mevill
Manajemen Nyeri Pada Persalinan
Setiap wanita memiliki ekspektasi yang unik mengenai proses persalinan termasuk ekspektasi mengenai nyeri dan kemampuannya untuk mengatasi nyeri selama proses persalinan. Nyeri persalinan adalah suatu keadaan rasa sakit dan tidak nyaman yang dirasakan selama menjalani proses persalinan (Bobak, 1995). Hal tersebut disebabkan oleh proses kontraksi rahim dan pembukaan jalan lahir. Nyeri terbagi dalam dua komponen, yaitu komponen fisiologi, penerimaan saraf sensori dan tansmisinya ke sistem saraf pusat; serta komponen psikologis, termasuk didalamnya mengenal sensasi, sensasi, interpretasi rasa nyeri, dan tindakan yang dihasilkan dari hasil interpretasi nyeri. Nyeri saat persalinan itu berbeda dari nyeri-nyeri pada biasanya (Gorrie, et all, all, 1998). Persalinan
dan
kelahiran
merupakan
fisiologi
normal.
Persalinan
merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun ke dalam jalan lahir, sedangkan kelahiran adalah proses janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan aterm (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung sekitar 18-20 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Salah satu hal yang menyertai proses persalinan, yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu adalah nyeri persalinan (Gondo, 2011). Nyeri persalinan merupakan suatu bagian normal dari proses persalinan dan kelahiran normal. Terdapat dua jenis nyeri pada masa persalinan yaitu nyeri viseral dan nyeri somatik (Gorrie, et. all, 1998). Nyeri viseral bersifat perlahan, dan dalam. Nyeri ini mendominasi sepanjang kala I pada masa persalinan. Pada kala I persalinan, kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks, serta iskemia rahim. Hal tersebut disebabkan oleh kontraksi arteri miometrium menyebabkan impuls rasa nyeri pada tahap awal persalinan ditransmisi melalui segmen saraf spinalis T 11-12 dan saraf-saraf asesoris torakal bawah, serta saraf simpatik lumbal atas (Bobak, 1995). Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Nyeri ini terasa pada bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung serta sampai ke paha. Biasanya ibu mnengalami nyeri viseral 1
mevill
hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, et.all, 1995). Nyeri lainnya yang dirasakan semasa persalinaan, yaitu nyeri somatik atau nyeri perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum timbul akibat peregangan jaringan perineum agar janin dapat melewati bagian ini, juga akibat adanya tarikan peritoneum dan topangan uteroservikal saat kontraksi (Bobak, et.all, 1995). Nyeri somatik ini bersifat cepat, tajam, t ajam, dan terlokalisasi pada pada suatu tempat, t empat, di mana biasanya terjadi selama masa akhir kala I dan kala II masa persalinan. Impuls nyeri ini dihantarkan oleh S 1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum. Rasa tidak nyaman ini terjadi seiring turunnya t urunnya janin yang menyebabkan menyebabkan adanya tekanan langsung pada jaringan maternal (Gorrie, et. all, 1998). Pada kala III persalinan seorang ibu akan mengalami nyeri rahim yang mirip dengan nyeri yang dirasakan pada awal persalinan (Bobak, 1995). Nyeri rahim dapat berupa nyeri lokal yang disertai kram dan sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks, vagina, atau jaringan perineum. Rasa tidak nyaman sering digambarkan sebagai sensasi terbakar yang dirasakan saat jaringan meregang. Nyeri ini dapat beralih sehingga dapat dirasakan pula di daerah punggung, punggung, pinggan p inggang, g, dan paha (Bobak, (Bo bak, et. all, 1995). Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang holisti, bio-psikososial-budaya-spiritual, sosial-budaya-spiritual, perlu memberikan asuhan keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Pengelolaan tersebut dapat secara non farmakologi, atau farmakologi. Dalam memberikan asuhan keperawatan terkait nyeri pada persalinan dan kelahiran, perawat harus mengidentifikasi faktor-faktor yang yang dapat mengubah rasa sakit dan mempengaruhi respon dari ibu yang akan melahirkan. Adapun faktor-faktor tersebut melingkupi fakor fisik dan faktor psikososial (Gorrie, 1998). Faktor fisik yang menyebabkan nyeri pada masa persalinan, yaitu sebagai berikut: 1.
Sumber nyeri Terdapat empat sumber nyeri yang potensial pada masa persalinan, yaitu: a.
Iskemi jaringan 2
mevill
Selama kontraksi, suplai darah ke uterus menurun, hal ini menyebabkan hipoksia jaringan dan adanya metabolisme anaerobik. Ini dapat meningkatkan nyeri pada masa persalinan. b.
Dilatasi servikal Dilatasi dan peregangan serviks dan bagian bawah uterus adalah sumber utama dari nyeri yang dirasakan selama masa persalinan. Stimulasi nyeri dari dilatasi servikal berjalan melalui hypogastric plexus, kemudian masuk ke spinal cord pada saraf T10, T11, T12, dan L1.
c.
Tekanan dan penarikan pada struktur pelvis Beberapa nyeri pada masa persalinan dapat dihasilkan dari tekanan dan penarikan pada struktur pelvis seperti ligamen, tuba falopi, ovarium, kandung kemih, dan peritoneum. Rasa nyeri yang dirasakan termasuk nyeri viseral, dimana seorang ibu hamil dapat merasakan nyeri pada tulang belakang dan kakinya.
d.
Distensi vagina dan perineum Nyeri ini timbul saat janin mulai turun. Seorang inu hamil akan merasakan sensasi terbakar, terbakar, terobek t erobek dan seperti terpisah (nyeri somatik). Selain nyeri yang disebabkan faktor fisik, faktor psikososial juga dapat
mempengaruhi nyeri pada persalinan yang dialami oleh seorang wanita, antara lain sebagai berikut: 1.
Kebudayaan Setiap kebudayaan memiliki interpretasinya sendiri terhadap rasa nyeri. Beberapa kebudayaan mengintepretasikan nyeri dengan ekspresi yang terang-terangan seperti menjerit-jerit, sedangkan lainnya tidak dapat mengekspresikan mengekspresikan nyeri dengan begitu terang-terangan dan dapat menahannya menahannya dalam hal ekspresi.
2.
Kecemasan dan perasaan takut Kecemasan dan ketakutan meningkatkan ketegangan otot dan menurunkan aliran darah yang penuh oksigen ke otak dan otot-otot skeletal. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan kelelahan dan peningkatan rasa nyeri itu sendiri, sehingga terjadi penurunan kemampuan untuk mengurangi nyeri itu sendiri. 3
mevill
3.
Pengalaman sebelumnya sebelumnya terkait t erkait nyeri Seorang wanita yang pernah melahirkan sebelumnya memiliki perspektifnya sendiri sendiri mengenai rasa nyeri pada masa persalinan, hal ini dapat menurunkan tingkat kecemasan dan perasaan takut akan nyeri pada masa persalinan tersebut. Sedangkan bagi seorang wanita kehamilan pertama, rasa nyeri pada masa persalinan bisa menjadi hal yang dapat meningkatkan kecemasan. Pengurangan rasa nyeri dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu
sebagai berikut (Bobak, 1995): 1.
Metode dick-read Menurut dick-read , nyeri persalinan merupakan akibat pengaruh sosial dan sindrom takut-tegang-nyeri. Oleh karena itu, untuk mengganti rasa takut tentang hal yang tidak diketahui yaitu melalui pemahaman dan keyakinan yang meliputi pemberian informasi tentang persalinan dan melahirkan, nutrisi, hygiene, dan latihan fisik. Latihan fisik penting diberikan untuk mempersiapkan tubuh menghadapi persalinan. Latihan relaksasi secara sadar dilakukan dan juga pengaturan pola nafas. Berat otot abdomen terhadap uterus yang berkontraksi dapat meningkatkan rasa nyeri. Hal tersebut menyebabkan menyebabkan wanita melahirkan diajarkan untuk mendorong otot perutnya ke atas saat rahim naik selama satu kontraksi.
2.
Metode Lamaze Lamaze memperkenalkan metode psikoprofilaksis. Menurutnya, rasa nyeri adalah respon bersyarat. Srategi Sr ategi untuk mengatasi nyeri persalinan, yaitu dengan memusatkan perhatian pada titik perhatian tertentu, misalnya pada gambar tertentu sehingga jalur saraf terisi oleh stimulus lain dan tidak dapat memberi
respon
terhadap
stimulus
nyeri.
Wanita
diajarkan
untuk
merelaksasikan otot yang tidak terlibat saat ia mengontraksikan kelompok otot tertentu. Dalam metode ini juga diyakini bahwa pernafasan dada dapat mengangkat diafragma dari rahim yang berkontraksi sehingga menciptakan ruang yang lebih banyak untuk rahim yang berkembang. Perawat juga berusaha menghilangkan rasa takut dengan meningkatkan pemahaman tentang fungsi tubuh dan nyeri neurofisiologis. neuro fisiologis. 4
mevill 3.
Metode Bradley Metode ini didasarkan pada perilaku binatang ketika melahirkan dan menekankan pada keharmonisan tubuh, yaitu dengan kontol pernafasan, pernafasan perut, dan relaksasi seluruh tubuh. Faktor lingkungan yang ditekankan ialah suasana gelap, menyendiri, dan tenang. Beberapa ibu tertidur jika meggunakan metode metode ini, namun mereka sebenarnya sebenarnya berada dalam tingkat relaksasi mental yang dalam. Sebagai perawat maternitas yang merawat wanita pada persalinan dan
kelahiran, manajemen nyeri persalinan penting untuk dipelajari. Adapun manajemen nyeri tersebut terbagi menjadi terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi. 1.
Metode Nonfarmakologi Penatalaksanaan non farmakologi merupakan teknik alternatif dan tambahan dari pemakaian obat-obatan. Tujuan dari penatalaksanaan non farmakologi adalah untuk meredakan rasa nyeri, dan biasanya diajarkan pada kelas-kelas persiapan melahirkan. Adapun teknik-teknik nonfarmakologi yang biasa digunakan pada persalinan adalah: a.
Relaksasi Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan cara merileks-kan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi dapat mendorong aliran darah ke uterus untuk meningkatkan oksigenasi fetus, mendorong kontraksi uterus secara efisien, serta mengurangi ketengangan yang dapat meningkatkan persepsi nyeri dan menurunkan toleransi nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri teknik tarik napas dalam dengan frekuensi lambat dan berirama. Pasien biasanya diminta d iminta untuk u ntuk memejamkan matanya mat anya dan bernapas ber napas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghidung setiap proses inhalasi dan ekshalasi. Pada tahap pertama, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen abdomen sehungga dapat meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaan ini dapat mengurangi gesekan dan rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding abdomen. Sedangkan pada tahap selanjutnya, 5
mevill
yaitu tahap kedua, teknik pernapasan dipakai untuk meningkatkan tekanan abdomen sehingga dapat membantu pengeluaran janin. Keadaan ini dipakai juga untuk merelaksasikan otot-otot pudendal untuk mencegah pengeluaran pengeluaran dini kepala janin (Bobak, et. all, 1995). Teknik lainnya dapat dilakukan dengan menciptakan suasana yang nyaman untuk mendukung tahap relaksasi pasien dengan nyeri persalinan. Teknik ini dapat dilakukan dengan memberikan aromaterapi, misalnya lavender oil atau dengan menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengurangi intensitas cahaya yang menyilaukan atau mengatur suhu ruangan yang nyaman. b.
Cutaneous stimulation
Stimulasi pada kutan memiliki berbagai macam teknik yang dapat diaplikasikan. Adapun teknik-teknik tersebut adalah teknik pijat dengan diri sendiri dan teknik t eknik pijat dengan orang lain. Keduanya dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri padamasa persalinan. 1)
Self-massage
Seorang ibu hamil dapat menggosok bagian perut, kaki, serta punggungnya punggungnya pada masa kehamilan dengan gerakan effleurage untuk mengurangi ketidaknyamanannya. Sacral pressure dapat diberikan pada klien yang mengeluh nyeri punggung secara intens terutama ketika fetus berada dalam posisi occiput posterior. Melakukan counter pressure pada posisi duduk, double hip squeeze dan deep back massage dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan
punggung.
2) Massage by others Perawat ataupun pasangannya dapat memijat punggung ibu hamil, bahu, kaki, serta area-area yang terasa tidak nyaman. Gerakan 6
mevill
efflurage, yakni tindakan memukul-mukul abdomen secara perlahan
dan seirama dengan pernapasan pada saat terjadi kontraksi dapat digunakan untuk mengalihkan fokus ibu hamil pada nyeri akibat kontraksi.
3)
Thermal stimulation
Banyak wanita yang menyukai kehangatan pada bagian punggung, abdomen dan perimenum pada masa persalinan. Mandi air hangat, pada bath tub dapat merelaksasi ibu hamil. Sedangkan, handuk basuh yang dingin dapat juga membuat nyaman ibu hamil, terutama saat mereka merasa kepanasan. Handuk basuh dingin dapat diletakkan pada tempat-tempat yang ibu hamil inginkan, seperti kepala, abdomen, dan bagian lainnya.
c.
Stimulasi
mental
Teknik
ini
merupakan teknik mempengaruhi pikiran seorang ibu hamil dalam mengatasi stimulasi rasa nyerinya. Contoh dari stimulasi mental ini adalah teknik imagery. Teknik ini meminta klien untuk berimajenasi dalam membayangkan hal-hal menyenangkan. Seorang perawat dapat membantu
ibu
hamil
untuk
menciptakan
imajenasi
yang
dapat
membuatnya rileks dan santai. Tindakan imagery ini pada umumnya memerlukan suasana dan ruangan yang tenang, sehingga dapat membantu ibu hamil berkonsentrasi. Teknik
lainnya
adalah focal
point.
Kebanyakan
ketika
menggunakan terapi nonfarmakologi, ibu hamil biasanya memilih untuk menutup matanya atau mereka biasanya mau berkonsentrasi pada suatu hal saja. Gambar yang dapat membawa perasaan rileks bisa saja menjadi 7
mevill
alat yang digunakan sebagai focal point yang dapat mengurangi rasa nyeri dan membuat rileks ibu hamil. d.
Yoga Yoga yang dirancang khusus untuk ibu hamil ( prenatal yoga) akan meningkatkan stamina dan kekuatan tubuh. Selain itu, yoga juga dapat melenturkan tubuh sehingga nyeri sendi yang sering dirasakan ibu hamil bisa berkurang. Teknik pernapasan yang diajarkan dalam yoga, juga bisa membuat membuat merasa relaks dan fokus fokus selama hamil. hamil.
e. Acupuncture dan acupressure Acupuncture dilakukan dengan menggunakan titik-titik khusus
yang dapat mengurangi nyeri dan menambah efek dari analgesik. Sedangkan, acupressure dilakukan dengan menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik acupuncture. Acupuncture mudah dilakukan selama persalinan dan tidak membatasi mobilitas klien. f.
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
TENS dilakukan untuk memblok memblok transmisi tr ansmisi stimulus nyeri nyeri ke saraf sara f pusat. Teknik ini dilakukan dengan pemasangan elektroda di permukaan kulit,
biasanya
bawah,
kemudian
rendah
sesuai
klien.
di
bagian
diberi
voltase
dengan toleransi
Pemasangan
abdomen
punggung punggung
elektroda
bagian
bawah
mempengaruhi mempengaru hi
di dapat
jantung janin.
8
mevill
Adapun teknik lain dari metode non farmakologi yang banyak dipelajari di dalam kelas persiapan melahirkan meliputi hipnosis, umpan balik biologis (biofeedback), dan sentuhan terapeutik (Bobak, et. all, 1995). 2.
Metode Farmakologi Metode farmakologi untuk mengatasi nyeri pada masa persalinan, biasanya memiliki pengaruh pada janin yang ada di dalam rahim ibu hamil. Sehingga dalam pemberiannya perlu mendapat perhatian khusus dari ibu hamil dan juga tenaga kesehatan yang memberikan perawatan selama menangani nyeri yang dirasakan ibu hamil semasa persalinan.Agen-agens farmakologis untuk pengelolaan nyeri, antara lain (Perr y, 2010): a.
Obat-obatan sistemik Obat-obatan jenis ini mempunyai efek menyeluruh pada sistem, karena biasanya obat-obatan ini didistribusikan ke seluruh tubuh. Adapun yang tergolong jenis obat-obatan sistemik adalah sebagai berikut: 1)
Opoid analgesik Jenis obat ini mengurangi persepsi rasa sakit tanpa menyebabkan
kehilangan
kesadaran.
Opoid
analgesik
yang
disuntikan menjadi tipe obat-obatan sistemik yang menjadi pilihan pada masa persalinan. Beberapa contoh obat-obatan yang termasuk ke dalam katagori opoid analgesik yang sering digunakan adalah meperidine (Demerol), butorphanol (Stadol), dan nalbuphine (Nubain). Efek samping dari katagori obat opoid analgesik ini adalah adanya depresi pernapasan yang biasanya muncul pada saat kelahiran baru. Selain it, jenis obat ini biasanya hanya diberikan pada dosis yang sedikit namun sering melalui rute intravena. 2)
Opoid antagonis Obat yang termasuk kategori opoid antagonis adalah Naloxone (Narcan), dan Naltrexone (Trexan). Opoid antagonis 9
mevill
bermanfaat jika persalinan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan dan jika bayi diduga akan lahir saat efek narkotika berada di puncak. Antagonis ini dapat diberikan kepada ibu melalui selang infus atau melalui injeksi IM di otot ot ot gluteus. 3)
Sedatif Jenis obat yang tergolong sedatif seperti barbiturat tidak secara rutin diberikan karena dapat menyebabkan menyebabkan efek depresan pada neonatus. Akan tetapi pemakaian pada dosis kecil diberikan untuk mempromosikan istirahat yang cukup pada wanita yang kelelahan semasa persalninan. Barbiturat secara khusus berfungsi untuk menurunkan ansietas, meningkatkan relaksasi, dan menginduksi rasa kantuk hanya pada masa prodormal atau pada tahap awal persalinan, dan jika tidak terdapat nyeri.
b.
Anastesia dan Analgesia Blok Saraf Berbagai senyawa obat digunakan dalam bidang obstetri dapat menimbulkan efek analgesia regional (menghilangkan nyeri ringan dan blok motorik) dan efek anastesia (menghilangkan rasa nyeri dan blok motorik). Secara kimiawi, sebagian besar obat ini berkaitan dengan kokain. Adapun jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan ini adalah: 1)
Anastesia infiltrasi lokal Anastesi jenis ini pada jaringan perineum sering diberikan, kika episiotomi akan dilakukan dan jika posisi kepala janin tidak memungkinkan untuk pemberian blok pudendal. Efek anastesia yang cepat dapat dicapai dengan menyuntikan rata-rata 10-20 ml anastesi lokal berupa 1% lidokain atau 2% kloroprokain ke kulit dan kemudian secara subkutan ke daerah yang akan di anastesi.
2)
Blok pudendal Ini bermanfaat pada persalinan kala II, pada episiotomi dan pada kelahiran. Blok pudendal tidak menghilangkan nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, tetapi kerjanya dapat menghilangkan nyeri pada klitoris, labia mayora, dan labia minora, serta perineum. 10
mevill
Blok saraf pudendal diberikan 10-20 menit sebelum anastesi perineum diperlukan. 3)
Anastesia subaraknoid (spinal) Anestesi ini merupakan anastesi lokal yang disuntikan melalui ruang antarlumbar ketiga, keempat, atau kelima ke dalam ruang subaraknoid, yang merupakan tempat bercampurnya obat dengan
cairan
serebrospinalis.
Teknik
suntikan
tunggal
ini
bermanfaat pada proses melahirkan, tetapi tidak cukup untuk proses persalinan.
Untuk
melahirkan
pervaginam,
larutan
anastesi
disuntikan pada periode kala II persalinan, yakni ketika ekspulsi hampir terjadi (kepala janin berada di perineum). 4)
Blok epidural Obat jenis ini menghilangkan nyeri akibat kontraksi rahim dan proses melahirkan (vagina dan abdomen). Blok epidural dapat diberikan dengan menyuntikan anastesi lokal yang sesuai ke ruang epidural (peridural).
c.
Anastesia Umum Anastesia umum jarang menjadi indikasi kelahiran pervaginam tanpa
komplikasi.
Anastesi
ini
mungkin
diperlukan
jika
ada
kontraindikasi terhadap analgesi atau anastesi blok saraf, ataupun kika adanya indikasi janin harus dilahirkan (pervaginam atau per abdomen) dengan cepat. Dengan metode ini, ibu menjadi tidak sadar dan terdapat bahawa depresi pernapasan dan muntah diikuti aspirasi. d.
Analgesi Inhalasi Inhalasi gas yang dilakukan ibu secara mandiri dapat menolong terutama pada kala II persalinan. Ibu menghirup anastesi inhalasi yang konsentrasinya subanestetik, seperti metoksifluran (Penthane). Apabila obat ini diberikan dengan tepat, wanita akan tetap sadar, tetapi rasa nyerinya jauh mereda. Anastesi jenis ini dilakukan mandiri oleh ibu hamil dalam bentuk kapsul dan masker yang diikatkan pada pergelangan tangan. Tenaga kesehatan, seperti perawat mengatur konsentrasi yang diinginkan dan ibu hamil dapat menghirup obat ini selama terjadi 11
mevill
kontraksi. Adapun tujuan dari metode ini ialah menjaga ibu untuk tetap sadar selama mengalami analgesi yang dalam dan ibu juga mengalami amnesia (lupa) akan nyeri yang dirasakannya (Bobak, et. all, 1995).
12
mevill
Berikut ini tabel pengelolaan farmakologi nyeri pada persalinan, yang meliputi jenis, cara kerja, cara pemberian, serta efek samping agen obat. Jenis Farmakologi Sedatif
Jenis Obat Barbiturat
Efek/ Cara Pemberian
Efek Samping
Menurunkan ansietas, ansiet as, meningkatkan relaksasi, relaksas i, dan menginduksi
Efek yang tidak diinginkan
rasa kantuk hanya pada masa prodormal/awal persalinan, dan jika
meliputi depresi vasomotor
tidak terdapat nyeri. Jika ibu merasa nyeri, dapat meningkatkan
Depresi pernapasan baik ibu
rasa khawatir dan menyebabkan ibu menjadi hiperaktif dan
maupun neonatus.
disorientasi Analgesik Sistemik
-
-
(Demerol)
Analgesik
Narkotik
-
Antagoni Antagoniss-
Meperidine
Efektif untuk menurunkannyeri berat, nyeri persisten, dan nyeri
-
Takikardi, diperhatikan
rekuren. Tidak ada efek amnesina.
juga pada ibu yang menderita menderita
50 mg – 100 mg IM
-
penyakit jantung.
25 mg – 50 mg IV
5-10 menit. Efek puncak dtlh injeksi IM dicapai dlm 40-50 menit,
-
-
dengan durasi sekitar 3 jam. Untuk min depresi neonatus,
depresi pernapasan terjadi jika
(Fentanyl)
persalinan hrs kurang dr 1 jam, atau lebih dari 4 jam.
diberikan
Dapat digunakan
-
antihistamin, antihistamin, antidepresan, antidepresan, atau
dengan anastesi
30-60 menit. IM efek 7-15 menit, mencapai puncak dalam 20-30
regional
menit, dan berlangsung 1-2 jam.
- Butorph Butorphanol anol
Dipergu Dipergunak nakan an dosis selama selama persalinan persalinan,, memberi memberi efek efek analgesia analgesia
Sublimaze
Meperidin: Datang cepat (30’) dan efek maksimum dicapai
Fentanil: Cepat dan kuat. IV efek 2 menit, dan berlangsung
SSP
tambahan
bersama
dan
alkohol,
sedatif lainnya.
Apabil Apabilaa
ibu
mengala mengalami mi
13
Agonis Narkotik Campuran
(Stadol)
tanpa menyebabkan depresi pernapasan ibu atau neonatus.
ketergantungan narkotika, efek
1 mg – 3 mg IM
antagonis
ini
akan
0,5 mg – 2 mg IV
memperlihatkan gejala putus
-Nalbuphine
narkotika.
(Nubain) 0,2 mg/kg SC/IM. 0,1-0,2 mg/kg IV -
Agens
-Promethazine
-Efeknya injeksi hidroksin diberikan hanya melalui IM sehingga
Masalah
pada
janin
Pembangkit Efek
(Phenergan)
efek menjadi lebih lambat dan kurang dapat diprediksi
neonatus
jarang
Abalgesik
15 mg–50 mg IM
(Ataraktik)
25 mg–75 mg IM
atau
pemberian
timbul akibat dosis ini.
-Hydroxyzine (Vistaril) 25–100 mg IM -
Antagonis
Narkotik
Nalokson (Narcan)
Bermanfaat jika persalinan berlangsung lebih cepat dari perkiraan
Ini
Naltrekson (Trexan)
dan jika bayi diduga akan lahir saat efek narkotika berada di
endorfin(opioid
puncak.
disekresikan
-Narkosisi neonatus: depresi SSP pada bayi baru lahir yg
hipofisi dan bekerja pd SSP
14
melawan
efek
endogen oleh
yg
kelenjar
Agonis Narkotik Campuran
(Stadol)
tanpa menyebabkan depresi pernapasan ibu atau neonatus.
ketergantungan narkotika, efek
1 mg – 3 mg IM
antagonis
ini
akan
0,5 mg – 2 mg IV
memperlihatkan gejala putus
-Nalbuphine
narkotika.
(Nubain) 0,2 mg/kg SC/IM. 0,1-0,2 mg/kg IV -
Agens
-Promethazine
-Efeknya injeksi hidroksin diberikan hanya melalui IM sehingga
Masalah
pada
janin
Pembangkit Efek
(Phenergan)
efek menjadi lebih lambat dan kurang dapat diprediksi
neonatus
jarang
Abalgesik
15 mg–50 mg IM
(Ataraktik)
25 mg–75 mg IM
atau
pemberian
timbul akibat dosis ini.
-Hydroxyzine (Vistaril) 25–100 mg IM -
Antagonis
Narkotik
Nalokson (Narcan)
Bermanfaat jika persalinan berlangsung lebih cepat dari perkiraan
Ini
melawan
efek
Naltrekson (Trexan)
dan jika bayi diduga akan lahir saat efek narkotika berada di
endorfin(opioid
puncak.
disekresikan
-Narkosisi neonatus: depresi SSP pada bayi baru lahir yg
hipofisi dan bekerja pd SSP
endogen oleh
yg
kelenjar
14
mevill
disebabkan oleh narkotika, ditunjukkan depresi pernapasan,
dan sistem saraf perifer utk
hipotonia, letargi, dan perlambatan pengaturan suhu.Perubahan
mengurangi
respon neurologi dan perilaku mulai terlihat 72 jam setelah lahir.
menimbulkan stress.
nyeri)
Anestesia dan
-Lidokain 1% atau
Dilakukan pada jaringan perinium , jika episiotomi akan
-Resiko hematoma
Analgesia Blok
kloroprokain 2%
dilakukan dan jika posisi kepala janin tidak memungkinkan untuk
-Resko infeksi
Saraf
kekulit kekulit rata-rata 10-
pemberian blok pudendal.
-
Anestesia
Infiltrasi Lokal
yakni
20 ml anestasi lokal, dan secara subkutan kedaerah yg akan dianestesi. Kadang ditambah epineprin.
-
Blok
Pudendal (Regional)
Anestesi
pudendal
-Tidak menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari kontraksi
-
.Pada Persalinan kala
rahim, tetapi dapat menghilangkan rasa nyeri di klitoris, labia
anestesi.
2,
mayora dan minora, serta perineum.
-Resiko hematoma
-Tidak mnegubah hemodinamika ibu/fungsi pernapasan, TTV,
-Resiko infeksi.
pada
persiapan.
Saraf
pudendal
melintang
pada
sakrosiatik,
tepat
medial
atau DJJ
terhadap
15
Resiko
keracunan
lokal
mevill
disebabkan oleh narkotika, ditunjukkan depresi pernapasan,
dan sistem saraf perifer utk
hipotonia, letargi, dan perlambatan pengaturan suhu.Perubahan
mengurangi
respon neurologi dan perilaku mulai terlihat 72 jam setelah lahir.
menimbulkan stress.
nyeri)
Anestesia dan
-Lidokain 1% atau
Dilakukan pada jaringan perinium , jika episiotomi akan
-Resiko hematoma
Analgesia Blok
kloroprokain 2%
dilakukan dan jika posisi kepala janin tidak memungkinkan untuk
-Resko infeksi
Saraf
kekulit kekulit rata-rata 10-
pemberian blok pudendal.
-
Anestesia
Infiltrasi Lokal
yakni
20 ml anestasi lokal, dan secara subkutan kedaerah yg akan dianestesi. Kadang ditambah epineprin.
-
Blok
Pudendal (Regional)
Anestesi
pudendal
-Tidak menghilangkan rasa nyeri yang berasal dari kontraksi
-
.Pada Persalinan kala
rahim, tetapi dapat menghilangkan rasa nyeri di klitoris, labia
anestesi.
2,
mayora dan minora, serta perineum.
-Resiko hematoma
-Tidak mnegubah hemodinamika ibu/fungsi pernapasan, TTV,
-Resiko infeksi.
pada
persiapan.
Saraf
pudendal
melintang
pada
sakrosiatik,
tepat
medial
Resiko
keracunan
lokal
atau DJJ
terhadap
15
mevill
ujung
atau
iskiadika
spina
pad
a
sisinya, -
Blok
Di injeksi di luar
-Diberikan pada persalinan kala 1 atau 2 persalinan.
-Banyak komplikasi hipoteni
Epidural
durameter durameter antara
-Dapat digunakan persalinan pervaginal atau caesar dengan
-Mual,
(Regional)
dura dan canal spinal
potensial 100% block nyeri.
depresi pernapasan, alterations
melalui kateter
-Menghilang nyeri akibat kontraksi rahim dan proses melahirkan
in FHR, kejang
epidural.
(vagina dan abdomen) dapat dilakukan anestesi lokal yang sesuai
Fentanil contohnya.
ke ruang epidural, dicapai melalui ruang intervebrata lumbar atau
muntah,
pruritis,
dari kaudal melalui hiatus sakrum dan kanal sakrum. -Sedangkan kelahiran caesar, blok dilakukan setidaknya dari T8 sampai S1. -
Blok
Subaraknoid (spinal) (Regional)
Fentanil dengan efek Pada kal ke 2 persalinan atau caesar. 90 menit.
Aksi
dengan
potensial
100%
Banyak komplikasi hipotensi block
nyeri
dan
fungsi
-Mual,
muntah,
pruritis,
motorik.Sampai 3jam.
depresi pernapasan, alterations
Disuntikkan melalui ruang antar lumbal ketiga, keempat, atau
in FHR, kejang
kelima ke dalam ruang subaraknoid, tempat obat bercampur dengan cairan serebrospinalis.
16
mevill
ujung
atau
iskiadika
spina
pad
a
sisinya, -
Blok
Di injeksi di luar
-Diberikan pada persalinan kala 1 atau 2 persalinan.
-Banyak komplikasi hipoteni
Epidural
durameter durameter antara
-Dapat digunakan persalinan pervaginal atau caesar dengan
-Mual,
(Regional)
dura dan canal spinal
potensial 100% block nyeri.
depresi pernapasan, alterations
melalui kateter
-Menghilang nyeri akibat kontraksi rahim dan proses melahirkan
in FHR, kejang
epidural.
(vagina dan abdomen) dapat dilakukan anestesi lokal yang sesuai
Fentanil contohnya.
ke ruang epidural, dicapai melalui ruang intervebrata lumbar atau
muntah,
pruritis,
dari kaudal melalui hiatus sakrum dan kanal sakrum. -Sedangkan kelahiran caesar, blok dilakukan setidaknya dari T8 sampai S1. -
Blok
Subaraknoid (spinal)
Fentanil dengan efek Pada kal ke 2 persalinan atau caesar. 90 menit.
(Regional)
Aksi
dengan
potensial
100%
Banyak komplikasi hipotensi block
nyeri
dan
fungsi
-Mual,
muntah,
pruritis,
motorik.Sampai 3jam.
depresi pernapasan, alterations
Disuntikkan melalui ruang antar lumbal ketiga, keempat, atau
in FHR, kejang
kelima ke dalam ruang subaraknoid, tempat obat bercampur dengan cairan serebrospinalis.
16
mevill
-Untuk melahirkan pervaginal, larutan anestesi disuntikkan pada periode kedua persalinan, yakni ketika ekspulsi hampir terjadi (misalnya ketika kepala janin berada di perineum). -
Anestesi
Umum (General)
Natrium tiopental
-Metode ini ibu tidak sadar.
-Resiko
depresi
(Pentotal) 4 mg/kg
-Jarang menjadi indikasi kelahiran pervaginam tanpa komplikasi.
muntah diikuti aspirasi.
IV
-Apabila terdapat waktu, perawat melakukan pramedikasi dengan
-Pada
ibu
pernapasan,
penderita
memberikan antasid oral seperti natrium sirat (30ml) untuk hipovolemia , anestesi umum meningkatkan pH lambung guna menetralkan kandungn asam di
lebih aman dibandingkan yang
dalam lambung. Dan bila cukup waktu, dokter melakukan
lain.
pemberian bloker histamin seperti simetidin untuk mengurangi produksi asam lambung dan metoklopramid untuk meningkatkan pengosongan lambung. -Sebelum melakukan anestesi, letakkan ganjalan pada bawah panggul kanan ibu unutk membuat rahim miring ke kiri, sehingga kompresi aorta yang menggangu perfusi plasenta dapat dicegah.
17
mevill
-Untuk melahirkan pervaginal, larutan anestesi disuntikkan pada periode kedua persalinan, yakni ketika ekspulsi hampir terjadi (misalnya ketika kepala janin berada di perineum). -
Anestesi
Umum (General)
Natrium tiopental
-Metode ini ibu tidak sadar.
-Resiko
depresi
pernapasan,
(Pentotal) 4 mg/kg
-Jarang menjadi indikasi kelahiran pervaginam tanpa komplikasi.
muntah diikuti aspirasi.
IV
-Apabila terdapat waktu, perawat melakukan pramedikasi dengan
-Pada
ibu
penderita
memberikan antasid oral seperti natrium sirat (30ml) untuk hipovolemia , anestesi umum meningkatkan pH lambung guna menetralkan kandungn asam di
lebih aman dibandingkan yang
dalam lambung. Dan bila cukup waktu, dokter melakukan
lain.
pemberian bloker histamin seperti simetidin untuk mengurangi produksi asam lambung dan metoklopramid untuk meningkatkan pengosongan lambung. -Sebelum melakukan anestesi, letakkan ganjalan pada bawah panggul kanan ibu unutk membuat rahim miring ke kiri, sehingga kompresi aorta yang menggangu perfusi plasenta dapat dicegah.
17
mevill
Menghilangkan nyeri pada klien yang akan bersalin merupakan hal yang penting. Hal yang perlu dipertimbangk d ipertimbangkan, an, yaitu apakah wanita memenuhi harapan dirinya sendiri untuk mengatasi nyeri karena hal ini mempengaruhi persepsinya tentang pengalaman melahirkan sebagai “buruk” atau “baik”. Oleh karena itu, perawat perlu mengetahui cara mengelola nyeri persalinan baik secara farmakologis maupun non-farmakologis.
mevill
Menghilangkan nyeri pada klien yang akan bersalin merupakan hal yang penting. Hal yang perlu dipertimbangk d ipertimbangkan, an, yaitu apakah wanita memenuhi harapan dirinya sendiri untuk mengatasi nyeri karena hal ini mempengaruhi persepsinya tentang pengalaman melahirkan sebagai “buruk” atau “baik”. Oleh karena itu, perawat perlu mengetahui cara mengelola nyeri persalinan baik secara farmakologis maupun non-farmakologis.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. “Nyeri Persalinan”. http://www.scribd.com/doc/50145019/1/NyeriPersalinan. (26 Feb. 2010, Pukul 13.18). Benson., R. C., & Pernoll., M. L. (2009). Buku Saku Obstetrik dan Ginekologi. EGC: Jakarta. Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. D. (1995) . Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. ke-4. Jakarta: EGC.
Chapman., L., & Roberta., F. D. (2010). Maternal-Newborn Nursing: The Critical Components of Nursing Care. Philadelphia: F. A Davis Company.
Gondo, H. K. (2011). “Pendekatan Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Saat Persalinan”. Dalam CDK 185/Vol.38 No.4/Mei-Juni 2011. Gorrie., T. M., McKinney, E. S., & Murray., S. S. (1998). Foundations of nd
Maternal-Newborn Nursing. 2
Ed. Philadelphia: W. B Saunders
Company. Ladewig, P. W., Marcia., L. L., & Sally., B. O. (1998). Maternal-Newborn Nursing Care: The Nurse, The Family, and the Community. California:
Addison Wesley Longman, Inc. Martin., E. J. (2002). Intrapartum Management Modules: A Perinatal Education rd
Program. 3 Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Lowdermilk, D. L., dan Wilson, D. (2010). th
Maternal Child Nursing Care. 4 Ed. Vol. 1. Missouri: Mosby Elsevier.
Wong., D. L., & Shannon., E. P. (1998). Maternal Child Nursing Care. USA: Mosby Year Book. Inc.
19