fisik dari ekstrak daun pepaya. Dari hasil uji didapatkan warna hijau kehitaman, bentuk semi padat dengan bau khas daun pepaya.
.
IX.
KESIMPULAN
1. Maserasi
adalah
metode
ekstraksi
dengan
prinsip
pencapaian
kesetimbangan konsentrasi, menggunakan simplisia yang direndam pada cairan penyari dalam suhu kamar. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar, sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi. 2. Serbuk sebelum diekstraksi daun jambu biji adalah 100 gram dan berat ekstrak didapatkan 12,19 gram dengan persentase ekstrak (%) rendamen adalah 12,19%.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat . Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas. Agoes. Goeswin, 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB : Bandung Ansel, 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press : Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia Edisi III . Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. Kalie, 2007. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya: Jakarta Tobo, 2001. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I . Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.
XI.
LAMPIRAN
Mengetahui,
Semarang, 06 Maret 2018
Dosen pembimbing
Praktikan,
Margareta Retno P, M.Sc., Apt
Rina Ayu K
Agastia Cicillia
Cicillia Dian
Maryana