Dra. Nurul Ambariyah, MSc., Apt RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Nama Apt . Asal Instansi Jabatan Alamat
: RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta : Pj. Logistik & Keuangan, Instalasi Instalasi Farmasi, Farmasi, RSUP Dr. Sardji Sardjito to : Ponggalan UH 7/ 20 A, RT 18 / RW 06 Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta : Telp. (0274) 410178 / 082133721152 : ambaria23@ yahoo.com
Telp / Hp Email Riwa Riwaya yatt Pend Pendid idik ikan an : S1 : Fakult Fakultas as Farmas Farmasii – UGM tahun tahun 1987 1987 Profesi : Fakultas Farmasi – UGM UGM tahu tahun n 1988 1988 S2 : Magister Magister Farmasi Farmasi Klinik – UGM tahun tahun 2012 2012 Riwa Riwaya yatt peke pekerj rjaa aan n: Apote Apotek k Mena Menara ra Kita Kita , Kud Kudus, us, tahun tahun 1988 1988 s/d s/d 1990 1990 Apotek Apotek Libra Libra Farma Farma,, Wonosobo, Wonosobo, tahun tahun 1990 s/d s/d 1991 1991 RS Rafflesia, Rafflesia, Unit Unit RSU Bengkulu, Bengkulu, tahun 1991 s/d 1996 RSUP Dr. Sardjito, Sardjito, Yogyakarta, Yogyakarta, tahun 1996 s/d sekarang sekarang Dosen Dosen PSPA PSPA Fak. Fak. Far Farma masi si - USD, USD, Yogy Yogyak akar arta ta , tahun tahun 2012 2012 s/d s/d 2014 Tim Review Review Nasion Nasional al Item Soal Soal UKAI UKAI : tahun tahun 2013 s/d sekara sekarang ng ◦
◦
◦
: Dra. Nurul Ambariyah, MSc.,
◦
◦
◦
◦
◦
◦
Dunia Manajemen sebagian besar menggunakan POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling)
Planning adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat membuat strategi untuk mencapai suatu tujuan dan mengembangkan mengembangkan rencana aktivitas kerja dalam sebuah organisasi. Perencanaan merupakan proses yang penting dari segala bentuk fungsi Manajemen, karena tanpa adanya perencanaan semua fungsifungsi lainnya tidak akan dapat berjalan.
Specific, yaitu berarti sebuah perencanaan harus jelas apa maksud dan tujuanya beserta ruang lingkupnya. Measurable, yaitu suatu tingkat keberhasilan yang harus dapat diukur dari program kerja dan rencana yang dibuat. Achievable, yaitu sesuatu tersebut bisa tercapai dan diwujudkan, bukan hanya sekedar fiktif dan khayalan belaka.
Realistis, yaitu sesuatu yang sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada, harus seimbang tetapi tetap ada tantangan didalamnya. Time, yaitu ada batas waktu yang jelas, sehingga bisa dinilai dan dievaluasi.
Organizing adalah proses kegiatan dalam menyusun struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber dan lingkungannya. Pengorganisasian biasanya disusun dalam bentuk badan organisasi atau struktur organisasi. Setiap tugas dan tanggung jawab dalam sebuah perusahaan dibebankan pada semua anggota organisasi menurut skill dan kemampuan masing-masing individu.
Pengorganisasian Farmasi Rumah Sakit harus dapat menggambarkan pembagian tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab
1.
2.
3.
menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi; melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien; melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
4.
5. 6.
7.
melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien; berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi; melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian; memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium Rumah Sakit.
Actuating ( Pelaksanaan ) adalah suatu tindakan yang mengusahakan agar semua perencanaan dan tujuan perusahaan bisa terwujud dengan baik dan seperti yang diharapkan. Actuating merupakan suatu upaya yang menggerakkan orang-orang untuk mau bekerja dengan sendirinya dan dengan kesadaran yang besar untuk mencapai tujuan secara efektif.
Dibutuhkan bentuk nyata dari kerja keras, kerjasama dan kerja nyata. Pengoptimalan seluruh sumber daya manusia Terutama ditujukan untuk mencapai visi, misi dan Planning yang telah diterapkan. SDM harus bekerja sesuai dengan tugas yang dibebankan, fungsi serta peran dan kompetensi dari masing-masing
Rumah sakit memiliki standar prosedur untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensialing staf kesehatan professional lainnya (izin, pendidikan, pelatihan dan pengalaman)
Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk mengidentifikasi tanggungjawab dari setiap tugas dan membuat penugasan berdasarkan atas kredensial apoteker dan peraturan perundangan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No PER/07/M.PAN/4/2008 tentang jabatan Fungsional Apoteker dan Angka kreditnya. Permenkes RI no 377/MENKES/PER/V/2009 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional Apoteker dan angka kreditnya. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No PER/08/M.PAN/4/2008 tentang jabatan Fungsional Asisten Apoteker dan Angka Kreditnya. Permenkes RI No 376/MENKES/PER/V/2009 tentang petunjuk teknis jabatan fungsional Asisten Apoteker dan angka kreditnya
Definisi: ◦
◦
suatu sistem menggunakan komputer dan atau teknologi informasi sebagai dasar mengelola dan memproses data untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh manajer (pihak manajemen) Suatu metode formal untuk menyediakan informasi bagi para manajer secara akurat dan tepat waktu, yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi-fungsi operasional secara efektif
Fungsi: ◦
◦
Fungsi medik care related system Fungsi bisnis management related system
Off line : bisa berupa buku (e-book), medscape, micromedex, lexycom On line : situs web (MIMS), portal wap (situs web yang bisa diakses lewat mobile phone: http://pubmedhh.nlm.nih.gov/nlmd/)
Pengawasan ( Controlling ) adalah proses pengamatan, penentuan standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika diperlukan mengambil tindakan korektif, sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi.
Mencegah terjadinya penyimpangan Memperbaiki kelemahan dan kesalahan, serta menindak penyalahgunaan dan penyelewengan Mendinamisasikan organisasi serta kegiatan dalam manajemen Memperkuat rasa akan tanggung jawab tiap individu Mengambil tindakan korektif jika pelaksanaan menyimpang dari Perencanaan atau standar yang telah ditetapkan.
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait Obat atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan atau kesalahan pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety).
Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah berlalu.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Tujuan : untuk menjamin Pelayanan Kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian harus terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Tahapan program pengendalian mutu: 1. Mendefinisikan kualitas Pelayanan Kefarmasian yang diinginkan dalam bentuk kriteria. 2. Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang sedang berjalan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan; 3. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan bila diperlukan; 4. Penilaian ulang kualitas Pelayanan Kefarmasian; 5. Up date kriteria
Audit (pengawasan)
1. ◦
Dilakukan terhadap proses hasil kegiatan apakah sudah sesuai standar.
Review (penilaian)
2. ◦
Terhadap pelayanan yang telah diberikan, penggunaan sumber daya, penulisan Resep.
Survei
3. ◦
Untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau wawancara langsung.
Observasi
4. ◦
Terhadap kecepatan pelayanan misalnya lama antrian, ketepatan penyerahan Obat.
Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat Monitoring dan evaluasi pelayanan resep Monitoring dan evaluasi penggunaan obat Monitoring dan evaluasi kinerja tenaga kefarmasian
SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
a.
Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari: a. Apoteker b. Tenaga Teknis Kefarmasian
b.
Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari: a. Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian b. Tenaga Administrasi c. Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.
KELAS KOMPETENSI
ORIENTASI 3-4 BULAN - OBS
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI DASAR DIBAWAH SUPERVISI
UJIAN KOMPETENSI
EVALUASI dg/tanpa UJI KOMPETENSI
LULUS
LULUS
BERI KEWENANGAN KLINIS – AK-1
BERI KEWENANGAN KLINIS
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit minimal 3 (tiga) tahun.
a. Beban Kerja Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu: ◦
◦
◦
◦
kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR); jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan produksi); jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari; dan volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat inap, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30 pasien.
Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 50 pasien.
Apoteker untuk kegiatan Pelayanan Kefarmasian di ruang tertentu, yaitu: 1. Unit Gawat Darurat; 2. Intensive Care Unit (ICU)/Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)/Neonatus Intensive Care Unit (NICU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU); 3. Pelayanan Informasi Obat;
1.
2.
3.
menyusun program orientasi staf baru, pendidikan dan pelatihan berdasarkan kebutuhan pengembangan kompetensi SDM. menentukan dan mengirim staf sesuai dengan spesifikasi pekerjaan (tugas dan tanggung jawabnya) untuk meningkatkan kompetensi yang diperlukan. menentukan staf sebagai narasumber/pelatih/fasilitator sesuai dengan kompetensinya.
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh sarana dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku