Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Paleontologi”, yang menurut kam dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari permatakuliahan Geologi II. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN Paleontologi adalah studi tentang kehidupan purba atau kehidupan prasejarah di bumi. Tujuan utama paleontologi adalah untuk menyelidiki evolusi spesies tumbuhan dan hewan serta ekosistem kuno serta iklim bumi secara keseluruhan. Meskipun berkaitan dengan kehidupan, paleontologi sebenarnya merupakan cabang dari geologi atau ilmu yang mempelajari alam fisik.Paleontologi menggunakan fosil organisme untuk memperkirakan kondisi di bumi pada saat kehidupan organisme tersebut berlangsung.Perubahan pada spesies tertentu juga akan membantu menjawab pertanyaan tentang evolusi. Karena fosil umumnya terpendam dalam formasi berbagai jenis batuan, paleontologi memiliki hubungan erat dengan geologi.Dengan melihat komposisi, letak, dan lingkungan sekitar penemuan fosil, ahli paleontologi mampu memperkirakan iklim dan perubahan lingkungan lainnya selama periode waktu tertentu di masa lalu.
BAB 2 PEMBAHASAN Definisi Paleontologi Paleontologi berasal dari bahasa yunani, yaitu paleon yang berarti tua atau yang berkaitan dengan masa lalu ontos berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu atau pembelajaran, atau di pihak lain menyebutkan bahwa paleontology adalah juga paleobiologi ( paleon = tua, bios = hidup, logos = ilmu ) jadi paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah kehidupan di bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi fosil. Di dalam paleontologi ini, kita akan mempelajari tentang hewan dan tumbuhan yang hidup di masa lampau yang kini bisa kita lihat melalui fosil-fosil dan peninggalan lainnya. Berbeda dengan mempelajari hewan atau tumbuhan yang hidup di jaman sekarang, paleontology menggunakan fosil sebagai sumber utama peneliti, yang artinya ini akan sangat sulit untuk di pelajari. Data yang kita peroleh saat ini merupakan data-data hasil penelitian selama berpuluhpuluh tahun. Fosil adalah sisa kehidupan purba yang terawetkan secara alamiah dan terekam pada bahan-bahan dari kerak bumi.sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang,jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Catatan fosil ( fossil record ) adalah susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan/ strata,pada batuan sedimen yang menandai berlalunya waktu geologis.Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan,semakin muda usia fosil tersebut. Ada bermacam-macam fosil bila ditinjau dari dari kejadiannya, antara lain:
Bagian keras yang terawetkan dan menjadi fosil seperti keadaannya semula. Misalnya:
tulang,gigi, cangkang Suatu rongga yang terbentuk karena bagian keras yang semula ada, terlarut oleh air
dan akibatnya terbentuk rongga yang bentuknya seperti semula. Hasil pembatuan Awetan yang terdapat dalam lapisan seperti batu amber Jejak, lubang, tempat tinggal, kotoran Menurut Shrock &Twenhofel (1952), Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lampau dalam skala umur geologi.
Ruang lingkup paleontology
Secara umum paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu Paleobotani ( tumbuhan ) dan Paleozoologi ( hewan ). Jadi ruang lingkup paleontologi ( terbagi dalam paleobotani dan paleozoologi) antara lain: 1. Paleobotani Paleobotani adalah ilmu yang mempelajari fosil tumbuhan. Kajian Paleobotani meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi dunia tumbuhan. Tujuan mempelajari Paleobotani adalah: a.
Untuk rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil tumbuhan dari suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada kolom geologis lainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang ada dari waktu ke waktu, atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya, khususnya mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai muncul di muka bumi, kapan perkembangan maksimalnya, dan kapan kelompok tumbuhan tersebut punah.
b.
Untuk keperluan analisa pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu.
c.
Untuk analisa endapan dari masa karbon ( khususnya yang mengandung sisa tumbuhan ), yang berpotensi dalam presiksi sifat- sifat batubara. Dengan demikian dapat diketahui macam batubara serta dari tumbuhan apa batubara tersebut berasal.
d.
Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim. Dengan cara ini maka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa lampau beserta perubahanperubahan yang terjadi, dan juga untuk mempelajari hubungan antara tumbuhan dengan hewan yang menghuni lingkungan tersebut. Salah satu perubahan iklim yang seringkali dapat diungkap dengan pendekatan ini adalah perubahan ternperatur rata-rata.
2. Paleozoology ( hewan vertebrata dan invertebrata ) Tujuan dari mempelajari paleozoology adalah : a.
Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di bidang hewan dan perkembangan manusia. Proses rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui rekonstruksi fosil karena fosil ditemukan dalam lapisan/strata geologis yang berlainan sehingga dapat diketahui perkiraan waktu munculnya dan kehidupan makhluk yang telah memfosil tersebut.
b.
Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada masa purba di mana kondisi bumi masih belum stabil sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan spesies dan vegetasi tanaman
c.
Analisa mengenai aspek – aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini bermanfaat untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan, mempelajari bagaimana hubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut
d.
Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi, proses evolusinya melalui masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin
e.
Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan kondisi lingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan terus bertahan walaupun peiode waktu geologis terus berjalan sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru yaitu suatu kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baru yang memberikan banyak kesempatan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.
Ilmu yang berkaitan dengan paleontology Paleontology berkaitan erat tentang fosil dan perkembangan makhluk hidup hingga sekarang. Sehingga paleontoligi berhubungan erat dengan ilmu evolusi. Tapi sampai sekarang, ilmu tentang evolusi ban yak sekali terdapat pro dan kontra, banyak yang setuju dengan ilmu ini, tetapi lebih banyak yang menolaknya. Tapi dalam hal ini, paleontology sangat berkaitan dengan evolusi, bahkan sangat menunjang, unutk membuktikan kebenarannya. Untuk ilmu yang lainnya, ada beberapa ilmu yang erat kaitannya dengan paleontology antara lain : 1.
Biostratigrafi Biostratigrafi merupakan ilmu penentuan umur batuan dengan menggunakan fosil yang
terkandung didalamnya. Biasanya bertujuan untuk korelasi, yaitu menunjukkan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili periode waktu yang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Fosil berguna karena sedimen yang berumur sama dapat terlihat sama sekali berbeda dikarenakan variasi lokal lingkungan sedimentasi. Sebagai contoh, suatu bagian dapat tersusun atas lempung dan napal sementara yang lainnya lebih bersifat batu gamping kapuran, tetapi apabila kandungan spesies fosilnya serupa, kedua sedimen tersebut kemungkinan telah diendapkan pada waktu yang sama. Amonit, graptolit dan trilobit merupakan fosil indeks yang banyak digunakan dalam biostratigrafi. Mikrofosil seperti acritarchs, chitinozoa, conodonts, kista dinoflagelata, serbuk sari, sapura dan foraminifera juga sering digunakan. Fosil berbeda dapat berfungsi dengan baik pada sedimen yang berumur berbeda; misalnya trilobit, terutama berguna untuk sedimen yang
berumur Kambrium. Untuk dapat berfungsi dengan baik, fosil yang digunakan harus tersebar luas secara geografis, sehingga dapat berada pada bebagai tempat berbeda. Mereka juga harus berumur pendek sebagai spesies, sehingga periode waktu dimana mereka dapat tergabung dalam sedimen relatif sempit, Semakin lama waktu hidup spesies, semakin tidak akurat korelasinya, sehingga fosil yang berevolusi dengan cepat, seperti amonit, lebih dipilih daripada bentuk yang berevolusi jauh lebih lambat, seperti nautoloid. 2.
Kronostratigrafi Kronostratigrafi merupakan cabang dari stratigrafi yang mempelajari umur strata batuan
dalam hubungannya dengan waktu. Tujuan utama dari kronostratigrafi adalah untuk menyusun urutan pengendapan dan waktu pengendapan dari seluruh batuan didalam suatu wilayah geologi, dan pada akhirnya, seluruh rekaman geologi Bumi. Tata nama stratigrafi standar adalah sebuah sistem kronostratigrafi yang berdasarkan interval waktu paleontologi yang didefinisikan oleh kumpulan fosil yang dikenali (biostratigrafi). Tujuan kronostratigrafi adalah untuk memberikan suatu penentuan umur yang berarti untuk interval kumpulan fosil ini. 3.
Mikropaleontologi Mikropaleontologi merupakan cabang paleontologi yang mempelajari mikrofosil.
Mikrofosil adalah fosil yang umumnya berukuran tidak lebih besar dari empat millimeter, dan umumnya lebih kecil dari satu milimeter, sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan mikroskop cahaya ataupun elektron. Fosil yang dapat dipelajari dengan mata telanjang atau dengan alat berdaya pembesaran kecil, seperti kaca pembesar, dapat dikelompokkan sebagai makrofosil. Secara tegas, sulit untuk menentukan apakah suatu organisme dapat digolongkan sebagai mikrofosil atau tidak, sehingga tidak ada batas ukuran yang jelas. 4.
Paleobotani Paleobotani atau palaeobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany yang
berarti ilmu tentang tumbuhan), adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari tentang tumbuhan pada masa lampau. 5.
Paleozoologi Paleozoologi atau palaeozoology (bahasa Yunani: παλαιον, paleon = tua dan ζωον, zoon =
hewan) adalah adalah cabang dari paleontologi atau paleobiologi, yang bertujuan untuk menemukan dan mengindentifikasi fosil hewan bersel banyak dari sistem geologi atau arkeologi, untuk menggunakan fosil tersebut dalam rekonstruksi lingkungan dan ekologi prasejarah.
6.
Palinologi Palinologi merupakan ilmu yang mempelajari polinomorf yang ada saat ini dan fosilnya,
diantaranya serbuk sari, sepura, dinoflagelata, kista, acritarchs, chitinozoa, dan scolecodont, bersama dengan partikel material organik dan kerogen yang terdapat pada sedimen dan batuan sedimen. Istilah palinologi diperkenalkan oleh Hyde dan Williams pada tahun 1944, berdasarkan surat-menyurat dengan ahli geologi Swedia yang bernama Antevs, dalam Pollen Analysis Circular (salah satu jurnal yang mengkhususkan pada analisa pollen, yang diproduksi oleh Paul Sears di Amerika Utara). Hyde dan Williams memilih palinologi berdasarkan kata dalam Bahasa Yunani paluno yang berarti 'memercikan' dan pale yang berarti 'debu' (sehingga mirip dengan kata dalam Bahasa Latin pollen). 7.
Zoologi Zoologi dengan berbagai cabang keilmuannya seperti mammalogi dan primatologi
membantu dalam menganalisis fosil hewan yang ditemukan,sangat berkaitan dengan paleozoologi. 8.
Morfologi Morfologi dibutuhkan sejak proses preparasi / perbaikan fosil yang ditemukan dan
rekonstruksi fosil sampai ke tingkat individu. 9.
Fisiologi dan Biokimia Fisiologi dan Biokimia, ilmu ini penting untuk analisa nutrisi yang dimanfaatkan oleh
manusia dan makhluk hidup zaman purba ( paleonutrisi ), proses dan siklus reproduksi,jarak imunologis serta identifikasi biokimiawi. 10.
Arkeologi Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan ( manusia ) pada masa lampau
melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditemukan. Peninggalan arkeologis ini sering disebut artefak yaitu alat yang dipakai manusia untuk mengeksploitasi lingkungan. Ilmu ini sangat berkaitan dengan paleontologi karena bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan dan mengenali alat yang dipakai oleh manusia purba. 11.
Geologi Geologi, ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang lapisan pembentuk bumi, proses
pembentukannya yang menjadi acuan penentuan umur relatif suatu fosil atau artefak peninggalan
manusia purba. Penentuan umur relatif berdasar skala waktu geologis dengan urutan sejarah yang konsisten dan terdiri dari empat zaman yaitu Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum dan Senozoikum. 12.
Radiologi Radiologi, ilmu ini berguna dalam metode penentuan umur radiometrik yang dipakai
untuk menentukan umur batuan dan fosil dalam skala waktu absolut / sebenarnya. Metode ini berdasarkan kandungan isotop suatu unsur dalam fosil yang terkumpul saat organisme masih hidup. Berikut beberapa pengembangan dari ilmu Paleontologi:
Paleoantropologi ( ilmu manusia purba ), Ilmu yang menyelidiki evolusi manusia sejak awal sejarah kemunculannya hingga zaman manusia logam serta variasi biologisnya dalam masa dan tempat. Hal yang dipelajari dalam paleoantropologis antara lain sisa bagian tubuh
manusia. Paleopatologi, adalah ilmu yang menganalisa penyakit yang dideritamanusia purba sehingga
menyebabkan kematiannya.Bukti – bukti terlihat pada tulang belulang dan gigi – geligi Paleofloristik, ilmu yang mempelajari kumpulan fosil tumbuhan dalam dimensi ruang dan waktu,hal ini menggambarkan distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya sebagai respon perubahan lingkungan di masa lampau.
Paleontology dalam kehidupan Di dalam kehidupan sehari-hari, paleontologi sangat bermanfaat. Manfaat di dalam kehidupan kita, antara lain : 1.
Karir Tentang karier dan jalur karir di paleontologi dan bidang terkait, termasuk program-
program profesional, halaman menggambarkan karier dalam paleontologi, atau daftar pekerjaan paleontologi. 2.
Ilmu pengetahuan Paleo bisa dijadikan sumber pembelajaran bagi siswa ataupun mahasiswa, tidak hanya di
sekolah atau saat kuliah saja, tapi paleo merupakan ilmu yang bisa dipelajari di luar kelas misalnya di museum purba. 3.
Sumber daya
Tambahan sumber daya, termasuk peta, panduan lapangan, koleksi gambar, publikasi, dan kurikulum. Tokoh dan ahli Paleontologi Ini adalah ilmu yang dinamis yang berupaya untuk mengungkap sejarah seluruh kehidupan di Bumi. Paleontologis mengkaji beberapa baris bukti yang memberikan petunjuk bahwa sejarah, termasuk fosil dan bagaimana mereka terbentuk dan terpelihara, stratigrafi, biogeografi, histologi, dan kimia. Jadi menjadi ahli paleontologi berarti banyak hal. Di sini Anda akan bertemu dengan berbagai ahli paleontologi dan belajar tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka menikmati pekerjaan mereka. Karen Carr Karen Carr adalah seniman satwa liar dan sejarah alam yang mengkhususkan lukisan digital yang karyanya telah muncul dalam publikasi, kebun binatang, museum dan taman di seluruh Amerika Serikat, Jepang dan Eropa. Brian Platt Brian Platt adalah Ph.D. candidate calon di Departemen Geologi di University of Kansas (KU). Warren Allmon Dr Warren Allmon adalah Direktur Lembaga Penelitian paleontologi (PRI) dan perusahaan Museum of the Earth di Ithaca, New York. Linda Ivany Dr Linda Ivany adalah Professor di Syracuse University yang mengkhususkan diri dalam paleoecology evolusi dan paleoclimatology. Keith Miller Keith Miller adalah Asisten Profesor Riset di Departemen Geologi di Kansas State University. Leif Tapanila Leif Tapanila adalah Profesor di Departemen Geosains di Idaho State University dan juga menjabat sebagai Kurator Geologi di Museum Sejarah Alam Idaho. Shanan Peters Dr Peters Shanan adalah Asisten Profesor di Departemen Geologi dan Geofisika di University of Wisconsin-Madison. Rowan Lockwood Rowan Lockwood
Dr Rowan Lockwood adalah Professor di Departemen Geologi di College of William & Mary di Williamsburg, VA, dan Program Coordinator (2007 sekarang) dari komunitas paleontologi. Peter Crane Sir Peter Crane FRS adalah paleobotanist dan Profesor di Departemen Ilmu Geofisika di University of Chicago. David Krause David Krause adalah Professor spesialis di Departemen Ilmu Anatomi, Departemen Geosains, dan Program Doktor dalam Ilmu Antar antropologi di Universitas Stony Brook, New York, dan Research Associate dari Field Museum Sejarah Alam, Chicago. Catherine Badgley Wawancara dengan Dr Catherine Badgley, seorang ilmuwan penelitian dan asisten profesor di Universitas Michigan dan Presiden Society of Vertebrate Paleontology. Sejarah teori Paleontologi Tokoh dan teori pencetus Paleontologi. 1.Shrock &Twen hofel (1952): Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa lampau dalam skala umur geologi.Studi Paleontologi dibatasi oleh skala waktu geologi yaitu umur termuda adalah Kala Holosen (0,01 jt. th. yang lalu). 2. Strabo (58 SM-25 M), Melihat kenampakan seperti beras pada batu gamping yang digunakan untuk membangun piramid. Fosil tersebut kemudian dikenal sebagai Numm ulites. 3. Abbe Giraud de Saulave (1777) Law of Faunal Succession (Hukum Urut-urutan fauna).Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan umurnya. Fosil pada formasi terbawah tidak serupa dengan formasi yang di atasnya 4. Chevalier de Lamarck (1774 - 1829), Pencetus Hipotesa Evolusi .Organisme melakukan perubahan diri untuk beradaptasi dengan lingkungannya. 5.Baron Cuvier (1769 1832) Penyusun sistematika Paleontologi (Taksonomi) 6.William Smith (1769 - 1834),
Law of Strata Identified by Fossils (Hukum Mengenali Lapisan Dengan Fosil Kemenerusan suatu lapisan batuan dapat dikenali dari kandungan fosilnya. 7.Charles Robert Darwin (1809 - 1882) Perubahan makhluk hidup disebabkan oleh adanya faktor seleksi alam 8.Pada abad ke 18 dan 19, seorang ahli geologi berkebangsaan Inggris William Smith dan ahli paleontologi Georges Cuvier dan Alexandre Brongniart dari Perancis. Menemukan batuan-batuan yang berumur sama serta mengandung fosil yang sama pula, walaupun batuan-batuan tersebut letaknya terpisah cukup jauh Paleontology di masa datang Paleontology di masa datang akan semakin berkembang seiring berkembangnya ilmu teknologi, dan perkembangan IT itu sendiri akan semakin membantu penelitian tentang ilmu paleontology Aplikasi paleontologi 1. Menentukan Umur Relatif Batuan Kemunculan fosil dari zaman ke zaman selalu berbeda, sehingga fosil dapatdigunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan sedimen. Fosil Indeks: fosil yang kemunculannya sangat spesifik mewakili suatu zaman, contoh:Ammonit pada Trias. Syarat-syarat fosil indeks: Memiliki penyebaran lateral yang luas, kisaran umurnya pendek dan mudah dikenali. 2. Melakukan Korelasi Korelasi:menghubungkan dua atau lebih satuan batuan berdasarkan kesamaan umur. Biostratigrafi adalah menyusun suatu satuan batuan berdasarkan kesamaan kandungan fosilnya. Dalam perkembangannya satuan biostratigrafi sering identik dengan umur dari batuan itu sendiri. 3. Menentukan Lingkungan Pengendapan Organisme dalam hidupnya dibatasi oleh suatu lingkungan, dimana organismetersebut dapat beradaptasi. Dengan demikian fosil dapat dipergunakan untukmenentukan lingkungan pengendapan. Syarat: fosil
terendapkan
(bioconoese ), lingkungan
hidupnya
pada
lingkungan
sempit dan
mudah
dimana
dia
hidup
dikenali. Lingkungan
Pengendapan : Darat, meliputi gurun, sungai, danau, dan sebagainya. Sedangkan laut, meliputi: pantai, rawa, laut dangkal (neritik) dsb.
4. Mengetahui Paleoklimatologi Selain lingkungan hidup, organisme juga dipengaruhi oleh iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: Koral biasanya hidup pada iklim tropis - sub tropis.
BAB 3 KESIMPULAN Paleontologi adalah mempelajari fosil makh luk hidup purba yang biasanya adalah dengan mempelajari fosil-fosilnya untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman purba. Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam fosil.
DAFTAR PUSTAKA Jones, S. Martin; & R. Pilbeam (ed.) (2004). The Cambridge Encyclopedia of Human Evolution (8th ed.).Cambridge University Press Brasier, M.D. (1980), Microfossils. Chapman and Hall publishers Traverse, A. (1988), Paleopalynology. Unwin Hyman Moore, P.D., et al. (1991), Pollen Analysis (Second Edition). Blackwell Scientific Publications