Ekstraksi Maserasi Daun Mengkudu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan alam dikatakan sebagai produk murni dari alam. Bahan alam ini dapat meliputi seluruh organisme misalnya tumbuhan, hewan atau mikroorganisme lainnya yang belum pernah mengalami proses pengolahan. Selain itu, ada juga bahan alam dari bagian suatu organisme seperti daun, bunga atau organ hewan yang terisolasi. Ekstrak dan senyawa murni juga merupakan bagian dari bahan alam seperti alkaloid, kumarin, flavonoid, glikosida, lignan yang diisolasi dari tumbuhan, hewan dan mikroorganisme (Ilyas, 2013: 1). Salah satu bahan alam yang dapat diekstrak yaitu daun mengkudu (Morinda citrifolia L.). Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu obat tradisional yang tumbuh liar di daerah tropis seperti di lingkungan sekitar. Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) ini ternyata bisa digunakan
baik untuk
kesehatan maupun kecantikan
tubuh.
Daun
mengkudu (Morinda
citrifolia L.) ini juga bisa diolah sebagai pengganti sayuran untuk dikonsumsi. Adapun manfaat daun mengkudu sendiri adalah menyembuhkan ambeien secara alami, mengobati perut kembung pada anak. Sedangkan bagi kecantikan, daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) berfungsi sebagai obat penghilang jerawat dan obat pelangsing tubuh alami (Aryadi, 2014: 9). Bahan alam dalam daun mengkudu dapat diekstrak menggunakan metode maserasi. Maserasi pada daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat dilakukan dengan menggunakan evaporator. Maserasi berarti perendaman daun mengudu (Morinda citrifolia L.) dengan pelarut tertentu pada suhu (Anggraini, 2010: 8). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukanlah percoban ekstraksi bahan alam dari daun mengkudu dengan menggunakan metode maserasi. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam percobaan ini yaitu:
1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa bahan alam dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.)? 2. Berapa bobot ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) melalui proses ekstraksi maserasi?
C. Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara mengisolasi senyawa bahan alam dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.). 2. Untuk mengetahui bobot ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) melalui proses ekstraksi maserasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Mengkudu termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian yang pada mulanya berasal dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina, Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji, Florida dan Kuba (Aryadi, 2014: 5). Menurut Aryadi (2014: 7), bahwa taksonomi dari buah mengkudu yaitu: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Anak kelas
: Sympetalae
Bangsa
: Rubiales
Suku
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda citrifolia
Daun tersusun berhadapan dan bertangkai pendek. Daunnya tebal, lebar dan mengkilap. Bentuk daun lonjong menyempit kearah pangkal. Daun mengkudumerupakan daun tunggal berwarna hijau kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata dengan ukuran panjang 10-40 cm dan lebar 15-17cm. Bunga mengkudu berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota berbentuk terompet (Aryadi, 2014: 8). Zat aktif utama dalam daun mengkudu meliputi: terpenoid, antibakteri, ascorbic acid, beta karoten, I-arginine, xeronine dan proxeronine. Selain itu, mengkudu juga mengandung
antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai antimikroba, terutama bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi peradangan dan alergi (Aryadi, 2014: 9). Daun tanaman mengkudu mengandung zat kapur, protein, zat besi, karoten, arginin, asam glutamat, tirosin, asam askorbat, asam ursolat, thiamin, dan antraquinon. Kandungan flavonoid total dalam daun mengkudu adalah 254mg/100 gram fw. Angka ini termasuk tertinggi dibandingkan 90 tanaman. Daun mengkudu juga mengandung spektrum luas antrakuinon seperti iridoid, glikosida flavonol dan triterpen. Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri seperti: Staphylococcus aureus yang menyebabkan peradangan dan infeksi, Shigela yang menyebabkan disentri, Pseudomonasaeruginosa, Proteus morgaii, Baciillis subtilis, Salmonella dan Escherichia coli (Aryadi, 2014: 9-10). B. Senyawa Metabolit Sekunder Metabolit sekunder adalah molekul organik yang tidak secara langsung dalam pertumbuhan dan perkembangan normal dari suatu organisme. Metabolit sekunder dapat ditandai oleh keragaman kimia yang sangat besar, dimana setiap organisme memiliki karakteristik tersendiri dalam setiap kandungan metabolit sekundernya. Selama bertahuntahun, metabolit sekunder terbatas, tetapi sekarang secara umum diterima bahwa metabolisme sekunder terlibat dalam hubungan organisme dengan lingkungannya, misalnya dalam pertahanan terhadap hama dan penyakit, sebagai pengontrol penyerbuk, atau sebagai senyawa sinyal (Ilyas, 2013: 5). 1. Fenolik Fenolik yang paling banyak di alam yaitu flavonoid. Metabolit sekunder yang seperti flavonoid yang memberikan konstribusi keindahan warna dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavon memberikan warna kuning dan jingga, antosianin memberikan warna merah, biru atau ungu yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara bilogis, flavonoid memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan pada tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoid mempunyai rasa pahit hingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu (Sastrohamidjojo, 1996: 140). 2. Alkaloid Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiosperma. Sejumlah besar juga dapat ditemukan pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah.
Alkaloid adalah suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman bunga, maka para ilmuwan sangat tertarik dengan aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid dihubungkan dengan famili atau genera tanaman tertentu. Kebanyakan famili tanaman yang memiliki kandungan alkaloid adalah Liliacea, Solanaceae dan Rubiaceae famili tanaman yang tidak lazim mengan dung alkaloid adalah Papaveraceae. Kebanyakan famili tanaman mengandung alkaloid, beberapa genera memiliki alkaloid sedangkan genera yang lain tidak mengandungalkaloid. Satu genus sering kali mengandung alkaloid yang sama dan bebarapa genera yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama (Sastrohamidjojo, 1996: 202-203) Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut mennjukkan aktivitas fisilogi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa. Lazim mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik (Sastrohamidjojo, 1996: 205) Sifat fisika alkaloid, kebanyakan alkaloid yang sudah diisolasi berupa padatan kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa nikotin dan konin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Umumnya, basa bebas hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudo dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air (Sastrohamidjojo, 1996: 208). Sifat kimia alkaloid. Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron sebagai contoh gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa (Sastrohamidjojo, 1996: 209). 3. Terpenoid Nama terpen diberikan kepada senyawa yang mempunyai perumusan molekul C10H16yang secara etimologi berasal dari pohon terebinth, Pistacia terebintuhus. Volatilitas mereka yang mudah dikenal dalam tanaman yang berbau harum dan disamping itu senyawa terpen mudah sekali diisolasi dengan cara destilasi dari daun, batang dan bunga yang
kemudian dikenal dengan minyak “essential” atau disebut juga minyak atsiri. Banyak minyak atsiri yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti sebagai pengharum makanan, farfum, obat-obatan dan sebagainya. Meskipun banyak minyak atsiri merupakan senyawa terpenoid namun demikian pengertian tersebut tidak berlaku umum karena terdapat senyawa nonterpenoid filiage dan bunga juga volatil dan berbau harum (Sastrohamidjojo, 1996: 78). Kebanyakan senyawa terpenoid terdapat bebas dalam jaringan tanaman, tidak terikat dengan senyawa-senyawa lain, tetapi banyak diantara mereka yang terdapat sebagai glikosida, ester dari asam organik dan dalam beberapa hal terikat dengan protein. Anggota yang rendah (senyawa C10 dan C15) sering dapat diperoleh dengan cara distilasi uap dengan tanaman yang segar atau kering sedangkan anggota yang lebih tinggi (C20 atau lebih) biasanya diisolasi dengan cara ekstraksi dengan pelarut kemudian dipisahkan dan dimurnikan dengan cara kristalisasi, destilasi dan kromatografi (Sastrohamidjojo, 1996: 79). C. Ekstraksi Ekstraksi ialah penarikan suatu zat terlarut dari pelarutnya di dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat tercampur dengan air. Tujuan ekstraksi adalah memisahkan suatu komponen dan campurannya dengan mengunakan pelarut (Alimin, 2007: 51). Ekstraksi digunakan untuk memisahkan senyawa yang mempunyai kelarutan berbedabeda dalam berbagai pelarut. Sering kali senyawa yang hendak diekstraksi diubah secara kimia terlebih dahulu agar larut dalam air atau pelarut organik. Sebagai contoh pada ekstraksi cai-cair sering digunakan dua zat cair yang tidak saling malerutkan, sebagai larutan dalam air dan pelarut organik (kloroform dan etil asetat) untuk melakukan ekstraksi. Corong pisah serta krannya sangat berguna untuk memisahkan dua zat cair yang tidak saling melarutkan tersebut (Bresnick, 2003: 95). D. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif dalam jumlah banyak, zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya. Keuntungan cairan penyari dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Anggraini, 2010: 8-9). Tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila ini dilakukan, pengeringan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepat-cepatnya tanpa menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik. Setelah betul-betul kering, tumbuhan dapat disimpan untuk jangka waktu lama sebelum digunakan untuk analisis. Tumbuhan yang biasa digunakan yaitu tidak berpenyakit seperti tidak dijangkit infeksi virus, bakteria atau jamur. Bukan hasil sintesis mikroba yang mungkin terdeteksi, tetapi infeksi pun mungkin mengubah metabolisme tumbuhan secara serius dan membentuk hasil yang tidak diharapkan, bahkan mungkin dalam jumlah yang besar (Harborne, 1987: 4-5).
E. Vaccuum Rotary Evaporator Vaccuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask). Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan pembentukan busa juga dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima (receiver flask).Setelah pelarutnya diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid). Biasanya ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi awal ini (ekstraksi dari bahan tumbuhan) disebut sebagai ekstrak kasar (crude extract) (Senjaya, 2010: 4). F. Pelarut Organik
pat
N-heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran anaberasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Senyawa dalam keadaan standar merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air (Munawaroh, 2010: 75). Menurut Munawaroh (2010: 75), bahwa sifat fisika dan kimia n-heksan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. 1. Sifat Fisika dan Kimia n-Heksan Karakterisasi
Syarat
Bobot molekul
86,2 gram/mol
Warna
Tak berwarna
Wujud
Cair
Titik lebur
-95 oC
Titik didih
69 oC
Densitas
0,6603 g/mL pada 20 oC
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut : Hari/Tanggal
: Rabu-Senin/ 20-25 Mei 2015
Pukul
: 08.00 WITA–Selesai
: Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Sains dan Makassar. B. Alat dan Bahan 1. Alat
Teknologi UIN Alauddin
Alat
yang
digunakan
dalam
percobaan
ini
yaitu Vaccuum
Rotary
Evaporator Heidolph, neraca analitik, toples, corong plastik, botol bening, batang pengaduk dan labu semprot. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquades (H2O), n-heksan (C6H14), daun mengkudu (Morinda citrifolia L.), kain belacu dan tissu. C. Prosedur Kerja Percobaan ini dilakukan dengan memotong kecil-kecil daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) kemudian mengeringkannya pada suhu kamar. Menimbang sampel sebanyak 100,0 gram dan melarutkannya dalam pelarut n-heksan (C6H14) menggunakan wadah toples selama 1x24 jam. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan evaporator hingga diperoleh ekstrak kental kemudian ditimbang bobotnya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Bobot sampel daun mengkudu
: 100,0 gram
Bobot wadah kosong
: 181,6749 gram
Bobot wadah kosong + ekstrak kental
: 192,8509gram
Bobot ekstrak kental
: 11,176 gram
C. Pembahasan Maserasi merupakan metode yang dapat dilakukan untuk mendapatkan ekstrak dari bahan alam. Percobaan ini menggunakan metode maserasi yang berfungsi untuk mengambil ekstrak yang mengandung metabolit sekunder di dalamnya daun mengkudu (Morinda
citrifoliaL.) sebagai bahan alam yang akan diambil ekstraknya. Proses
pengeringan
menyebabkan air dalam sel menguap dan terjadi pengerutan sel sehingga terjadi pori-pori pada sel yang mengkerut diisi oleh udara. Pengeringan sampel dilakukan dalam suhu ruang bertujuan agar komponen-komponen dari daun mengkudu tidak terdenaturasi atau rusak akibat
sinar
matahari
citrifolia L.) dibasahi
secara
dengan
langsung.
Apabila
daun
mengkudu (Morinda
cairan penyari maka cairan penyari akan masuk ke
dalam (Morinda citrifolia L.) dan sel yang mengkerut akan mengembang. Cairan penyari yang telah masuk ke dalam sel akan kontak dengan zat aktif dan akan melarutkan zat aktif yang terdapat pada daun mengkudu (Morinda citrifolia L.). Konsentrasi zat aktif di dalam sel yang tinggi akan semakin berkurang karena cairan penyari pembawa zat aktif ke luar sel. Perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel akan menimbulkan terjadinya peristiwa difusi. Pelarut n-heksan digunakan sebagai pelarut yang berfungsi untuk mengisolasi komponen kimia bahan alam. Hal ini dilakukan selama 1x24 jam. Perendaman ini bertujuan agar senyawa metabolit sekunder dapat larut secara maksimal dalam etanol. Ekstrak cair yang terbentuk disaring pada botol sebagai ekstrak yang akan diuapkan pelarutnya untuk memperoleh ekstrak kental menggunakan alat evaporator. Proses evaporasi ini akan terjadi penukaran panas dan memisahkan uap yang terbentuk dari cairan. evaporasi ini dilakukan hingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh yaitu sebesar 11,176 % dalam 100 gram daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut: 1. Isolasi senyawa bahan alam dari daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dilakukan menggunakan metode ekstraksi maserasi atau perendaman sampel dengan pelarut tertentu. 2. Bobot ekstrak kental daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) melalui proses ekstraksi maserasi diperoleh 11,176 %.
B. Saran Saran untuk percobaan berikutnya yaitu sebaiknya digunakan juga bahan alam dari buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) sehingga dapat dibandingkan bobot ekstrak kental yang terkandung dalam duan bagian pohon mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang berbeda.