MAKALAH
KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA
POLA PIKIR YANG BERKECIMPUNG UNTUK MENENTUKAN PENEKANAN KECELAKAAN KERJA DisusunUntukTugas Makalah Mata KuliahKeamanan dan Keselamatan Kerja Semester 1
DOSEN PEMBIMBING:
FARIDA ARINIE S, ST.MT.
KELOMPOK 3 JTD 1A 1. Ahmad Maulana Hakim
- 05 - 1341160004
2. Intan Oktaria Ulfa
- 16 - 1341160042
3. M. Arif Khoirul Rahman
- 22 - 1341160007
JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2013
LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja pada saat ini merupakan istilah yang sangat populer. Tentu harusnya kepopuleran istilah ini berpengaruh pada pemahaman pekerja tentang apa itu K3, tetapi ternyata hal ini banyak yang menyepelekan baik pihak pemilik usaha maupun pekerja. Umumnya pekerja mengganggap remeh hal-hal yang seharusnya dipatuhi karena efek dari K3 yang terbesar adalah menimbulkan kematian. Dampak kematian ini bukan jarang ditemui melainkan banyak terjadi. Berdasarkan fakta masih banyak berita tentang kecelakaan kerja pada berbagai perusahaan dalam lingkup kerja yang berbeda-beda. Seperti tewasnya pekerja yang terbakar oleh semburan gas saat melakukan proyek pembetulan pada perusahaan pertamina beberapa waktu lalu. Kronologinya pekerja terpanggang dalam posisi tergantung dam tewas seketika (Senin, 23 September 2013 22:15 Merdeka.com ) Hal ini menunjukan minimnya penegakan K3 dalam lingkup pekerja padahal dalam kasus ini melibatkan perusahaan besar tetapi dalam menjaga kondisi kepatuhan terhadap K3 masih diabaikan. Dengan dipenuhinya hal-hak pekerja maka hidup pekerja akan semakin terjamin dan pekerja akan terpacu untuk bekerja lebih memperhatikan keamanan dirinya. Meskipun banyak kecelakaan yang terjadi pemilik usaha tetap saja enjoy dengan apa yang terjadi dan jarang melakukan perbaikan.dalam hal ini mereka telah merebut hak-hak para pekerja. Padahal dari segi perundangan telah dibuat Undang Undang yang sesuai yaitu Bagian I Aturan-aturan umum, Pasal 1 Di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib membayar ganti kerugian kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaanitu, menurut yang ditetapkan dalam Undangundang ini. Meskipun demikian pengaplikasian dilapangan masih jauh dari ketentuan yang ada dalam UU. Selain itu pemilik usaha tidak semuanya memberikan pelatihan K3 kepada pekerjanya sehingga pemahaman pekerja tentang hal ini sangat kurang , yang menyebabkan pekerja tidak memiliki kopetensi yang cukup untuk melaksanakan K3 yang seharusnya bisa melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan dalam bekerja . dalam kondisi demikian
penegakan sanksi sangat perlu dipakukan , dengan diberlakukanya sanksi tegas maka keamanan pekerja akan terjamin. Oleh karena itu kami melakukan pembahasan dan analisis tentang teori domino yang dicetuskan oleh hendrich dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja yang dikaitkan dengan pola pikir pekerja yang diutamakan untuk menekan tingkat kecelakaan kerja yang sering terjadi.
BAB I DASAR TEORI
ANATOMI KECELAKAAN / RANGKAIAN KARTU DOMINO
Pada umunya dalam usaha pencegahan kecelakaan tidak asing lagi dengan teori Domino atau yang biasa disebut tahapan Domino, teori Domino ini dipakai dalam menggambarkan proses terjadinya kecelakaan, pencegahan kecelakaan dan loss control.
Secara
kronologi
(chronological)
urutan
terjadinya
kecelakaan
dapat
digambarkan sebagai berikut ; 1.
Kurangnya pengendalian / kontrol.
2.
Penyebab Dasar dibagi atas faktor personal / pribadi dan faktor pekerja.
3.
Penyebab langsung yaitu tindakan tidak aman dan konsisi tidak aman.
4.
Kejadian (Kontak)
5.
Kerugian Dalam urutan domino, kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian.Kontrol merupakan salah satu diantara fungsi manajemen yaitu sebagai perencana, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengontrolan. 1. Berikut tiga alasan mengenai kurangnya kontrol manajemen :
a. Program yang tidak memadai. Program keselamatan/pengendalian rugi bisa tidak memadai karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program b.
Standar program yang tidak memadai
Suatu penyebab kebingunan dan kegagalan adalah standar – standar yang tidak spesifik, tidak jelas.Standar yang memadahi adalah penting untuk melakukan pengontrolan yang efektif.
c.
Tidak bisa memenuhi standar Kurang memenuhi stadar yang ada merupakan alasan kurangnya control.
Kontrol manajemen disini meliputi hal-hal sebagai berikut : -
Mengidentifikasi resiko yang timbul
-
Mengukur dan menganalisa resiko tersebut
-
Menetapkan resiko sesuai dengan tata cara pananganan teknik loss control yang ada.
-
Mengatur pelaksanaan program dengan cara yang paling efektif. 2. Teori domino yang kedua yaitu peyebab dasar ( basic causes ). Penyebab dasar merupakan penyebab nyata dibelakang gejala-gejala berupa alasan-alasan mengapa terjadi tindakan dan kondisi yang substandar faktor yang bila dikendalikan membuat pengendalian manajemen yang berarti. Penyebab dasar membantu menjelaskan kenapa karyawan melakukan tindakan yang tidak standar, secara logika seseorang tidak mungkin mengikuti prosedur yang benar jika dia tidak pernah diajarkan prosedure tersebut, juga seorang operator peralatan menghendaki penanganan dengan tepat dan terampil, tak akan mengoperasikannya dengan efisien dan aman tanpa adanya kesempatan untuk mengembangkan keterampilannya melalui petunjuk pelaksanaannya. Dan penyebab dasar juga membantu menjelaskan mengapa timbul kondisi yang tidak standar.
Dalam hal ini Penyebab dasar dibagi atas : 1.
Faktor personel / pribadi adalah faktor pribadi dari pelaku didalam faktor pribadi ada beberapa hal yang dicakup didalamnya seperti :
-
Kurangnya pengetahuan
-
Kurangnya terampil
-
Motivasi kurang baik
-
Stress fisik atau mental
2.
Faktor Pekerjaan seperti :.
-
Kepengawasan kurang tepat.
-
Engineering kurang memadai
-
Pembelian kurang memadai
-
Maintenance kurang memadai
-
Alat dan peralatan kurang memadai
-
Standar kerja kurang tepat
-
Aus dan retak akibat pemakaian
-
Penyalahgunaan wewenang Penyebab dasar merupakan asal mula dari tindakan dan kondisi yang tidak standar
3.
Teori domino yang ketiga yaitu Penyebab Langsung (immediate causes). Penyebab langsung kecelakaan merupakan sesuatu yang terjadi sebelum terjadi kontak mereka tersebut biasanya dapat dilihat. Mereka biasa disebut keadaan dan tindakan yang tidak aman. Definisi dari tidakan tidak aman dan kondisi tidak aman tersebut sebagai berikut :
1.
Tindakan tidak aman (unsafet acts) yaitu tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuaan yang akan menyebabkan kecelakaan atau pelanggaran terhadap tatacara kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinaya kecelakaan.
2.
Kondisi yang tidak aman (unsafet conditions) yaitu kondisi phisik yang berbahaya dan keadaan yang berbahaya yang langsung membuka peluang akan terjadinya kecelakaan.
Dari definisi diatas dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa kecelakaan dapat terjadi bila timbul keadaan tidak aman dan atau tindakan tidak aman, kedua penyebab utama terjadinya kecelakaan ini muncul (exist ) antara lain karena sikap dan perilaku karyawan yang bersangkutan yaitu : 1.
Tidak tahu (adanya bahaya) : karena tidak pernah diberitahu oleh pimpinan tentang bahaya dan resiko ditempat kerjanya sehingga tidak tanggap terhadap bahaya dan juga tidak mempunyai ketrampilan menghindari bahaya tersebut.
2.
Tidak mau tahu (adanya ancaman bahaya) : karena tidak mempunyai perhatian pada K-3 sehingga berperilaku sembrono mungkin juga karena lemahnya pengawasan.
3.
Tidak mampu (menghadapi bahaya) : karena tidak pernah dilatih K-3 sehingga tidak berpengalaman melaksanakan pekerjaan dengan cara aman dan selamat. Ketiga hal tersebut diatas merupakan tindakan tidak aman seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya antara lain dapat diakibatkan karena latar belakang kehidupan keluarga atau lingkungan yang tidak harmonis dan penuh gejolak.
Berikut beberapa contoh dari tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman : Contoh tindakan tidak aman : 1.
Menjalankan sesuatu peralatan tanpa izin
2.
Gagal mengingatkan atau mangamankan
3.
Menjalankan sesuatu peralatan dengan kecepatan yang tidak
sesuai 4.
tidak menggunakan APD
5.
Bekerja menggunakan alat-alat yang rusak
6.
Menggunakan peralatan dengan cara yang tidak benar
7.
Posisi yang tidak betul
8.
Merawat peralatan yang sedang bergerak
9.
Ugal – ugalan
10.
Mabuk atau dalam pengaruh narkoba dll.
Contoh Kondisi tidak aman : 1.
Pengaman atau pelindung yang tidak cukup
2.
Alat, peralatan atau bahan yang rusak
3.
Sistim peringatan yang tidak memadai
4.
Bahaya kebakaran dan peledakan
5.
House Keeping yang kurang baik
6.
Lingkungan berbahaya / beracun minsalnya gas, debu, uap yang
mengandung gas. 7.
Kebisingan yang berlebihan
8.
Bahaya radiasi
9.
Kurang penerangan dan ventilasi
10.
Sistem tanda bahaya yang tidak memadahi dan lain-lain
Perlu untuk dipertimbangkan tindakan-tindakan dan kondisi-kondisi diatas hanya sebagai penyebab langsung atau gejala-gejala dalam melakukan suatu pekerjaan, jika anda hanya mengobati gejala-gejala saja, mereka akan terjadi lagi dan lagi.
4.
Teori domino yang keempat yaitu Kejadian / kontak
Setiap timbul potensi penyebab kecelakaan maka selalu terbuka kemungkinan terjadinya suatu kontak / kejadian, baik yang mengakibatkan kerugian atau tidak. Sebagai contoh, sesuatu yang tepental yang memindahkan tenaga kinetis ke badan atau strukur yang terhantam atau kontak. Bila mana tenaga yang dipindahkan terlalu banyak menyebabkan sesorang sakit / luka atau kerusakan harta benda. Beberapa jenis kejadian / kontak yang sering terjadi : 1.
Menabrak dan tertabrak
2.
Jatuh dari suatu ketinggian
3.
Jatuh dipermukaan yang sama ( terpeleset)
4.
Terjepit
5.
Kontak dengan energi (listrik, panas, dingin, radiasi, racun, bising dan lain-lain. Kesimpulannya bila kondisi yang tidak aman atau tindakan yang tidak aman timbul maka selalu terjadi potensi adanya kontak dan menyebabkan orang sakit / terluka atau kerusakan harga benda.
5.
Teori domno yang kelima yaitu Kerugian
Akibat dari kecelakaan adalah kerugian yang dapat berupa cidera yang menimpa karyawan bahkan kematian, kerusakan harta benda atau kerugian proses operasi. Jenis dan derajat kerugian sebagian tergantung pada hal-hal yang kebetulan dan sebagian tergantung pada tindakan yang dilakukan untuk memperkecil kerugian. Tindakan untuk memperkecil kerugian pada tahapan rangkaian ini mencakup pertolongan pertama dan perawatan yang tepat dan benar, pemadaman yang
cepat dan efektip, perbaikan peralatan yang tepat, pelaksanaan tindakan emergensi yang terencana dan regabilitasi karyawan yang efektif. Tidak ada yang lebih penting atau lebih tragis dari pada kerugian yang menyangkut aspek kemanusiaan seperti, sakit, kehilangan anggota badan atau anggota badan tidak dapat berfungsi, sakit karena pekerjaan, kematian dll. Cara yang paling baik untuk memperkecil kerugian tersebut ialah melihat aspek kemanusiaan dan aspek ekonomi untuk mendorong pengendalian kecelakaan yang mengakibatkan kerugian.
BAB II PEMBAHASAN 1. Pola Pikir Manusia Ada beberapa pola pikir manusia yang biasa digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yaitu : Pola Pikir Kharismatik Suatu pola pikir di dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan
proses
penyelesaian
masalah
didasarkan
otoritas
atau
kewibawaan. Otoritas atau kewibawaan menjadi pokok penentu dalam pengambilan keputusan. Pola Pikir Tenasitas Tenasitas dapat diartikan sebagai kebiasaan. Berpola pikir tenasitas merupakan cara berpikir manusia dalam memecahkan masalah selalu mendasarkan pada kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat atau tradisi. Misalnya saja ditemui pada beberapa kalangan jika mendirikan bangunan, jembatan-jembatan dengan menggunakan sesaji, dilengkapi ubo rampe dan sebagainya.Hal ini dilakukan sebagai simbol kebudayaan di lingkungan setempat/terbatas. Pola Pikir Perasaan Diartikan bahwa manusia didalam memecahkan masalah berdasarkan pada perasaan
semata-mata,
sehingga
cara
pengambilan
keputusan
sangat
dipengaruhi oleh subyek pelakunya. Perasaan-perasaan itu selalu muncul pada setiap masalah yang dihadapi. Misalnya, perasaan seseorang dalam proses mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah mendominasi dan selalu berperan di dalam perilakunya. Atau dalam kata lain, perasaan di sini banyak turut ambil bagian. Perasaan pada tulisan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu perasaan dalam artian intuisi dan perasaan dalam artian emosi. Pola Pikir Mencoba-coba
Dimaksudkan sebagai pola pikir manusia ketika menghadapi masalah dengan cara “coba-coba tapi tidak pasti” atau dalam disebut trial and error.Dalam pola pikir ini manusia selalu menyoba-nyoba tanpa adanya kepastian dalam menyelesaikan masalah.. Ditemui pula pola pikir manusia yang terbiasa “coba-coba tapi tidak ada kepastian”. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya dapat selesai karena faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu. Pola Pikir Ilmiah Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa dilakukan pengamatan terhadap gejala peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal). Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist). Pencegah Kecelakaan Berdasarkan uraian diatas, maka kecelakaan terjadi karena adanya ketimpangan dalam unsur 5M, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yang saling terkait, yaitu : Manusia, Perangkat keras dan Perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok tersebut, yaitu : Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain : a. Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya. b. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan dengan pekerjaannya. c. Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan keperluan perusahaan.
d. Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas. e. Pengawasan dan disiplin yang wajar. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat keras, antara lain : Perancangan, pembangunan, pengendalian, modifikasi, peralatan kilang, mesinmesin harus memperhitungkan keselamatan kerja. Pengelolaan
penimbunan,
pengeluaran,
penyaluran,
pengangkutan,
penyusunan, penyimpanan dan penggunaan bahan produksi secara tepat sesuai dengan standar keselamatan kerja yang berlaku. Pemeliharaan tempat kerja tetap bersih dan aman untuk pekerja. Pembuangan sisa produksi dengan memperhitungkan kelestarian lingkungan.
Perencanaan lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan manusia. Pendekatan terhadap kelemahan pada perangkat lunak, harus melibatkan seluruh level manajemen, antara lain : a. Penyebaran, pelaksanaan dan pengawasan dari safety policy. b. Penentuan struktur pelimpahan wewenang dan pembagian tanggung jawab. c. Penentuan
pelaksanaan
mengawasi sistem/prosedur
pengawasan,
melaksanakan
dan
kerja yang benar.
d. Pembuatan sistem pengendalian bahaya. e. Perencanaan sistem pemeliharaan, penempatan dan pembinaan pekerja yang terpadu. f.
Penggunaan standard/code yang dapat diandalkan.
g. Pembuatan sistem pemantauan untuk mengetahui ketimpangan yang ada.
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan paparan pada bab sebelumnya dapat di simpulkan bahwa keselamatan kerja yang ada harusnya dilakukan dan diterapkan secara benar dan konsisten, sehingga dapat meminimalisir kecelakaan kerja yang ada dan tentu sebuah kecelakaan kerja tidak berdampak sesimple yang kita bayangkan. Umumnya banyak berasumsi kecelakaan kerja menyebabkan cacat fisik dan bahkan kematian, ketika dampak terbesar (kematian) terjadi maka perusahaan pun akan memberikan ganti rugi dan bantuan untuk keluarga korban dan jika ini terjadi nilai yang dikeluarkan pun juga tidak sedikit. Indonesia sendiri masih mengalami banyak kendala dalam penegakan system keamanan dan keselamatan kerja,sehingga akan banyak kasus kecelakaan kerja, seharusnya perushaan yang mengadakan aturan dalam k3 tidak hanya untuk melengkapi sebuah procedural pendirian sebuah perusahaan. Tetapi harus menjunjung setinggi mungkin bagaimana keselamatan kerja para karyawannya, sehingga akan menimbulkan suasana nyaman pada pribadi karyawan. Dengan rasa nyaman yang ada makan karyawanpun akan lebih produktif dalam bekerja, tentunya juga dalam menjunjung tinggi keselamatan kerja dalam dirinya karena sarana prasarana untuk safety sudah disediakan. Pola pikir yang mampu mempengaruhi kinerja pekerja dalam menjunjung keselamatan kerja adalah pola piker yang tenantanitas karena berorientasi pada kebiasaan, bila kebiaasaan yang dibiasakan itu baik maka akan menghasilkan kebiasaan yang baik pula dalam bekerja, secara pasti maka kebiasaan yang baik dalam bekerja jelas akan menghasilkan sebuah usaha untuk meningkatkan safety untuk menjaga keselamatan yang berpengaruh dalam dirinya.
BAB IV TUGAS DAN PERTANYAAN
BAB V ILUSTRASI KEJADIAN Pekerja Pertamina tewas tersembur air panas saat las pipa Reporter : Ramadhian Fadillah | Senin, 23 September 2013 22:15
Merdeka.com - Seorang pekerja kontrak PT Pertamina RU II tewas dalam kecelakaan kerja di lingkungan kilang minyak Putri Tujuh, Dumai, Riau.
Informasi dihimpun menyebutkan korban bernama Benget Beda Simanulang (45) bekerja sebagai ahli pengelasan pipa (Welder) di dapur pengolahan minyak kilang pertamina RU II
Benget dilaporkan pada saat itu sedang bekerja las pipa di atas ketinggian 4 meter dengan badan terikat tali penyelamat.
Namun secara tiba-tiba, pipa menyemburkan air panas bersuhu 140 derajat celsius dan mengenai sekujur tubuh korban yang sedang bekerja dan tidak bisa melepaskan diri karena sedang terikat tali.
"Pipa yang sedang dilas oleh korban pada saat itu diduga tersumbat.Ketika air panas menyembur, dia tidak bisa mengelak dan akhirnya terkena semburan," kata Amin seorang warga.
Istri korban, Boru Sihombing mengatakan, setelah tubuh korban diturunkan dari atas pipa, langsung dilarikan ke RS Pertamina di komplek perumahan karyawan di Kelurahan Bukit Datuk untuk mendapatkan perawatan.
"Nyawa korban tidak terselamatkan setelah dirujuk ke rumah sakit Santa Maria di Pekanbaru," kata Boru Sihombing.
Korban yang meninggalkan 3 orang anak ini mengalami luka bakar parah di sekujur tubuh.Hanya di bagian kepala yang tidak terkena air panas karena saat kejadian sedang mengenakan helm pelindung.
Benget disemayamkan di rumah duka di Gang Cengkeh, Jalan Kesuma, Kelurahan Jaya Mukti, Kecamatan Dumai Timur dan direncanakan akan dimakamkan di pekuburan keluarga Batak di Simpang Murini, Kecamatan Bukit Kapur.
"Kami sebagai keluarga korban meminta pertanggungjawaban Pertamina karena mengalami kecelakaan kerja di lingkungan perusahaan," ujar Istri korban. [ian]
PERTANYAAN 1. Apa penyebab kecelakaan kerja terjadi dari sudut pandang k3? 2. Mengapa terjadi tindakan yang tidak standar ? 3. Mengapa timbul kondisi yang tidak standar ? 4. Kegagalan apakah dalam sistim manajemen hingga terjadi tindakan dan kondisi tersebut ? 5. Bagaimana peran perusahaan dalam menyikapi kecelakaan kerja tersebut ?
REFERENSI http://k3pelakan.blogspot.com/2011/02/anatomi-kecelakaan-rangkaian-kartu.html http://www.merdeka.com/peristiwa/pekerja-pertamina-tewas-tersembur-air-panassaat-las-pipa.html http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/03/20/mengenali-pola-pikir-manusia348178.html http://muhammadcandras.blogspot.com/2013/03/makalah-mencegah-kecelakaankerja-di.html