Makalah Terapi Keluarga Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Keperawatan “Keperawatan Jiwa” Semester IV B
Disusun oleh : KELOMPOK 3
STIKES MAHARANI MALANG PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN 2013/2014
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia kepada kami, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Pada kesempatan ini kami haturkan terima kasih kepada Ibu / Bapak Dosen pembimbing sehingga makalah ini dapat tersususun. Tak lupa pula kepada teman-teman yang terus memberikan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan hasil maksimal. Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saran dan kritik yang bersifat membangun selalu kami harapkan, demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya. Terima Kasih,
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling yang relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang ditemukan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa dianggap sebagai sesuatu yang ‘gagal’ oleh para pionir terapi keluarga, sekalipun banyak dari mereka terlatih di bidang psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien harus dikonseling sendirian. Kehadiran orang lain akan mengganggu proses penyembuhan. Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan (terutama juga karena pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu sebagai bagian dari suatu sistem yang namanya keluarga).
Para pionir ini, terutama Virginia Satir, mencoba menghadirkan anggota keluarga lain dalam proses konseling, dengan keyakinan bahwa klien yang sedang dikonseling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota keluarga lain. Jadi dalam terapi keluarga, yang hadir tidak hanya individu yang dianggap bermasalah, tetapi juga anggota keluarga yang lain (yang mungkin menganggap dirinya tidak punya masalah) Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan pola pandang tadi, dalam perkembangannya muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga. Berikut ini contoh dari beberapa model yang ada seperti Family Systems Therapy oleh Murray Bowen. Bowen percaya bahwa keluarga mempunyai pengaruh sangat besar (lebih dari yang kita ketahui) terhadap hidup kita. Setiap kali kita masuk dalam suatu hubungan, pola-pola lama yang ada dalam keluarga kita mempengaruhi kita. Apalagi kalau kita mempunyai unfinished b usiness dalam hubungan di keluarga kita. Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen adalah peta keluarga (genogram) 3 generasi. Structural Family Therapy oleh Salvador Minuchin. Sesuai dengan namanya, model ini melihat kepada struktur keluarga. Untuk mengubah masalah, struktur keluarga harus d iperbaiki. Model ini sangat populer di tahun 1970-an. 1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pentingnya peran keluarga ? 2. Apa pengertian terapi keluarga ? 3. Apa pentingnya terapi keluarga? 1.3. TUJUAN • Mengetahui pentingnya peran keluarga. • Mengetahui pengertian terapi keluarga. • Mengetahui pentingnya terapi keluarga.
BAB II PEMBAHASAN 2.1. KELUARGA A. DEFINISI KELUARGA: Kumpulan dua orang atau lebih, yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 1998). Suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berkelainan jenis yang hidup bersama, atau seorang laki-laki atau seoranag permpuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anak sendiri maupun adopsi, dan tinggal dalam dalam seebuah rumah tangga. (Sayekti, 1994). B. PERAN KELUARGA Peran kelurga menggambarkan seperangkat perilaku antara pribadi, sifat, segi kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga: Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebahgai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta berbagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu berperan mengurus rumah tangga,pengasuh dan pedidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat mencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak-anak nya melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan baik fisik mental dan spiritual. C. TUGAS KELUARGA 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya 2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3. Pembagian tugas masing-masing anggotannya sesuai dengan kedudukannya masing-masing 4. Sosialisasi antar anggota keluarga 5. Pengaturan jumlah anggota keluarga 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga 7. Penempatan anggota-anggota keluarga yang lebih luas 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya D. FUNGSI YANG DI JALANKAN OLEH KELUARGA 1. Fungsi pendididkan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak. 2. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga memp ersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik. 3. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman. 4. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesame anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuh keharmonisan dalam keluarga 5. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia. 6. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala kelurag mencari penghasilan mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga 7. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenagkan dalam keluarga seperti acara nonton tv bersama, bercerita pengalaman masing-masing, dll. 8. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagi generasi selanjutnya 9. Member kasih saying, perhatian, dan rasa nyaman diantara keluraga serta membina pendewasaan perhatian keluarga. E. DISFUNGSI KELUARGA 1. tidak memiliki satu atau lebih fungsi keluarga 2. ibu yang terlalu melindungi atau ayah yang tidak di rumah 3. ayah dan ibu yang terlalu sibuk, pasif 4. pasangan yang tidak harmonis 2.2. TERAPI KELUARGA : DEFINISI : Suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart & Sudden). Merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang berdasarkan pada kenyataan bahwa
manusia adalah mahluk social dan bukan suatu mahluk yang terisolir. Pendekatan terapiutik yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik.
2.3. TUJUAN TERAPI KELUARGA : 1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga 2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota keluarga. 3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis 4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai 5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota keluarga 6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga. 2.4. MANFAAT TERAPI KELUARGA Bagi klien : • Mempercepat proses penyembuhan. • Memperbaiki hubungan interpersonal. • Menurunkan angka kekambuhan. Bagi Keluarga : • Memperbaiki fungsi & struktur keluarga. • Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia. • Keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi. 2.5. INDIKASI TERAPI KELUARGA • Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik beberapa generasi • Konflik orang tua & anak • Proses transisi dlm keluarga ; pasangan baru menikah, kelahiran anak pertama, anak mulai remaja • Terapi individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain • Tdk ada kemajuan terapi individu 2.6. STRUKTUR TERAPI KELUARGA Identifikasi keluarga • Perubahan/transisi keluarga • Tahap perkembangan • Struktur keluarga Penetapan tujuan “wawancara awal” : • Proses penyatuan keluarga • Perawat berperan sbg bagian sistem keluarga >Tempat : RS (ruangan, Poliklinik) atau rumah klien .
2.7. MODEL TERAPI KELUARGA 1. Model struktural (Minuchin) Model ini dikembangkan oleh Minuchin, konsepnya keluarga adalah suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima
perbedaan dan saling memahami karakter. 2. Model terapi Bowenian Bowenian mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara k andung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem individu dan jika terjadi ganggu an pada salah satu subsistemnya maka akan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem keluarga tersebut yaitu masyarakat. Bowen sendiri mempunyai 8 konsep dasar dalam pelaksanaan terapinya : a. Pemisahan Diri (differentiation of self) Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan diri sebagai bagian yang terpisah secara realistis dari ketergantungan pada individu lain dalam keluarga, tetapi dengan catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan jernih dalam menghadapi konflik, kritik, serta menolak pemikiran yang tidak jelas serta emosional. Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari kekuatan ego keluarga yang telah banyak diterima pada anggota keluarga yang berusia 2 sampai 5 tahun serta diulang pada usia antara 13 dan 15 tahun. Stuck-togetherness (kebersamaan yang melekat/menancap) menggambarkan keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat sehingga tidak ada anggota yang mempunyai perasaan utuh tentang dirinya secara mandiri b. Triangles (Segitiga) Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional dari 3 orang anggota keluarga yang menghambat dasar pembentukan sistem keluarga. Triangles adalah penghalang dasar pembentukkan sistem emosional. Jika ketegangan emosi pada sistem 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang membiarkan perpindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut. Suatu sistem emosional yang disusun secara seri pada hubu ngan segitiga akan bertaut satu sama lain. Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih oleh keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang berkembang daripada menyelesaikan konflik/ketegangan. Triangulasi ini dapat terus berlangsung untuk jangka waktu yang tak terbatas dgn melibatkan orang di luar keluarga termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar c. Proses Emosional Sistem Keluarga Inti Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi. Umumnya hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran, kebanyakan individu memilih pasangan dengan tingkat perbedaan yang sama. Jika tingkat perbedaan yang muncul rendah pada masa penjajakan dalam hal ini adalah masa pacaran maka kemungkinan besar akan muncul masalah di masa mendatang. d. Proses Proyeksi Keluarga Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat sebagai orang tua maka akan menciptakan kecemasan kepada anak-anaknya. Peristiwa tsb dimanifestasikan sebagai hubungan segitiga ayah-ibu-anak. Segitiga ini ini umumnya berada pada berbagai tingkatan intensitas yang beragam pada hubungan antara orang tua dengan anak. Anak b iasanya menjadi target sasaran yang dipilih dengan berbagai alasan: • Anak akan mengingatkan pada salah satu figur orang tua terhada p isu pengalaman masa kanak-
kanak yang tidak terselesaikan. • Anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam keluarga. • Anak yang lahir cacat. • Orang tua yang memiliki pandangan negatif saat kehamilan Perilaku menjadikan anak sebagai sasar an tersebut disebut “pengkambinghitaman” (scapegoating) dan hal tersebut sangat membaha yakan stabilitas emosional serta kemampuan anak. e. Emotional Cutoff (pemutusan secara emosional) • Persepsi anak untuk memisahkan diri secara emo sional. • Setiap anak dalam keluarga mempunyai derajat keterikatan secara emosi yang kuat dan abadi dengan orang tuanya. • Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah dilakukan jika antara anak dengan orang tua tinggal dalam tempat yang jaraknya berdekatan sementara dengan anak yang tinggalnya berjauhan pemutusan emosional ini menjadi sangat sulit untuk dilakukan. • Pemutusan hubungan secara emosional merupakan disfungsional yang terjadi diantara keluarga asli akibat keterikatan yang terjadi dengan pembentukkan keluarga baru. • Memelihara hubungan secara emosional dengan keluarga asal dapat mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga walaupun adanya perbedaan. f. Proses Transmisi Multigenerasional • Suatu cara pola interaksional yang ditransfer dari satu generasi ke generasi lain. • Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yg natural/alami dari seluruh generasi. • Sikap, nilai, kepercayaan (beliefs), perilaku dan pola interaksi didapatkan dari orang tua kepada anak melalui seluruh kehidupan. • Penting untuk dikaji pada keluarga, terutama perilaku keluarga dalam suatu generasi yang turun menurun (multiple). g. Sibling Position • Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan mempengaruhi perkembangan keluarga yang dapat diprediksi dari karakteristik profil. • Anak ke berapa serta kepribadian anggota keluarga tsb akan menentukan posisi seseorang dalam keluarga. • Bowen menggunakan teknik ini untuk membantu menggambarkan tingkat perbedaan kedudukan diantara keluarga serta kemungkinan terjadinya proses proyeksi keluarga secara langsung. h. Societal regression • Teori Bowen meluaskan pandangannya terhadap masyarakat (society) sebagai sistem sosial seperti layaknya keluarga. • Konsep societal regression membandingkan antara respon mas yarakat dengan respon individu dan keluarga terhadap: a) Tekanan akibat krisis emosional. b) Tekanan yang menimbulkan ketidaknyamanan & kecemasan. c) Penyebab penyelesaian yang tergesa-gesa, bertambahnya masalah, serta siklus yang sama yg berulang secara terus menerus. Tujuan terapi Bowenian Model:
• Menurunkan kecemasan & memperbaiki gejala-gejala yang timbul. • Meningkatkan setiap partisipasi partisipan disesuaikan dengan tingkat pemisahan dirinya dalam rangka meningkatkan adaptasi keluarga sebagai system. Peran terapeutik adalah: Sebagai “pelatih” atau supervisor. Meminimalkan keterlibatan secara emosional dengan keluarga. Teknik terapis meliputi:
• Mendefinisikan & m’klarifikasi hub antar anggota keluarga. • Membantu anggota keluarga mengembangkan hubungan satu-satu & meminimalkan hub segitiga (triangles) dalam system. • Mengajarkan anggota keluarga mengenai fungsi system emosional. • Meningkatkan perbedaan dgn mendorong “kedudukan sebagai saya (individu)” selama mengikuti terapi Proses Terapinya : a. Presession – Membuat perjanjian pertemuan dan lamanya, bina hub saling percaya serta kejujuran, merumuskan hipotesa berdasarkan masalah yang didapatkan. b. Session – Testing & memperbaiki hipotesa berdasarkan 8 konsep Bowen dengan memberikan beberapa intervensi terhadap keluarga. c. Post-session- Analisa reaksi keluarga serta rencana sesi selanjutnya Atau mengakhiri terapi. PERBEDAAN MODEL TERAPI STRUKTURAL DAN BOWENIAN Perbedaannya terletak pada focus terapinya. Jika terapi struktural Fokus terapinya untuk perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter. Jika model terapi bowenian di bagi dalam 8 konsep terapi nya antara lain : Pemisahan Diri (differentiation of self), Triangles (Segitiga), Proses Emosional Sistem Keluarga Inti, Proses Proyeksi Keluarga, Emotional Cutoff (pemutusan secara emosional), Proses Transmisi Multigenerasional, Sibling Position, Societal regression. Yang masing-masing memiliki focus terapi yang bermacam-macam. 2.8. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI KELUARGA Untuk peran perawat sendiri dalam terapi keluarga adalah melakukan asuhan keperawatan yang relevan dimana untuk perawat yang tidak memiliki sertifikasi dalam melaksanakan terapi adalah memberikan psiko edukasi pada keluarga sedangkan bagi yang memiliki sertifikasi adalah memberikan terapi sesuai dengan kondisi pasien. S ementara itu, menurut Newman intervensi yang dilakuakn perawat mencakup intervensi primer dan tersier yaitu : • mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga. • memberikan dukungan kepada klien ser ta sistem yang mendukung klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah • mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan • memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
Tak kalah penting adalah jika kita bukan perawat bersertifikasi kita bisa melakukan hal paling mendasar untuk menentukan apakah seseorang tersebut memnag membutuhkan terapi keluarga atau tidak yaitu dengan pengkajian indikasi dilakukan terapi keluarga pada klien tersebut/diantaranya yaitu: Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana perawat membantu serta mendorong keluarga untuk terlibat dalam mencegah klien kambuh. Alasan keluarga dilibatkan dalam mencegah kekambuhan pada klien adalah : • keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal dengan lingkungan. • Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan sehingga jika ada satu yang terganggu yang lain ikut terganggu. • Keluarga menurut Sullinger(1988) merupakan salah satu penyebab klien gangguan jiwa menjadi kambuh lagi sehingga diharapkan jika keluarga ikut berperan dalam mencegah klien kambuh setidaknya membantu klien untuk dapat mempertahankan derajat kesehatan mentalnya karena keluarga secara emosional tidak dapat dipisahkan dengan mudah. 2.9. PERAN ANGGOTA KELUARGA DALAM TERAPI KELUARGA ADALAH : 1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya. 2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka. 3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain. 4. Tempat bertanya serta pemberi informasi yang mudah dipahami klien. 5. Membangun self esteem. 6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang aturan untuk interaksi. 7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahasan yang sistematis. 8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab. 2.10. PROSES TERAPI KELUARGA Dalam perjalanannya, untuk membedakan suatu dimensi dari berorientasi individu ke sistem yang diorientasikan pemikiran, keluarga therapists dapat diuraikan seperti kepala perguruan tinggi/ dirigen. Dirigen, sebagai pembanding, cenderun g ke program dan mengorganisir cara bekerja, menentukan agenda, menugaskan tugas, dan den gan aktif menanyai dan mengajar. Dalam kasus Ackerman, ini mungkin dalam rangka menghilangkan pengingkaran dan kemunafikan, menuntut anggota keluarga untuk lebih membuka dengan dia dan dengan diri mereka. Ia menghadapi seksual, agresif, dan perasaan tergantung. Cara nya besar, yakin, dan jujur. Satir, pada sisi lain, menjadikan dirinya sebagai guru dan tenaga ahli di komunikasi. Dia mengarahkan ke diskusi, dan menunjukkan permasalahan dalam hal komunikasi. Dia menetapkan dirinya sebagai contoh komunikasi yang jelas, penggunaan yang sederhana dan kata-katanya jelas, dan menjelaskan prinsip nya kepada keluarga. Meskipun demikian terkait dengan segi manusia yang lain yang dapat merasakan dan interaksi, dia pada dasarnya seorang guru dan contoh yang memiliki kejelasan dalam berkomunikasi. Bagaimanapun, apakah lebih sebagai kondektur atau reaktor, Ackerman dan Satir, semua keluarga therapists perlu bermain suatu peran yang lebih aktif dibanding yang sudah biasa dalam individu therapy. Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien nya dibanding dalam terapi kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar
yang sama atau dari sama sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy dibanding dalam ben tuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan berbagi tugas yang umum dari semua therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk menghadapi pengalaman menyakitkan. Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin menyangkut keluarga. Yang secara khas cukup, masalah yang ada dikaitkan dengan perilaku yang menganggu menyangkut pasien yang dikenali "Pemuda lontang lantung mogok sekolah, dan menggunakan narkoba." Itu hampir suatu kebenaran mutlak bahwa semua anggota keluarga tidak membagi dugaan yang sama tentang apa yang salah, mengapa masalah datang, atau seberapa penting hal itu diharapkan untuk di tritmen bersama-sama. Untuk memperjelas gabungan persepsi dan alasan adalah suatu awal tugas penting. Dalam proses yang sama, therapis berusaha untuk mengkomunikasikan sebagian dari peraturan utama, bahwa semua anggota akan diperlakukan sebagai individu, mereka akan masing-masing diharapkan untuk mengambil bagian, dan poin poin pandangan mereka akan dihargai. Suatu contoh dari suatu awal sesi suatu keluarga bersama dengan Virginia Satir dapat memperjelas. Keluarga terdiri dari seorang laki-laki dan Mary dan anak-anak mereka, Johnny (16) dan Patty (7). Orang tua telah mencari bantuan untuk kelakuan buruk sang pemuda di sekolah. Dalam posisi ini di dalam wawancara itu Satir telah menemukan Johnny itu berpikir bahwa keluarga sedang mengadakan suatu perjalanan, sedang Patty berpikir mereka akan menemui seseorang untuk memperbicangkan tentang keluarga. Satir bertanya pada anak-anak di mana mereka mendapat gagasan mereka itu. Patty : ibu mengatakan kami akan memperbicangkan tentang permasalahan keluarga Therapist: Bagaimana dengan Bapak? Apa ia menceritakan kepada kamu hal yang sama? P : Tidak ada T : Apa yang telah Bapak katakan? P : Ia berkata kita akan mengadakan suatu perjalanan T : ok. jadi kamu mendapat beberapa informasi dari ibu dan beberapa informasi lagi dari Bapak. Bagaimana dengan kamu, Johnny: Di mana kamu mendapatkan informasi mu? Johnny : Aku tidak ingat T : Kamu tidak ingat siapa yang menceritakan kepada kamu? Mother : Aku tidak berpikir aku berkata apapun kepadanya. Ia tidak di sekitar saat itu, aku mengira T : Bagaimana denganmu Bapak? Ada yang Anda katakan ke Johnny? Father : Tidak ada, aku pikir Mary yang telah menceritakan kepada dia T : ( ke Johnny) baik, kemudian, bagaimana kamu bisa ingat jika tidak ada apapun dikatakan J : Patty mengatakan kita akan menemui seorang nyonya untuk membicarakan tentang keluarga. T : ok. jadi Kamu Dapat informasi mu dari saudari mu, sedangkan Patty men dapat info dari Ibu dan Bapak.
( Therapist melanjutkan, menanyakan pada anak-anak bagaimana mereka menangani perbedaan pesan dari kedsua orang tuanya. Dia kemudian bertanya pada orang tua perkataan apa yang mereka ingat. T : Bagaimana dengan itu, Ibu? Adalah kamu dan Bapak sama-sama bekerja ke luar apa yang kamu akan ceritakan kepada anak-anak? M : beginilah, aku berpikir ini adalah satu masalah kami. Ia mengerjakan hal-hal dengan mereka dan aku lakukan hal yang lain F : Aku berpikir ini adalah suatu hal yang tak penting untuk dicemaskan T : Tentu saja ini penting. Akan tetapi kita justru dapat menggunakan itu, untuk lihat bagaimana pesan berseberangan dalam keluarga. Salah satu hal penting dalam keluarga adalah bagaimana anggota keluarga berkomunikasi dengan jelas sehingga pesan mereka tersampaikan. Kita harus lihat bagaimana Ibu dan Bapak dapat bersama sedemikian sehingga Johnny dan Patty dapat mendapat pesan jelas. ( segera, dia menambahkan;) T : kemudian, Aku akan menceritakan kepada kamu mengapa Ibu dan Bapak sudah kemari. Mereka kemari sebab mereka tak bahagia dalam keluarga dan mereka ingin membuat rencana sedemikian rupa sehingga semua anggota keluarga dapat mendapat lebih kesenangan dari kehidupan berkeluarga. Dalam peristiwa ini secara ringkas kita lihat Satir memperkenalkan keluarga ke konsep komunikasi, selagi menyelidiki pemahaman therapy mereka. Dalam tekniknya, masing-masing anggota didukung untuk berbicara atas nama dirinya dan untuk membuat posisi nya dikenal; therapist boleh menyela jika seseorang usaha untuk menghadirkan pandangan yang lain. Begitu, dia membantu perkembangan suatu perasaan berharga dan kejelasan pada setiap orang.
BAB III PENUTUP 3.1
KESIMPULAN
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. ( friedman, 1998). Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menata kembali masalah hubungan antar manusia (Stuart & Sudden). Tujuan terapi keluarga : Menurunkan konflik kecemasan keluarga. Meningkatkan kesadaran keluarga thd kebutuhan masing - masing anggota keluarga. Meningkatkan kemampuan penanganan thd krisis. Mengembangkan hubungan peran yg sesuai. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dlm maupun dari luar anggota keluarga. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dg tingkat perkembangan anggota keluarga. Manfaat terapi keluarga Bagi klien : Mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki hubungan interpersonal, menurunkan angka kekambuhan. Keluarga : Memperbaiki fungsi & struktur keluarga, Keluarga mampu meningkatkan pengertian thd klien shg lebih dpt menerima, toleran & menghargai klien sbg manusia. keluarga dpt meningkatkan kemampuan dlm membantu klien dlm proses rehabilitasi 3.2. SARAN
Untuk menjaga agar sebuah keluarga tetap utuh seutuhnya dibutuhkan sikap saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lain, menjaga komunikasi antar anggota keluarga, saling mendukung antar anggota keluarga dalam hal-hal yang positif. Dan jika semua hal yang mendukung untuk menjaga keutuhan keluarga sudah dilaksanakan tetapi masih saja terjadi perpecahan dalam keluarga, maka sebaiknya kita menganggap hal tersebut sebagai ujian dari Tuhan dan berdoa saja semoga masalah cepat selesai.
Daftar Pustaka Atolan Vinsen.2009.Makalah Keperawatan Keluaraga “Terapi Keluarga”.Kediri : Fastamabo.Sabtu 31 oktober Fawziah Asmiani.2013.Family Therapy.25 juni