BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jejak-jejak atau sisasisa kehidupan pada masa lampau dalam skala umur geologi. Paleontologi berasal dari kata palaeos yang berarti purba, onto yang berarti hidup atau penghidupan, dan logos yang logos yang berarti ilmu. Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba dengan cara mempelajari fosil-fosilnya. Ilmu studi paleontologi dibatasi oleh skala waktu geologi dengan umur termuda adalah Kala Holosen (sekitar 10.000 tahun lalu). Skala ini diambil, karena pada 10.000 tahun yang lalu manusia modern ( homo sapiens) sapiens) mulai ada, sehingga dianggap peradabannya mirip dengan manusia sekarang. Fosil adalah Organisme atau sisa organisme termasuk jejaknya yang terawetkan secara alamiah dan berumur lebih tua dari Holosen atau sekitar 10.000 taun yang lalu. Adapun syarat-syarat suatu organisme yang telah mati untuk menjadi fosil adalah : 1. Organisme yang telah mati harus segera tertutup sedimen agar oksigen tidak dapat masuk. 2. Tidak ada bakteri pembusuk. 3. Organisme terebut memiliki rangka yang kuat. 4. Berada dalam keadaan salinitas yang rendah. Paleontologi merupakan salah satu mata kuliah wajib pada program studi Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Untuk melengkapi tugas akhir semester 3 pada program studi ini, penulis melakukan deskripsi mengenai sebuah sampel fosil (kode UTS-14) dan menulis makalah mengenai hasil deskripsi tersebut yang berupa deskripsi lengkap dari sampel fosil UTS-14.
1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memenuhi tugas akhir ini, penulis telah merumuskan permasalahan permasalahn yang akan dipecahkan dalam penyusunan makalah ini. Rumusan masalah tersebut antaralain adalah: 1. Bagaimana morfologi dari sampel fosil UTS-14? 2. Bagaimana cara hidup dari sampel fosil UTS-14? 3. Bagaimana taksonomi lengkap dari sampel fosil UTS-14? 4. Bagaimana fosilisasi dari sampel fosil UTS-14?
1.3 Tujuan Penyusunan
Untuk menjawab semua permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang harus dicapai yaitu: 1. Mendeskripsikan morfologi sampel fosil UTS-14. 2. Menentukan cara hidup sampel fosil UTS-14. 3. Menentukan taksonomi lengkap sampel fosil UTS-14. 4. Menentukan proses fosilisasi dari sampel fosil UTS-14.
1.4 Metoda Penelitian
Metoda penelitian yang digunakan dalam makalah ini adalah metode pustaka analitis, yaitu dengan studi literatur dari berbagai referensi yang didapatkan dari buku dan internet serta pengamatan langsung fosil dengan data yang di dapat, kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisa tersebut.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika penyusunan karya tulis ini dibagi ke dalam empat bab. Bab 1 memuat pendahuluan yang terdiri dari lima subbab, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, metoda penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab 2 berisi landasan teori yang membahas mengenai ciri-ciri umum, morfologi, taksonomi, dan aspek kehidupan dari fosil yang dideskripsi. 2
Bab 3 memuat pembahasan yang terdiri dari morfologi Cravenoceras, taksonomi Cravenoceras, fosilisasi dari fosil Cravenoceras, dan cara hidup dari Cravenoceras serta habitat dari fosil Cravenoceras. Bab 4 yang merupakan bab terakhir dalam karya tulis ini, memuat kesimpulan
berdasarkan landasan teori dan pembahasan dari bab-bab
sebelumnya.
3
BAB II LANDASAN TEORI Paleontologi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang kehidupan purba atau kehidupan di masa lalu atau keadaan fosil-fosil dan sisa-sisa dari jejak kehidupan di masa lalu yang terkandung dalam batuan yang dapat mengungkap sejarah masa lalu. Tujuan utama pengetahuan ini yaitu pengenalan fosil. Paleontologi ini dapat dibagi berdasarkan dari ukuran obyeknya. Pelontologi ini dibagi 2, yaitu :
Makropaleontologi;
cabang
dari
paleontology
(paleontobotani
/paleozoologi) yang mempelajari obyek-obyek dengan ukuran relatif besar dan tidak memerlukan alat bantu mikroskop atau langsung dengan mata (megaskopis). Contoh : paleontologi vertebrata maupun invertebrata berukuran megaskopis.
Mikropaleontologi; cabang dari paleontologi yang khusus membahas semua organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) sehingga pada pelaksanaannya harus mempergunakan alat bantu mikroskop. Objek dari ilmu ini adalah fosil. Fosil ini memiliki pengertian yaitu sisa
bagian tubuh maupun jejak dari organisme yang terekam baik dalam suatu batuan. Dalam pembentukannya fosil ini mengalami proses yang kompleks. Fosil yang berukuran makro atau yang terlihat secara megaskopis ini umumnya didominasi oleh organisme yang termasuk dalam jenis vertebrata adapun sebagian invertebrate yang memiliki bagian tubuh besar umunya cangkang. Fosil makro yang umumnya ditemui termasuk dalam invertebrate ini tergolong dalam phylum Moluska. Karena banyaknya spesies dari kelas ini yang telah hidup sejak zaman Cambrian. Salah satu klas dari filum moluska yang menarik untuk dibahas adalah Klas Cephalopoda.
4
Cephalopoda, berasal dari kata = -. cephale
: kepala
-. podos
: kaki
Cephalopoda adalah Mollusca yang berkaki di kepala. Contoh dari Klas ini yaitu Cumi-cumi dan sotong yang memiliki 10 tentakel yang terdiri dari 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek. Ciri-ciri umum dari organisme ini adalah : a. Tubuh simetri radial. b. Planispiral (putarannya bersifat
dua dimensi) dan external shell
seperti nautilids dan ammonoids/ ammonit. c. Internal shells contohnya belemnites (seperti cumi-cumi dan gurita pada masa sekarang) d. Habitat di perairan laut dangkal (zona litoral-neritik). e. Hidup secara nektonik. f.
Cangkangnya terdiri dari zat gampingan.
g. Cangkangnya terdiri dari kamar-kamar (chambers). h. Memiliki ornamentasi berupa sutura yang merupakan representasi dari septa (pembatas antar chambers).
Cephalopoda memiliki tentakel yang berada di sekitar kepalanya dan berfungsi seperti tungkai ( lengan dan kaki). Tungkai ini digunakan untuk menangkap mangsa. Otak Cephalopoda berkembang dengan baik dan pada beberapa jenis dapat mengingat dengan baik. Selain itu Cephalopoda juga memiliki mata yang berkembang dengan baik (memiliki lensa mata dan iris) . Cephalopoda memiliki lengan penangkap yang bersatu dengan membentuk bagian leher, corong, dan sifon (sebagai jalan keluarnya air). Sifon inilah yang berfungsi untuk menyemprotkan air. Energi penyemprotan ini yang digunakan oleh Cephalopoda untuk bergerak di perairan. Di sebelah perut terdapat kantung tinta. Tinta disemprotkan ketika berada dalam kondisi yang membahayakan hidupnya. System organ pada Cephalopoda telah berkembang dengan baik. System perncernaan, respirasi serta system peredaran telah memiliki organ-organ 5
tersendiri. Cephalopoda berkembang biak dengan cara seksual.
Gambar 2.1 Morfologi umum Cephalopoda
Cephalopoda hidup di laut pada bagian litoral sampai neritic atas. Cephalopoda hidup secara nektonic dengan berenang bebas di perairan.
Secara garis besar Cephalopoda diklasifikasikan menjadi 3 subkelas, yaitu : a. Nautilus Subkelas ini masih bisa ditemui sampai sekarang. Putaran cangkangnya planispiral dan melingkar. Sebagian besar cangkangnya involute. Tapi ada juga yang involute. Tidak memiliki kantung tinta. Cangkangnya terbentuk dari kapur. Suturanya lebih lurus dan pada umumnya memiliki siphuncle.
6
Gambar 2.2 Morfologi umum Nautillus
b. Ammonoidea Subkelas (ectocochliate)
Ammonoidea dengan
nenek
memiliki moyang
cangkang yang
sama
eksternal dengan
Bactritida. Ammonoidea ditandai dengan model sutura yang moderat hingga yang sangat kompleks, sebuah siphuncle tubular sempit yang pada umumnya, meskipun tidak secara eksklusif, diposisikan sepanjang margin ventral, dan setidaknya dalam bentuk yang lebih maju ke depan dengan memproyeksikan leher septum prosifonat dan yang melengkung ke depan septa secara konveksi. Cangkang Ammonoida memiliki berbagai macam variasi. Kebanyakan planispiral, beberapa menjadi tak-tergelung, yang lainnya menjadi trochoidal (melingkar secara asimetris sepanjang puncak menara ), dan yang lain, secara heteromorf, merubah bentuk mereka secara radikal selama ontogeni. Pada umumnya, sebagian besar planispiral, cangkang ammonoid berevolusi dengan melihat dari struktir sutura yang terlihat. Semakin komplek bentuk sutura ammonoid, maka semakin muda 7
umurnya. Garis sutura ammonoids biasanya digunakan sebagai patokan untuk menentukan zaman mesozoikum.
Gambar 2.3 Bentuk Sutura ammonite
Gambar 2.4 Penentuan Umur Berdasarkan Sutura
c. Belemnites Subkelas Belemnites memiliki bentuk cangkang yang sangat unik. Cangkang Belemnites tidak melingkar seperti pada Nautillus ataupun Ammonoids, tetapi lurus. Belemnites adalah Cephalopoda yang memiliki cangkang di dalam tubuhnya. Bagian cangkang inilah yang akan menjadi fosil. Cangkang Belemnites terbentuk dari kalsit. Belemnites mulai muncul pada Jurasik bawah dan berakhir pada era Cretaceous atas. Ketika menjadi fosil, cangkang Belemnites akan tergantikan dengan kalsit ataupun aragonite.
8
Gambar 2.5 Cangkang Belemnites
9
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Morfologi Sampel Fosil UTS-14
Gambar 3.1 Sampel Fosil UTS-14
Hasil deskripsi dari Fosil UTS-14 adalah sampel fosil ini berwaran putih kecoklatan. Merupakan fosil Cephalopoda Subkelas Ammonoids, hal ini dapat disimpulkan melalui bentuk cangkang fosil yang sangat mencerminkan tebaginya kamar-kamar cangkang tersebut. Putaran cangkangnya planispiral. Cangkangnya termasuk dalam kategori evolute. Bagian tengah lebih cekung dari sekitarnya. Batas antar rib terlihat jelas. Terdapat ornamen tonjolan melingkar pada bagian pinggir dari spiral terluar.
10
Berikut adalah dimensi fosil :
Gambar 3.2 ukuran tebal sampel fosil UTS-14
Gambar 3.3 ukuran panjang sampel fosil UTS-14
11
Gambar 3.3 ukuran lebar sampel fosil UTS-14
Gambar 3.4 kenampakan belakang sampel fosil UTS-14
12
Dari hasil pengamatan dan deskripsi, sampel fosil UTS-14 merupakan fosil Moluska, Kelas Chephalopoda, Subkelas Ammonoid. Dari studi dan analisis berbagai literatur, penulis menemukan gambaran fosil yang sangat mirip dengan fosil UTS-14, yaitu fosil dari family Polyptychitidae, dan genus Delphinites (Sayn, 1901) yang berkenampakan seperti berikut:
Gambar 3.4 kenampakan salah satu spesies genus Delphinites Delphinites merupakan genus dari family Polyptychitidae, ordo ammonites, subkelas Ammonoids yang hidup pada 145.5 - 136.4 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri dari Delphinites adalah spiral awal dan beberapa setelahnya bervariasi dengan bentuk sedikit banyak konveks, dan spiral luarnya dilingkupi oleh batas yang melingkar, dan rib yang terpisah sangat baik.
3.2 Fosilisasi Sampel Fosil UTS-14
Dari hasil pengamatan dan deskripsi sampel fosil UTS-14, sampel fosil UTS-14 ini terfosilkan secara replacement. Hal ini diketahui dari bentuk fosil yang masih seperti cangkang aslinya, namun tanpa sutura yang jelas dan material cangkangnya telah terubah menjadi batu. Mineral yang mengisi cangkang adalah klastik dari sedimen karbonatan butir halus. Hal ini ditandai dengan tersisanya material sedimen pada salah satu sisi sampel fosil UTS-14 yang diduga merupakan bagian dari sedimen yang
13
mencerminkan lingkungan pengendapan dari fosil tersebut. Sedimen yang menempel pada sampel fosil tersebut berwarna putih, berukuran pasir sangat halus, bentuk sub-rounded.
3.3 Cara Hidup Sampel Fosil UTS-14
Seperti pada Ammonoids lainnya, Delphinites hidup secara nektonik dengan berenang aktif pada bagian laut dangkal (zona tidal. Jangkauan daerah pengendapannya adalah zona litoral sampai neritik. Delphinites merupakan karnivora yang memakan binatang laut lain yang lebih kecil.
3.4 Taksonomi Sampel Fosil UTS-14
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Cephalopoda
Order
: Ammonoidea
Family
: Polyptychitidae
Subfamily
: Platylenticeratinae
Genus
: Delphinites
14
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan deskripsi makroskopis dari sampel fosil UTS-14, disimpulkan bahwa sampel fosil UTS-14 ini merupakan fosil moluska dengan taksonomi sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Phylum
: Mollusca
Class
: Cephalopoda
Order
: Ammonoidea
Family
: Polyptychitidae
Subfamily
: Platylenticeratinae
Genus
: Delphinites
Ciri-ciri morfologi dari Delphinites (sampel fosil UTS-14) adalah sampel fosil
ini
berwaran
putih
kecoklatan.
Putaran
cangkangnya
planispiral.
Cangkangnya termasuk dalam kategori evolute. Bagian tengah lebih cekung dari sekitarnya. Batas antar rib terlihat jelas. Terdapat ornamen tonjolan melingkar pada bagian pinggir dari spiral terluar. Dari studi literatur, Delphinites hidup pada 145.5 - 136.4 juta tahun yang lalu (Kapur awal). Delphinites hidup secara nektonik di zona litoral sampai neritik. Jenis fosilisasi pada fosil Delphinites adalah replacement dengan material sedimen klastik butir halus berwarna terang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Moore, Reymond C. 1996. Treatise on Invertebrate Paleontology. Kansas: University of Kansas.
Syarifin, Paleontologi Invertebrata. Bandung: Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.
Tim Asisten Makropaleontologi. 2011. Panduan Praktikum Makroplaeontologi. Semarang ; UNDIP press.
http://www.nature.com/nature/journal/v424/n6952/images/nature01872-f1.2.jpg (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 pukul 19.05 WIB)
http://www.tonmo.com/science/fossils/morphology/Nautilus.jpg (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 pukul 19.08 WIB)
http://fossilworks.org/cgi-bin/bridge.pl?taxon_no=14759&action=basicTaxonInfo (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 pukul 19.13 WIB)
http://www.enchantedlearning.com/subjects/dinosaurs/glossary/Ammonite.shtml (Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 pukul 19.15 WIB)
16