BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari. ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya. Sekarang timbul suatu pertanyaan, “siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen” apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di pemerintahan di pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Tak dapat disangkal lagi bahwa manajemen adalah hal penting yang menyentuh, mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen menunjukan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam p elaksanaan suatu kegiatan. Manajemen adalah Seni dan Ilmu tentang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan sebagai alat untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal? 2. Bagaimana Kebijakan fiskal dalam konsep Islam dan siapakah tokohtokohnya? 1
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu:
a. Manajemen sebagai suatu proses.
Suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan serta mengkoordinasikan apa yang direncanakan sampai dengan kegiatan mengawasi atau mengendalikannya. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut : 1. Encylopedia of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi. 2. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan in dividu untuk mencapai tujuan. 3. Georgy R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
b. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia.
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orangorang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut Manajer.
2
c. Manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni.
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni. Mengapa disebut demikian? sebab antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari sejak lama, dan telah diorganisasikan menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan tentang gejala-gejala manajemen, gejalagejala ini lalu diteliti dengan menggunakan metode ilmiah yang dirumuskan dalam bentuk prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori. Sedang manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain, nah bagaimana cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama. Pada hakikatnya kegiatan manusia pada umumnya adalah mengatur (managing ) untuk mengatur disini diperlukan suatu seni, bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
Manajemen sebagai suatu ilmu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1
Prinsip dan konep manajemen dapat dipelajari.
Decision making dapat didekati dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Objek dan sarana manajemen untuk mncapai tujuuan sebagian adalah elemenelemen yang bersifat materi.
Dalam penerapannya manajemen memerlukan pendekatan dari bidang ilmu yang lainnya.
1 Nanang
Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. hlm. 71
3
Manajemen sebagai seni diartikan sebagai pendekatan pencapaian tujuan yang lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan pribadi, bakat, dan karakter pelaku-pelaku manajemen terutama dari unsur manajer atau pimpinan, cirri-cirinya yaitu :2
Kesuksesan dalam mencapai tujuan sangat dipengaruhi dan didukung oleh sifatsifat dan bakat para manajer.
Dalam proses pencapaian tujuan sering kali melibatkan unsur naluri (instinct), perasaan, dan intelektual.
Dalam pelaksanaan kegiatan, faktor yang cukup yang menentukan keberhasilannya adalah kekuatan pribadi kreatif yang dimiliki. Dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu
koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dan proses manajemen tidak han ya terkait dengan masalah kebendaan, namun juga berhubungan dengan manusia.
B. TINGKATAN MANAJEMEN
Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan baik kegiatan profesi maupun non profesi. Baik organisasi pemerintah maupun swasta, maka manajer dapat diklasifikasi dalam dua cara yaitu tingkatan dalam organisasi dan lingkup kegiatan yang dilaksanakan. Bila dilihat dari tingkatan dalam organisasi, manajemen dibagi menjadi tiga golongan yang berbeda yaitu : 1. Manajemen Lini : atau manajemen tingkat pertama yaitu tingkatan yang paling rendah dalam suatu organisasi, dimana seorang yang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, misalnya mandor atau pengawas produksi dalam suatu pabrik, pengawas teknik suatu bagian riset dan lain sebagainya.
2
Muhaimin, et. al, Manajemen dan Kepemimpina Sekolah/Madrasah, (2010) Jakarta:Kencana Prenada
Media Group, hal : 29
4
2. Manajemen Menengah ( Midle Manager ) yaitu mencakup lebih dari satu tingkatan didalam organisasi. 3. Manajemen Puncak ( Top Manajer ) terdiri atas kelompok yang relatif kecil, yang bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi. Manajer fungsional bertanggung jawab pada satu kegiatan organisasi, seperti produksi pemasaran, keuangan dan lain sebagainya, manajer umum membawahi unit yang lebih rumit misalnya sebuah perusahaan cabang atau bagian operasional yang independen yang bertanggung jawab atas semua kegiatan unit.
C. MACAM-MACAM TEORI MANAJEMEN 1. Aliran Klasik
Aliran
yang
mendefinisikan
manajemen
sesuai
dengan
fungsi-fungsi
manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan berbagai fungsi tersebut. 2. Aliran Perilaku
Aliran yang sering disebut juga dengan aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini mumusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia. 3. Aliran Manajemen Ilmiah
Aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembang kan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan berguna untuk menjelaskan masalah manajemen. 4. Aliran Analisis Sistem
Aliran yang memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya. 5. Aliran Manajemen berdasarkan Hasil
Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Pemfokusan aliran ini tertuju pada p emikiran berbagai hasil yang dicapai, bukannya pada interaksi kegiatan karyawan. 5
6. Aliran Manajemen Mutu
Aliran manajemen mutu memfokuskan pada pemikiran usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan/konsumen.
Teori-teori Manajeman yang paling Populer :3 1. Teori Ilmiah Frederick W. Taylor
Frederick Taylor mengembangkan teori manajemen ilmiah yang memeiliki ciri khas pada tugas-tugas yang spesifik dan terukur bagi karyawan. Tugas yang diberikan cukup sederhana dan dibagi secara merata untuk setiap karyawan. Pekerja juga dihargai dan dinilai dari hasil pekerjaannya tersebut. Biasanya penghargaan yang diberikan berupa dana intensif atau bonus. Pada teori ini manusia bisa dibilang sebagai ‘tikus percobaan’ yang akan menurut jika diberikan apa yang diinginkan. Pendekatan ini akan bekerja dengan baik untuk organisasi dengan lini perakitan dan mekanistik atau pada kegiatan produksi rutin yang lain. 2. Teori Kontingensi oleh Henri Fayol
Pada dasarnya, teori kontingensi menegaskan bahwa ketika manajer membuat keputusan, mereka harus memperhitungkan semua aspek. Kemudian bertindak pada aspek-aspek yang merupakan kunci untuk menan gani situasi tersebut. Artinya gaya manajemen terbaik itu tergantung dengan situasi dan keadaan lingkungan. Sehingga manajemen dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai masalah. Sebagai contoh, dalam memanajemen rumah sakit atau universitas, gaya kepemimpinan manajemen terbaik adalah yang lebih partisipatif dan fasilitatif. 3. Teori Birokrasi oleh Max Weber
Max Weber menghiasi teori manajemen ilmiah dengan teori birokrasi nya. Weber berfokus pada membagi organisasi menjadi hirarki, membangun garis yang
3 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Prmasalahannya, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 84
6
kuat dari otoritas dan kontrol. Dia menyarankan organisasi mengembangkan prosedur operasi standar komprehensif dan rinci untuk semua tugas dirutinkan. Atau bisa dikatakan karyawan yang berada dibawah manajemen harus menuruti aturan atau keputusan yang diberikan pihak manajemen.
4. Teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo
Pada teori ini perhatian lebih manajemen tertuju kepada individu dan kemampuan unik mereka dalam organisasi. Karena Elton Mayo meilihat bahwa perilaku manusia dapat mempengaruhi jalannya perusahaan. Teori ini juga percaya bahwa organisasi akan makmur jika pekerjanya makmur juga. Sehingga departemen Sumber Daya Manusia sering ditambahkan ke organisasi. Gunanya adalah memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh berbagai individu dalam bentuk kerjasama. Ilmu-ilmu perilaku memainkan peran yang kuat dalam membantu untuk memahami kebutuhan pekerja dan bagaimana kebutuhan organisasi dan para pekerja bisa selaras lebih baik. Teori ini juga menjadi dasar munculnya teori-teori manajemen lainnya seperti teroi X dan Y. 5. Teori Sistem oleh Ludwig con Bertalanffy
Teori sistem ini menerapkan alur kerja yang digunakan pada sebuah sistem. Artinya manajemen saling berkoordinasi
satu sama lain dengan berbagai
depertemen berbeda. Dari koordinasi seperti ini manajemen akan memiliki pandangan yang lebih luas terhadap suatu permasalahan. 6. Teori X & Y oleh Douglas McGregor
Teori dari Douglas McGregor ini disebut juga dengan teori manajemen individu dimana dalam pengelolaannya sangat dipengaruhi oleh keyakinan tentang sikap pekerja. Manajer yang percaya pekerja secara alami kekurangan ambisi dan perlu insentif untuk meningkatkan produktivitas bersandar ke arah gaya manajemen Teori X.
7
Sedangkana teori Y digunakan untuk para pekerja yang dipercaya secara alami semangat dan bertanggung jawab. Perbedaan kedua teroi ini adalah pad a nilai-nilai Teori X sering menggunakan gaya kepemimpinan otoriter, kemudian pemimpin Teori Y mendorong partisipasi dari pekerja. Secara sederhana teori ini memberikan kendali penuh bagi pekerja yang ‘malas’ dan memberikan apresiasi bagi pekerja yang produktif. Nah itulah tadi beberapa teori manajemen yang populer digunakan oleh para manajer diberbagai perusahaan. Teori ini dapat kita sesuaikan dengan keadaan dan situasi pada perusahaan. Semoga artikel ini dapat bermanfaat, cukup sekian dan sampai jumpa pada artikel selanjutnya, terima kasih banyak.
D. MANAJEMEN MENURUT ISLAM
Manajemen modern yang berasal dari Barat cenderung mengasingkan manusia dari manusia di sekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya sebagai manusia sosial. Manajemen modern menghasilkan manusia-manusia yang bekerja sampai larut malam tanpa ada lagi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan kehidupan sosial dengan masyarakat di sekitarnya. Melihat perkembangan tersebut, para pakar manajemen mencoba menggali dan mencari referensi-referensi konsep dan ide manajemen berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sumber-sumber Islam. Menurut Ketua Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia, Prof KH. Ali Yafie, dalam Islam manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi kesejahteraan bersama. a. Apakah Manajemen Merupakan Bagian Dari Islam?
Dalam pandangan ajaran islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak 8
boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran islam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Thabrani : “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas).” (HR Thabrani)
Arah
pekerjaan
yang
jelas,
landasan
yang
mantap,
dan
cara-cara
mendapatkannya yang transparan merupakan amal dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam. Demikian pula dalam hadist riwayat Imam Muslim dan Abi Ya’la, Rasulullah SAW bersabda :
“Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesua tu.”(HR Muslim)
Kata Ihsan bermakna ‘melakukan sesuatu secara maksimal dan optimal.’ Tidak boleh seorang muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan, tanpa adanya perkiraan, dan tanpa adanya penelitian, kecuali sesuatu yang sifatnya emergency. Akan tetapi, pada umumnya dari hal yang kecil hingga hal yang besar, harus dilakukan secara ihsan, secara optimal, secara baik, benar dan tuntas. Demikian pula ketika kita melakukan sesuatu itu dengan benar, baik, terencana, dan terorganisasi dengan rapi, maka kita akan terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu atau dalam mengerjakan sesuatu. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan. Sesuatu yang didasarkan pada keraguraguan biasanya akan melahirkan hasil yang tidak optimal dan mungkin akhirnya tidak bermanfaat. Oleh karena itu, dalam hadist riwayat Imam Tirmidzi dan Nasa’I, Rasulullah SAW bersabda :
9
“Tinggalkan oleh engkau perbuatan yang meragukan, menuju perbuatan yang tidak meragukan.” (HR Tirmidzi dan Nasa’i)
Proses-proses mananjemen pada dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada melakukan sesuatu sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat. Dalam hadist riwayat Imam Tirmidzi dari Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda :
“Diantara baiknya, indahnya keislaman seseoarang ad alah yang selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.” (HR Tirmidzi)
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan, maka tidak termasuk dalam kategori manajemen yang baik.
b. Fungsi-fungsi Manajemen Islam
Berbicara tentang fungsi manajemen dalam Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan Perancis, Dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. 4
4
Aunur Rohim Fakih, dk. Kepemimpinan Islam UII Press, 2001, Yo gyakarta hal.3-7
10
a. Perencanaan (planning), Dalam Al-Qur’an, fungsi perencanaan dapat kita
temukan dari ayat berikut ini, yakni di dalam Al Qur’an surah al-Hasyr ayat 18 yang berbunyi: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa
yang
kamu
kerjakan.”
Juga dalam hadits (CD Hadist - Kutub at Tis’ah) Rasulullah bersabda :
(
)
" Bahwasannya semua pekerjaan diawali dengan niat, dan bahwasannya pekerjaan
tergantung
pada
niat
(rencananya)”
(HR.
Bukhari:
01)
Dari ayat dan hadist diatas, dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu harus direncanakan (niatkan). Dalam upaya mengelola pembelajaran diperlukan sebuah niat (rencana), perencanaan yang baik. bentuk perencanaan yang baik meliputi : 1. Perencanaan selalu berorientasi pada masa depan, yaitu dalam perencanaan berusaha untuk memprediksi bentuk dan masa depan berdasarkan kondisi dan situasi saat ini. 2. Perencanaan merupakan suatu hal yang benar-benar dilakukan bukan kebetulan, sebagai hasil dari ekplorasi dan evaluasi kegiatan sebelumnya. 3. Perencanaan memerlukan tindakan dari orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan baik secara individu maupun kelompok. 4. Perencanaan harus bermakna, dalam arti usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan diselenggarakannya menjadi semakin efektif dan efisien.
11
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan yang ingin mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan harus terlebih dahulu dilakukan proses perencanaan.
b. Pengorganisasian (organizing), Menurut Hick dan Gullet (1981: 321)
pengorganisasian adalah kegiatan membagi tugas dan tanggung jawab dan wewenang sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 103 dapat diambil sebuah pemahaman tentang adanya fungsi manajemen, yaitu organizing (pengorganisasian). Sebagaimana firman Allah : “ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai”. Dari beberapa ayat tersebut menunjukkan perlunya persatuan dalam setiap tindakan yang terpadu, utuh, kuat, dan karenanya Allah melarang bercerai berai. Artinya bahwa mengorganisasi sesuatu hal dengan baik agar supaya tidak terpecah-pecah antara satu dan lain menjadi prinsip dalam manajemen menurut Islam. “ Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”. (QS. Al An’am: 165) Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa seseorang dalam menjalani hidup, pasti dihadapkan pada sesuatu yang berbeda, mereka ada pada tingkatan yang berbeda, yang dikenal dengan sebutan stuktur organisasi. Dengan demikian,
pengorganisasian
sesungguhnya
merupakan
kegiatan
untuk
menyusun atau membentuk hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuaian dalam upaya mencapai tujuan.
12
c. Pengarahan (directing), Menurut Terry dalam Hasibun (2000 : 183)
mendefinisikan bahwa pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam Islam, fungsi pengarahan dilakukan oleh seorang Nabi (guru) atau pemimpin, untuk memberikan petunjuk tentang hal yang baik dan yang buruk. Di dalam Al Qur;an surat Al Imran ayat 110 Allah berfirman: “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Al Imran: 110) Ayat di atas, mengisyaratkan bahwa sebagai umat manusia (umat Muhammad) yang terbaik diperintahkan untuk memberikan anjuran (pengarahan) kepada umat Islam lainya agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan menjauhkan diri dari melakukan pekerjaan yang melanggar perintah agama. Di dalam Surat Al Baqarah ayat 213 Allah berfirman:
“ Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan.”
Proses actuating adalah memberikan perintah, petunjuk, dan nasehat serta keterampilan dalam berkomunikasi. Berkenaan dengan manajemen yang sesuai dengan syariat islam, maka seorang pemimpin harus memberikan pengarahan kepada para pegawainya atau karyawan dengan berbagai macam pendekatan agar tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan baik. Oleh karena itu, peran seorang pemimpin (manajer) dalam manajemen sangat penting sekali.
d. Pengawasan (controlling), Di dalam Islam, fungsi pengawasan dapat
terungkap pada ayat-ayat di dalam al-qur’an surat As-Shof ayat 3 : 13
“ Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang yang mengabaikan kontrol terhadap perbuatannya. Dalam hal kontrol Islam menurut Jawahir (1983:66) sangat memperhatikan bentuk pengawasan terhadap diri terlebih dahulu sebelum melakukan pengawasan terhadap orang lain. Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW yang berbunyi:
(
)
Artinya: “ Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain.”
(HR. Tirmidzi: 2383). (CD Hadits: Kutub at Tis’ah)
Juga di dalam surat Al Zalzalah Allah berfirman: “ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”. (QS. Al Zalzalah: 7-8) Dalam pandangan islam segala sesuatu harus dilakukan secara terencana, dan teratur. Tidak terkecuali dengan proses kegiatan apapun, hal tersebut harus diperhatikan, karena substansi dari manajemen adalah mewujudkan secara baik dan maksimal. Manajemen dalam hal ini berarti mengatur atau mengelola sesuatu hal agar menjadi baik. Hal ini sesuai dengan hadist, An- Nawawi (1987: 17) yang diriwayatkan dari Ya’la Rasulullah SAW bersabda : 14
(
)
Artinya: “Sesungguhnya mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu.” (HR. Bukhari: 6010). (CD Hadits: Kutub at Tis’ah)
Selain itu berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
(
)
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, dan tuntas) (HR. Thabrani). Menurut An- Nawawi (1987: 17) dalam bukunya hadits Ar’ bain bahwasannya Rasulullah juga memerintahkan manusia agar mendidikan anakanaknya secara terencana sesuai dengan fase-nya. “ Didiklah anakmu dalam tiga tahap, tujuh tahun pertama ajaklah ia sambil bermain, tujuh tahun kedua ajaklah dia untuk disiplin, dan tujuh tahun ketiga ajaklah dia sebagai teman”. (HR. Baihaqi) Dari hadist tersebut dapat diambil suatu dasar bahwasannya sekolah/madrasah merupakan salah satu tempat untuk mendidik anak bermain, disiplin dan memperlakukan anak didik sebagai teman dalam proses belajar mengajar, sehingga mereka nantinya dapat tumbuh sebagai generasi-generasi yang tangguh.
c. Landasan dan Ciri-ciri Manajemen Menurut Pandangan Islam
Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. 15
Yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan. Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen. Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan. Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya. Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Mohammad
Hidayat,
seorang
konsultan
bisnis
syariah,
menekankan
pentingnya unsur kejujuran dan kepercayaan dalam manajemen Islam. Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang sangat terpercaya dalam menjalankan manajemen bisnisnya. Manajemen yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, adalah menempatkan manusia bukan sebagai faktor produksi yang semata diperas tenaganya untuk mengejar target produksi. Nabi Muhammad SAW mengelola (manage) dan mempertahankan (mantain) kerjasama dengan stafnya dalam waktu yang lama dan bukan hanya hubungan sesaat. Salah satu kebiasaan Nabi adalah memberikan reward atas kreativitas dan prestasi yang ditunjukkan stafnya. Menurut Hidayat, manajemen Islam pun tidak mengenal perbedaan perlakuan (diskriminasi) berdasarkan suku, agama, atau pun ras. Nabi Muhammad SAW bahkan pernah bertransaksi bisnis dengan kaum Yahudi. Ini menunjukkan bahwa Islam menganjurkan pluralitas dalam bisnis maupun manajemen.
16
Hidayat mengungkapkan, ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW :5
Pilar pertama, tauhid artinya memandang bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju.
Pilar ketiga, adalah kehendak bebas artinya manajemen Islam mempersilahkan umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.
Dan keempat adalah pertanggungjawaban artinya Semua keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Keempat pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melakukan kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan bawahan. HJM Anowar (konsultan manajemen internasional), melihat ciri manajemen Islami
adalah
amanah.
''Jabatan
merupakan
amanah
yang
harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah,'' katanya. Seorang manajer, lanjutnya, harus memberikan hak-hak orang lain, baik mitra bisnisnya ataupun karyawannya. ''Pimpinan harus memberikan hak untuk beristirahat dan hak untuk berkumpul dengan keluarganya kepada bawahannya. Ini merupakan nilai-nilai yang diajarkan manajemen Islam,'' katanya.
5
Saefullah, Menajemen Pendidikan Islam, (Bandund: CV. Pustaka Setia, 2012)
17
Ciri-ciri manajemen islam adalah sebagai berikut:6
1. Manajemen berdasarkan akhlak yang luhur (akhlakul karimah). 2. Manajemen terbuka. 3. Manajemen yang demokratis. 4. Manajemen berdasarkan ilmiah. 5. Manajemen berdasarkan tolong menolong (ta’awun). 6. Manjemen berdasarkan perdamaian.
E. TOKOH – TOKOH MANAJEMEN DALAM ISLAM
Dalam pandangan Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah
Saw.
Bersabda
dalam
sebuah
hadits
yang
diriwayatkan
Imam
Thabrani, ”Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat waktu, terarah, jelas dan tuntas). Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai oleh Allah Swt. Dalam konsep manajemen syariah yang dirumuskan oleh Dr. KH. Didin Hafidhuddin,
M.Sc.
dan
Hendri
Tanjung,
S.Si.,
MM.
Dalam
bukunya
berjudul”Manajemen Syariah dalam Praktik”, manajemen syariah adalah perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan ketauhidan. Setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan perilakunya akan terkendali dan tidak terjadi perilaku KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) karena menyadari adanya pengawasan dari yang Mahatinggi, yaitu Allah Swt. yang akan mencatat setiap amal perbuatan yang baik maupun yang buruk. Hal ini berbeda dengan perilaku dalam manajemen konvensional yang sama sekali tidak
6
Saefullah, , Ibid 149.
18
terkait bahkan terlepas dari nilai-nilai tauhid. Orang-orang yang menerapkan manajemen konvensional tidak merasa adanya pengawasan yang melekat, kecuali semata-mata pengawasan dari pemimpin atau atasan. Setiap kegiatan dalam manajemen syariah, diupayakan menjadi amal saleh yang bernilai abadi.
1. Nabi Adam AS
Peristiwa yang terjadi antara para putra nabi Adam dalam memilih pasangan dan cara penyelesaiannya. Atau kisah Qobil dan Habil, yang tercatat dalam surat AlMaidah ayat 27-30. Penyebab pembunuhan ini, seperti diungkspksn dalam beberapa kitab tafsir, yaitu bahwa setiap Siti Hawa mengandung melahirkan dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Kemudian syari’at menetapkan untuk perkawainan secara silang, yakni anak laki-laki kelahiran pertama dikawinkan dengan anak perempuan
dari
kelahiran
yang
pertama.
Begitu
pula
sebaliknya.
Akan tetapi , Qobil menolak ketentuan itu karena saudara perempuan Habil (yang harus ia kawini) itu lebih buruk rupanya daripada saudara perempuannya sendiri.Kemudian nabi Adam berkata kepada keduanya untuk melakukan pengorbanan. Qobil mengorbankan hasil pertaniannya yang paling buruk, sedangkan Habil mengorbankan kambingnya yang terbaik. Ternyata yang diterima Allah adalah kurban dari Habil dengan cara turun api kepadanya dan membakar kambingnya. Karena Qobil tidak menerimakenyataanakhirnya terjadilah pembunuhan.
2. Nabi Nuh As
Beliau berdakwah dengan manajemen yang baik, siang dan malam dengan cara yang menyejukkan. Keberhasilan suatu manajemen sangat erat berhubungan dengan rahmat Allah swt. Seperti di dalam Al-Quran yg artinya : “ (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
19
mengetahui
orang-orang
yang
mendapat
petunjuk.”
3. Nabi Yusuf as
Beliau
memiliki
dua
sifat
handal
sebagai
seorang
manajer:
1. Hafidz (Amanah, Transparan, Jujur). 2. Alim (Berilmu).
Nabi Yusuf merupakan contoh manajer dan leader yang berhasil. Hal yang menarik dari Nabi Yusuf AS ini adalah beliau menawarkan jabatan dan meminta jabatan. Jabatan itu diminta setelah raja menawarkan kepadanya, dan mengatakan ,
“ Engkau dalam pandangan kami harus mendapatkan kedudukan yang tinggi “.
Tawaran itu direspons nabi Yusuf dengan mengucapkan, “ Jadikanlah aku bendaharawan Negara, karena aku hafidzhn alim”. Jadi bukan meminta jabatan begitu saja.Hal yang menarik adalah ia meminta jabatan langsung yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
4. Nabi Muhammad SAW
Dan terakhir manajemen yang dicontohkan Rasulullah : Dengan menempatkan orang pada posisi yang tepat (right man on the right place).Inilah beberapa contoh manajemen
syariah
yang
dicontohkan
para
Nabi.
Konsep Manajemen Pemerintahan Rasulullah Saw : 7
a)
Syura dan Partnership Rasulullah sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan para sahabat,
terutama dengan mereka yang memiliki kecermatan dan kedalaman ilmu agama, sahabat yang memiliki kelebihan intelektual, kekuatan iman dan getol mendakwahkan
7
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin “I slamic Leadership, Membangun Superleadership Melalui
Kecerdasan Spritual” cetakan pertama Jakarta; Bumi Aksara ,2009 hlm. 139
20
Islam. Majlis syura di masa Rasulullah terdiri dari 7 orang sahabat Muhajirin dan 7 orang sahabat Anshar.
b)
Pembagian Tugas dan Wewenang Rasulullah pada masa itu sudah membagi tugas diantara para sahabatnya.
Misalnya beliau mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib untuk menangani tugas kesekretariatan dan perjanjian-perjanjian yang dilakukan Rasulullah. Dokumen rahasia ditangani oleh Hudzaifah bin Aliman. Orang yang dipercaya untuk menangani tanda tangan dan stempel Rasul adalah Al-Harits bin ‘Auf dan Handzalah bin Al-Rabi bin Shaifi. Ada lagi yang menarik zakat para raja, mencatat harta zakat, mencatat utang piutang dan transaski muamalah.
c)
Pemilihan Pegawai
Kebanyakan pegawai Nabi berasal dari Bani Umayah, karena Rasulullah memilih pegawai dari para sahabat yang relatif kaya dan tidak membutuhkan gaji.
d)
Harmonisasi Kemakmuran dan Keadilan Pada zaman Rasul, belum ditemukan Baitul Mal guna menyimpan harta zakat,
sedekah dan lainnya. Untuk itu, Rasulullah membagikan harta setiap hari, terutama yang berupa binatang ternak, seperti onta, domba, kuda dan keledai. Rasul juga berusaha menegakkan keadilan dan persamaan perlakuan hkum kepada umatnya, mencukupi kebutuhan setiap individu masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang makmur dan sejahtera.
Konsep Manajemen Pada Masa Khulafaurrasyidin
1.
Manajemen Pemerintahan Abu Bakar
Dimasa pemerintahan khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan perselisihan antara Negara Islam dan sisa kabilah Arab. Wilayah jazirah Arab dibagi 21
menjadi beberapa provinsi, wilayah Hijaz terdiri dari provinsi, yakni Makkah, Madinah dan Thaif. Wilayah Yaman terbagi menjadi 8 propinsi yang terdiri dari Shaulan, Zabid, Rama’ al-Jund, Najran, Jarsy, kemudian Bahrain dan wilayah sekitar menjadi satu propinsi. Kepala pemerintahan ditiap proponsi ini disebut sebagai gubernur. Khalifah Abu Bakar menerapkan pemerintahan yang tersentral, namun demikian, kekuasaan khalifa dibatasi pada penegakan keadlian manusia, penciptaan stabilitas keamanan, system pertahanan, pemilihan pegawai dan pendelegasian tugas diantara sahabat dan musyawarah dengan mereka.
2.
Manajemen Pemerintahan Umar bin Khattab
Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. sudah dipraktikkan konsep dasar hubungan antara Negara dan rakyat, pentingnya tugas pegawai pelayanan public dan menjaga kepentingan rakyat dari otoritas pemimpin. Umar r.a. melakukan pemisahan antara kekuasaan peradilan dengan kekuasaan eksekutif, memilih hakin dalam system peradilan yang independen guna memutuskan persoalan masyarakat. Sistem peradilan ini terpisah dari kekuasaan eksekutif, dan ia bertanggung jawab terhadap khalifah secara langsung. Sistem peradilan yang dijelaskan Umar r.a. dalam suratnya kepada Abdullah bin Qais, hakim kota Bashrah, mencerminkan kesadaran, intelektual dan kemampuan yang tinggi yang dijadikan sebagai dasar s ystem peradilan. Pada intinya, adalah sebagai berikut :
1)
Setiap manusia harus mendapat keadilan dan perlakuan yang sama dalam hukum
2)
Bukti harus ditunjukkan oleh pendakwa
3)
Boleh merujuk atas perkara yang telah lalu.
Sistem Pengawasan. Pada masa khalifah Umar dikeluarkan pemikiran adanya pengawasan
manajemen
terhadap
kinerja
22
pegawai
public.
Pengawasan
ini
dimaksudkan untuk menjaga penduduk dari tindak kezaliman dan kesewenangan pegawai pelayanan public atau seorang pemimpin. Khalifah Umar mewakilkan Muhammad bin Musallamah untuk menangani pengaduan yang disampaikan oleh rakyat dan menuntaskan keluhan dan persoalan yang dihadapi rakyat. Untuk itu, beliau berkeliling dan menanyakan kondisi yang sedang dihadapi masyarakat. Dengan demikian, harapan mereka bisa direalisasikan. Pada masa ini telah terbentuk 3 lembaga utama untuk mengatur system pemerintahan yaitu pasukan perang, keuangan Negara dan lembaga administrasi, kesekretariatan. Dengan demikian ada pemisahan pengurusan keuangan Negara yang independen, sehingga bisa mewujudkan keadilan dan pengawasan internal, karena pegawai yang bertugas menarik dana tidak berada di bawah otoritas dan intimidasi pemimpin. Kekuasaan Islam pada masa khalifah Umar r.a. semakin luas. Jik pada masa kekhalifahan sebelumnya hanya ada 12 propinsi, pada masa khalifah Umar bertambah sampai ke Negara Paris, Irak, Bahrain dan Afrika, yang terbagi menjadi 14 propinsi. Para gubernur yang mengepalai setiap propinsi mempunyai tanggung jawab sebagai berikut : 1.
Membentuk pasukan perang
2.
Menciptakan sistem peradilan
3.
Menarik harta kharaj, zakat dan menentukan pegawainya
4.
Menjaga agama dan perkara haram serta nilai-nilai agama
5.
Menegakkan hak atas Allah dan anak Adam
6.
Membentuk
kepemimpinan
dalam
jamaah
dan
menentukan
pemimpinnya
3.
7.
Memberangkatkan kaum muslim yang ingin berhaji
8.
Mewajibkan perang mengalahkan musuh membagi ghanimah
Manajemen Pemerintahan Utsman bin Affan
23
Pemerintahan khalifah Utsman berusaha menjaga dan melestarikan system pemerintahan Umar r.a. Wilayah kekuasaannya juga bertambah luas, dengan menguasai Adjribijan dan Arminiyah, Romawi serta Afrika Selatan. Kekuasaan yang bertambah ini meningkatkan harta ghanimah yang melimpah. Pada masa ini juga dikumpulkan mushaf Alquran menjadi satu. Khalifah Ustman melakukan praktek nepotisme dengan mengangkat keluarga dan kerabatnya menjadi pejabat pemerintahan. Hal ini membuat sekelompok sahabat mencela kepemimpinannya. Selain itu khalifa Ustman berpendapat bahwa harta diciptakan sebagai perhiasan dunia dan untuk dinikmati, sepanjang harta kekayaan itu halal, menikmati harta itu diperbolehkan. Untuk itu, ia tidak memiliki hak untuk mencopot seorang pemimpin yang memiliki harta yang melimpah dan berkehidupan mewah selama ia tidak melakukan tindak kemungkaran dan dosa.
4.Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib menjalankan system pemerintahan sebagaimana khalifah sebelumnya. Intinya apa yang dilakukan Ali bin Abi Thalib adalah sebagai berikut :
Penarikan Kharaj (pajak) harus dilakukan dengan benar dan tidak semena-mena.
Proses Perekrutan pegawai harus berdasarkan pengalaman dan kompetensi bukan bukan karena nepotisme
Sistem Renumerasi yang baik, agar para pegawai dapat menjauhkan diri dari tindak korupsi dengan kekuasaan yang dimiliki.
Sistem Keadilan yang harus ditegakkan
Mengembalikan system pembagian harta ghanimah pada masa khalifah Abu Bakar, dimana semua orang mendapat bagian yang sama. Sementara pada khalifah Umar, pembagian harta berbeda antara pioneer Islam dan yang baru masuk Islam.
5.
Manajemen Pemerintahan Bani Umayah
24
a.
Perluasan manajemen pemerintahan yakni Al Diwan (Lembaga, kantor, Departemen) Angkatan perang, keuangan, sekretariat, otorisasi, kantor pos. Disetiap provinsi terdapat 3 macam al-diwan yaitu angkatan perang, keuangan dan secretariat.
b.
Dengan meluasnya wilayah pemerintahan Negara Islam, dan sulitnya komunikasi dengan gubernur dimasing-masing propinsi, pemerintah memiliki kebijakan dengan member otoritas pada masing-masing gubernur yang hamper bersifat mutlak untuk mengelola wilayah yang dikuasainya, atau sekarang ini dikenal sebagai desentralisasi.
6.
Manajemen Pemerintahan Bani Abbasiyah
a.
Pembentukan kementrian yang dipelopori oleh ide dari Abu Salmah al-Khalal. Orang yang menjadi mentri dipersyaratkan memiliki beberapa sifat terpuji diantaranya amanah (dapat dipercaya), jujur, cerdas,bijaksana dan memiliki kompetensi dibidangnya.
b.
Sistem peradilan dikembangkan dan dikenal istilah qadhia peradilan, mahkamah agung, menteri kehakiman) yang berdomisili di ibukota Negara. Selain itu juga didirikan Diwan Al-Madzalim (Mahkamah Peradilan) untuk menangani kasuskasus para pejabat.
25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen adalah hal penting yang menyentuh, mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Manajemen menunjukan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Manajemen adalah Seni dan Ilmu tentang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Manajemen merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan sebagai alat untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam organisasi. Pengertian manajemen juga dapat dilihat dari tiga pengertian yaitu: manajemen sebagai suatu proses, manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia, dan manajemen sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni. Dalam pandangan ajaran islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Dalam pandangan ajaran islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan, karena hal tersebut merupakan prinsip utama dalam ajaran islam. Setiap kegiatan dalam manajemen syariah, diupayakan menjadi amal sholeh yang bernilai abadi. Istilah amal sholeh tidak semata-mata diartikan ‘perbuatan baik’ tetapi merupakan amal perbuatan baik yang dilandasi iman. Dalam manajemen islam terdapat fungsi atau tata pelaksanaan diantaranya adalah Planning (niat), organizing, comunicating, controlling, staffing, leading, motivating, decision making, dan actuating. Adapu n landasan dan cirri-ciri manajemen menurut islam, yakni empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. 26
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahan . DR. K.H. DIDIN HAFIDHUDIN, M.Sc., HENDRI TANJUNG,S.Si., MM., Manajemen Syariah dalam Praktik. Gema Insani Press, Jakarta 2003 Manajemen Menurut Islam beserta pengertian dan Tingkatan Manajemen D an Manajer Buah Pikiran di Ruang IHSAN.htm Aunur Rohim Fakih, dk. Kepemimpinan Islam UII Press, 2001, Yogyakarta Baharuddin, Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Jogyakarta: Arruz Media, 2012) Muhaimin, et. al, Manajemen dan Kepemimpina Sekolah/Madrasah, (2010) Jakarta:Kencana Prenada Media Group, Marno, dkk, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, Bandung: Refika Aditama, 2009. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 Saefullah, Menajemen Pendidikan Islam, (Bandund: CV. Pustaka Setia, 2012) Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin “I slamic Leadership, Membangun Superleadership Melalui Kecerdasan Spritual” cetakan pertama Jakarta; Bumi Aksara ,2009 Wahjosumidjo,
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah,
Tinjauan
Prmasalahannya, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005
27
Teoritik
dan
28